Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK
IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALDEHID DAN
KETON

NAMA : Shafyra Mahdyah Putri


NIM : 215100507111015
KELAS : RE
KELOMPOK : RE-11
ASISTEN : Salwa Farahdiva Risaputri

Pas foto 3 x 4

DEPARTEMEN ILMU PANGAN & BIOTEKNOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
NAMA Shafyra Mahdyah Putri
NIM 215100507111015
KELAS RE
KELOMPOK RE-11

BAB 2
IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALDEHID DAN KETON
A. PRE-LAB
1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang Aldehid dan Keton!
Aldehid merupakan salah satu kelompok senyawa karbon yang memiliki gugus karbonil
(C=O), gugus karbonil tersebut terletak diujung rantai karbon induk yang diakhiri dengan
atom hidrogen. Nama lazim aldehid diturunkan dari nama lazim asam karboksilat dengan
menggantikan akhiran –at menjadi aldehid dan membuang kata asam (Marissa dkk., 2021).
Biasanya, aldehida muncul di ujung rantai karbon, dan keton selalu muncul di tengah rantai
karbon. Aldehid diakhiri dengan "al" dan keton diakhiri dengan "on". Rumus umum aldehida
adalah R-CHO dan rumus umum keton adalah R-CO-R (Damayanti dan Ikhsan, 2016).

2. Sebutkan dan jelaskan prinsip uji Tollens dan Uji Fehling!


Prinsip uji Fehling adalah uji yang digunakan untuk membedakan gugus karbonil antara
senyawa aldehid dan keton dalam sampel. Uji Fehling menggunakan pereaksi Fehling A dan
Fehling B, Fehling A adalah CuSO4, dan Fehling B terbuat dari campuran NaOH dan natrium
kalium tartrat. Sama halnya dengan uji Tollens, uji Fehling juga menyebabkan reaksi oksidasi
dan reduksi (Arum et al., 2012).

Prinsip uji Tollens adalah untuk mengetahui perbedaan antara senyawa aldehid dan keton
dalam sampel. Reagen Tollens, AgNO3, digunakan dalam uji Tollens. Gugus aldehida akan
teroksidasi membentuk anion karboksilat, sedangkan ion Ag+ dalam pereaksi Tollens akan
direduksi menjadi logam Ag. Jika senyawa aldehida dicampur dengan pereaksi Torrance dan
melewati proses pemanasan, maka aldehida akan teroksidasi dan membentuk garam amonia.
Dalam reagen Tollens, itu berkurang, menyebabkan pelepasan logam perak yang menempel
pada dinding tabung reaksi. (Febrianti dan Sari, 2016).

3. Jelaskan mekanisme reaksi yang terjadi pada uji Tollens dan uji Fehling beserta
gambar reaksinya!
Pada uji Tollens, aldehid akan direaksikan dengan pereaksi Tollens yaitu AgNO3. Kemudian,
reaksi yang terjadi adalah oksidasi aldehida menjadi anion karboksilat. Pada saat yang sama,
reagen Tollens Ag+ akan tereduksi menjadi logam perak (Benet et al., 2011).

Dalam uji Fehling, reagen Fehling ditambahkan ke aldehida. Jika sampel mengandung
senyawa aldehida, akan dihasilkan Cu2O berwarna merah bata. Ion Cu++ akan direduksi
menjadi ion Cu+ dan kemudian diendapkan sebagai Cu2O dalam kondisi basa (Cahyadi et al.,
2020).
NAMA Shafyra Mahdyah Putri
NIM 215100507111015
KELAS RE
KELOMPOK RE-11

4. Sebutkan fungsi dari aldehid dan keton dalam kehidupan sehari – hari!
Zat ini banyak digunakan dalam pengawetan spesimen biologi di laboratorium. Formaldehida
juga banyak digunakan sebagai insektisida dan bahan kimia pengusir serangga, digunakan
untuk membuat resin buatan, bahan baku plastik dan resin sintetik (seperti batu sintetik dan
resin fenolik), asetaldehida dalam kehidupan sehari-hari, dll, dan juga digunakan untuk
membuat karet buatan. Dan bahan baku resin, bahan yang digunakan untuk membuat asam
selulosa (seperti cuka) yang digunakan untuk membuat alkohol. Senyawa alkanon yang paling
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah aseton (aseton). Aseton banyak
digunakan sebagai pelarut senyawa karbon, misalnya sebagai penghapus cat kuku. Bahan baku
untuk pembuatan bahan organik lainnya, seperti klaroform digunakan sebagai obat bius.
Aseton, digunakan sebagai pelarut lilin, plastik dan sirlakirlak (Sufia, 2018).
NAMA Shafyra Mahdyah Putri
NIM 215100507111015
KELAS RE
KELOMPOK RE-11

B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tollens (AgNO3)
Tollens atau AgNO₃ adalah perak nitrat yang memiliki karakteristik berupa padatan putih
yang tidak memiliki bau dan mudah larut dalam etanol dan aseton. Ciri-ciri dari senyawa
ini antara lain memiliki titik didih 444ºC, berat molekul 169,87 gram/mol, tidak berbau,
merupakan oksidator kuat, gelap jika terkena cahaya, beracun, korosif, dan dapat larut
dalam air, aseton, ammonia, eter dan glikol. Perak nitrat sangat berbahaya apabila
bereaksi dengan etanol (Acton, 2013).

2. Fehling A
Memiliki nama lain tembaga (II) sulfat, pentahidrida. Berwujud cair, memiliki warna biru
dan tidak memiliki bau. Tidak dapat terbakar dan termasuk kedalam senyawa yang stabil.
Bersifat racun pada kehidupan air dan tumbuhan (Jackson, 2012).

3. Fehling B
Fehling adalah oksidator lemah yang merupakan pereaksi khusus untuk mengenali
aldehida Larutan fehling B adalah larutan garam KNa-tartrat dan NaOH dalam air. Cara
menggunakan Sampel hasil hidrolisis dipipet sebanyak 1 mL ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan pereaksi Fehling A dan Fehling B masingmasing 2 mL dan dipanaskan serta
diamati perubahan warna terjadi. (Harianja dkk, 2015). Fehling B adalah larutan jernih
kalium encer natrium tartrat (juga dikenal sebagai garam Rochelle) dan alkali (natrium
hidroksida). Dalam setiap percobaan, 10 mL larutan Fehling A dan 20 mL larutan Fehling
B disiapkan dan dicampur labu berbentuk kerucut dengan diaduk perlahan dan terus
menerus. Kemudian 25 mL larutan glukosa 0,1 mol/L ditambahkan ke dalam kerucut
labu. Ini dipanaskan terus menerus dalam penangas air sampai larutan menjadi merah
bata. (zhang and chen, 2020).

4. NH4OH
Amonium hidroksida (NH4OH) merupakan senyawa dasar berupa amonia (NH3) yang
dapat terionisasi dan larut dalam air. Amonia bereaksi reversibel dengan air menghasilkan
ion amonium (NH4+) dan ion hidroksida (OH-). Amonium hidroksida digunakan pada
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). NH4OH terdiri dari NH4+ (ion amonium) dan
OH-. NH4+ adalah bentuk amonia yang terionisasi, dan NH3 adalah bentuk amonia yang
tidak terionisasi.. (Cahyaninggalih dkk, 2018).
NAMA Shafyra Mahdyah Putri
NIM 215100507111015
KELAS RE
KELOMPOK RE-11

5. NaOH
NaOH adalah basa kuat (kaustik) dengan karakteristik elektrolit. Natrium hidroksida
merupakan salah satu senyawa alkali/basa yang digunakan untuk menghilangkan atau
membersihkan zat dan pengotor yang menempel pada serat sisal. Selain itu, natrium
hidroksida alkali dapat mengubah bentuk kristal dari badan penguat untuk mengurangi
hidrofilisitas dan meningkatkan kristalinitas serat, sehingga mengoptimalkan adhesi
antara serat dan matriks (Kusmiran, 2020).

6. Glukosa
Glukosa merupakan gula sederhana (monosakarida) yang dapat langsung diserap oleh
tubuh dan dapat diubah menjadi karbohidrat. Secara umum, kadar glukosa dalam
makanan yang berasal dari karbohidrat adalah gula sederhana. Monosakarida ini terbentuk
melalui proses penguraian polisakarida dalam makanan itu sendiri. Proses penguraian
polisakarida menjadi monosakarida terjadi selama proses pengolahan makanan,
polisakarida dikatalis oleh enzim dan asam yang ada di dalam saluran pencernaan (Diyah
dkk., 2016). Nama lainnya adalah Dihidrogen Oksida. Massa molekul 18.02 g/mol.
Berwujud cair, berwarna transparant, tidak berbau dan tidak berasa. Titik beku 0°C dan
Titik didih 100°C. Memiliki pH 7 (Netral). Tidak menyebabkan keracunan,
kebakaran/ledakan. Sangat stabil (Bregovits, 2013).

7. Fruktosa
Fruktosa adalah polihidroksiketon dengan 6 atom karbon. Fruktosa merupakan isomer
dari glukosa; keduanya memiliki rumus molekul yang sama (C₆H₁₂O₆) namun memiliki
struktur yang berbeda (Habibana, 2014).

8. Sukrosa
Sukrosa biasanya diproduksi dalam mengembangkan biji, umbi-umbian dan buah-buahan.
Sukrosa dapat didegradasi menjadi heksosa, yang dapat digunakan dalam penyimpanan
dan proses metabolisme dan biosintesis makanan, seperti protein, pati dan selulosa.
Sukrosa, fruktosa, dan glukosa bertindak sebagai molekul yang mengontrol gen. Oleh
karena itu, metabolisme gula sangat penting selama perkembangan tanaman. (Braun et al.,
2014).
NAMA Shafyra Mahdyah Putri
NIM 215100507111015
KELAS RE
KELOMPOK RE-11

9. Aseton
Aseton (C₃H₆O) merupakan pelarut formulasi yang digunakan dalam produk komersial
dan pelarut proses industri. Aseton memiliki banyak sifat bermanfaat yang membuatnya
digunakan sebagai pelarut formulasi untuk berbagai cat, tinta, resin, pernis, pelapis
permukaan, penghilang cat dan produk perawatan mobil. Sebagai pelarut proses industri,
aseton umumnya digunakan untuk memproduksi benang selulosa asetat, busa poliuretan,
vitamin C dan bubuk tanpa asap. Aseton biasanya digunakan sebagai pelarut dalam
sebuah penelitian (Alvina, 2018).

10. Formalin
Formalin atau Formaldehida merupakan larutan senyawa gugus aldehida. Formalin
tersedia sebagai hasil 40% gas formaldehid. Larutan ini memiliki titik didih -19°C.
Formalin biasa digunakan sebagai disinfektan, pengawet biologis dan juga untuk
pembuatan resin sintetis. Formalin umumnya mengandung methanol sebanyak 10 – 15 %
yang berfungsi sebagai stabilator agar struktur formaldehida pada formalin tidak
mengalami polimerisasi dan bersifat reaktif dibandingkan senyawa aldehida lainnya
(Acton, 2013).
NAMA Shafyra Mahdyah Putri
NIM 215100507111015
KELAS RE
KELOMPOK RE-11

C. DIAGRAM ALIR
1. Uji Tollens
1 ml AgNO₃

Dimasukkan ke dalam tabung


reaksi NH₄OH 6M 5-10 tetes

Ditambahkan sampai endapan hilang


1 ml sampel

Ditambahkan pada tabung reaksi

Dipanaskan sekitar 2 menit

Diamati perubahan yang terjadi

Hasil

2. Uji Fehling
5 tetes Fehling A

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


5 tetes NaOH

Ditambahkan ke dalam tabung reaksi


10 tetes Fehling B

Ditambahkan ke dalam tabung reaksi


1 ml sampel

Dipanaskan sekitar 2 menit

Diamati perubahan yang terjadi

Hasil
NAMA Shafyra Mahdyah Putri
NIM 215100507111015
KELAS RE
KELOMPOK RE-11

DATA HASIL PRAKTIKUM


1. Uji Tollens
Sampel Reagen Tollens Sampel + Reagen Sampel + Reagen Hasil Uji
+ NH4OH Tollens (Tanpa Tollens (Setelah (+/-)
Pemanasan) Pemanasan)
Formaldehi Bening (endapan Agak keruh Abu-abu, ada +
d menghilang) endapan cermin
perak
Aseton Bening (endapan Tetap bening Tetap bening -
menghilang)
Glukosa Bening (endapan Tetap bening Abu-abu, ada +
menghilang) endapan cermin
perak
Fruktosa Bening (endapan Keruh Terbentuk sedikit +
menghilang) cermin perak
Sukrosa Bening (endapan Tetap bening Endapan cermin +
menghilang) perak

2. Uji Fehling
Sampel Reagen Fehling A Sampel + Reagen Fehling Hasil Uji
+NaOH Sebelum Sesudah (+/-)
Formaldehi Biru muda Biru kehitaman Endapan merah bata +
d
Aseton Biru muda Biru jernih Biru jernih -
Glukosa Biru muda Hijau kebiruan Hijau kebiruan -
Fruktosa Biru muda Endapan merah Endapan merah bata +
bata
Sukrosa Biru muda Biru tua gradasi Biru tua gradasi _
hitam hitam
NAMA Shafyra Mahdyah Putri
NIM 215100507111015
KELAS RE
KELOMPOK RE-11

D. PEMBAHASAN
1. Uji Tollens
a. Prinsip Uji Tollens
Prinsip uji Tollens adalah untuk mengetahui perbedaan antara senyawa aldehid dan keton
dalam sampel. Reagen Tollens, AgNO3, digunakan dalam uji Tollens. Gugus aldehida akan
teroksidasi membentuk anion karboksilat, sedangkan ion Ag+ dalam pereaksi Tollens akan
direduksi menjadi logam Ag. Jika senyawa aldehida dicampur dengan pereaksi Tollens dan
melewati proses pemanasan, maka aldehida akan teroksidasi dan membentuk garam amonia.
Dalam reagen Tollens, itu berkurang, menyebabkan pelepasan logam perak yang menempel
pada dinding tabung reaksi. (Febrianti dan Sari, 2016).

b. Analisa Prosedur
Dalam melakukan uji tollens, digunakan alat-alat laboratorium yang diantaramya adalah
pipet tetes, bunsen, pipet ukur, tabung reaksi, rak tabung reaksi, dan penjepit kayu.
Sedangkan untuk bahannya terdapat AgNO3, NH4OH, glukosa, fruktosa, sukrosa,
formaldehid, dan aseton. Alat dan bahan memiliki fungs masing-masing, pipet tetes
berfungsi untuk mengambil larutan NH4OH yang digunakan sebagai pembentuk suasana
basa dalam reagen tollens sehingga tidak terjadi pengendapan, hal ini dikarenakan AgNO3
harus ditambahkan dengan amonia agar terbentuk ion kompleks sehingga tidak terjadi
pengendapan. Kegunaan pipet ukur adalah untuk mengambil reagen AgNO. Tabung reaksi
digunakan sebagai wadah dari sampel dan reagen yang akan direaksikan, penjepit digunakan
untuk menjepit tabung reaksi yang akan dipanaskan di bunsen, bunsen digunakan sebagai
sumber api atau sumber panas sebagai sumber panas untuk mempercepat reaksi dan reagen.
Glukosa, fruktosa, sukrosa, formaldehid, aseton digunakan sebagai sampel untuk
mengidentifikasi gugus aldehid/keton pada sampel. Setelah mempersiapkan alat dan bahan.
Selanjutnya adalah memberi nama/label pada tabung reaksi untuk menghindari kesalahan
dalam pengamatan. Setelah itu masukkan 1 ml larutan AgNO3 5% kedalam tabung reaksi
menggunakan pipet ukur. Kemudian, tambahkan beberapa tetes NH4OH diperhatikan
beberapa tetes adalah yang mampu menghilangkan endapan yang terjadi pada reagen
AgNO3. setelah endapan hilang masukkan sampel berupa glukosa, fruktosa, sukrosa,
formaldehid dan aseton kedalam masing masing tabung sesuai label. Setelah itu amati
perubahan apa yang terjadi sebelum pemanasan. Setelah diamati catat hasil, kemudian
nyalakan bunsen, jepit tabung reaksi dengan penjepit kayu. Panaskan tabung reaksi diatas
bensen selama kurang lebih 2 menit dan lakukan hal yang sama pada seluruh tabung. Cara
memanaskannya adalah dengan mengguyang goyangkan tabung agar pas dibunsen tidak
memusat pada dasar tabung reaksi. Amati perubahan yang terjadi pada sampel setelah
dipanaskan dan catat hasilnya.
NAMA Shafyra Mahdyah Putri
NIM 215100507111015
KELAS RE
KELOMPOK RE-11

c. Analisa Hasil
Sampel Reagen Tollens Sampel + Reagen Sampel + Reagen Hasil Uji
+ NH4OH Tollens (Tanpa Tollens (Setelah (+/-)
Pemanasan) Pemanasan)
Formaldehi Bening Agak keruh Endapan cermin +
d perak
Aseton Bening Tetap bening Bening -
Glukosa Bening Tetap bening Endapan cermin +
perak
Fruktosa Bening Keruh Ada sedikit +
endapan cermin
perak
Sukrosa Bening Tetap bening bening -

Pada hasil uji Tollens, sampel yang mengandung senyawa aldehid akan menghasilkan
endapan hitam dan membentuk cermin perak. Sedangkan, sampel yang mengandung
senyawa keton akan tetap bening warna larutannnya (Mardiyah, 2014). Pada hasil uji,
sampel formaldehid memiliki hasil positif, dimana hal tersebut sesuai dengan literatur.
Menurut literatur, formaldehid merupakan gugus aldehid yang memiliki gugus OH bebas
sehingga dapat bereaksi dalam uji tollens dan membentuk endapan cermin perak. Sampel
kedua adalah aseton, aseton memiliki hasil uji negatif, hal tesebut sudah sesuai dengan
literatur. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya pembentukan endapan cermin perak
selama proses reaksi. Menurut literatur, aseton tidak memiliki gugus H atau OH bebas, hal
ini menunjukkan bahwa aseton bukan merupakan aldehid melainkan keton. Sampel ketiga
adalah glukosa, menurut literatur, glukosa memiliki hasil uji positif karena glukosa
memiliki unsur karbon yang termasuk aldehid. Sampel ketiga adalah fruktosa, fruktosa
memiliki hasil uji positif dimana hal ini sudah sesuai dengan literatur. Menurut literatur,
meskipun fruktosa termasuk keton, tetapi fruktosa merupakan pereduksi kuat yang
memiliki gugus OH bebas sehingga dapat bereaksi dan membentuk sedikit endapan cermin
perak (Debajyoti, 2011). Sampel yang terakhir adalah sukrosa. Pada hasil uji, sampel
sukrosa memiliki hasil positif, dimana hal tersebut tidak sesuai dengan literatur. Literatur
menyatakan, bahwa sukrosa termasuk disakarida dan tidak dapat bereaksi dalam uji tollens
karena sukrosa terdiri dari fruktosa dan glukosa, dimana gugus OH bebas dari fruktosa dan
gugus H bebas dari glukosa berikatan, sehingga sukrosa tidak memiliki gugus H maupun
OH bebas. Hal ini yang menyebabkan sampel sukrosa tidak dapat bereaksi dengan reagen
tollens.

d. Mekanisme Reaksi (beserta struktur)


Mekanisme reaksi dalam uji Tollens dimulai dengan penambahan beberapa tetes larutan ion
perak pada amonia (NH4OH). Penambahan ini bertujuan untuk mencegah pengendapan ion
pada suhu tinggi, perak digunakan sebagai oksida (Ag2O). Saat kedua senyawa ini
dicampur, ion perak akan bereaksi dengan NH4OH membentuk kompleks [Ag(NH3)2]OH.
Kemudian, kelompok aldehida akan melakukannya dioksidasi menjadi anion karboksilat.
NAMA Shafyra Mahdyah Putri
NIM 215100507111015
KELAS RE
KELOMPOK RE-11

Reaksi dengan reagen Tollens dapat mengubah posisi ikatan CHO dalam aldehida menjadi
ikatan COOH dalam asam karboksilat. Oleh karena itu, ion Ag + mengurangi Dikonversi ke
perak oleh aldehida.

 Formaldehid
Reaksi formaldehida dan pereaksi tollens adalah reaksi reduksi-oksidasi. Dalam hal
tersebut, gugus aldehida akan teroksidasi menjadi anion karboksilat. Reaksi dengan
pereaksi Tollens dapat mengubah ikatan CHO dalam formaldehida Ini menjadi
ikatan COOH dalam asam karboksilat (asam format). Oleh karena itu, ion Ag + akan
Direduksi menjadi perak oleh aldehida.
Reaksi: CH₃COOH + Ag₂O CH₃ + 2Ag (Pavia, 2015)

 Aseton
Reaksi antara aseton dan pereaksi tollens tidak terjadi karena aseton merupakan
keton dan tidak memiliki gugus OH maupun H bebas sebagai tempat yang harusnya
menimbulkan reaksi reduksi oksidasi. Jadi, dalam reaksinya larutan aserom tidak
akan membentuk endapan cermin perak.
Reaksi:

 Sukrosa
Reaksi antara sukrosa dengan reagen tollens yaitu tidak ada reaksi yang terjadi. Hal
ini disebabkan sukrosa termasuk karbohidrat jenis ketosa (karbohidrat yang memiliki
gugus keton) dan tidak memiliki gugus OH atau H yang bebas dimana hal tersebut
menyebabkan tidak terjadinya reaksi redoks. Sehingga, dalam reaksi ini tidak
terbentuk endapan cermin perak.
Reaksi:

 Fruktosa
Reaksi antara fruktosa dengan reagen tollens yaitu terjadinya reaksi reduksi –
oksidasi. Dalam hal ini, gugus aldehid pada fruktosa akan dioksidasi menjadi anion
karboksilat. Dimana reaksi dengan reagen tollens mampu mengubah ikatan CHO
pada fruktosa menjadi ikatan COOH pada asam karboksilat. Sehingga, ion Ag+ akan
direduksi oleh aldehid menjadi Ag (endapan cermin perak).
Reaksi:

(McMurry, 2012)
NAMA Shafyra Mahdyah Putri
NIM 215100507111015
KELAS RE
KELOMPOK RE-11

 Glukosa
Reaksi antara glukosa dengan reagen tollens yaitu terjadinya reaksi reduksi –
oksidasi. Dalam hal ini, gugus aldehid yang terdapat dalam glukosa akan dioksidasi
menjadi anion karboksilat. Dimana reaksi dengan reagen tollens mampu mengubah
ikatan CHO pada glukosa menjadi ikatan COOH pada asam karboksilat. Sehingga,
ion Ag+ akan direduksi oleh aldehid menjadi Ag (endapan cermin perak).
Reaksi:

(Madan, 2013)
NAMA Shafyra Mahdyah Putri
NIM 215100507111015
KELAS RE
KELOMPOK RE-11

2. Uji Fehling
a. Prinsip Uji Fehling
Prinsip uji Fehling adalah uji yang digunakan untuk membedakan gugus karbonil antara
senyawa aldehid dan keton dalam sampel. Uji Fehling menggunakan pereaksi Fehling A
dan Fehling B, Fehling A adalah CuSO4, dan Fehling B terbuat dari campuran NaOH dan
natrium kalium tartrat. Sama halnya dengan uji Tollens, uji Fehling juga menyebabkan
reaksi oksidasi dan reduksi (Arum et al., 2012).

b. Analisa Prosedur
Langkah pertama adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan dalam praktikum
ini adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, bunsen, korek api, pipet
tetes, pipet ukur dan bulp. Bahan yangdi butuhkan dalam praktikum ini antara lain larutan
Fehling A, Fehling B, NaOH dan lima sampel yaitu glukosa, fruktosa, aseton, formaldehid
dan sukrosa. Setelah alat dan bahan disiapkan, selanjutnya Fehling A sebanyak lima tetes
dimasukkan dalam tabung reaksi menggunakan pipet tetes. Selanjutnya ditambahkan lima
tetes NaOH menggunakan pipet tetes, tujuannya adalah untuk membuat suasana basa.
Selanjutnya ditambahkan sepuluh tetes Fehling B menggunakan pipet tetes. Kemudian
ditambahkan sampel sebanyak 1 ml dan kemudian dipanaskan dengan air mendidih dan
diamati perubahan warnanya. Selanjutnya diperoleh hasil uji dan dicatat pada tabel data
hasil percobaan. Dalam melakukan praktikum ini tidak bisa lima sampel sekaligus seperti
yang dilakukan pada uji Tollens, namun dalam uji Fehling ini harus dilakukan satu persatu
sampel sampai menemukan hasil. Hal ini dikarenakan larutan Fehling tidak boleh disimpan
lama, karena mudah teroksidasi sehingga harus dilakukan dengan cepat supaya hasilnya
akurat.

c. Analisa Hasil
Sampel Reagen Fehling Sampel + Reagen Fehling Hasil Uji
A +NaOH Sebelum Sesudah (+/-)
Formaldehid Biru Biru kehitaman Endapan merah bata +
Aseton Biru Biru jernih Biru jernih -
Glukosa Biru Biru Sedikit endapan +
merah bata
Fruktosa Biru Endapan merah Endapan merah bata +
bata
Sukrosa biru Biru tua Biru tua -

Sampel pertama yang digunakan pada percobaan fehling adalah formaldehid. Pada
hasil uji, sampel formaldehid memiliki hasil positif, dimana hal tersebut sesuai dengan
literatur. Menurut literatur, formaldehid merupakan gugus aldehid yang memiliki gugus
OH bebas sehingga dapat bereaksi dalam uji fehling dan membentuk endapan merah bata.
Sampel kedua adalah aseton, aseton memiliki hasil uji negatif, hal tesebut sudah sesuai
dengan literatur. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya pembentukan endapan merah
NAMA Shafyra Mahdyah Putri
NIM 215100507111015
KELAS RE
KELOMPOK RE-11

bata selama proses reaksi. Menurut literatur, aseton tidak memiliki gugus H atau OH bebas,
hal ini menunjukkan bahwa aseton bukan merupakan aldehid melainkan keton. Sampel
ketiga adalah glukosa, glukosa memiliki hasil uji positif dimana hal tersebut sudah sesuai
dengan literatur. Menurut litaratur, glukosa merupakan gugus aldehid karena memiliki
gugus OH bebas yang dapat berikatan dengan reagen fehling sehinnga pengikatan atom
oksigen pada glukosa terjadi oksidasi dan pelepasan atom O oleh CuO yang menyebabkan
CuO tereduksi menjadi Cu₂O sehingga terbentuk endapan merah bata. Sampel keempat
adalah fruktosa, fruktosa memiliki hasil uji positif dimana hal ini sudah sesuai dengan
literatur. Menurut literatur, meskipun fruktosa termasuk keton, tetapi fruktosa merupakan
pereduksi kuat yang memiliki gugus OH bebas sehingga dapat bereaksi dan membentuk
endapan merah bata. Sampel yang terakhir adalah sukrosa. Pada hasil uji, sampel sukrosa
memiliki hasil negatif, dimana hal tersebut sudah sesuai dengan literatur. Literatur
menyatakan, bahwa sukrosa termasuk disakarida dan tidak dapat bereaksi dalam uji tollens
karena sukrosa terdiri dari fruktosa dan glukosa, dimana gugus OH bebas dari fruktosa dan
gugus H bebas dari glukosa berikatan, sehingga sukrosa tidak memiliki gugus H maupun
OH bebas. Hal ini yang menyebabkan sampel sukrosa tidak dapat bereaksi dengan reagen
fehling.

d. Mekanisme Reaksi (beserta struktur)


Mekanisme reaksi dalam Uji Tollens yaitu diawali dengan sampel yang ditambahkan
dengan reagen Fehling kemudian dipanaskan, akan terbentuk endapan merah bata pada hasil
akhir. Dalam pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi Cu+ yang dalam suasana basa akan
diendapkan menjadi Cu2O. Fehling B berfungsi untuk mencegah Cu2+ mengendap dalam
suasana alkalis. Dalam hal ini, gugus aldehid akan dioksidasi menjadi anion karboksilat.
Dimana reaksi dengan reagen fehling mampu mengubah ikatan CHO pada aldehid menjadi
ikatan COOH pada asam karboksilat. Sehingga, ion Cu2+ akan direduksi oleh aldehid
menjadi Cu2O (endapan merah bata).
 Formaldehid
Reaksi antara formaldehid dengan reagen fehling yaitu terjadinya reaksi reduksi –
oksidasi. Dalam hal ini, gugus aldehid akan dioksidasi menjadi anion karboksilat.
Dimana reaksi dengan reagen fehling mampu mengubah ikatan CHO pada
formaldehid menjadi ikatan COOH pada asam karboksilat (asam format). Sehingga,
ion Cu2+ akan direduksi oleh aldehid menjadi Cu2O (endapan merah bata).
Reaksi:

(Pavia, 2015)
 Aseton
Reaksi antara aseton dengan reagen fehling yaitu tidak ada reaksi yang terjadi. Hal
ini disebabkan aseton termasuk keton dan tidak memiliki gugus OH atau H yang
bebas yang dimana hal tersebut menyebabkan tidak terjadinya reaksi redoks.
Sehingga, dalam reaksi ini tidak terbentuk Cu2O (endapan merah bata).
NAMA Shafyra Mahdyah Putri
NIM 215100507111015
KELAS RE
KELOMPOK RE-11

Reaksi: (Pavia, 2015)


 Sukrosa
Reaksi antara sukrosa dengan reagen fehling yaitu tidak ada reaksi yang terjadi. Hal
ini disebabkan sukrosa termasuk karbohidrat jenis ketosa (karbohidrat yang memiliki
gugus keton) dan tidak memiliki gugus OH atau H yang bebas dimana hal tersebut
menyebabkan tidak terjadinya reaksi redoks. Sehingga, dalam reaksi ini tidak
terbentuk endapan cermin perak (Cu2O).
Reaksi:

 Fruktosa
Reaksi antara fruktosa dengan reagen fehling yaitu terjadinya reaksi reduksi –
oksidasi (redoks). Dalam hal ini, gugus aldehid yang terdapat pada fruktosa
dioksidasi menjadi anion karboksilat. Dimana reaksi dengan reagen fehling mampu
mengubah ikatan CHO pada glukosa menjadi ikatan COOH pada asam karboksilat.
Sehingga, ion Cu2+ direduksi oleh aldehid menjadi Cu2O (endapan merah bata).
Reaksi:

(McMurry, 2012)
 Glukosa
Reaksi antara glukosa dengan reagen fehling yaitu terjadinya reaksi reduksi –
oksidasi (redoks). Dalam hal ini, gugus aldehid pada glukosa dioksidasi menjadi
anion karboksilat. Dimana reaksi dengan reagen fehling mampu mengubah ikatan
CHO pada glukosa menjadi ikatan COOH pada asam karboksilat (asam glukonat).
Sehingga, ion Cu2+ direduksi oleh aldehid menjadi Cu2O (endapan merah bata).
Reaksi:

(Madan, 2013)
NAMA Shafyra Mahdyah Putri
NIM 215100507111015
KELAS RE
KELOMPOK RE-11

E. PERTANYAAN
1. Jelaskan fungsi penambahan larutan AgNO3 5% dan NH4OH 6M dalam percobaan uji
Tollens!
Sebagai reagen dalam uji Tollens yang akan mengoksidasi sampel dan membentuk cermin
perak akibat ion Ag3+ yang tereduksi menjadi perak sebagai tanda bahwa suatu sampel
memiliki gugus aldehid. Ujipositif ditandai dengan terbentuknya cermin perak (Hart, 2012)

2. Jelaskan fungsi penambahan larutan NaOH dan Kalium Natrium Tartrat dalam percobaan
uji Fehling!
Fungsi larutan NaOH dan natrium kalium tartrat dalam percobaan uji fehling adalah sebagai
campuran untuk membuat fehling B. Dimana NaOH merupakan basa kuat yang digunakan
untuk menetralkan larutan sehingga hidrolisis berhenti. Sedangkan natrium kalium tartrat
merupakan salah satu garam yang terkenal mempunyai sifat fero-elektrik yang dibutuhkan
dalam uji karbohidrat (Ainun dan Linda, 2018).
NAMA Shafyra Mahdyah Putri
NIM 215100507111015
KELAS RE
KELOMPOK RE-11

KESIMPULAN
Prinsip dari uji tollens adalah digunakan untuk membedakan senyawa aldehid dan keton dalam
suatu sampel dengan menambahkan reagen Tollens yaitu AgNO3 dimana akan terjadi reaksi
reduksi oksidasi. Uji positf ditandai dengan terbentuknya cermin perakpada dinding dalam
tabung reaksi.
Prinsip dari uji fehling ini adalah membedakan gugus aldehid dan keton dalam suatusampel
dengan menambahkan reagen Fehling A dan Fehling B, dimana Fehling A adalah CuSO4 dan
Fehling B adalah campuran dari NaOH dan Na-K-tatrat. Hasil uji positif apabila dalam suatu
sampel terbentuk endapan merah bata.
Tujuan dari praktikan mampu membedakan dan mengindentifikasi gugus fungsi aldehid dan
keton ini adalah membedakan senyawa aldehid dan keton dengan menggunakan uji Tollens dan
Fehling dan memahami reaksi yang terjadi selama uji Tollens dan Fehling.
Dari praktikum ini dapat diketahui dan dibedakan senyawa aldehid dan keton. Serta dapat
digambarkan reaksi yang terjadi pada tiap sampel. Hasilnya dapat diketahui bahwa dalam uji
fehling bereaksi positif adalah fruktosa dan formaldehid dan pada uji tollens yang bereaksi
positif adalah formaldehid, aseton, dan glukosa. Sedangkan yang hasil ujinya negatif adalah pada
uji fehling adalah sukrosa, aseton, dan glukosa. Pada uji tollens adalah aseton dan sukrosa.
Terdapat perbedaan dengan literatur dikarenakan faktor pemanasan kurang lama, pencucian alat
yang tidak bersih, dan tertukar saat penuangan larutan.
DAFTAR PUSTAKA

Atlanta: ScholarlyEditions

Adwira, A.,N., Rosita, Y., dan Suarni, E. 2019. Uji Fisik Laboratorium Kandungan Formalin
Dalam Ikan Asin Yang Dijual di Pasar Tradisional Seberang Ulu 1 Palembang. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan. 10(1): 18-24

Daniels, R., and Friends. 2016. The Fehling And Benedict Test. Journal Of Chemical
Education. 37(4): 205-211

Mathis, Robert L dan John H. Jackson, 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Buku 1, Alih
Bahasa: Jimmy Sadeli dan Bayu. Prawira Hie, Salemba Empat. Jakarta.

McMurry, John E. 2012. Organic Chemistry. New York City: Cengage Learning

Raton, Boca. 2013. Hazardous Materials Chemistry. Florida: Taylor & Francis Group

Saputro, Agung Nugroho. 2015. Konsep Dasar Kimia Koordinasi. Yogyakarta: Deepublish

Sulfia, F., Fikri, Z., dan Fauzi, I. 2018. Pengaruh Kadar Glukosa Urin Metode Benedict Fehling
dan Stick Setelah Ditambahkan Vitamin C Dosis Tinggi. Jurnal Polteks Mataram.

Wuntu, Audy, dan Vanda, S. 2011. Adsorpsi Aseton pada Arang Aktif Biji Asam Jawa. Ilmiah
Sains
11(2): 174-177.

Yusrin, Mukaromah, A., H. 2012. Proses Hidrolisi Onggok dengan Variasi Asam Pada Pembuatan
Etanol. Jurnal Unimus. 6(1): 35-43
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Pavia, Donald L. 2015. Organic Laboratory Techniques: A Small-Scale Approach. Toronto : Cole
Learning

Fitri, A. S., & Fitriana, Y. A. N. 2020. Analisis Senyawa Kimia pada Karbohidrat. Sainteks.17(1) :
45-52

Debayjoti, Das. 2011. Biochemistry Part 2. New York : Unity Press

Emilisari, M. 2015. Uji Potensi Khamir Yang Diisolasi Dari Kawasan Mangrove Pantai Kenjeran
Surabaya Dalam Mendegradasi Selulosa. Doctoral dissertation. Surabaya : Institut
Teknologi Sepuluh Nopember

Madan, Nugraha. 2013. Percobaan Reaksi Aldehid dan Keton. Bandung : Institut Teknologi
Bandung

Hart, Harold. 2012. Organic Chemistri. Belmont: Cengage Learning


LAMPIRAN DHP

Anda mungkin juga menyukai