Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK

IDENTIFIKASI ALDEHID DAN KETON

NAMA :
NIM :
KELAS :
KELOMPOK :
ASISTEN :

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3

BAB II
IDENTIFIKASI ALDEHID DAN KETON

TUJUAN :
 Membedakan senyawa aldehid dan keton dengan menggunakan uji Tollens dan
Fehling
 Memahami reaksi yang terjadi selama uji Tollens dan Fehling

A. Pre-lab
1. Jelaskan perbedaan mendasar antara aldehid dan keton!
Aldehid merupakan senyawa organik yang atom karbon (C) karbonilnya selalu
berikatan paling sedikit dengan satu atom hidrogen (H), sedangkan keton adalah senyawa
kimia organik yang atom karbon (C) karbonilnya saling berikatan dengan 2 atom karbon (C)
yang lain. Aldehid juga lebih mudah beroksidasi dibanding dengan keton karena aldehida
memilki sebuah atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonilnya (Acton, 2013).

2. Jelaskan prinsip uji Tollens !


Prinsip dari uji tollens ini adalah membuktikan ada atau tidaknya endapan perak
yang terbentuk melapisi dinding tabung reaksi. Pereaksi tollens merupakan sebuah larutan
perak nitrat (AgNO3) dalam amonia (NH4OH). Pereaksi tollens dibuat dengan cara menetesi
larutan perak nitrat dengan larutan amonia sedikit demi sedikit hingga endapan yang mula-
mula terbentuk larut kembali. Aldehid memiliki kemampuan untuk mereduksi pereaksi
tollens sehingga dapat dapat melepaskan unsur perak. Reaksi ini biasa disebuk dengan
reaksi cermin perak (Subandi, 2010).

3. Apa fungsi pereaksi fehling pada uji fehling?


Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian, yaitu fehling A yang merupakan CuSO 4 dan
larutan fehling B yang merupakan campuran larutan NaOH dengan Kalium Natrium tartarat.
Pereaksi fehling umumnya memiliki warna biru tua. Pereaksi fehling ini digunakan sebagai
pengindentifikasi adanya gula reduksi. Reaksi aldehida apabila direaksikan dengan fehling
akan menghasilkan sebuah endapan merah bata Cu2O. Dalam pereaksi Fehling , ion Cu2+
terdapat sebagai ion kompleks (Subandi, 2010).
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3

B. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Aldehid
Aldehid merupakan sebuah senyawa organik yang memiliki gugus karbonil
terminal yang mana gugus ini terletak pada ujung rantai karbon induk yang diakhiri
sebuah atom hidrogen dan berikatan rangkap dengan atom oksigen. Aldehid atau
alkanal adalah golongan metanoil atau formil dengan alkohol yang terhidrogenasi.
Golongan ini umumnya memiliki sifat yang polar. Golongan Aldehida seperti
formaldehida, dan asetaldehida yang memiliki 1-2 atom C umumnya memiliki sifat
fisik berwujud gas dengan aroma tidak sedap dan berbeda dengan golongan
Aldehida yang memiliki 3-12 atom C dimana dalam keadaan fasa cair memiliki aroma
yang sedap. Sifat kimia dari Aldehida adalah oksidasi oleh larutan Fehling
yang dapat mereduksi larutan Fehling menghasilkan endapan merah bata dari
senyawa tembaga(I) oksida, Oksidasi oleh larutan Tollens
yang dapat mereduksi larutan Tollens menghasilkan cermin perak dan Oksidasi
aldehida dengan campuran kalium bikromat dan asam sulfat yang menghasilkan
asam karboksilat (Acton, 2013). Contoh dari senyawa Aldehida :

(Acton, 2013).

2. Pengertian Keton
Keton merupakan senyawa organik yang memiliki sebuah gugus karbonil
yang terikat pada dua gugus alkil dengan rumus R-CO-R’, dimana R adalah alkil dan
-CO- adalah gugus fungsi keton (karbonil). Karakteristik dari sebuah keton ialah
berupa cairan tak berwarna, umumnya larut dalam air, bersifat polar, lebih mudah
menguap daripada alkohol dan asam karboksilat, mempunyai titik didih yang relatif
lebih tinggi daripada senyawa non polar serta dapat direduksi oleh gas H2
menghasilkan alkohol sekundernya. Keton memiliki sifat yang sulit teroksidasi dan
kurang reaktif terhadap adisi nukleofilik. Keton dapat digunakan sebagai pelarut
(Acton, 2013). Contohnya adalah:

(Acton, 2013).

3. Tinjauan Bahan
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3

a. Aseton
Merupakan senyawa yang memiliki nama lain prapanon. Senyawa ini memiliki
wujud cairan yang tidak memiliki warna, berbau sengit, bersifat polar serta mudah
larut dalam air. Larutan ini memiliki titik didih 56°C serta titik beku -95°C. Aseton
bersifat tidak dapat dioksidasai melainkan dengan kondisi tertentu, dimana rantai
karbon pecah (Acton, 2013).

b. Glukosa
Glukosa adalah monosakarida yang sering ditemukan pada tanaman.
Glukosa memiliki rumus molekul C6H12O6. Glukosa memiliki kemampuan dalam
memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan disebabkan Glukosa merupakan
suatu Aldoheksosa. Glukosa dapat dibentuk dari formaldehida pada keadaan
biotik maupun fotosintesis (Sumardjo, 2008).

c. Fruktosa
Fruktosa (levulosa/gula buah) adalah isomer gula yang merupakan salah satu
dari gula darah. Fruktosa merupakan polihidroksiketon yang memiliki atom karbon
6 dengan rumus C6H12O6 yag sama dengan glukosa namun berbeda dari segi
strukturnya. Tingkat kemanisan gula ini sekitar 120-180% dari gula sukrosa.
Fruktosa dapat diperoleh dari proses hidrolisis inulin dan sakarosa (Sumardjo,
2008).

d. Formalin
Formalin atau Formaldehida merupakan larutan senyawa gugus aldehida.
Formalin tersedia sebagai hasil 40% gas formaldehid. Larutan ini memiliki titik
didih -19°C. Formalin biasa digunakan sebagai disinfektan, pengawet biologis dan
juga untuk pembuatan resin sintetis. Formalin umumnya mengandung methanol
sebanyak 10 – 15 % yang berfungsi sebagai stabilator agar struktur formaldehida
pada formalin tidak mengalami polimerisasi dan bersifat reaktif dibandingkan
senyawa aldehida lainnya (Acton, 2013).

e. Tollens (AgNO 3 )
Tollen adalah perak nitrat yang memiliki karakteristik berupa padatan putih
yang tidak memiliki bau dan mudah larut dalam etanol dan aseton. Senyawa ini
memiliki titik didih 444oC, berat molekul 169,87 gram/mol, tidak berbau,
merupakan oksidator kuat, gelap jika terkena cahaya, beracun, korosif, dan dapat
larut dalam air, aseton, ammonia, eter dan glikol. Perak nitrat sangat berbahaya
apabila bereaksi dengan etanol (Acton, 2013).
f. NH4OH
Merupakan larutan basa amonium hidroksida yang tidak memiliki warna serta
bau yang tidak sedap. NH4OH memiliki titik didih 33,5°C dan titik lebur sebesar
-78°C. Larutan amonium hidroksida bersifat tidak stabil dan mudah larut dalam air
serta mudah mengalami autoionisasi. (Subandi, 2010).

g. NaOH
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3

NaOH adalah senyawa ionik basa kuat yang memiliki wujud serbuk putih.
Senyawa ini memiliki titik didih 1360°C dan titik lebur 318°C dan sangat mudah
larut dalam air. Senyawa NaOH umumnya berbentuk padatan bewarna putih
(Saputro, 2015).

h. Fehling A
Pereaksi fehling ialah oksidator lemah yang merupakan pereaksi khusus
untuk mengenali aldehida. Fehling A adalah CuSO 4 yang kondisi anhidratnya
memiliki bentuk serbuk/bubuk hijau pucat atau abu-abu putih, sedangkan dalam
bentuknya yang pentahidrat (CuSO4·5H2O) ia bewarna biru terang. (McMurry,
2012).

i. Fehling B
Fehling B adalah senyawa campuran larutan NaOH dan kalium natrium
tartrat. Laurtan ini juga digunkan untuk menguji kandungan gula tereduksi dalam
suatu sampel (McMurry, 2012).

j. Aquades
Aquades ialah air hasil penyulingan yang tidak memiliki mineral. Molekul pada
aquades memiliki bentuk asimetris yang menyebabkan elektronegatifannya lebih
tinggi dari atom hidrogen. Aquades memiliki berat molekul 18,02. Aquades
merupakan cairan bening dan tidak berwarna, namun memiliki bau menyengat
yang ringan.Titik lebur dari aquades yaitu -52ᵒC dan titik didihnya adalah 114ᵒC.
Aquades dapat didekomposisi pada suhu lebih dari 100ᵒC. Aquades merupakan
bahan kimia yang tidak berbahaya bagi tubuh manusia karena memiliki pH netral
sehingga tidak menimbulkan efek samping. Aquades ini biasanya berfungsi
sebagai pelarut (Sharifuddin, 2008).

C. Diagram Alir
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3

1. Uji Tollens

1 mL larutan AgNO3 5%

Dimasukkan kedalam tabung reaksi


NH4OH 6M 5-10 tetes

Ditambah hingga endapan hilang

1 ml sampel

Ditambahkan pada tabung reaksi

Dipanaskan sekitar 2 menit

Diamati perubahan yang


terjadi

Hasil

2.Uji Fehling

5 tetes Fehling A
Nama Annisa Meylana I
NIM
Kelas D
Kelompok D3

Dimasukkan kedalam 5 tabung reaksi berbeda

5 tetes NaOH

10 tetes Fehling B

1 mL sampel

Dipanaskan ± 2 menit dalam water bath

Diamati perubahan yang

Hasil
DAFTAR PUSTAKA

Acton, Ashton Q. 2013. Aldehyde-Ketone Transferases Advances in Research and


Application. Atlanta: ScholarlyEditions

McMurry, John E. 2012. Organic Chemistry. New York City: Cengage Learning

Saputro, Agung Nugroho. 2015. Konsep Dasar Kimia Koordinasi. Yogyakarta: Deepublish

Sharifuddin, Sumarni. 2008. Kimia Metalo Organik. Johor Baru: Cetak Ratu Sdn. Bhd

Subandi. 2010. Kimia Organik. Yogyakarta: Deepublish

Sumardjo, Damin. 2008. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran.
Jakarta: EGC
Nama Annisa Meylana I
NIM 165100107111041
Kelas D
Kelompok D3

D. Hasil Percobaan Dan Pengamatan :


1. Uji Tollens
Sampel +
Reagen Sampel + Reagen Reagen
Hasil uji
No. Nama Sampel Tollens + Tollens (tanpa Tollens
(+)/(-)
NH4OH pemanasan) (setelah
pemanasan)

1.  Glukosa Bening  Bening  Kehitaman - 

2. Sukrosa  Bening Bening Bening  -

3.  Fruktosa  Bening Coklat Bening Kehitaman  -

Bening
4. Aseton  Bening Bening  -
Kecoklatan

5. Formalin  Bening Cermin perak Cermin perak +

2. Uji Fehling
Sampel + Sampel +
Reagen
Reagen Fehling Reagen Fehling Hasil uji
No. Nama Sampel Fehling +
(tanpa (setelah (+)/(-)
NaOH
pemanasan) pemanasan)
Sedikit endapan
1. Glukosa  Biru   Biru  +
merah bata 

2. Sukrosa  Biru Biru Biru  -

 Endapan Merah
3. Fruktosa  Biru Kuning Hijau Biru  +
bata

4. Aseton  Biru  Biru Biru  -

Terdapat
5. Formalin  Biru  Biru endapan merah - 
bata

E. PEMBAHASAN
1. Uji Tollens
Nama Annisa Meylana I
NIM 165100107111041
Kelas D
Kelompok D3

a. Prinsip Uji Tollens


Prinsip dari uji Tollens ini adalah digunakan untuk membedakan senyawa
aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan menambahkan reagen Tollens
yaitu AgNO3 dimana akan terjadi reaksi reduksi oksidasi. Aldehid dioksidasi
menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia Tollens direduksi menjadi
logam Ag. Uji positf ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding
dalam tabung reaksi (Pavia, 2015).

O O

R C H + Ag2 R C OH + 2 Ag(s)

b. Analisa Prosedur
Dalam melakukan praktikum identifikasi gugus fungsi aldehid dan keton
pertama tama persiapkan alat dan bahan. Alat dan bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah pipet tetes, pipet ukur, tabung reaksi, rak tabung reaksi,
penjepit tabung, bunsen, AgNO3 , NH4OH , glukosa, fruktosa, sukrosa,
formaldehid, aseton. Alat dan bahan memiliki fungsi masing masing pipet tetes
untuk mengambil larutan NH4OH yang digunakan sebagai pembentuk suasana
basa dalam reagen tollenssehingga tidak terjadi pengendapan pada reagen
karena AgNO3 harus ditambah amonia agar membentuk ion kompleks sehingga
tidak terjadi pengendapan, pipet ukur digunakan untuk mengambil reagen AgNO3,
tabung reaksi digunakan sebagai wadah dari sampel dan reagen yang akan
direaksikan, penjepit digunakan untuk menjepit tabung reaksi yang akan
dipanaskan di bunsen, bunsen digunakan sebagai sumber api atau sumber panas
sebagai sumber panas untuk mempercepat reaksi dan reagen. Glukosa, fruktosa,
sukrosa, formaldehid, aseton digunakan sebagai sampel untuk mengidentifikasi
gugus aldehid/keton pada sampel.
Setelah mempersiapkan alat dan bahan. Selanjutnya adalah memberi nama /
label pada tabung reaksi untuk menghindari kesalahan dalam pengamatan.
Setelah itu masukkan 1 ml larutan AgNO 3 5% kedalam tabung reaksi
menggunakan pipet ukur. Kemudian, tambahkan beberapa tetes NH4OH
diperhatikan bebertapa tetes adlah yang mampu menghilangkan endapan yang
terjadi pada reagen AgNO3 . setelah endapan hilang masukkan sampel berupa
glukosa, fruktosa, sukrosa, formaldehid dan aseton kedalam masing masing
tabung sesuai label. Setelah itu amati perubahan apa yang terjadi sebelum
pemanasan. Setelah diamati catat hasil, kemudian nyalakan bunsen, jepit tabung
reaksi dengan penjepit kayu. Panaskan tabung reaksi diatas bensen selama
kurang lebih 2 menit dan lakukan hal yang sama pada seluruh tabung. Cara
memanaskannya adalah dengan mengguyang goyangkan tabung agar pas dr
bunsen tidak memusat pada dasar tabung reaksi. Amati perubahan yang terjadi
pada sampel setelah dipanaskan dan catat hasilnya.
Nama Annisa Meylana I
NIM 165100107111041
Kelas D
Kelompok D3

c. Analisa Hasil
 Glukosa
Sampel yang digunakan dalam uji Tollens ini adalah adalah glukosa.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dibutuhkan 3 tetes NH4OH agar
larutan AgNO3 kembali bening. Reagen Tollens + NH4OH saat sebelum
ditambah sampel berwarna bening. Setelah diberi sampel (tanpa pemanasan)
warna larutan tetap bening, setelah melalui proses pemanasan selama kurang
lebih 2 menit terbentuk warna kehitaman. Pada hasil uji di dapat sampel
negatif glukosa adalah negatif. Menurut literatur glukosa termasuk aldehid.
Glukosa merupakan sampel yang mengandung unsur karbon dan termasuk
aldehid sehingga dapat bereaksi dengan AgNO3 dengan membentuk endapan
cermin perak (Oxtoby, 2007). Pada praktikum kali ini terdapat kesalahan
dikarenakan pemanasan yang kurang lama dan tidak telitinya praktikan

 Sukrosa
Sampel yang digunakan dalam uji Tollens ini adalah adalah sukrosa.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dibutuhkan 3 tetes NH4OH agar
larutan AgNO3 kembali bening. Warna reagen Tollens + NH4OH saat
sebelum ditambah adalah berwarna bening. Setelah diberi sampel (tanpa
pemanasan) tidak terjadi perubahan warna pada larutan yaitu tetap berwarna
bening. Selanjutnya dilakukan pemanasan selama lebih dari 2 menit dan
larutan tidak mengalami perubahan. Sesuai dengan literatur yang menyatakan
bahwa sukrosa termasuk disakarida dan tidak bereaksi dalam uji tollens
karena sukrosa terdiri dari fruktosa dan glukosa, dimana gugus OH bebas dari
fruktosa dan gugus H bebas dari glukosa berikatan sehingga sukrosa tidak
memiliki gugus OH atau H bebas (Footer, 2008).

 Fruktosa
Sampel yang digunakan dalam uji Tollens ini adalah fruktosa. Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan dibutuhkan 3 tetes NH 4OH agar larutan
AgNO3 kembali bening. Reagen Tollens + NH4OH saat sebelum ditambah
sampel berwarna bening, kemudian setelah diberi sampel (tanpa pemanasan)
terjadi perubahan warna coklat bening, pada larutan dan setelah dilakukan
pemanasan selama kurang lebih 2 menit perubahannya hanya berwarna
kehitaman dan hasil uji negatif. Kesalahan terjadi dikarenakan tidak telitinya
praktikan dan kurang lamanya pemasan. Menurut literatur meskipun fruktosa
termasuk keton, tetapi fruktosa merupakan pereduksi kuat dan memiliki gugus
OH bebas atau disebut dengan gugus pereduksi sehingga dapat bereaksi
dalam uji ini dan membentuk endapan cermin perak (Debajyoti, 2011).

 Formalin
Sampel yang digunakan dalam uji Tollens ini adalah formalin. Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan dibutuhkan 1 tetes NH4OH agar larutan
AgNO3 kembali bening. Warna reagen Tollens + NH4OH saat sebelum
ditambah sampel adalah berwarna bening. Selanjutnya setelah penambahan
1 ml formalin (tanpa pemanasan) sudah terbentuk endapan cermin perak.
Sehingga tidak dilakukan proses pemanasan pada sampel, pemanasan
sendiri bertujuan untuk mempercepat reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa
formalin bereaksi dengan reagen AgNO3 sehingga hasil ujinya adalah positif.
Sehingga hasil praktikum yang kami peroleh sudah sesuai literatur, yang
menyatakan bahwa formalin merupakan gugus aldehid dan memiliki gugus
OH bebas sehingga bereaksi dalan uji tollens ini dan membentuk cermin
Nama Annisa Meylana I
NIM 165100107111041
Kelas D
Kelompok D3

perak. Formalin mengalami oksidasi dimana terbentuknya asam karboksilat


dan hasilnya menjadi cermin perak (Pavia, 2015).

 Aseton
Sampel yang digunakan dalam uji Tollens ini adalah aseton. Ketika pemberian
reagen Tollens + NH4OH terbentuk endapan coklat namun kembali jernih.
Setelah ditambahkan sampel tanpa melakukan pemanasan tidak terjadi
perubahan tetap berwarna bening dan setelah dilakukan pemanasan selama
kurang lebih 2 menit warnanya bening kecoklatan. Hal ini menunjukkan hasil
negatif, sehingga aseton bukan termasuk aldehid tetapi keton. Hasil yang
kami dapat sudah sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa aseton
merupakan gugus keton dan aseton tidak bisa bereaksi dalam uji tollens.
Keton tidak memiliki gugus H atau OH bebas, O yang memiliki gugus alkil
sangat kuat ikatannya sehingga susah untuk dioksidasi, diperlukan reagen
dengan kemampuan oksidasi yang tinggi misalnya kalium permanganat
(Footer, 2008).

d. Reaksi Uji Per Sampel


 Glukosa

(Oxtoby, 2007).

 Fruktosa

(McMurry, 2011).

 Suk
rosa

(Footer, 2008).

Namun karena pemanasan terlalu lama, sukrosa terpecah menjadi Glukosa dan
fruktosa

Glukosa Fruktosa
Nama Annisa Meylana I
NIM 165100107111041
Kelas D
Kelompok D3

 Formalin

(Footer, 2008).

 Aseton

(Footer, 2008).
Nama Annisa Meylana I
NIM 165100107111041
Kelas D
Kelompok D3

2. UJI FEHLING
a. Prinsip Uji Fehling
Prinsip dari uji fehling ini adalah membedakan gugus aldehid dan keton dalam
suatu sampel dengan menambahkan reagen Fehling A dan Fehling B, dimana
Fehling A adalah CuSO4 dan Fehling B adalah campuran dari NaOH dan Na-K-
tatrat. Dalam reaksi ini terjadi reaksi reduksi dan oksidasi. Aldehid dioksidasi
membentuk asam karboksilat, sementara ion Cu2+ akan tereduksi menjadi Cu+.
Hasil uji positif apabila dalam suatu sampel terbentuk endapan merah bata
(Pavia, 2015).

O O

R C H +2 CuO R C OH + Cu2O

b. Analisa Prosedur
Langkah pertama adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan
dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, penjepit tabung
reaksi, bunsen, korek api, pipet tetes, pipet ukur dan bulp. Bahan yang
dibutuhkan dalam praktikum ini antara lain larutan Fehling A, Fehling B, NaOH
dan lima sampel yaitu glukosa, fruktosa, aseton, formaldehid dan sukrosa.
Setelah alat dan bahan disiapkan, selanjutnya Fehling A sebanyak lima tetes
dimasukkan dalam tabung reaksi menggunakan pipet tetes. Selanjutnya
ditambahkan lima tetes NaOH menggunakan pipet tetes, tujuannya adalah untuk
membuat suasana basa. Selanjutnya ditambahkan sepuluh tetes Fehling B
menggunakan pipet tetes. Kemudian ditambahkan sampel sebanyak 1 ml dan
kemudian dipanaskan dengan api bunsen dan diamati perubahan warnanya.
Selanjutnya diperoleh hasil uji dan dicatat pada tabel data hasil percobaan.
Dalam melakukan praktikum ini tidak bisa lima sampel sekaligus seperti yang
dilakukan pada uji Tollens, namun dalam uji Fehling ini harus dilakukan satu per
satu sampel sampai menemukan hasil. Hal ini dikarenakan larutan Fehling tidak
boleh disimpan lama, karena mudah teroksidasi sehingga harus dilakukan
dengan cepat supaya hasilnya akurat.

c. Analisa Hasil
 Glukosa
Sampel yang digunakan dalam uji Fehling ini adalah adalah glukosa.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan bahwa saat pemberian reagen
fehling dan ditambah NaOH warna yang terjadi adalah biru. Setelah
ditambahkan sampel yaitu 1 ml glukosa tanpa melakukan pemanasan yang
terjadi adalah terbentuk warna biru dan setelah dilakukan pemanasan selama
kurang lebih 2 menit terbentuk sedikit endapan warna merah bata. Hal ini
menujukkan bahwa glukosa bereaksi positif dengan reagen fehling. Hasil
yang kami dapat sudah sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa
glukosa merupakan gugus aldehid, memiliki gugus OH bebas yag dapat
berikatan dengan reagen fehling sehingga pengikatan atom oksigen pada
glukosa terjadi oksidasi dan pelepasan atom O oleh CuO menyebabkan CuO
tereduksi mendjai Cu2O sehingga terbentuk endapan merah bata (Bettelheim,
2009).
Nama Annisa Meylana I
NIM 165100107111041
Kelas D
Kelompok D3

 Sukrosa
Sampel yang digunakan dalam uji Fehling ini adalah adalah sukrosa.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan bahwa saat pemberian reagen
fehling dan ditambah NaOH warna yang terjadi adalah biru. Setelah
ditambahkan sampel tanpa melakukan pemanasan yang terjadi larutan
menjadi biru (tidak ada reaksi). Setelah dilakukan pemanasan, tidak terjadi
perubahan pada larutan, sehingga sukrosa bereaksi negatif dengan reagen
fehling. Hal ini sudah sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa
sukrosa merupakan gugus keton dan tidak memiliki gugus OH atau H bebas
sehingga tidak bereaksi dalam uji fehling (Clugston, 2010).

 Fruktosa
Sampel yang digunakan dalam uji Fehling ini adalah fruktosa. Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan bahwa saat pemberian reagen fehling dan
ditambah NaOH warna yang terjadi adalah biru. Setelah ditambahkan sampel
tanpa melakukan pemanasan yang terjadi adalah terbentuk warna kuning
kehijauan kebiruan dan setelah dilakukan pemanasan selama lebih dari 2
menit terbentuk endapan dan berwarna merah bata. Jika pemanasan hanya 2
menit tidak terjadi perubahan. Hal ini sama dengan literartur yang
mengatakan bahwa fruktosa bereaksi dengan reagen fehling (positif). Sifat
fruktosa yang istimewa, yaitu meskipun fruktosa adalah keton tetapi fruktosa
merupakan pereduksi kuat dan memiliki gugus OH bebas atau disebut
dengan gugus pereduksi sehingga dapat bereaksi dalam uji ini dan
membentuk endapan merah bata (Bettelheim, 2009)

 Aseton
Sampel yang digunakan dalam uji Fehling ini adalah aseton. Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan bahwa saat pemberian reagen fehling dan
ditambah NaOH warna yang terjadi adalah biru. Setelah ditambahkan sampel
yaitu 1 ml aseton tanpa melakukan pemanasan yang terjadi adalah terbentuk
warna biru dan setelah dilakukan pemanasan selama 2 menit tidak terjadi
perubahan warna larutan pada sampel. Hal ini menujukkan bahwa aseton
tidak bereaksi dengan reagen fehling (negatif), sehingga aseton bukan
termasuk aldehid tetapi keton. Hasil yang kami dapat sudah sesuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa aseton merupakan gugus keton sehingga
tidak bereaksi dalam uji fehling (Madan, 2013).

 Formalin
Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah formalin. Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan bahwa saat pemberian reagen fehling dan
ditambah NaOH warna yang terjadi adalah biru . Setelah ditambahkan 1 ml
formalin, tanpa pemanasan warna larutan menjadi biru. Setelah dilakukan
pemanasan selama kurang lebih 2 menit terbentuk sedikit endapan warna
merah bata. Sehingga formalin bereaksi positif dengan reagen fehling. Hasil
yang kami dapat sudah sesuai dengan literatur, yang menyatakan bahwa
apabila formalin direaksikan dengan reagen fehling akan membentuk
endapan merah bata (Oxtoby, 2007).
Nama Annisa Meylana I
NIM 165100107111041
Kelas D
Kelompok D3

d. Reaksi Uji per Sampel


 Glukosa

(Madan, 2013).

 Sukrosa

(Footer, 2008).
 Fruktosa

(Clugston, 2010).

 Formalin

(Pavia, 2015).

 Aseton

(Pavia, 2015).
Nama Annisa Meylana I
NIM 165100107111041
Kelas D
Kelompok D3

F. PERTANYAAN

1. Apa fungsi penambahan larutan dalam AgNO3 percobaan uji Tollens?


Fungsi penambahan larutan AgNO3 5% dalam percobaan uji Tollens adalah
sebagai reagen dalam uji Tollens yang akan mengoksidasi sampel dan membentuk
cermin perak akibat ion Ag+ yang tereduksi menjadi perak sebagai tanda bahwa
suatu sampel memiliki gugus aldehid. Uji positif ditandai dengan terbentuknya cermin
perak (Marliana, 2012).

2. Apa fungsi penambahan larutan NH4OH 6M dalam percobaan uji Tollens?


Fungsi penambahan NH4OH 6M dalam percobaan uji Tollens adalah untuk
menghilangkan/mencegah terjadinya endapan ion perak sebagai oksidasi AgNO 3
pada suhu tinggi, serta membentuk suasana basa pada sampel sehingga tidak
mudah teroksidasi. Reagen tollens merupakan reagen yang tidak mudah larut dalam
air sehingga pemberian AgNO3 terdapat endapan. Maka dari itu butuh NH 4OH
sebagai pembawa senyawa amonia sehingga AgNO3 membentuk senyawa kompels
dan mudah larut dalam air (Oxtoby, 2007)
Nama Annisa Meylana I
NIM 165100107111041
Kelas D
Kelompok D3

G. KESIMPULAN
Prinsip dari uji Tollens ini adalah digunakan untuk membedakan senyawa aldehid
dan keton dalam suatu sampel dengan menambahkan reagen Tollens yaitu AgNO 3 dimana
akan terjadi reaksi reduksi oksidasi. Uji positf ditandai dengan terbentuknya cermin perak
pada dinding dalam tabung reaksi.
Prinsip dari uji fehling ini adalah membedakan gugus aldehid dan keton dalam suatu
sampel dengan menambahkan reagen Fehling A dan Fehling B, dimana Fehling A adalah
CuSO4 dan Fehling B adalah campuran dari NaOH dan Na-K-tatrat. Hasil uji positif apabila
dalam suatu sampel terbentuk endapan merah bata. Keduanya memakai prinsip reduksi dan
oksidasi
Tujuan dari praktikan mampu membedakan dan mengindentifikasi gugus fungsi
aldehid dan keton ini adalah membedakan senyawa aldehid dan keton dengan
menggunakan uji Tollens dan Fehling dan memahami reaksi yang terjadi selama uji Tollens
dan Fehling.
Dari praktikum ini dapat diketahui dan dibedakan senyawa aldehid dan keton. Serta
dapat digambarkan reaksi yang terjadi pada tiap sampel. Hasilnya dapat diketahui bahwa
dalam uji fehling bereaksi positif adalah glukosa, fruktosa, dan formalin dan uji tollens yang
bereaksi positif adalah formalin. Sedangkan yang hasil ujinya negatif adalah pada uji fehling
adalah sukrosa dan aseton. Pada uji tollens adalah aseton, fruktosa, sukrosa, dan glukosa.
Terdapat perbedaan dengan literatur dikarenakan faktor pemanasan kurang lama, human
error, pencucian alat yang tidak bersih, dan tertukar saat penuangan larutan.
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Bettelheim, Frederick A. 2009. Laboratory Experiments for Introduction to General, Organic


and Biochemistry. Berlin: Springer-Verlag
Clugston, Michael. 2010. Advanced Chemistry. Oxford: Oxford University Press
Debajyoti, Das. 2011. Biochemistry Part 2. New York: Unity Press
Footer, Christopher. 2008. Organic Chemistry Fifth Edition. California: Brooks/Cole Cengage
Learning
Madan, Nugraha. 2013. Percobaan Reaksi Aldehid dan Keton. Bandung: Institut Teknologii
Bandung
Marliana, Pratiwi. 2012. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta: Kanisius
McFurry, Robert. 2011. Chemistry 8th Edition. New York: McGraw Hill
Oxtoby, Miller. 2007. Comprehensive Experimental Chemistry. London: New Age
International
Pavia, Donald L. 2015. Organic Laboratory Techniques: A Small-Scale Approach. Toronto:
Thomson Brooks/Cole Learning
LAMPIRAN

Uji tollens (ditambahkan reagen pada sampel). Uji tollens (setelah dipanaskan)

Uji fehling (ditambahkan reagen pada sampel). Uji fehling (setelah dipanaskan)

Anda mungkin juga menyukai