Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK
IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALKOHOL

NAMA : PHYKADELA NOERIZKA EREL


NIM : 205100107111017
KELAS :D
KELOMPOK : D5
ASISTEN : SALSABILA FRIDAUSA

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
Nama Phykandela Noerizka Erel
NIM 205100107111017
Kelas D
Kelompok D5

BAB 1

IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALKOHOL

1. PRE-LAB

1. Jelaskan prinsip dari uji Lucas dan uji Ferri klorida!


Prinsip uji Lucas adalah membedakan jenis alkohol berdasarkan waktu yang dibutuhkan
untuk membentuk suatu endapan atau lapisan keruh menggunakan reagen. Uji lucas ini dapat
membedakan alkohol ke dalam golongan alkohol primer, sekunder, dan tersier. Reagen yang
digunakan adalah asam klorida (HCl) dan seng klorida (ZnCl2). Larutan hasil radiasi dimasukkan
ke dalam tabung reaksi dengan bantuan pipet kemudian ditambahkan asam klorida dan diaduk.
Setelah itu ditambahkan dengan seng klorida secara perlahan, apabila berubah menjadi keruh dalam
waktu yang lama maka menandakan adanya alkohol tersier. Sedangkan apabila larutan berubah
menjadi keruh namun, dengan waktu yang tidak lama maka menandakan adanya alkohol sekunder,
dan apabila larutah tidak berubah warna maka larutan tersebut merupakan alkohol primer karena
alkohol primer akan sulit menjadi klorida (Eddy, dkk., 2018).
Prinsip uji Ferri Klorida adalah dengan ditambahkannya larutan Ferri klorida ke dalam
sampel uji maka dapat diketahui adanya senyawa fenol dalam sampel uji tersebut dengan terjadinya
pembentukan senyawa kompleks berwarna ungu, hijau, atau hitam yang dapat mengidentifikasi
adanya senyawa fenol. Senyawa kompleks ini terbentuk karena gugus OH fenolik dalam sampel
akan bereaksi dengan FeCl3. Ferri klorida merupakan garam anorganik yang memiliki karakteristik
adsorpsi, koagulasi, dan presipitasi (Mayangsari, 2019).
2. Sebutkan dan jelaskan macam jenis alkohol berdasarkan gugus hidroksil yang terikat pada atom
karbon! (berikan masing-masing 3 contoh)
Alkohol mempunyai sifat polar yang berasal dari gugus -OH dan nonpolar yang berasal dari
gugus alkil sehingga alkohol dipandang sebagai hidrokarbon yang mengalami hidroksilasi dan
sebagai derivat air dan alkil. Berdasarkan gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon ada tiga
macam yaitu alkohol primer, sekunder, dan tersier (Saraswati, 2018). Alkohol primer adalah
alkohol yang gugus -OH berikatan pada atom karbon primer dan apabila dioksidasi dapat menjadi
aldehid dan jika dioksidasi lagi akan menjadi asam karboksilat, contoh alkohol primer: etanol,
butanol, propanol (Prep, 2020). Sedangkan alkohol sekunder adalah gugus hidroksil -OH yang
terikat pada atom karbon sekunder di mana atom karbon yang mengikat dua atom karbon lainnya,
contoh alkohol sekunder: 2-propanol, 2-butanol, dan 2-Metil, 3-Butanol (Kasanah dkk., 2014).
Terakhir, alkohol tersier adalah alkohol yang tidak memungkinkan untuk teroksidasi karena tidak
dapat membentuk suatu ikatan rangkap dimana gugus -OH terikat pada atom C tersier, contoh: 2-
metil-2-propanol, 3-etil-3-pentanol, dan 1-metil-1-sikloheksanol (Antasari dkk, 2017).
3. Jelaskan faktor yang mempengaruhi kelarutan alkohol dan fenol pada pelarut polar dan non-
polar!
Faktor yang mempengaruhi kelarutan pada alkohol dan fenol pada pelarut polar dan non
polar yaitu cairan pelarut, pH medium, dan momen dipol pada pelarut polar. Cairan pelarut dapat
membuat perbedaan dalam kelarutan zat pada masing-masing pelarut. Sedangkan pH medium yang
berbeda dapat mempengaruhi kelarutan zat (Nurjanah,2017). Selain itu, faktor yang dapat
mempengaruhi kelarutan adalah panjang rantai karbon alkohol, suhu, dan gugus yang terikat.
Nama Phykandela Noerizka Erel
NIM 205100107111017
Kelas D
Kelompok D5

Apabila semakin panjang rantai karbon akan mengurangi tingkat dari kepolaran senyawa sehingga
akan cenderung larut dalam pelarut non polar. Selain itu, pada alkohol apabila dalam keadaan suhu
yang tinggi maka akan mengurangi tingkat dari kepolaran dan sebaliknya. Sedangkan pada fenol,
kepolaran akan berkurang apabila cincin aromatik mengikat gugus non polar. Dikarenakan fenol
memiliki sifat polar lebih besar daripada alkohol dan memiliki hidrogen yang bersifat lebih asam
dan gugus OH terikat dengan cincin aromatik sehingga dapat larut dalam pelarut polar. Perbedaan
alkohol dan fenol yaitu gugus OH pada senyawa alkohol di mana terikat pada atom karbon
tetrahedral sedangkan pada fenol gugus OH terikat pada karbon cincin aromatik (Rondonuwu, dkk.,
2017).
4. Jelaskan perbedaan yang dapat ditemukan diantara senyawa alkohol alifatik dan alkohol
aromatik! (minimal 4)
Alkohol alifatik adalah alkohol yang bersifat netral, bereaksi dengan asam karboksilat
membentuk ester, dapat bereaksi dengan natrium, dan tidak bereaksi dengan basa. Selain itu, pada
turunan alkohol alifatik apabila bertambah jumlah atom C maka kelarutan senyawa dalam air akan
menurun dan kelarutan dalam lemak meningkat. Pada alkohol alifatik rantai strukturnya dapat
berbentuk lurus maupun siklik namun tidak mengandung cincin aromatik. Sedangkan alkohol
aromatik bersifat asam, dapat bereaksi dengan basa sehingga membentuk garam, dan tidak bereaksi
dengan natrium. Selain itu, rantai strukturnya selalu siklik dan mengandung cincin atau rantai
benzena. Alkohol aromatik juga susunan elektronnya memiliki sistem elektron-pi yang
terkonjugasi sedangkan pada alkohol alifatik tidak. Kemudian titik didih pada alkohol aromatik
lebih rendah daripada alkohol alifatik sehingga lebih mudah menguap (Siswandono, 2016).
5. Sebutkan peranan alkohol alifatik dan fenol yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari!
(masing-masing minimal 3)
Alkohol alifatik dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil,
seperti meningkatkan indeks antiknock dan kecepatan pembakaran. Selain itu, juga dapat
dimanfaatkan sebagai antiseptik, misalnya alkohol. Dalam bidang industri juga dimanfaatkan
sebagai pelarut cat. Alkohol alifatik etilen glikol dapat digunakan sebagai bahan anti beku pada
radiator mobil karena dapat membeku pada suhu rendah. Sedangkan fenol dalam kehidupan sehari-
hari berperan sebagai bahan baku pembuatan obat-obatan misalnya pereda rasa nyeri dan aniline.
Selain itu, fenol juga dapat digunakan sebagai pengawet makanan dan kosmetik dalam dosis yang
kecil. Dalam industri resin sintetik dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan epoxy
(Siswandono,2016; Geza, 2019; dan Nasution, 2018).
Nama Phykandela Noerizka Erel
NIM 205100107111017
Kelas D
Kelompok D5

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fenol

Fenol adalah senyawa yang memiliki rumus kimia C6H4OH. Fenol memiliki cincin aromatik
dengan satu atau lebih gugus hidroksi (OH-) dan gugus-gugus lainnya. Pada senyawa ini
kebanyakan memiliki gugus hidroksi lebih dari satu sehingga disebut dengan polifenol dan
kelompok terbesar dari senyawa fenol adalah flavonoid. Wujud fenol berbentuk kristal yang tidak
berwarma, memiliki bau khas, bersifat racun, dan korosif. Fenol berfungsi sebagai sampel uji dalam
praktikum uji identifikasi alkohol yang dilakukan pada uji lucas dan uji Ferri klorida, di mana akan
bereaksi dengan pereaksi uji Lucas dan pada uji Ferri klorida akan bereaksi dengan FeCl3 yang
membentuk senyawa kompleks berwarna sesuai dengan substituen yang terikat (Sastrahidayat,
2014).

2.2 Metanol

Metanol merupakan senyawa hidrokarbon dari golongan alkohol (CnH2n+2O) dengan gugus
alkil hidroksil (-OH) dan rumus umum metanol adalah CH4O atau biasanya ditulis dengan CH3-
OH. Metanol merupakan bentuk dari alkohol yang paling sederhana dan pada keadaan atmosfer
matanol ini berbentuk cairan yang ringan, tidak berwarna, dan mudah menguap, mudah terbakar
dan beracun dengan baunya yang khas. Kadar metanol terbaik pada 40% dengan kondisi waktu
pemasakkan sekitar 2,5 jam dan pada suhu 50°C maka akan diperoleh kadar pulp tertinggi yaitu
sebesar 52,78%. Dalam praktikum ini, metanol berfungsi sebagai pelarut polar atau sampel uji yang
akan direaksikan dengan pereaksi Lucas pada uji Lucas dan pada uji Ferri klorida akan direaksikan
dengan FeCl3 (Sari dkk., 2019).

2.3 Etanol

Etanol merupakan salah satu komponen kimia ke dalam golongan alkohol primer yang
berbentuk cairan bening yang mudah menguap, sangat mudah terbakar dan merupakan salah satu
jenis alkohol rantai lurus yang paling sedikit mengandung racun. Karakteristik dari etanol adalah
memiliki berat molekul 46,7 g/mol, titik beku -114,15°C, titik didih 78,32°C, dan densitas 0,78942
g/cm3. Selain itu, etanol merupakan pengoksidasi yang kuat dan bersifat stabil dibawah temperatur
dan tekanan normal. Etanol berfungsi sebagai sampel uji pada uji Lucas dan pada uji Ferri klorida
akan direaksikan dengan FeCl3 (Sari dkk., 2019).

2.4 2-Propanol

Isopropil alkohol memiliki gugus -OH yang bersifat hidrofilik yang bergerak menarik
molekul-molekul air sehingga dapat melarutkan molekul air yang bersifat polar. Selain itu,
isopropil alkohol juga memiliki gugus alkil -CH2 yang merupakan gugus alkil yang memiliki rantai
karbon yang pendek sehingga memiliki tingkat kepolaran yang sangat tinggi. Isopropil alkohol juga
memiliki harga konstanta dielektrik dan momen dipol yang lebih kecil dibandingkan etanol,
sehingga etanol lebih polar dibandingkan dengan isopropil alkohol. Isopropil alkohol menjadi
pelarut polar (sampel uji) yang akan direaksikan dengan pereaksinya pada uji Lucas dan pada uji
Ferri klorida akan direaksikan dengan FeCl3 (Nurhasanah dkk., 2019).
Nama Phykandela Noerizka Erel
NIM 205100107111017
Kelas D
Kelompok D5

2.5 FeCl3

Ferri klorida adalah garam logam yang pada umumnya digunakan untuk koagulan. FeCl3
digunakan sebagai koagulan karena sifatnya yang akan mengion ketika di dalam air dan menjadi
kation Fe3+. FeCl3 ini mampu mengikat senyawa-senyawa organik dengan cepat dan membentuk
flok-flok yang kuat sehinga dapat menjadikan proses pengendapan lebih cepat (Umah, 2018). Sifat
fisik dari Ferri klorida adalah berwarna biru, tidak berbau, dan memiliki titik leleh 306°C. FeCl3
berfungsi sebagai reagen pada uji Ferri klorida yang akan mendeteksi ada tidaknya senyawa fenolik
dalam sampel uji (Persson, 2018).

2.6 HCl

Hydrochloric acid (HCl) adalah senyawa yang bersifat asam dan korosif, memiliki titik didih
51°C dan larut sempurna dalam air. Asam klorida ini berwarna jernih dan bersifat stabil dan sangat
reaktif dengan logam, alkali, agen pengoksidasi dan sebagainya. Selain itu, karena HCl merupakan
senyawa asam maka HCl memiliki pH dibawah 7. HCl berfungsi sebagai reagen dalam uji Lucas
(Sitterly, 2017).

2.7 ZnCl2

Seng klorida (ZnCl2) adalah senyawa kimia yang berwujud solid atau padat, tidak berbau,
berwarna putih dan memiliki titik lebur 293°C. Selain itu, ZnCl2 memiliki berat molekul 136,30
g/mol. Seng klorida ini mudah larut dalam air dan bersifat higroskopis. Seng klorida berfungsi
sebagai reagen pada uji Lucas untuk mengidentifikasi alkohol primer, sekunder dan tersier pada
sampel (Mathews, 2017).

2.8 Aquades

Aquades atau air kondensat adalah air yang bersifat murni dalam laboratorium juga
merupakan air dari hasil penyulingan sehingga bebas dari zat-zat yang kotor. Di dalam
laboratorium, aquades digunkan sebagi pelarut dan digunakan untuk membersihkan alat-alat
laboratorium dari kotoran. Aquades adalah pelarut yang jauh lebih baik dibandingkan dengan
hampir semua cairan yang umumnya dijumpai di mana larutan ini berwarna bening, tidak berbau,
dan tidak memiliki rasa. Selain itu, senyawa yang mudah larut oleh aquades adalah berbagai
senyawa organik netral yang mempunyai gugus fungsional polar seperti alkohol, gula, alhedida,
dan keton karena molekul aquades memiliki kecenderungan untuk membentuk ikatan hidrogen
dengan gugus hidroksil. Dalam praktikum uji identifikasi alkohol, larutan aquades berfungsi
sebagai pelarut sampel. (Khotimah, 2017).
Nama Phykandela Noerizka Erel
NIM 205100107111017
Kelas D
Kelompok D5

3. DIAGRAM ALIR

3.1 Uji Lucas

0,5 ml Sampel

Dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi berbeda dan diberi label sesuai nama sampel uji

2 ml Reagen Lucas

Tabung ditutup

Dikocok

Diamati terbentuknya kabut selama 5 menit

Jika larutan tidak berkabut selama 5 menit, maka dihangatkan/dipanaskan


dengan media air suhu 60°C selama 10 menit

Hasil
Nama Phykandela Noerizka Erel
NIM 205100107111017
Kelas D
Kelompok D5

3.2 Uji Ferri Klorida

1 ml Sampel

Dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi berbeda dan diberi label sesuai nama sampel

5 tetes sampel

2 tetes FeC3

Dikocok

Diamati perubahan warna

Dicatat ada tidaknya perubahan

Dilakukan secara duplo

Hasil
4. DATA HASIL PENGAMATAN

4.1 Uji Lucas

Sampel Perubahan Warna Keterangan

Metanol Jernih - (Negatif)

Etanol Jernih - (Negatif)

2-propanol Putih keruh/berkabut + (Positif)

Fenol Jernih - (Negatif)

4.2 Uji Ferri Klorida

Sampel Perubahan Warna Keterangan

Metanol Kuning jernih - (Negatif)

Etanol Kuning jernih - (Negatif)

2-propanol Kuning jernih - (Negatif)

Fenol Ungu Bening + (Positif)

5. PEMBAHASAN

5.1 Uji Lucas

a. Prinsip Uji Lucas


Prinsip uji lucas adalah mengidentifikasi jenis alkohol dengan cara menambahkan reagen
lucas ke dalam sampel. Reagen lucas tersebut terdiri dari HCl dan ZnCl 2, di mana HCl berperan
sebagai subtituen dan ZnCl2 berperan sebagai katalisator. Uji lucas ini akan menimbulkan reaksi
substitusi gugus −OH pada alkohol dengan Cl pada reagen Lucas sehingga membentuk alkil klorida
yang tidak larut dalam larutan. Apabila sampel yang diberi reagen lucas menghasilkan hasil yang
positif maka sampel tersebut akan ditandai dengan munculnya kabut (alkil klorida). Uji lucas ini akan
membantu mengidentifikasi alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier (Aljamali, 2015).

b. Analisa Prosedur

Dalam praktikum identifikasi gugus fungsi alkohol pada uji lucas hal pertama yang harus
dilakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan. Alat yang dibutuhkan dalam uji Lucas adalah
tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet ukur, pipet tetes, gelas beaker, kompor listrik. Sedangkan
bahan yang dibutuhkan adalah reagen Lucas (HCl dan ZnCl2), metanol, etanol, 2-propanol, dan fenol.
Setelah mempersiapkan alat dan bahan selanjutnya memberi label pada tabung reaksi dengan tujuan
untuk petunjuk sampel. Selanjutnya mengambil masing-masing sampel dengan menggunakan pipet
ukur ke dalam tabung reaksi sebanyak 0,5 ml dan segera ditutup agar alkohol dalam tabung reaksi
tidak menguap. Langkah selanjutnya adalah menambahkan reagen lucas ke dalam masing-masing
tabung reaksi sebanyak 2 ml. Kemudian, dilakukan pengocokan pada masing-masing tabung reaksi
agar reagen Lucas dan larutan sampel menjadi homogen. Setelah itu, menunggu sekitar 5 menit untuk
melihat perubahan pada sampel. Apabila pada keempat sampel tersebut tidak terjadi perubahan maka
dilakukan pemanasan pada sampel tersebut. Dengan cara memasukkan tabung reaksi yang berisi
sampel ke dalam air pada gelas beaker yang sudah dipanaskan dengan suhu 60°C dengan kompor
listrik dan kemudian, tunggu sekitar 5 menit. Tujuan dari pemanasan ini adalah untuk mempercepat
reaksi. Selanjutnya angkat tabung reaksi dan pindahkan ke rak tabung reaksi dan kemudian amati
hasil.

c. Analisa Hasil

Perubahan yang terjadi Keterangan


Sampel
Sebelum Sesudah

Etanol Jernih Jernih - (Negatif)

Metanol Jernih Jernih - (Negatif)

2-Propanol Jernih Putih Keruh/Berkabut + (Positif)

Fenol Jernih Jernih - (Negatif)

Setelah melakukan prosedur uji Lucas, hasil yang didapat adalah pada sampel etanol warna
larutan sebelum terjadi perubahan adalah jernih dan setelah terjadi reaksi adalah jernih sehingga
mendapatkan keterangan negatif (-). Pada sampel metanol sebelum perubahan terjadi warna dari
larutan adalah jernih dan setelah terjadi reaksi adakah jernih sehingga mendapatkan keterangan
negatif (-). Pada sampel 2-propanol sebelum perubahan terjadi warna larutan adalah jernih dan setelah
terjadi reaksi menjadi putih keruh atau berkabut sehingga mendapatkan keterangan positif (+). Pada
sampel fenol sebelum perubahan terjadi warna larutan adalah jernih dan setelah terjadi reaksi adalah
jernih sehingga mendapatkan keterangan negatif (-). Apabila pada uji Lucas sampel mendapatkan
hasil uji positif maka kemungkinan sampel tersebut merupakan alkohol sekunder atau alkohol tersier
yang menghasilkan lapisan berkabut. Pada alkohol tersier akan lebih cepat bereaksi dan membentuk
alkil klorida dibandingkan dengan alkohol sekunder. Dari keempat sampel yang menghasilkan
lapisan keruh putih atau kabut adalah 2-propanol setelah dilakukan pemanasan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa 2-propanol adalah alkohol sekunder. Selain itu, dari sisi tata nama 2-propanol
memiliki atom C yang mengikat 2 atom yang lain, hal tersebut merupakan ciri-ciri alkohol sekunder.
Hal ini sesuai dengan literatur bahwa 2-propanol merupakan jenis alkohol sekunder (Hermawan,
2017). Pada 2-propanol ini terjadi reaksi karena terjadi reaksi substitusi gugus -OH pada alkohol
dengan Cl pada reagen sehingga terbentuklah alkil klorida yang tidak larut dalam larutan (kabut).
Sedangkan pada sampel metanol, etanol dan fenol yang memiliki sifat fisik tetap jernih setelah
dilakukan uji Lucas baik didiamkan pada suhu ruang selama 5 menit hingga dipanaskan dengan suhu
60°C selama 5 menit tidak ada perubahan yang terjadi sehingga dapat disimpulkan bahwa metanol
dan etanol merupakan jenis alkohol primer. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa
metanol dan etanol adalah jenis alkohol primer di mana gugus −OH terikat pada atom C primer
(Budimarwanti dan Theresih, 2015). Namun, pada sampel fenol tidak termasuk ke dalam alkohol
primer, sekunder maupun tersier karena fenol merupakan turunan dari benzena dan merupakan
senyawa asam sehingga apabila direaksikan dengan reagen yang bersifat asam maka akan menjadi
homogen sehingga reaksi akan lebih sulit terjadi (Nichols, 2020).

d. Mekanisme Reaksi

Mekanisme reaksi uji Lucas adalah reagen Lucas melarutkan alkohol sehingga gugus −OH
yang kekurangan nukleofiliki akan terlepas dan bereaksi dengan H+ membentuk H2O. Sedangkan
alkohol yang kehilangan −OH akan digantikan dengan Cl- pada reagen lucas sehingga membentuk
alkil klorida (kabut). Reaksi ini dapat terjadi berkat adanya ZnCl2 (Wardiyah, 2016). Reaksi yang
terjadi pada tiap sample dapat dilihat sebagai berikut :

• Metanol
ZnCl2
CH3OH + HCl (Tidak ada reaksi)

• Etanol

ZnCl2
CH3CH2OH + HCl (Tidak ada reaksi)

• 2-propanol
ZnCl2
CH3CH(OH)CH3 + HCl CH3CH(Cl)CH3 + H2O

• Fenol

OH
ZnCl2
+ HCl (Tidak ada reaksi)
Metanol dan etanol merupakan alkohol primer karena gugus −OH nya terikat pada atom C
primer. Sedangkan 2-propanol merupakan senyawa alkohol sekunder yang memiliki gugus −OH yang
terikat padaatom C sekunder atau atom C yang mengikat 2 atom C yang lain. Kemudian untuk fenol
merupakan salah satu turunan dari benzena yang bukan alkohol sehingga bila ditambahkan dengan
reagen Lucas benzena tidak akan dapat bereaksi karena memiliki rantai yang tertutup (Failasufa,
2011).

5.2 Uji Ferri Klorida

a. Prinsip Uji Ferri Klorida

Prinsip uji Ferri Klorida adalah uji yang dilakukan untuk mengidentifikasi adanya fenol dalam
suatu larutan. Dalam uji ferri klorida ini reagen yang digunakan adalah reagen FeCl3. Hasil uji positif
dari uji ferri klorida ditandai dengan adanya reaksi yang memberikan senyawa kompleks perubahan
warna yaitu menghasilkan warna merah, hijau, biru, hijau, dan ungu. Hal ini dapat terjadi akibat gugus
−OH pada fenol bereaksi dengan larutan FeCl3. Perubahan warna yang didapatkan tersebut tergantung
dari substituen yang terikat pada fenol (McMurry, 2013)

b. Analisa Prosedur

Dalam praktikum identifikasi gugus fungsi alkohol pada uji lucas hal pertama yang harus
dilakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan. Alat yang dibutuhkan dalam uji Lucas adalah
tabung reaksi, rak tabung reaksi, bulp, pipet ukur, pipet tetes. Sedangkan bahan yang dibutuhkan
adalah metanol, etanol, 2-propanol, fenol, aquades, dan ferri klorida. Langkah pertama adalah
memberi label pada masing-masing tabung reaksi sesuai dengan sampel yang digunakan. Selanjutnya,
masukkan aquades ke dalam masing-masing tabung reaksi sebanyak 1 ml dengan menggunakan pipet
ukur. Fungsi dari aquades dalam uji ferri klorida ini adalah agar mencegah proses penguapan sampel.
Selanjutnya ambil sampel dengan menggunakan pipet tetes dan masukkan ke dalam tabung reaksi
sebanyak 5 tetes pada masing-masing sampel. Kemudian ambil ferri klorida menggunakan pipet tetes
dan masukan sebanyak 2 tetes ke dalam tabung reaksi yang berisikan sampel. Selanjutnya kocok
tabung reaksi agar reagen dan sampel tercampur sempurna kemudian amati perubahan pada masing-
masing sampel.

c. Analisa Hasil

Perubahan yang terjadi Keterangan


Sampel
Sebelum Sesudah

Ethanol Kuning Jernih Kuning Jernih - (Negatif)

Metanol Kuning Jernih Kuning Jernih - (Negatif)

Fenol Kuning Jernih Ungu Bening + (Positif)

2-Propanol Kuning Jernih Kuning Jernih - (Negatif)


Setelah melakukan prosedur uji Lucas, hasil yang didapat adalah pada sampel etanol warna
larutan sebelum terjadi reaksi adalah kuning jernih dan setelah terjadi reaksi adalah kuning jernih
sehingga mendapatkan keterangan negatif (-). Pada sampel metanol warna larutan sebelum terjadi
reaksi adalah kuning jernih dan setelah terjadi reaksi adalah kuning jernih sehingga mendapatkan
keterangan negatif (-). Pada sampel fenol warna larutan sebelum terjadi reaksi adalah kuning jernih
dan setelah terjadi reaksi adalah ungu bening sehingga mendapatkan keterangan positif (+). Pada
sampel 2-propanol warna larutan sebelum terjadi reaksi adalah kuning jernih dan setelah terjadi reaksi
adalah kuning jernih sehingga mendapatkan keterangan negatif (-). Hal ini sesuai dengan literatur
dimana ethanol, metanol, dan 2-propanol yang merupakan alkohol tidak bereaksi dengan reagen ferri
klorida (Parlan dan Wahyudi,2011).

Pada sampel metanol, etanol, dan 2-propanol setelah ditetesi reagen FeCl3 tidak terjadi
perubahan warna karena ketiga sampel tersebut tidak memiliki gugus fenol. Sedangkan pada sampel
fenol setelah ditetesi reagen FeCl3 terjadi perubahan warna menjadi warna ungu akibat dari adanya
reaksi gugus −OH pada fenol yang bereaksi dengan larutan FeCl3. Uji ferri klorida dengan hasil uji
positif dikarenakan reaksi substitusi antara H+ pada fenol dengan Fe3+ sehingga membentuk FeO (ion
besi) pada cincin benzena (Failasufa, 2011).

d. Mekanisme Reaksi

Mekanisme dari reaksi uji Ferri Klorida adalah fenol akan bereaksi dengan FeCl3 sehingga
membentuk HCl. Selanjutnya fenol akan kehilangan H+ kemudian akan digantikan oleh Fe3+ sehingga
akan membentuk FeO pada cincin benzena dan pembentukan kompleks FeO ini akan mengubah
warna sampel menjadi warna merah, hijau, biru atau ungu tergantung adengan substituen yang terikat
pada fenol. Pada sampel Methanol, Etanol dan 2-Propanol merupakan alkohol dan Alkohol memiliki
rangkai atom yang terbuka dan tidak terbentuk lingkaran atau cincin benzena. Sehingga pada uji Ferri
Klorida sampel metanol, etanol, dan 2-propanol tidak dapat membentuk FeO pada cincin benzene.
Mekanisme dari reaksi uji Feri Klorida ini hanya menguji adanya kandungan senyawa fenol dalam
suatu senyawa (Abu Bakar dan Halim, 2013).

• Metanol

CH3 – OH + FeCl3 (Tidak ada reaksi)

• Etanol

CH3 – CH2 – OH + FeCl3 (Tidak ada reaksi)

• 2-propanol

CH3 – CH(OH) – CH3 + FeCl3 (Tidak ada reaksi)


• Fenol

OH

+ FeCl3 Fe ( o )3 + 3HCl (Terjadi perubahan warna ungu)


6. KESIMPULAN

Pada praktikum mengidentifikasi gugus fungsi alkohol ini bertujuan untuk mengetahui sifat
fisik alkohol dan fenol serta membedakan alkohol primer, sekunder, tersier dan fenol dengan
menggunakan uji Lucas dan uji Ferri Klorida. Alkohol memiliki 3 jenis yaitu alkohol primer atau
alkohol yang gugus hidroksilnya terikat pada atom C primer, alkohol sekunder atau alkohol yang
ugus hidroksilnya terikat pada atom C sekunder dan alkohol tersier atau alkohol yang gugus
hidroksilnya terikat pada atom C tersier. Prinsip dari uji Lucas adalah membedakan jenis alkohol
dengan menambahkan reagen Lucas (HCl dan ZnCl2) dan apabila hasil uji positif maka hasilnya
berupa larutan semakin keruh (sedikit berkabut). Sedangkan prinsip Uji Ferri Klorida yaitu
mengidentifikasi fenol dengan menambahkan reagen Ferri Klorida ke dalam sampel sehingga bila
hasil uji positif maka akan terjadi perubahan warna berupa merah, hijau, biru atau ungu.
Mekanisme reaksi uji Lucas adalah reagen Lucas melarutkan alkohol sehingga gugus −OH yang
kekurangan nukleofiliki akan terlepas dan bereaksi dengan H+ membentuk H2O. Sedangkan
alkohol yang kehilangan −OH akan digantikan dengan Cl- pada reagen lucas sehingga membentuk
alkil klorida (kabut). Sedangkan Mekanisme dari reaksi uji Ferri Klorida adalah fenol akan
bereaksi dengan FeCl3 sehingga membentuk HCl. Selanjutnya fenol akan kehilangan H+ kemudian
akan digantikan oleh Fe3+ sehingga akan membentuk FeO pada cincin benzena dan pembentukan
kompleks FeO ini akan mengubah warna sampel menjadi warna merah, hijau, biru atau ungu
tergantung adengan substituen yang terikat pada fenol.
Pada praktikum identifikasi gugus fungsi alkohol alat dan bahan yang digunakan adalah
tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, pipet ukur, bulb, beaker glass, kmpor listrik, aquades,
metanol, etanol 96%, 2-propanol, fenol 5%, reagen Lucas (HCl dan ZnCl2), reagen ferri klorida
5%. Setelah melakukan uji Lucas dan uji Ferri Klorida, data hasil Uji Lucas yakni sampel Metanol
dan Etanol merupakan senyawa alkohol primer, 2-propanol merupakan senyawa alkohol
sekunder, dan senyawa fenol tidak teridentifikasi karena tidak bereaksi dengan reagen. Pada uji
Ferri Klorida, sampel Metanol, 2-propanol dan Etanol tidak terjadi perubahan warna karena sesuai
dengan jenis rantai senyawa tersebut yakni alifatik, sedangkan pada sampel fenol terjadi
perubahan warna menjadi ungu yang menunjukan bahwa fenol merupakan alkohol aromatik.
DAFTAR PUSTAKA

Antasari, Fidela A., Elvina D.I., Edi P.U. 2017. Studi Sintesis Patchouli Asetat melalui Pembentukan
Alkoksida dari Patchouli Alkohol. Indonesian Journal of Essential Oil. 2(2): 49-58
Eddy, Diana R., Sanidya S.B., Rustaman. 2018. Uji fotokatalisis reduksi benzaldehida menggunakan
titanium dioksida hasil sintesis. PENDIPA Journal of Science Education. 2(2): 158-162
Geza, Yasinta A. Pra Rencana Pabrik Fenol dari Asam Benzoat dan Udara dengan Proses Oksidasi
Kapasitas 50.000 Ton/Tahun. Tesis. Malang: Institut Teknologi Nasional.
Kasanah U., Edy C., dan Sudarmin. 2014. Pengaruh Struktur Alkohol Terhadap Produk Esterifikasi
Asam Larutan Terkatalis Zr4+-Zeolit Beta. Indonesian Journal of Chemical Science. 3(1): 63-
68
Khotimah, Husnul, Erika W.A., Ari Setianingsih. 2017. Karakterisasi Hasil Pengolahan Air
Menggunakan Alat Destilasi. Jurnal Chemurgy. 1(2): 34-38
Mathews, Kolanjikombil. 2017. Encyclopaedic Dictionary of Textile Terms: Four Volume Set. New
Delhi: Woohead Publishing India Pvt Ltd
Mayangsari, Novi Eka. 2019. Penggunaan Ferri Klorida dan Kitosan Cangkang Kepiting sebagai
Alternatif Koagulan pada Pengolahan Air Limbah Laundry. Jurnal Riset Teknologi Industri.
13(2): 272-238
Nasution, R, Marianne, dan Bahi, M. 2018. Sintesis Kimia Organik. Banda Aceh: Syiah Kuala
University Press
Nurhasanah, Eka N.P., Henti U., dkk. 2019. Pengaruh Jenis Solubility Promotor dan Waktu Reaksi
pada Sintesis α-Terpineol dari Minyak Terpenting Menggunakan Katalis Zeolit Alam Lampung
Teraktivasi. Indonesian Journal of Chemical Science. 8(2): 71-80
Nurjanah, S. 2017. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Menggunakan
Laboratorium Riil Terhadap Kemampuan Kognitif Kimia Siswa di Sekolah Menengah Atas
Muhammadiyah 1 Pekanbaru. Skripsi. Riau: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Persson, I. 2018. Ferric Chloride Complexes in Aqueous Solution: An EXAFS Study. Journal of
Solution Chemistry. 47(5): 797-805.
Prep, Kaplan Test. 2020. MCAT Organic Chemistry Review 2021-2022. New York: Simon and
Schuster
Rondonuwu, Samuel D.J., Edi S., dan Sri S. 2017. Kandungan Total Fenolik dan Aktivitas
Antioksidan dari Fraksi Pelarut Sagu Baruk (Arenga microharpa). Chemistry Progress. 10(1):
29-32.
Saraswati, Indah. 2018. Panduan Praktikum Kimia. Yogyakarta: Deepulish
Sari, Poppy D., Wuwuh A.P, dan Dinarta H. 2019. DELIGNIFIKASI BAHAN LIGNOSELULOSA:
Pemanfaatan Limbah Pertanian. Jakarta: CV. Penerbit Qiara Media
Sastrahidayat, Ika Rochdjatun. 2014. Peranan Mikroba bagi Kesehatan Tanaman dan Kelestarian
Lingkungan. Malang: Universitas Brawijaya Press
Siswandono. 2016. Kimia Medisinal 1 Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press
Sitterly, Rebecca, Laurence M.R. and Frank D.R. 2017. Flinders Aluminum Fabrication Corporation
v. Mismo Fire Insurance Company: Case File. Boulder: Wolters Kluwer Law & Business
Umah, Nelly R., Tri J., dan Hanan L.D. 2018. Efektivitas Dosis Ferri Klorida (FeCl3) dalam
Menurunkan Kadar Chemical Oxygen Demand (COD) pada Limbah Pabrik Tahu di Tempelsari
Kalikajar Wonosobo. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 6(6): 2356-3346
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Aljamali, N. M. 2015. Identification Methods of Unknown. International Journal of Medical


Research and Pharmaceutical Sciences. 2(2): 1-7
Budimarwanti, C. dan Karim Theresih. 2015. Sintesis 'Warming Agent' Amil Vanilil Eter dari Bahan
Dasar Vanilin. J. Sains Dasar. 4(2): 100-108
Failasufa, N. 2011. Sintesis Senyawa 2 - Fenolbenzotriazol dari Benzotriazol Dengan Fenol Melalui
Reaksi Subtitusi Nukleofilik. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Hermawan D.C., Haryati T., dan Supriyanto E. 2017. Pengaruh Pelarut dan Ukuran Template
Terhadap Struktur TiO2. Jurnal Berkala Sainstek. 5(2): 91-93
McMurry, John. 2013. Fundamentals of General, Organic, and Biological Chemistry. USA: Person
Nichols, L. 2020. Organic Chemistry Lab Techniques. California: LibreTexts
Parlan., dan Wahyudi. 2011. Kimia Organik I. Malang: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri
Malang
Wardiyah. 2016. Kimia Organik. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai