Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK
UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT

NAMA : PHYKANDELA NOERIZKA EREL


NIM : 205100107111017
KELAS :D
KELOMPOK : D5
ASISTEN : VINA FADRIANA DEWI

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
Nama Phykandela Noerizka Erel
NIM 205100107111017
Kelas D
Kelompok D5

BAB III
UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT
TUJUAN :
• Mengetahui prinsip dasar uji kualitatif karbohidrat
• Mengetahui perbedaan prinsip dari masing-masing metode
1. PRE-LAB
1. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis karbohidrat dan beri contoh masing-masing 3 ?
1. Karbohidrat Sederhana
a. Monosakarida
Monosakarida adalah sakarida yang paling sederhana karena tidak dapat diuraikan
lagi menjadi molekul yang lebih sederhana dengan cara hidrolisis. Monosakarida dapat
berupa dalam dua bentuk yaitu dalam bentuk rantai terbuka dan bentuk cincin dan kedua
bentuk ini dapat mudah saling bertukar bentuk. Berdasarkan fungsi, monosakarida yang
mengandung gugus aldehid disebut dengan aldosa (aldehid dan -osa), sedangkan
monosakarida yang mengandung gugus keton disebut dengan ketosa (keton dan -osa). Semua
jenis monosakarida merupakan gula pereduksi karena mudah untuk bereaksi dengan reagen
seperti larutan Benedict dan Fehling. Contoh monosakarida yang paling banyak ditemukah
adalah fruktossa, glukosa, dan galaktosa (Festy W., 2018).
b. Oligosakarida
Oligosakarida adalah polimer dari monosakarida yang terdiri atas 2 sampai 10
monosakarida. Pada umumnya oligosakarida bersifat larut dalam air. Oligosakarida bila
terdiri dari dua molekul disebut dengan disakarida, sedangkan bila terdiri dari tiga molekul
disebut dengan trisakarida, dan bila dengan empat molekul disebut dengan tetrasakarida.
Pada oligosakarida ini ikatan yang terjadi antara dua molekul monosakarida disebut ikatan
glikosidik. Oligosakarida sebenarnya merupakan disakarida yang terdiri dari 2 jenis
monosakarida, contoh dari disakarida adalah maltosa, sukrosa, dan laktosa (Festy W., 2018).
Contoh dari disakarida yang pertama adalah sukrosa yang terdiri dari glukosa dengan
fruktosa yang memiliki nama lain gula meja, gula tebu, atau simpel sirup. Selain itu yang
kedua yaitu laktosa yang merupakan gabungan glukosa dengan galaktosa yang umumnya
disebut dengan gula. Ketiga adalah maltosa yang terdiri dari gabungan glukosa dengan
glukosa yang biasa disebut dengan gula malt (Fathonah dan Sarwi, 2020).

2. Karbohidrat Kompleks
a. Polisakarida
Polisakarida adalah serangakaian dari monosakarida yang membentuk suatu polimer
dengan ikatan glikosidik. Polisakaria merupakan ikatan glikosidik rantai panjang yang
membentuk molekul baru. Polisakaridan umumnya dalam bahan makanan berfungsi sebagai
penguat tekstur (selulosa, hemiselulosa, lignin, pektin) dan juga biasanya digunakan sebagai
sumber energi. Selain itu, polisakarida juga terdapat pada tanaman yang disebut dengan pati.
Contoh dari polisakarida adalah pati, glikogen, dekstrin, dan selulosa (Festy W., 2018).
Nama Phykandela Noerizka Erel
NIM 205100107111017
Kelas D
Kelompok D5

2. Bagaimanakah reaksi yang terjadi antara reagent Molisch dengan sampel?


Larutan sampel yang mengandung karbohidrat apabila dicampur dengan pereaksi
molisch kemudian ditambahkan H2SO4 pekat akan membentuk warna ungu yang
menunjukkan adanya karbohidrat. Penambahan larutan H2SO4 bertujuan untuk kondensing
agent dan pembentuk senyawa multifurfural sehingga membentuk suatu rantai karbon yang
semakin pendek. Karbohidrat akan didehidrasi oleh asam sulfat pekat sehingga membentuk
senyawa furfural dan turunannya yang akan berkondensasi dengan reaagent molisch dan
membentuk 𝛼-naphthol sehingga membentuk cincin berwarna ungu. Sehingga hasil uji positif
dari uji molisch ini yaitu ditandai dengan timbul cincin berwarna ungu yang merupakan
kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan 𝛼 -naphtol (Abdillah dkk.,
2017).
3. Bagaimanakah reaksi yang terjadi antara larutan yodium dengan sampel?
Larutan yodium adalah larutan iodine yang merupakan I2 terlarut dalam potassium
iodine. Karbohidrat golongan polisakarida yang akan memberikan reaksi dengan larutan
iodin. Reaksi akan memberikan perubahan warna larutan karena di dalam larutan polisakarida
terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks dengan adanya ikatan konfigurasi
pada tiap unit glukosanya, sedangkan pada monosakarida dan disakarida tidak membentuk
struktur heliks. Sehingga bentuk ini yang menyebabkan polisakarida dapat membentuk
kompleks dengan molekul yodium yang dapat masuk ke dalam spiralya. Hasil reaksi uji
positif antara larutan yodium dengan polisakarida yaitu, amilum (pati) membentuk kompleks
biru, amilopektin membentuk warna merah ungu, sedangakan glikogen dan dekstrin
membentuk warna merah cokelat (Lapu dan Telussa, 2013).
4. Apa prinsip uji benedict dan sampel apa saja yang bereaksi positif terhadap reagen
benedict?
Prinsip uji benedict yaitu untuk mengetahui adanya suatu gula pereduksi dalam suatu
sampel. Gugus aldehid atau keton bebas pada gula reduksi yang ada di dalam sampel akan
mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4.5H2O dalam suasana alkalis menjadi Cu+ yang mengendap
menjadi Cu2O. Suasana alkalis didapatkan dari Na2CO3 dan Na sitrat yang terdapat dalam
reagen Benedict. Hasil uji positif benedict ini ditandai dengan adanya endapan merah bata
(kuprooksida) pada sampel yang teridentifikasi terdapat gula pereduksi. Endapan dari uji
benedict dapat berwarna hijau, kuning ataupun merah bata, hal ini dapat terjadi karena
tergantung pada konsentrasi gula reduksinya. Apabila semakin banyak reduksinya maka hasil
uji akan semakin merah bata (Kusbandari, 2015).
5. Jelaskan prinsip dari uji barfoed!
Prinsip uji Barfoed adalah untuk mendeteksi suatu sampel mana yang termasuk gula
pereduksi monosakarida dan gula pereduksi disakarida. Hasil uji positif dari uji Barfoed ini
ditandai dengan adanya endapan berwarna merah orange . Pada pereaksi Barfoed (campuran
kupri asetat dan asam asetat) terdapat ion Cu2+ dalam suasana asam yang akan direduksi lebih
cepat oleh gula reduksi monosakarida dari pada disakarida. Selain itu, uji barfoed ini
menghasilkan Cu2O atau kuprooksida yang berwarna merah bata (Kusbandari, 2015).
Nama Phykandela Noerizka Erel
NIM 205100107111017
Kelas D
Kelompok D5

TINJAUAN PUSTAKA

1. Reagen molisch
Reagen Molisch adalah reagen yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya
karbohidrat secara kualitatif. Pada uji Molisch dehidrasi monosakarida dengan jenis pentosa
oleh asam sulfat pekat menjadi furfural dan golongan heksosa yang menghasilkan hidroksi-
metilfurfural. Pereaksi atau reagen Molisch terdiri dari g α-naftol dalam 100 ml etanol 95%
yang akan bereaksi dengan furfural membentuk senyawa kompleks yang berwarna ungu.
Hasil reaksi positif dari uji molisch yaitu ditunjukkan dengan munculnnya cincin ungu pada
antarmuka antara asam dan uji lapisan (Yuliana, 2018).
2. H2SO4
Asam sulfat dengan rumus kimia H2SO4 adalah asam mineral anorganik yang kuat
dan juga merupakan senyawa yang larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat
memiliki ciri-ciri cair, bening, dan tidak berbau. Asam sulfat merupakan salah satu produk
utama industri kimia dan memiliki banyak kegunaan. Asam sulfat mempunyai kegunaan
dalam berbagai proses yaitu pereaksi, pelarut, asam sulfat, pengawetan, suasana asam, dan
lain-lain. Asam sulfat memiliki sifat korosif yang sangat tinggi, sehingga asam sulfat sangat
berbahaya apabila terkena jaringan kulit. Dikarenakan sifatnya sebagai penarik air yang kuat
sehingga dapat menimbulkan luka bakar pada jaringan kulit, di mana semakin tinggi
konsentrasi asam sulfat semakin bertambah risiko bahayanya (Mascetta dan Kernion, 2019).
3. Larutan yodium
Larutan yodium adalah larutan yang digunakan dalam uji Iodine untuk membuktikan
adanya polisakarida yaitu amilum, glikogen, dan dekstrin. Yodium memiliki bilangan atom
53 dan bobot dari atomnya adalah 126,91. Yodium memiliki kelarutan dalam air yang sangat
rendah. Namun, apabila yodium saling berikatan dan berkombinasi membentuk ikatan
molekul yodida maka akan sangat mudah larut dalam air. Pada umumnya, yodium merupakan
unsur yang sangat jarang ditemukan karena kadarnya dalam dunia anorganik juga sangat
beragam. Sedangkan larutan yodium adalah senyawa yodium yang diencerkan yang biasa
dikenal dengan lugol. Apabila lugol ditambahkan pada sampel yang mengandung pati, maka
akan membentuk warna biru kehitaman. (Vir, 2011).
4. Reagen barfoed
Reagen Barfoed adalah reagen yang digunakan dalam uji Barfioed untuk
membedakan antara gula pereduksi monosakarida dan gula disakarida. Reagen barfoed terdiri
dari campuran kupri asetat dan asam asetat. Gula pereduksi monosakarida bereaksi dengan
reagen barfoed sehingga menghasilkan endapan merah kuprooksida. Sedangkan gula
pereduksi disakarida akan bereaksi lambat dengan reagen barfoed. Hasil positif dari uji
barfoed yaitu ditandai dengan munculnya endapan merah yang berarti sampel uji tersebut
mengandung jenis gula pereduksi monosakarida, sebaliknya hasil negatifnya tidak akan
muncul endapan merah (Harini dkk., 2019).
5. Ragen benedict
Reagen Bernedict merupakan reagen yag digunakan untuk mengidentifikasi
keberadaan gula pereduksi dalam suatu sampel. Reagen ini spesifik untuk mengetahui
Nama Phykandela Noerizka Erel
NIM 205100107111017
Kelas D
Kelompok D5

karbohidrat yang mempunyai gugus karbonil bebas, antara lain semua monosakarida dan
disakarida kecuali sukrosa dan trehalosa. Reaksi yang terjadi pada reagen benedict dengan
sampel adalah reaksi reduksi oksidasi. Reagen benedict terdiri dari CuSO4 yang berfungsi
sebagai penyedia ion Cu2+, Na-sitrat berfungsi sebagai penghambat terjadinya endapan
CuCO3 , dan Na2CO3 berfungsi sebagai alkali yang mengubah gugus karbonil bebas dari gula
menjadi bentuk enol yang reaktif. Hasil uji positif menggunakan reagen ini ditandai dengan
terbentuknya endapan merah bata yang tidak larut (Yuliana, 2018).
6. Glukosa
Glukosa merupakan suatu gula sederhana yang memiliki rumus kimia C6H12O6.
Glukosa adalah suatu aldoheksosa yang sering disebut sebagai dekstrosa karena mempunyai
sifat dapat memutar bidang getar cahaya yang terpolarisasi menuju arah kanan. Selain itu,
glukosa terdiri dari 6 atom karbon dengan karbon pertamanya atau nomerik mengikat gugus
aldehid. Berat molekul dari glukosa adalah 180,16 dan dalam darah manusia kadar normalnya
adalah 0,80-0,1%. Sifat fisik dan kimia dari glukosa yaitu glukosa memiliki berat molekul
180,16 g/mol, titik lelehnya 146°C dan memiliki densitas 1,544g cm-3. Selain itu, glukosa
akan lebih mudah larut dalam air daripada sukrosa serta juga dapat larut dalam etanol dan
eter (Wahyu dkk., 2020).

Gambar 1 Struktur Glukosa


Sumber: (Firani, 2017)
7. Fruktosa
Fruktosa merupakan monosakarida yang terbentuk dari sukrosa yang berikatan
dengan glukosa. Selain itu, fruktosa adalah ketoheksosa yang memiliki sifat yang dapat
memutar cahaya terpolarisasi ke kiri sehingga disebut sebagai levulosa. Fruktosa berbeda
dengan glukosa, di mana fruktosa tidak memiliki gugus aldehid pada atom karbon nomor satu
melainkan mempunyai gugus keton. Sehingga apabila fruktosa membentuk siklik maka
fruktosa akan membentuk cincin segi lima. Sifat fruktosa yaitu memiliki rasa yang lebih
manis dibandingkan dengan glukosa serta lebih manis daripada sukrosa ataupun gula tebu,
berbentuk kristal, dan sangat mudah larut dalam air. Untuk dapat membedakan fruktosa dapat
dilakukan uji Seliwanof yaitu dengan menggunakan larutan resorsinol dalam asam HCl
(Wahyu dkk., 2020).
Nama Phykandela Noerizka Erel
NIM 205100107111017
Kelas D
Kelompok D5

Gambar 2 Struktur Fruktosa


Sumber: (Firani, 2017)
8. Sukrosa
Sukrosa memiliki struktur kimia C12H22O11 yang merupakan gula yang biasanya
digunakan dalam pembuatan makanan, misalnya es krim. Sukrosa tergolong ke dalam
disakarida yang terdiri dari suatu molekul dektrosa yang berikatan dengan fruktosa.
Sukrosaumumnya di peroleh dari ekstraksi tebu yang tumbuh di iklim tropis dan gulabit yang
biasanya tumbuh di iklim sedang. Sukrosa dapat dihidrolisis dengan menggunakan
pemanasan ataupun dengan menggunakan enzim. Produk yang dihasilkan dari bahan sukrosa
ini sering disebut dengan gula inverty yaitu campuran dari dekstrosa dengan fruktosa (Padaga,
2017).

Gambar 3 Struktur Sukrosa


Sumber: (Padaga, 2017)
9. Maltosa
Maltosa adalah disakarida yang terdiri atas dua molekul glukosa sehingga apabila
laktosa dihidrolisis, maka akan menghasilkan dua buah molekul glukosa. Hidrolisis laktosa
dapat terjadi apabila dibantu dengan bantuan enzim maltase. Secara alami, maltosa tidak
terdapat dalam keadaan bebas, akan tetapi maltosa dibuat melalui hidrolis zat pati atau yang
disebut dengan amilum, di mana pembentukan ini dilakukan dengan bantuan enzim amilase.
Selain itu, maltosa dapat difermentasi sehingga dapat membentuk etanol dan sapat mereduksi
pereaksi Fehling, Tollens, dan benedict (Andriyani, 2015).

Gambar 4 Struktur Maltosa


Nama Phykandela Noerizka Erel
NIM 205100107111017
Kelas D
Kelompok D5

Sumber: (Padaga, 2017)


10. Pati
Pati merupakan salah satu jenis karbohidrat yang secara alami tersimpan dalam
hampir semua jaringan tanaman. Pati adalah karbohidrat campuran dari amilosa dan
amilopektin. Pada umumnya pati terdiri dari amilosa dan amilopektin dengan perbandingan
berat 1:3. Struktur polisakarida dari pati ialah tersusun dari monomer-monomer glukosa yang
terikat dengan ikatan glikosida. Amilosa pada pati merupakan homopolimer berbentuk linier
yaotu dengan ikatan α1,4-glikosida. Sedangkan amilopektin adalah polimer yang memiliki
percabangan yaitu ikatan α1,4-glikosida pada rantai lurus dan α1,6-glikosida pasa rantai
cabangnya. Dalam pati alami, molekul amilosa dan amilopektin membentuk suatu susunan
yang terorganisasi dalam suatu bentuk granula yang berbeda-beda tergantung penyusunannya
selama proses metabolime tanaman (Putri dan Zubaidah, 2017).

Gambar 5 Struktur Amilosa, Amilopektin, dan Pati


Sumber: (Nur dan Sunarharum, 2019)
11. Dekstrin
Desktrin merupakan suatu karbohidrat yang dibentuk selama hidrolisis pati menjadi
gula oleh enzim dan atau asam. Dekstrin adalah polisakarida yang dihasilkan dari hasil proses
hidrolisis pati terutama amilosa yang memiliki struktur linier yang dibentuk oleh 𝛼-D-glukosa
yang dihubungkan satu sama lain melalui ikatan glikosidik 𝛼-(1→4). Dekstrin mempunyai
suatu kelarutan yang lebih tinggi dalam air dan dapat membentuk tekstur. Selain itu, sifat
fungsional dari dekstrin dipengaruhi oleh derajat polimerisasinya. Dalam proses pengolahan,
dekstrin bisasanya digunakan pada salad dressing, es krim, puding, dan lain sebagainya.
Dekstrin dimanfaatkan dalam proses pengolahan karena dapat digunakan sebagai pengganti
lemak atau fat replacer yang dapat memberikan tekstur lembut pada produk (Kusnandar,
2019).

Gambar 6 Struktur Dekstrin


Sumber: (Thakur et al., 2016)
Nama Phykandela Noerizka Erel
NIM 205100107111017
Kelas D
Kelompok D5

2. DIAGRAM ALIR
1. Uji Molisch
Larutan Sampel

Dimasukkan1 ml ke dalam tabung reaksi

2 tetes Reagen Molisch

Dikocok

1 ml H2SO4

Diamati perubahan yang terjadi

Hasil

2. Uji Yodium
Larutan Sampel

Diteteskan 1 tetes pada cawan petri

1 tetes larutan yodium

Diamati perubahan yang terjadi

Duplo

Hasil
Nama Phykandela Noerizka Erel
NIM 205100107111017
Kelas D
Kelompok D5

3. Uji Barfoed
Larutan Sampel

Diteteskan 5 tetes ke dalam tabung reaksi

1 ml reagen Barfoed

Dipanaskan dalam penangas air

Diamati perubahan yang terjadi

Hasil

4. Uji Benedict
Larutan Sampel

Dimasukkan 2 tetes ke dalam tabung


reaksi
1 ml Reagen Benedict

Dipanaskan di atas api bunsen

Diamati perubahan yang terjadi

Duplo

Hasil
Nama Phykandela Noerizka Erel
NIM 205100107111017
Kelas D
Kelompok D5

1. ANALISIS PROSEDUR
1. Uji Molisch
Untuk melakukan uji molisch langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menggunakan alat pelindung diri seperti APD, sarung tangan lateks, masker, jas lab, dan kaca
mata pelindung. Setelah itu, menyiapkan alat dan bahan yang perlukan dalam uji molisch
antara lain 1 ml glukosa 5%, 1 ml sukrosa 5%, 1 ml Pati 1%, 1 ml reagen molisch, 1 ml
larutan H2SO4 pekat, tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet ukur, bulb, dan pipet tetes.
Kemudian memberi label nama masing-masing sampel pada tabung reaksi agar tidak tertukar
dalam melakukan pengamatan, kemudian praktikum dapat dilakukan. Pertama, mengambil
masing-masing 1 ml larutan sampel dengan menggunakan pipet ukur dan memasukkannya
ke dalam masing-masing tabung reaksi. Untuk menghindari kontaminasi, maka cuci pipet
ukur yang digunakan untuk tiap sampel. Kedua, mengambil larutan reagen molisch dengan
menggunakan pipet tetes dan memasukkan 2 tetes reagen molisch ke dalam masing-masing
tabung reaksi. Ketika menggunakan pipet ukur pandangan mata harus sejajar dengan skala
pada tabung pipet ukur dan ketika memegang pipet ukur harus tegak lurus atau dalam
keadaan vertical. Reagen molisch yang ditambahkan ini adalah larutan alfa naftol yang
berfungsi untuk membentuk kompleks warna. Ketiga, mengambil 1 ml H2SO4 dengan
menggunakan pipet ukur dan memasukkannya ke dalam masing-masing tabung reaksi.
Dalam mengambil H2SO4 harus dilakukan melalui lemari asam karena H2SO4 memiliki bau
yang menyengat sehingga blower pada lemari asam dapat menyedot bau H2SO4 dan ketika
meneteskan H2SO4 posisi dari pipet ukur harus tegak dan tabung reaksi dimiringkan dengan
cara mengalirkan H2SO4 melalui dinding tabung reaksi serta harus menjaga agar tabung
reaski tidak sampai terguncang. Penambahan H2SO4 ini berfungsi dalam pembentukkan
senyawa furfural dan condensing agent yaitu penggabungan cincin furfural dan alfa naftol.
Keempat, melakukan pengamatan pada masing-masing sampel dan mencatat hasil pada data
hasil praktikum.

2. Uji Yodium
Untuk melakukan uji yodium langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menggunakan alat pelindung diri seperti APD, sarung tangan lateks, masker, jas lab, dan kaca
mata pelindung. Setelah itu, menyiapkan alat dan bahan yang perlukan dalam uji yodium
antara lain larutan yodium 5%, dekstrin 5%, sukrosa 5%, glukosa 5%, pati 1%, pipet tetes,
dan cawan petri. Kemudian memberi label nama masing-masing sampel dengan cara
membuat garis seperti tanda + pada kertas HVS dan menulis nama masing-masing sampel
serta letakkan pada bawah cawan petri, hal ini dilakukan agar tidak tertukar dalam melakukan
pengamatan, kemudian praktikum dapat dilakukan. Pertama, mengambil masing-masing
sampel dengan menggunakan pipet tetes dan meneteskannya sebanyak 1 tetes ke dalam
cawan petri. Kedua, mengambil larutan yodium dengan menggunakan pipet tetes dan
meneteskannya di atas tetesan sampel dalam cawan petri sebanyak 1 tetes untuk masing-
masing sampel. Untuk menghindari kontaminasi, maka cuci pipet tetes yang digunakan untuk
tiap sampel. Penambahan larutan yodium pada suatu sampel yang mengandung polisakarida
akan mnyebabkan terbentuknya kompleks adsorpsi yang berwarna spesifik yaitu biru
Nama Phykandela Noerizka Erel
NIM 205100107111017
Kelas D
Kelompok D5

kehitaman. Ketiga, untuk mendapatkan hasil uji yodium yang akurat maka dilakukan duplo
dengan meneteskan kembali larutan yodium ke atas sampel. Keempat, melakukan
pengamatan pada masing-masing sampel dan mencatat hasil pada data hasil praktikum.

3. Uji Barfoed
Untuk melakukan uji barfoed langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menggunakan alat pelindung diri seperti APD, sarung tangan lateks, masker, jas lab, dan kaca
mata pelindung. Setelah itu, menyiapkan alat dan bahan yang perlukan dalam uji barfoed
antara lain glukosa 5%, fruktosa 5%, maltosa 5%, sukrosa 5%, reagen barfoed, tabung reaksi,
rak tabung reaksi, pipet ukur, bulp, pipet tetes, gelas beaker 250 ml, penjepit kayu, dan
penangas air. Kemudian memberi label nama masing-masing sampel pada tabung reaksi agar
tidak tertukar dalam melakukan pengamatan, kemudian praktikum dapat dilakukan. Pertama,
mengambil masing-masing larutan sampel sebanyak 5 tetes dengan menggunakan pipet tetes
dan memasukkannya ke dalam masing-masing tabung reaksi sesuai dengan label. Untuk
menghindari kontaminasi, maka cuci pipet tetes yang digunakan untuk tiap sampel. Kedua,
mengambil larutan reagen barfoed sebanyak 1 ml dengan menggunakan pipet ukur dan
memasukkanya ke dalam masing-masing tabung reaksi. Ketika menggunakan pipet ukur
pandangan mata harus sejajar dengan skala pada tabung pipet ukur dan ketika memegang
pipet ukur harus tegak lurus atau dalam keadaan vertical. Reagen barfoed terdiri dari
campuran kupri asetat dan asam asetat yang berfungsi dalam membentuk senyawa kompleks
berwarna merah bata. Ketiga, memanaskan tabung reaksi ke dalam gelas beaker yang
berisikan air yang telah dipanaskan. Setelah itu, apabila sampel telah menunjukkan adanya
endapan, angkat tabung reaksi dengan menggunakan penjepit kayu dan pindahkan ke dalam
rak tabung reaksi. Langkah pemanasan tersebut dilakukan pada masing-masing sampel
hingga terbentuk endapan. Keempat, melakukan pengamatan pada masing-masing sampel
dan mencatat hasil pada data hasil praktikum.

4. Uji Benedict
Untuk melakukan uji benedict langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menggunakan alat pelindung diri seperti APD, sarung tangan lateks, masker, jas lab, dan kaca
mata pelindung. Setelah itu, menyiapkan alat dan bahan yang perlukan dalam uji benedict
antara lain glukosa 5%, fruktosa 5%, sukrosa 5%, reagen benedict, tabung reaksi, rak tabung
reaksi, pipet ukur, bulp, dan bunsen. Kemudian memberi label nama masing-masing sampel
pada tabung reaksi agar tidak tertukar dalam melakukan pengamatan, kemudian praktikum
dapat dilakukan. Pertama, mengambil masing-masing larutan sampel sebanyak 2 tetes
dengan menggunakan pipet tetes dan memasukkannya ke dalam masing-masing tabung
reaksi sesuai dengan label. Kedua, mengambil reagen benedict sebanyak 1 ml dengan
meggunakan pipet ukur dan masukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi. Ketika
menggunakan pipet ukur pandangan mata harus sejajar dengan skala pada tabung pipet ukur
dan ketika memegang pipet ukur harus tegak lurus atau dalam keadaan vertical. Reagen
benedict terdiri dari CuSO4 yang berfungsi sebagai penyedia ion Cu2+, Na-sitrat berfungsi
sebagai penghambat terjadinya endapan CuCO3 , dan Na2CO3 berfungsi sebagai alkali yang
Nama Phykandela Noerizka Erel
NIM 205100107111017
Kelas D
Kelompok D5

mengubah gugus karbonil bebas dari gula menjadi bentuk enol yang reaktif. Ketiga, ambil
satu persatu tabung reaksi dan jepit dengan menggunakan penjepit kayu agar tangan tidak
panas saat ketika sedang memanaskan tabung reaksi, kemudian panaskan di atas api bunsen
yang telah dinyalakan hingga nampak perubahan pada larutan. Dalam melakukan
pemanasan, tabung reaksi harus diposisikan dalam keadaan miring dan digoyangkan
perlahan-lahan agar panas dari api bunsen menyebar dan tidak memusat di bawah tabung
reaksi. Setelah itu, pindahkan tabung reaksi ke dalam rak tabung reaksi. Langkah pemanasan
tersebut dilakukan pada masing-masing sampel hingga terbentuk endapan. Keempat,
melakukan pengamatan pada masing-masing sampel dan mencatat hasil pada data hasil
praktikum.

2. DATA HASIL PENGAMATAN & PEMBAHASAN


1. Uji Molisch
a. Tuliskan data hasil uji Molisch

Senyawa Hasil Uji Keterangan


Glukosa Tidak terbentuk cincin ungu -, disakarida
Sukrosa Cincin Ungu +, disakarida
Pati Cincin ungu/merah +, polisakarida
b. Analisa hasil, bahas dan bandingkan data-data hasil uji Molisch dari beberapa sampel
dalam percobaan ini!

Prinsip analisis karbohidrat secara kualitatif dari uji molish adalah mengidentifikasi
karbohidrat dengan dehidrasi karbohidrat menggunakan asam sulfat pekat dan penambahan
reagen molisch. Dehidrasi senyawa heksosa akan menghasilkan suatu hidroksi metil furfural
dan dehidrasi pentose akan menghasilkan senyawa furfural di mana hidroksi metil furfural
dan senyawa furfural dikondensasikan dengan alfa naftol dalam pereaksi molish. Hasil dari
reaksi ini menimbulkan warna ungu yang menyerupai cincin dalam larutan. Uji molisch ini
dilakukan untuk analisis karbohidrat secara umum yang meliputi monosakarida, disakarida,
dan polisakarida. Hasil positif dari uji molisch ditandai dengan terbentuknua cincin ungu
pada pada permukaan larutan (Atma, 2018).
Pada uji Molisch sampel yang digunakan adalah glukosa, sukrosa, dan pati. Sampel
glukosa sebelum ditambahkan dengan reagen molisch dan H2SO4 larutan glukosa berwarna
bening. Pada data hasil praktikum, sampel glukosa setelah ditambahkan reagen molisch dan
H2SO4 menunjukkan hasil uji tidak terbentuk cincin ungu (hasil uji negatif) dan merupakan
karbohidrat jenis disakarida. Hasil percobaan ini tidak sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa, glukosa adalah gula sederhana monosakarida yang merupakan suatu
aldoheksosa yang terdiri dari 6 atom karbon. Selain itu, apabila diberikan reagen molisch
menunjukkan perubahan warna larutan yang ditandai dengan munculnya cincin ungu yang
lebih pekat di permukaan larutan. Hal ini dikarenakan semakin pendek rantai suatu
Nama Phykandela Noerizka Erel
NIM 205100107111017
Kelas D
Kelompok D5

karbohidrat maka akan semakin mudah karbohidrat tersebut untuk terdehidrasi oleh reagen
molisch dan asam sulfat (Chuzaemi, 2012).
Pada sampel sukrosa sebelum ditambahkan dengan reagen molisch dan H2SO4 larutan
sukrosa berwarna bening. Pada data hasil praktikum, sampel sukrosa setelah ditambahkan
reagen molisch dan H2SO4 menunjukkan hasil uji terbentuk cincin ungu (hasil uji positif)
dan merupakan karbohidrat jenis disakarida. Hal ini sesuai dengan litaratur yang menyatakan
bahwa sukrosa merupakan disakarida yang terbentuk dari monomer-monomernya yaitu
glukosa dan fruktosa. Pembentukan warna ungu yang menyerupai cincin mengindikasikan
bahwa bahan yang dianalis yaitu sukrosa mengandung karbohidrat (Atma, 2018).
Pada sampel pati sebelum ditambahkan dengan reagen molisch dan H2SO4 larutan pati
berwarna putih keruh. Pada data hasil praktikum, sampel pati setelah ditambahkan reagen
molisch dan H2SO4 menunjukkan hasil uji terbentuk cincin ungu (hasil uji positif) dan
merupakan karbohidrat jenis polisakarida. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan
bahwa pati adalah suatu polisakarida yang terdiri atas banyak satuan monosakarida yang
saling berhubungan yaitu merupakan polimer glukosa. Selain itu, pada polisakarida apabila
direaksikan dengan reagen molisch akan menghasilkan warna ungu karena polisakarida
merupakan karbohidrat. Namun pada polisakarida ini warna ungu yang dihasilkan tidak
terlalu pekat karena memiliki rantai karbohidrat yang panjang di mana semakin pendek
rantai suatu karbohidrat maka akan semakin mudah karbohidrat tersebut terhidrasi (Shiddieq
dkk., 2018).
Mekanisme dari reaksi uji molisch yaitu karbohidrat akan bereaksi dengan H2SO4
pekat yang berperan dalam pembentukan senyawa furfural dan condensing agent yaitu
penggabungan cincin furfural dengan alfa natol. Karbohidrat pada sampel akan dihidrolisis
menjadi monosakarida sehingga membentuk hidroksi metilfurfural atau yang umum disebut
dengan cincin furfural. Setelah itu, pereaksi molisch yang terdiri dari alfa naftol dalam
alkohol akan bereaksi dengan senyawa furfural tersebut sehingga membentuk kompleks
warna ungu. Pada uji molisch ini monosakarida akan bereaksi dengan lebih cepat
dibandingkan dengan disakarida dan polisakarida. Hal ini dapat terjadi karena monosakarida
dapat langsung mengalami dehidrasi dengan H2SO4. Sedangkan pada disakarida dan
polisakarida harus melalui perubahan menjadi monosakarida untuk dapat dihidrolisis oleh
H2SO4 hingga membentuk furfural (Boahen and Isaac, 2015).
Nama Phykandela Noerizka Erel
NIM 205100107111017
Kelas D
Kelompok D5

(Harini dkk., 2019).

2. Uji Yodium
a. Tuliskan data hasil uji Yodium

Senyawa Hasil Uji Keterangan


Dekstrin Tidak terbentuk merah kecoklatan -
Sukrosa Tidak terbentuk biru kehitaman -
Glukosa Tidak terbentuk biru kehitaman -
Pati Biru kehitaman +
b. Analisa hasil, bahas dan bandingkan data-data hasil uji Yodium dari beberapa sampel
dalam percobaan ini!
Prinsip analisis secara kualitatif dengan menggunakan uji yodium adalah
mengidentifikasi kandungan polisakarida dengan menambahkan larutan yodium pada suatu
sampel. Larutan yodium dalam bentuk triiodida diapsorpsi oleh larutan polisakarida.
Triiodida akan masuk ke dalam struktur helikal pada pati yang akan membentuk warna biru
kehitaman atau biru pekat. Pada monosakarida dan disakarida mempunyai suatu gulungan
helix yang kecil sehingga warna biru yang terbentuk pudar hingga tidak terbentuk kompleks
warna sama sekali. Pada polisakarida warna yang dihasilkan akan bergantung pada jenis
polisakarida pengadsorpsinya. Larutan amilum ditambahkan larutan yodium akan
memberikan warna biru, sedangkan amilopektin dan glikogen jika ditambahkan larutan
yodium akan terhidrolisa secara parsial sehingga menghasilkan warna coklat kemerahan
(Nisyak dkk., 2019).
Pada uji Yodium sampel yang digunakan adalah dekstrin, sukrosa, glukosa, dan pati.
Sampel dekstrin sebelum ditambahkan dengan larutan yodium, larutan dekstrin berwarna
bening. Pada data hasil praktikum, sampel dekstrin setelah ditambahkan larutan yodium
menunjukkan hasil uji tidak terbentuk merah kecoklatan dan merupakan hasil uji yodium
negatif. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa dekstrin adalah suatu
karbohidrat yang dibentuk selama proses hudrolisis pati menjadi gula oleh panas, asam, dan
enzim. Selain itu, apabila karbohidrat yang terhidrolisa secara parsial ditambahkan dengan
larutan yodium akan menghasilkan warna coklat kemerahan karena pemutusan rantai gula
pada dekstrin tidak sesempurna pada pati (Praja, 2015).
Pada sukrosa sebelum ditambahkan dengan larutan yodium, larutan sukrosa berwarna
bening. Pada data hasil praktikum, sampel sukrosa setelah ditambahkan larutan yodium
menunjukkan hasil uji tidak terbentuk biru kehitaman dan merupakan hasil uji yodium
negatif. Setelah ditetesi larutan yodium, larutan sukrosa memberikan perubahan coklat
kemerahan karena tercampur dengan larutan yodium yang berwarna coklat kemerahan
sehingga larutan yodium disini tidak mengubah sampel menjadi biru kehitaman. Hal ini
sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa sukrosa adalah disakarida yang tersusun atas
sekitar 50% glukosa dan 50% fruktosa sehingga apabila ditetesi larutan yodium tidak akan
Nama Phykandela Noerizka Erel
NIM 205100107111017
Kelas D
Kelompok D5

berubah menjadi biru kehitaman karena bukan golongan karbohidrat polisakarida (Shiddieq
dkk., 2018).
Pada glukosa sebelum ditambahkan dengan larutan yodium, larutan glukosa berwarna
bening. Pada data hasil praktikum, sampel glukosa setelah ditambahkan larutan yodium
menunjukkan hasil uji tidak terbentuk biru kehitaman dan merupakan hasil uji yodium
negatif. Setelah ditetesi larutan yodium, larutan glukosa memberikan perubahan coklat
kemerahan karena tercampur dengan larutan yodium yang berwarna coklat kemerahan
sehingga larutan yodium disini tidak mengubah sampel menjadi biru kehitaman. Hal ini
sesuai dengan literatur bahwa glukosa atau yang disebut juga dengan dektrosa adalah gula
sederhana yang temaruk ke dalam monosakarida yaitu satuan dasar pembangun semua
karbohidrat. Apabila glukosa ditetesi larutan yodium tidak akan berubah menjadi biru
kehitaman karena bukan golongan karbohidrat polisakarida (Shiddieq dkk., 2018).
Mekanisme yang terjadi pada uji yodium adalah kalium iodida yang dimasukkan ke
dalam sampel akan membentuk ion kompleks triiodida. Selanjutnya, triiodida tersebut akan
masuk ke dalam struktur helikal pada pati. Pada saat inilah perubahan warna terbentuk yaitu
menjadi berwarna biru oekat atau biru kehitaman (Ainun dan Suyati, 2018).
H2O2(aq) + 3 I-(aq) + 2 H+ → I3- + 2 H2O
I3-(aq) + 2 S2O32-(aq) → 3 I-(aq) + S4O62-(aq)
(Ainun dan Suyati, 2018).

3. Uji Barfoed

a. Tuliskan data hasil Barfoed test!


Senyawa Hasil Uji Keterangan
Glukosa + Merah bata
Fruktosa
Laktosa + Merah bata
Maltosa - Biru tua
Sukrosa - Biru tua
b. Analisa hasil, bahas dan bandingkan data-data hasil uji Barfoed dari beberapa sampel
dalam percobaan ini!
Prinsip dari uji barfoed adalah mengidentifikasi monosakarida dan disakarida
pereduksi dalam suasana asam. Reagen yang digunakan pada uji barfoed adalah
campuran dari kupri asetat dan asam asetat. Hasil identifikasi dari uji barfoed ini yaitu
menghasilkan endapan yang berwarna merah bata yaitu endapan kuprooksida (Cu2O)
(Nurjannah dkk., 2017).
Pada uji Yodium sampel yang digunakan adalah glukosa, fruktosa, maltosa, dan
sukrosa. Sampel glukosa sebelum ditambahkan dengan reagen barfoed, larutan glukosa
berwarna bening. Pada data hasil praktikum, sampel glukosa setelah ditambahkan reagen
barfoed dan dipanaskan menunjukkan hasil uji positif yaitu dengan menunjukkan warna
merah bata. Sehingga dapat diidentifikasi bahwa glukosa mempunyai gugus gula
Nama Phykandela Noerizka Erel
NIM 205100107111017
Kelas D
Kelompok D5

pereduksi. Hal ini sesuai dengan literatur, bahwa glukosa merupakan gula pereduksi yaitu
golongan karbohidrat yang dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron.
Sehingga apabila ditambahkan reagen barfoed dan dipanaskan glukosa akan memberikan
reaksi terhadap reagen dengan munculnya perubahan warna menjadi merah bata (Afriza
dan Ismanilda, 2019).
Pada sampel fruktosa sebelum ditambahkan dengan reagen barfoed, larutan
fruktosa berwarna bening. Pada data hasil praktikum, sampel fruktosa setelah
ditambahkan reagen barfoed dan dipanaskan menunjukkan hasil uji positif yaitu dengan
menunjukkan warna merah bata. Sehingga dapat diidentifikasi bahwa glukosa
mempunyai gugus gula pereduksi. Hal ini sesuai dengan literatur, bahwa sebagian
karbohidrat bersifat pereduksi dan fruktosa merupakan salah satu contoh dari gula
pereduksi. Oleh karena itu, apabila fruktosa direaksikan dengan reagen barfoed dan
dipanaskan maka akan menghasilkan perubahan warna larutan menjadi merah bata
(Afriza dan Ismanilda, 2019).
Pada sampel sukrosa sebelum ditambahkan dengan reagen barfoed, larutan sukrosa
berwarna bening. Pada data hasil praktikum, sampel sukrosa setelah ditambahkan reagen
barfoed dan dipanaskan menunjukkan hasil uji negatif yaitu dengan menunjukkan warna
biru tua. Sehingga dapat diidentifikasi bahwa sukrosa tidak mempunyai gugus gula
pereduksi. Hal ini tidak sesuai dengan literatur, bahwa sukrosa merupakan karbohidrat
yang terdiri dari glukosa dan fruktosa. Pada sukrosa berbeda dengan karbohidrat
disakarida karena gugus pereduksi dari kedua satuan pada sukrosa itu ikat mengikat.
Berdasarkan hal tersebut maka apabila sukrosa jika direaksikan dengan reagen barfoed
dan dipanaskan maka menghasilkan uji negatif dengan tidak menunjukkan endapan
merah bata melainkan biru tua (Susilo dkk., 2019).
Mekanisme yang terjadi pada uji barfoed yaitu Cu2+ yang ada pada reagen barfoed
akan direduksi oleh gula pereduksi. Uji barfoed ini dilakukan dalam suasana asam.
Reduksi Cu2+ oleh gula pereduksi menghasilkan kuprooksida (Cu2O) yang berwarna
merah bata. Ion Cu2+ akan direduksi lebih cepat oleh gula pereduksi monosakarida
dibandingkan dengan gula pereduksi disakarida. Sehingga gula pereduksi monosakarida
bereaksi dengan reagen barfoed yang menghasilkan endapan merah kuprooksida,
sedangkan disakarida tidak dapat bereaksi sehingga hasil negatif karena bereaksi lambat
dengan reagen barfoed. Hal ini dapat terjadi karena disakarida harus mengalami
transformasi terelebih dahulu dengan proses penambahan asam untuk menjadi
monosakarida sehingga dapat bereaksi dengan reagen barfoed (Nisyak dkk., 2019).

(Harini dkk., 2019).

4. Uji Benedict
Nama Phykandela Noerizka Erel
NIM 205100107111017
Kelas D
Kelompok D5

a. Tuliskan data hasil Benedict test!

Hasil Uji
Senyawa Keterangan

Sebelum pemanasan Setelah pemanasan


Glukosa Biru Merah bata +, monosakarida
Fruktosa Biru Biru -, monosakarida
Sukrosa Biru Biru -, disakarida

b. Analisa hasil, bahas dan bandingkan data-data hasil uji Benedict dari beberapa sampel
dalam percobaan ini!
Prinsip uji Benedict adalah mengidentifikasi gula pereduksi dalam suasana basa.
Larutan CuSO4 dalam suasana basa direaksikan dengan gula pereduksi menyebabkan
CuO tereduksi menjadi Cu2O yang berwarna merah bata. Reagen benedict terdiri dari
tembaga sulfat dalam larutan natrium karbonat (NaCO3) dan natrium sitrat (NaCH3COO).
Dari uji Benedict ini yang menunjukkan hasil uji positif yaitu ditandai dengan munculnya
endapan merah yang artinya pada sampel tersebut merupakan gula pereduksi. Sebaliknya,
jika tidak terdapat endapan merah maka sampel tersebut bukan gula pereduksi (Nisyak
dkk., 2019).
Pada uji Benedict sampel yang digunakan adalah glukosa, fruktosa, dan sukrosa.
Sampel glukosa sebelum ditambahkan dengan reagen benedict, larutan glukosa berwarna
bening. Pada data hasil praktikum, sampel glukosa setelah ditambahkan reagen benedict
berubah menjadi biru dan setelah dipanaskan di atas api bunsen menunjukkan hasil uji
positif yaitu dengan menunjukkan warna merah bata. Sehingga dapat diidentifikasi bahwa
glukosa mempunyai gugus gula pereduksi. Hal ini sesuai dengan literatur, bahwa glukosa
merupakan monosakarida yang mempunyai gugus gula pereduksi sehingga jika
direaksikan dengan reagen benedict akan menghasilkan endapan merah bata (Praja, 2015)
Pada sampel fruktosa sebelum ditambahkan dengan reagen benedict, larutan
fruktosa berwarna bening. Pada data hasil praktikum, sampel fruktosa setelah
ditambahkan reagen benedict dan dipanaskan di atas api bunsen menunjukkan hasil uji
negatif yaitu dengan tetap menunjukkan warna biru. Sehingga dapat diidentifikasi bahwa
fruktosa tidak mempunyai gugus gula pereduksi. Hal ini tidak sesuai dengan literatur,
bahwa reagen benedict dapat bereaksi dengan gugus aldehid kecuali aldehid dalam gugus
aromatik dan alpha hidroksi keton, sehingga fruktosa merupakan salah satunya. Fruktosa
bukan termasuk gula pereduksi, akan tetapi karena memiliki gugus alpha hidroksi keton,
maka fruktosa sapat berubah menjadi glukosa dan mannosa salam suasana basa. Sehingga
apabila fruktosa direaksikan dengan reagen benedict menghasilkan warna merah bata dan
memberikan hasil positif dengan reagen benedict (Nisyak dkk., 2019).
Nama Phykandela Noerizka Erel
NIM 205100107111017
Kelas D
Kelompok D5

Pada sampel sukrosa sebelum ditambahkan dengan reagen benedict, larutan sukrosa
berwarna bening. Pada data hasil praktikum, sampel fruktosa setelah ditambahkan reagen
benedict dan dipanaskan di atas api bunsen menunjukkan hasil uji negatif yaitu dengan
tetap menunjukkan warna biru. Sehingga dapat diidentifikasi bahwa sukrosa tidak
mempunyai gugus gula pereduksi. Hal ini sesuai dengan literatur, bahwa semua
monosakarida yaitu glukosa, fruktosa, dan galaktosa, dan disakarida yaitu laktosa dan
maltosa kecuali sukrosa dan pati (polisakarida) termasuk ke dalam golongan gula
pereduksi. Berdasarkan hal tersebut maka apabila sukrosa direaksikan dengan reagen
benedict tidak dapat menghasilkan perubahan warna menjadi merah bata melainkan tetap
berwarna biru (Afriza dan Ismanilda, 2019).
Mekanisme yang terjadi pada uji benedict yaitu menggunakan senyawa yang
mengandung tembaga (Cu) dengan mauatan +2. Glukosa dioksidasi dalam bentuk garam
asam glukoronat. Selanjutnya larutan CuSO4 dalam suasana alkali akan direaksikan oleh
gula yang memiliki gugus aldehida atau keton bebas sehingga CuO atau cupri oksida
tereduksi sehingga menjadi CuO2 yang berwarna merah bata. Pereaksi benedict terdiri
dari tembaga sulfat dalam larutan natrium karbonat dan natrium sitrat (Atma, 2018).

(Harini dkk., 2019).

3. PERTANYAAN
1. Bagaimana mengidentifikasi adanya pati dalam sampel dengan uji yodium?
Uji yodium merupakan salah satu cara pengujian yang dilakukan untuk
mengidentifikasi dan membedakan dalam suatu sampel yang mengandung polisakarida dari
disakarida dan monosakarida. Untuk mengidentifikasi suatu sampel yang harus dilakukan
meneteskan 1 tetes sampel di atas cawan petri yang telah dibagi menjadi 4 bagian dan diberi
label sesuai sampel. Selanjutnya diperlukan penambahan 1 tetes reagen yodium diatas
sampel yang telah diteteskan pada cawan petri agar menghasilkan suatu reaksi. Setelah itu,
amati perubahan warna pada sampel tersebut. Uji yodium dengan penambahan larutan
yodium pada suatu polisakarida akan mnyebabkan terbentuknya kompleks adsorpsi yang
berwarna spesifik. Terjadinya perubahan warna karena kalium iodida masuk ke dalam
sampel hingga membentuk ion kompleks triidodida. Selanjutnya triiodida masuk ke dalam
struktur helical pada pati sehingga membentuk suatu warna biru kehitaman. Hasil reaksi
positif menunjukkan warna biru kehitaman yang terjadi pada larutan yang mengandung pati
karena terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks dengan adanya ikatan
konfigurasi tiap unit glukosanya. Pada sampel yang telah digunakan pada uji yodium ini
sampel yang menghasilkan uji positif dan mengandung pati (biru kehitaman) adalah dekstrin
dan pati, sedangkan hasil uji negatif adalah sukrosa dan glukosa (Mustakin dan Tahir, 2019).

2. Bagaimana mengidentifikasi gula pereduksi sampel pada uji benedict?


Nama Phykandela Noerizka Erel
NIM 205100107111017
Kelas D
Kelompok D5

Uji yodium merupakan salah satu cara pengujian yang dilakukan untuk
mengidentifikasi gula pereduksi dalam suasana basa. Untuk mengidentifikasi sampel maka
harus memasukkan 2 tetes masing-masing sampel ke dalam tabung reaksi, kemudian
menambahkan 1 ml reagen benedict pada tabung reaksi. Setelah itu, panaskan tabung reaksi
diatas api bunsen dengan memiringkan tabung reaksi dan menggoyang-goyangkannya
hingga terjadi perubahan warna pada sampel. Pada reagen benedict terdiri dari tembaga
sulfat dalam larutan natrium karbonan dan natrium sitrat yang berfungsi untuk mereduksi
glukosa. Pada uji ini terjadi reaksi reduksi oksidasi di mana glukosa dioksidadi salam bentuk
garam asam glukoronat dan larutan CuSO4 dalan suasana alkali direaksikan dengan gula
pereduksi sehingga CuO tereduksi menjadi Cu2O sehingga mebentuk warna merah bata yang
menandakan hasil uji benedict positif. Hasil uji positif pada uji benedict ini terjadi pada
sampel glukosa, fruktosa, dan maltosa, sedangkan hasil uji negatif terjadi pada sampel
sukrosa (Puskas, 2013).
Nama Phykandela Noerizka Erel
NIM 205100107111017
Kelas D
Kelompok D5

4. KESIMPULAN
Praktikum Uji Kualitatif Karbohidrat bertujuan untuk mengetahui prinsip dasar uji
kualitatif krbohidrat dan mengetahui perbedaan prinsip dari masing-masing metode. Pada uji
kualitatif karbohidrat dilakukan 4 uji yaitu uji molisch, uji yodium, uji barfoed, dan uji benedict.
Pada uji Molisch bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan karbohidrat secara uji kualitatif
umum. Pada uji Yodium bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan polisakarida pada suatu
sampel. Uji Barfoed bertujuan untuk mengidentifikasi monosakari dan dan disakarida pereduksi
dalam suasana asam. Uji Benedict bertujuan untuk mengidentifikasi gula pereduksi dalam
suasana basa.
Prinsip dari uji molisch yaitu mengidentifikasi adanya kandungan karbohidrat dengan
menambahkan reagen molisch dimana akan terjadi reaksi dehidrasi karbohidrat oleh H2SO4 dan
membentuk cincin furtral dan juga menghasilkan warna ungu pada permukaan larutan. Prinsip
dari uji yodium yaitu mengidetifikasi kandungan polisakarida dengan menambahkan larutan
yodium dalam bentuk triiodida yang masuk ke dalam struktur helikal pada pati dan membentuk
warna biru pekat atau biru kehitaman. Prinsip dari uji barfoed yaitu mengidentifikasi adanya
monosakarida dan polisakarida pereduksi dengan menambahkan reagen barfoed dan
menghasilkan endapan Cu2O berwarna merah bata. Prinsip dari uji benedict yaitu
mengidentifikasi adanya gula pereduksi dalam suasana basa yaitu laruta CuSO4 dalam suasan
basa direaksikan dengan gula pereduksi sehingga CuO tereduksi menjadi Cu2O (berwarna merah
bata).
Hasil uji pada ke-4 uji kualitatif karbohidrat antara lain, yang pertama uji Molisch
memiliki hasil uji positif yaitu pada glukosa, sukrosa, dan pati yang ditandai dengan terbentuknya
cincin furfural berwarna ungu. Pada uji ke-2 yaitu uji Yodium memiliki hasil uji positif yaitu
dekstrin dan pati yang ditandai dengan perubahan larutan menjadi berwarna biru pekat atau biru
kehitaman. Pada uji ke-3 yaitu uji Barfoed memiliki hasil uji positif yaitu glukosa, fruktosa, dan
maltosa yang ditandai dengan terbentuknya warna merah bata. Pada uji ke-4 yaitu uji Benedict
yang memiliki hasil uji positif yaitu glukosa, fruktosa, dan maltosa yang ditandai dengan
terbentuknya warna merah bata
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Muhibbuddin, N.R. Khoirotun N.m dan Eva Agustina. Identification of Active Substance
in Ajwa Date (Phoenix dactylvera L.) Fruit Flesh Methanol Extract. Biotropic The Journal of
Tropical Biology. 1(1): 32-39
Andriyani, Rika, Ani Triana, dan Widya Juliarti. 2015. Buku Ajar Biologi Reproduksi dan
Perkembangan. Yogyakarta: Deepublish
Fathonah, Siti dan Sarwi. 2020. Literasi Zat Gizi Makro Dan Pemecahan Masalahnya. Yogyakarta:
Deepublish
Festy W., Pipit. 2018. Buku Ajar Gizi dan Diet. Surabaya: UMSurabaya Publishing
Firani, Novi Khila. 2017. Metabolisme Karbohidrat: Tinjauan Biokimia dan Patologis. Malang:
Universitas Brawijaya Press
Harini, Noor, Renita Marianty, dan Vritta A.W. 2019. Analisa Pangan. Sidoarjo: Zifatama Jawara
Kusbandari, Aprilia. 2015. Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida dalam Tepung dan Pati Umbi
Ganyong (Canna edulis Ker.). Pharmaciana. 5(1): 35-42
Kusnandar, Feri. 2019. Kimia Pangan Komponen Makro. Jakarta: Sinar Grafika Offset
Lapu, Petrus dan Telussa. Analisis Kandungan Pati Resisten dari Beberapa Jenis Pati Sagu di Maluku
dengan Variasi Suhu Pemanasan. Ind. J. Chem. Res. 1(1): 6-14
Mascetta, Joseph A. and Mark Kernion. 2019. Chemistry: The Easy Way. New York: Simon and
Schuster
Nur, Mokhamad dan Wenny Bekti Sunarharum. 2019. Kimia Pangan. Malang: Ub Press
Padaga, Chendrakasih, Premy Puspitawati R., Masdiana C.P, dkk. 2017. Teknologi Hasil Ternak.
Malang: Universitas Brawijaya Press
Putri, Widya Dwi R. dan Elok Zubaidah. 2017. Pati: Modifikasi dan Karakterisasinya. Malang: UB
Press
Thakur, Vijay Kumar, Manju Kumari T., and Michael R. Kessler. 2016. Handbook of Composites
from Renewable Materials, Structure and Chemistry. Hoboken: John Wiley & Sons
Vir, Sheila Chander. 2011. Public Health Nutrition in Developing Countries. New Delhi: Woodhead
Publishing India
Wahyu, Andi, Liliasari, dan Titin Supriyanti. 2020. Biomolekul Konteks Kentang Bahan Ajar
Biokimia. Bandung: Media Sain Indonesia
Yuliana, Anna. 2018. Buku Ajar Biokimia Farmasi. Surabaya: Jakad Media Publishing
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Mustakin, Fatmawati dan Mulyati M Tahir. 2019. Analisis Kandungan Glikogen pada Hati, Otot, dan
Otak Hewan. Canrea Journal. 2(2): 75-80
Puskas, Judit. 2013. Introduction to Polymer Chemistry: A Biobased Approach. Pennsylvania USA:
DEStech Publications
Atma, Yoni. 2018. Prinsip Analisis Komponen Pangan Makro dan Mikro Nutrien. Yogyakarta:
Deepublish
Chuzaemi, Siti. 2012. Fisiologi Nutrisi Ruminansia. Malang: UB Press
Shiddieq, Dja'far, Putu Sudira, dan Tohari. 2018. Aspek Dasar Agronomi Berkelanjutan. Yogyakarta:
Gadjah Mada Press
Boahen Y, Isaac A. 2015. Colorimrtric Determination of Carbohydrates in Some Brand of Beer in
Ghana As An Indication of Their Glycemic Index in the Management of Diabetes Type II.
African Journal of Food Science and Technology. 6 (7): 204-208
Nisyak, Khoirun, Yulianto Ade P., dan A'yunil Hisbiyah. BIOKIMIA: Penuntun Praktikum Biokimia.
Surabaya: CV. Penerbit Qiara Media
Praja, Deny Indra. 2015. Zat Aditif Makanan: Manfaat dan Bahayanya. Yogyakarta: Penerbit
Garudhawaca
Ainun, Mufid dan Linda Suyati. 2018. Bioelectricity of Various Carbon Sources on Series Circuit
from Microbial Fuel Cell System using Lactobacillus plantarum. Jurnal Kimia Sains dan
Aplikasi. 21(2): 70 – 74
Nurjannah, Laita, Suryani, dan Suminar S.A., dkk. 2017. Produksi Asam Laktat oleh Lactobacillus
delbrueckii subsp. bulgaricus dengan Sumber Karbon Tetes Tebu. Jurnal Teknologi dan
Industri Pertanian Indonesia. 9(1): 1-9
Afriza, Renita dan Ismanilda. 2019. Analisis Perbedaan Kadar Gula Pereduksi dengan Metode Lane
Eynon dan Luff Schoorl pada Buah Naga Merah (Hylocereus Polyhizus). Jurnal Teknologi dan
Manajemen Pengelolaan Laboratorium. 2(2): 90-96
Susilo, Agus, Djalal Rosyidi, dan Firman Jaya. 2019. Dasar Teknologi Hasil Ternak. Malang: UB
Press

Anda mungkin juga menyukai