OLEH:
SUCI LESTARI P1200212402
AYU MEGAWATI P1200212011
WANG CHUN LEI P1200212
Aliran ini mengacu pada para linguis yang mengikuti prinsip-prinsip linguistik
dari J.R. Firth, Guru besar general linguistics pada Universitas London dari tahun 1994 –
1956. Prinsip-prinsip tersebut berkembang terutama pada bidang fonologi. Dalam tataran
makna terlihat suatu perkembangan pandangan yang kompleks dari semua level struktur
linguistik yang sekaligus memberi urutan pada pernyataan menyeluruh dari makna suatu
ujaran.
Empat hal yang menjadi titik berat teori firth terdiri atas empat komponen yaitu,
1. Komponen Sosiologi
situasinya. Inilah yang dikenal dengan ‘the context of situation’. Menurut Malinowski
konteks merupakan lingkungan fisik dari suatu ujaran. Selain itu, konsep makna
merupakan arena hubungan antara orang yang memainkan peran dalam masyarakat,
mengenai ‘the context of situation’ bahwa segala ciri-ciri dunia eksternal yang berupa
satu ujaran atau teks mempunyai hubungan makna. Gagasan-gagasan makna dan
situasi ini adalah pusat bagi segala cabang-cabang semantik, karena mereka
pembicara.
Pengaruh Malinowski tersebut membuat Firth menolak formalisme struktural
yang statis yang konsep dasarnya bertolak pada perbedaan mendasar antara langue
dan parole dari Saussure. Menurut Firth, bahasa seharusnya dipakai, dipelajari, dalam
interaksi sosial sebagai bagian dari proses sosial dalam kehidupan manusia tidak
2. Teori Makna
linguistik bertolak belakang dengan Firth yang menyetujui bahwa makna adalah
jaringan keseluruhan dari relasi-relasi dan fungsi-fungsi pada setiap aspek linguistik.
Titik berat dari konsep makan menurut Firth adalah sosial dan behavioral.
Maksudnya adalah kata-kata merupakan bagian dari kebiasaan, makna yang dimiliki
oleh kata tersebut merupakan pola tingkah laku, dan pola tingkah laku tersebut
Kata-kata mengacu pada situasi dan sesuatu. Inilah yang disebut directive
reference. Dalam bahasa lisan, makna melibatkan paling tidak 3 hal, yaitu: sikap
terhadap acuan (reference), sikap terhadap lawan tutur kata, dan tujuan dari ujaran itu
sendiri.
Teori sanding kata dalam linguistik pertama kali dicetuskan oleh JR. Firth, seorang linguis
yang terkenal dalam aliran linguistik London (Alwasilah: 1993:69). Dalam Oxford Collocations
Dictionary (2002:vii) dijelaskan bahwa sanding kata sebagai the way wordscombine
Baker (1992:47), sanding kata ialah kecenderungan sejumlah kata untuk bergabung secara teratur
dalam suatu bahasa, tetapi kata yang mana dapat bersanding kata dengan kata yang lain tidak ada
hubungannya secara logis. Hal ini juga ditegaskan oleh Sei dan Pain(2000:167) bahwa sanding kata
ialah sekelompok kata yang sering muncul bersama. Adapun menurut Hartman dan Stork via
Alwasilah (1993:69) sanding kata adalah dua kata atau lebih, dianggap sebagai butir-butir kosakata
Lebih kompleks, Firth mengemukakan bahwa adanya hubungan kemungkinan sanding kata
dilihat dari 3 faktor, yaitu: probabilistic (kemungkinan), implicational (keterlibatan), dan conceptual
(konsep). Contoh, kata ayah, ibu, anak dan semacamnya. Hubungan lain yang memungkinkan
dimasuki oleh komponen bahasa terbagi dua, yaitu: internal atau formal, dan situasional. Hubungan
formal artinya hubungan kosa kata dalam sanding katanya atau hubungan sintaktik antara kategori-
kategori gramatik. Sebaliknya, hubungan situasional adalah hubungan antara komponen bahasa
dengan unsur-unsur nonverbal dari situasi ujaran. Namun, secara umum bahasa masuk dalam kedua
hubungan tersebut.
Alwasilah (1985: 71) mennguraikan bahwa yang dimaksud dengan struktur adalah tatanan
unsur-unsur secara sintagmatik sedangkan sistem adalah seperangkat unit-unit secara paradigmatik
antara satu sama lain dapat saling menempati dalam suatu struktur. Secara sederhana dapat
dijelaskan bahwa struktur adalah tatanan unsur secara horizontal dan sistem adalah seperangkat unit
secara vertikal yang dipakai dalam satu struktur tertentu. Contoh, kata pit, bit, pin, dan pen adalah
satu struktur dengan pola C1, VC2 (C = Consnant, V = Vowel). Sementara C1 dan C2 adalah satu
sistem karena bahasa inggris memiliki sistem konsosnan awal p, b, t, d, k, g, dan seterusnya. Sistem
dan struktur tersebut dapat pula terlihat dalam tatanan bahasa indonesia, misalnya aku, itu, dan ini
5. Teori Fonologi
Pendekatan Firth dalam fonologi terkenal dengan sebutan prosodic Analisysis. Prosodic
phonologi ini menolak teori phonemes. Beberapa kelemahan analisis fonemik yang didasarkan
sepenuhnya pada pemisahan kesatuan (continuum) unjaran dalam segmen-segmen bisa diatasai
dengan pengenalan dengan supra segmental phonemes. Walaupun demikian, Firth mengajukan
pemisahan persyaratan transkripsi dari persyaratan pengertian struktur phonologis. Prosodic analisis
1. Phonematic Unit.
Phonematic unit adalah segmen-segmen yang disusun secara seri seperti konsonan dan vokal.
2. Prosody.
Prosody mengacu pada ciri-ciri fonetik yang meluas pada keseluruhan atau bagian terbesar dari
struktur, misalnya pola-pola intonasi atau terbatas pada posisi yang membatasi struktur itu, seperti
Dalam analisis prosodik sistem-sistem fonologis yang berbeda bisa disusun untuk
struktur-struktur yang berbeda atau tempat-tempat yang berbeda dalam struktur. Dengan
demikian analisis prosodik dapat pula disebut polysisemic phonology atau multidisiplional
phonology sebagai kebalikan dari monosistemic dimana tanpa ada acuan pada struktur gramatik
atau leksikal.
Aliran ini dipelopori oleh Michael Alexander Halliday yang sangat terkenal
dengan teori Systematic Grammar. Ciri-ciri dari aliran ini adalah sebagai berikut:
1. Menampilkan 4 (empat) kategori umum dalam bahasa, yakni unit, struktur, kelas,
dan sistem.
2. Seperangkat kategori dan level disusun untuk menjelaskan aspek formal dari bahasa.
Ada tiga level pokok yaitu: form (berupa organisasi substansi bagi peristiwa yang
padat arti: wujudnya grammar dan leksis), substance (materi fonik dan grafik), dan
(iv) Penyusunan tiga skala yang dipakai untuk saling menghubungkan kategori-
kategori dalam teori dan peristiwa-peristiwa ujaran yang teramati. Skala rank
mengembangkan pemikiran Firth. Halliday sudah tertarik dengan Firth sejak ia berada di
bawah bimbingan Wang Li. Halliday ingin mengeksplorasi ide Firth lebih jauh lagi.
Halliday ingin belajar dari Firth. Tentu saja, setelah jadi murid Firth, Halliday belajar
banyak mengenai latar belakang filsafat dan wawasan mengenai bahasa. Namun Halliday
tidak mendapatkan model tata bahasa karena Firth sendiri tertarik pada fonologi,
Tata bahasa fungsional adalah sekumpulan teori linguistik yang secara umum
discourse grammar yang dikembangkan oleh linguis Belanda Simon Dik dan systemic
Secara umum, tata bahasa fungsional adalah teori yang berusaha menjelaskan
susunan bahasa alamiah dari segi fungsionalitasnya. Karena hal itulah, maka
pengembangan teori ini memusatkan perhatiannya pada tiga hal yang saling berkaitan,
yaitu:
1. Fungsionalitas bahasa alamiah,
2. Fungsionalitas relasi yang terjadi pada berbagai tingkatan susunan tata bahasa, dan
3. Sasaran yang ingin dicapai, yaitu keterpakaian teori ini sebagai alat analisis atas
1. Kecukupan tipologis, artinya aturan dan prinsip-prinsip teori ini harus dapat
2. Kecukupan pragmatuis, artinya rumusan apapun yang dikemukakan oleh teori ini
3. Kecukupan psikologis, artinya apapun yang dikemukakan oleh tata bahasa fungsional
harus sesuai dengan hal-hal yang telah diketahui mengenai mekanisme pemrosesan
dalam tata bahasa fungsional, maka aturan dan prinsip-prinsip tata bahasa fungsional
dirumuskan dalam terma-terma fungsional. Dalam tata bahasa fungsional ada tiga
1. Fungsi semantik seperti pelaku (agent), pasien (patient), penerima (recipient) dan
seterusnya. Fungsi ini mendefinisikan peranan yang dimainkan oleh peserta dalam
2. Fungsi sintaktik (subjek dan objek). Fungsi ini mendefinisikan bagaimana sudut
kebahasaan.
3. Fungsi pragmatik (tema dan ekor [tall], topik dan fokus). Fungsi ini mendefinisikan
dengan status pengujar (speaker) dan penerima ujaran (addressee) dalam interaksi
Agar dapat digunakan sebagai alat analisis atas berbagai aspek bahasa dan
linguistiknya. Upaya ini dilakukan dengan mengurangi tingkat abstraksi (aturan, cara
kerja, atau produser), sehingga jarak antara struktur yang dipostulasikan dalam suatu
bahasa tertentu berdasrakan teori ini dnegan ungkapan-ungkapan kebahasaan aktual yang
ekspresi.
Ilmu bahasa fungsional telah muncul saat aliran Praha, tetapi belum berkembang.
Aliran linguistik Praha yang membawa gelombang pengaruh bagi kehidupan ilmu
bahasa. dampak aliran praha sangat nyata, teori-teori lain bermuculan sebagai reaksi atas
suatu konsep yang tersaji. Dua tokoh yang mengangkat konsep ini adalah Roman
Jakobson dan Andre Martinet. kita tidak bisa lepas dari kedua tokoh ini dalam
pengkajian ilmu bahasa fungsional. berikut ini akan disajikan kedua tokoh itu dengan
gagasan mereka.
a. Roman Jakobson
aktivitas bahasa. tentang fungsi aktivitas bahasa, pendapat Aliran Praha berbeda
dengan berpendapat Karl Buhler yang membagi fungsi bahasa. Karl Buhler
1. simpton (gejala dalam hubungannya dengan orang yang memakai tanda itu),
Tidak hanya Karl Buhler yang Roman Jakobson sangkal tokoh linguistik
Amerika sesudah Saussure pun Roman Jakobson bantah konsepnya, Roman Jakobson
berpendapat bahwa tidak akan ada kajian sinkronik tanpa adanya kajian diakronik.
Roman Jakobson sendiri mengelompokkan faktor bahasa dan fungsi bahasa dalam 6
jenis, faktor bahasa meliputi pembicara, pendengar, kontek, pesan, hubungan dan
kode. sedangkan fungsi bahasa terdiri dari ekspresif, konatif, denotatif, fatik,
kemampuan memakai atau memahami kata-kata karena suatu penyakit otak) yang
b. Andre Martinet
Andre Martinet menemukan tiga penemuan yang paling penting ialah pada
perhatiannya pada aspek khusus fakta fonetik. untuk menguatkan ciri khas konsepnya
dalam hal tersbut terdapat dua kriteria yang harus diperhatikan yakni efisiensi dalam
pandangannya tentang sintaksis dan juga fungsi merupakan makna sentral. Dapat kita
dengan fungsi bahasa dan dengan fungsi unsur bahasa daripada berurusan dengan
Akhwan, Eki Qushay. Apa Itu Tata Bahasa Fungsional (Fungsional Grammar)?.
http://equshay,Wordpress.com/2011/01/29/apa-itu-tata-bahasa-fungsional-
functional-grammar/ (diakses tanggal 19 Oktober 2012).
Alwasilah, Chaedar. 1985. Beberapa Madhab dan Dikotomi Teori Linguistik. Bandung: PT
Angkasa.
Samsuri, 1988. Berbagai Aliran Linguistik Abad XX. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.