Anda di halaman 1dari 25

Ca, Mg, S DAN PENGELOLAANNYA

Sulfur (S), Calsium (Ca), Magnesium (Mg) merupakan


unsur makro sekunder
Calsium merupakan komponen dinding sel dan membran
Magnesium memiliki sifat kimia yang mirip dengan Calsium
dan perilakunya dalam tanah, namun peranannya pada
tanaman berbeda
Magnesium merupakan bahan penyusun penting klorofil
Sulfur diperlukan tanaman untuk pembentukan beberapa
protein dan klorofil

Lihat Siklus Ca
BENTUK-BENTUK S DALAM TANAH

• SO42- Larutan
• tanah mengandung ≥ 5 ppm SO42-,
• total kebutuhan S tanaman dapat disuplai melalui aliran
massa.
• Konsentrasi 3 – 5 ppm SO42- di dalam larutan cukup
untuk memenuhi kebutuhan S kebanyakan tanaman
• kurang dari 10 % dari total S dalam bentuk SO42-.
• Kandungan SO42- tanah juga dipengaruhi oleh aplikasi
pupuk yang mengandung S dan oleh pengendapan
SO42- ketika hujan dan pemberian air irigasi
• SO42- dapat tercuci melalui profil tanah
SO42- yang terjerap
• merupakan fraksi penting pada tanah di daerah basah
dengan tingkat pelapukan intensif yang mengandung
banyak oksida-oksida Al/Fe. Spt : tanah Ultisol dan
Oxisol
• Mekanisme-mekanisme yang mungkin untuk jerapan
SO42- adalah :
• Muatan + pada oksida-oksida Al/Fe atau pada ujung liat,
terutama kaolinit, pada pH rendah
• Jerapan oleh kompleks Al(OH)x dan
• Muatan + pada bahan organik tanah pada pH rendah
Faktor-faktor yang mempengaruhi Jerapan
(Adsorpsi) dan Pelepasan (Desorpsi)
• Mineral liat. Jerapan SO42- meningkat dengan meningkatnya
kandungan liat tanah (kaolinit)
• Hydrous oksida. Oksida-oksida Fe/Al memiliki kemampuan
paling besar untuk menjerap SO42-
• Bahan Organik tanah. Peningkatan kandungan bahan
organik akan meningkatkan potensi jerapan SO42-
• Kedalaman tanah. Kapasitas jerapan SO42- sering lebih
besar pada lapisan bawah yang disebabkan tingginya
kandungan liat dan oksida-oksida Al/Fe.
• pH tanah. Potensi jerapan SO42- menurun dengan
menurunnya pH (<KTA) dan dapat diabaikan pada pH >6,0
• SO42- Larutan. SO42- yang terjerap berada dalam
keseimbangan dengan SO42- dalam larutan
Lanjutan....
• Anion yang berkompetisi. SO42- memiliki ikatan yang
lemah, dimana kekuatan jerapannya menurun dengan
urutan OH- > H2PO4- > SO42- > NO3- > SO42-.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Oksidasi
S0
• Mikrobia Tanah. Bakteri dan Fungi Heterotrop yang
mempunya kemampuan mengoksidasi S0 sebesar 3 –
37 % dari total populasi heterotrop di dalam tanah
• pengoksidasi S terutama dari golongan Thiobacillus sp.
• fungi (Fusarium sp) dan actinomycetes (Streptomyces)
• Reaksi oksidasi S yang dibantu oleh Thiobacillus adalah
:
• CO2 + S0 + 21/2 O2 + 2H2O CH2O + 2SO42- +
2H+
• Temperatur tanah. Peningkatan temperatur tanah akan
meningkatkan laju oksidasi S0 (optimum 25 dan 40oC)
• Kelembaban dan aerasi tanah. Bakteri pengoksidasi S
sebagian besar merupakan bakteri aerob, dan
aktivitasnya akan menurun jika jumlah O2 menurun
akibat penggenangan.
• pH tanah. Pada umumnya oksidasi S yang dibantu oleh
mikrobia terjadi pada kisaran pH tanah yang cukup
lebar. pH optimum untuk bakteri Thiobacillus mendekati
pH 2,0 – 3,5, sedangkan yang lain mendekati netral atau
sedikit alkalin.
S-ORGANIK
• Ratio C:N:S pada tanah dengan drainase baik, tanah
non calcareous kira-kira 120:10:14.
• Perbedaan dalam C:N:S pada berbagai jenis tanah
berhubungan dengan perbedaan bahan induk dan faktor
pembentuk tanah, seperti iklim, vegetasi, intensitas
pencucian dan drainase
• Terdapat 3 kelompok senyawa S organik
• HI-reducible S merupakan S-organik tanah yang
direduksi menjadi H2S oleh Hydriodic Acid (Asam
HidroIodin, HI). (senyawa ester dan ether yang
mempunyai ikatan C-O-S (arysulfat, alkylsulfat,
phenolsulfat, polysakarida sulfat dan lemak sulfat).
• HI-reducible S berkirsar antara 27 – 59 % dari S-organik
• S yang terikat Carbon. S ini berada dalam bentuk
senyawa asam amino yang mengandung S (cystin dan
methionin), yang berjumlah sebesar 10 – 20 % dari total
S organik. Bentuk-bentuk S yang teroksidasi termasuk
sulfooksida, sulfon, dan sulfenit dan asam sulfat juga
termasuk dalam fraksi ini.
• S-residual. Bentuk S ini merupakan Fraksi S sisa
organik dan biasanya sebesar 3- - 40 % dari total S-
organik.

Mineralisasi dan Immobilisasi S
• Reaksinya sebagai berikut :

• O2
• Asam amino + 2 H2O S2- + CO2 + NH4+
• Heterotrop

• S2- S0 + 11/2 O2 + H2O SO42- + 2H+

Faktor-faktor yang mempengaruhi mineralisasi
dan immobilisasi S
• Kandungan S dalam bahan Organik.
• C:S ratio dalam sisa tanaman
• < 200 : 1 = Mineralisasi
• 200 – 400 = Tidak ada perubahan
• > 400 : 1 = Immobilisasi
• Temperatur tanah. Mineralisasi S terhambat pada suhu
dibawah 10oC, dan meningkat bila temperatur tinggi
mulai dari 20 – 40oC , dan menurun pada suhu > 40oC
• Kelembaban tanah.
• kadar air rendah (<15%) dan tinggi (>40%) akan
menurun bila
• kadar air optimum sebesar 60 % dari kapasitas
lapangan.
Lanjutan....

• pH tanah (6.5- 7,5)


• pH tanah mendekati netral lebih sesuai untuk aktivitas
mikrobia dan mineralisasi S
• Adanya atau tidak adanya tanaman
• Tanaman meningkatkan aktivitas mikrobia di daerah
perakaran tanaman melalui ekskresi asam amino dan
gula dari akar-akar tanaman. Immobilisasi SO42- yang
ditambahkan biasanya terjadi pada tanah yang tidak
ditanami.
• Waktu dan pengolahan tanah
• Menutunkan kandungan S-organik
• Aktivitas Sulfatase. Kurang lebih sebanyak 50% dari
total S tanah dalam bentuk Ester S-organik
Volatilisasi Sulfur
• Senyawa S volatil dihasilkan melalui transformasi
mikrobia pada kondisi aerobik dan anaerobik.
• Ketika volatilisasi terjadi, senyawa S volatil dalam bentuk
dimethyl sulfida (CH3SCH3), carbon disulfida (CS2),
methyl mercaptan (CH3SH), dan atau dimethyl disulfida
(CH3SSCH3)
• Pada tanah dengan kandungan bahan organik rendah,
volatilisasi S dapat diabaikan dan biasanya meningkat
dengan meningkatnya kandungan bahan organik
ASPEK PRAKTIKAL DARI
TRANSFORMASI S
• Tanaman yang tumbuh pada tanah bertekstur kasar
biasanya lebih sensitif terhadap defisiensi S karena
tanah-tanah ini sering mempunyai kandungan bahan
organik rendah (<1,2 – 1,5 %) dan SO42- banyak yang
hilang melalui pencucian pupuk yang
mengandung SO42-
• S yang ditambahkan dapat diimmobilisasi di dalam
tanah, terutama pada tanah-tanah yang mempunyai ratio
C:S atau N:S tinggi. Sebaliknya,mineralisasi S akan
terjadi pada tanah dengan ratio C:S dan N:S rendah.
CALSIUM (Ca)

• pada tanah netral dan alkalin Ca2+ menempati mayoritas


tapak pertukaran
• Ca dd dan Ca dalam larutan berada dalam suatu
keseimbangan dinamis dan memberikan sebagian besar
ketersediaan Ca2+ bagi tanaman (Siklus)
• Jika Ca2+ larutan menurun karena pencucian atau diserap
oleh tanaman, Ca2+ akan dilepas .
• jika Ca2+ larutan meningkat, keseimbangan bergeser pada
arah yang berlawanan, jerapan Ca2+ pada KTK
Ca Dalam Tanah

• berasal dari mineral Anosthit (CaAl2Si2O3)


• mineral pyroxen dan amphibol juga sebagai sumber Ca.
• Ca juga dapat berasal dari biotit, apatit dan borosilikat
tertentu, tetapi jumlahnya relatif sedikit.
• Ca2+ secara normal berkisar antara 0,7 – 1,5 % pada tanah
noncalcareous di daerah iklim sedang basah,
• pada tanah dengan tingkat pelapukan tinggi mengandung
Ca yang jauh lebih rendah yaitu berkisar antara 0,1 – 0,3
%.
• Tanah Calcareous di daerah iklim kering (arid dan semi
arid) mengandung 1 – 30 % Ca (Kalsit CaCO3. Dolomit
(CaMg(CO3)2) dan gypsum (CaSO4.2H2O)
• Ca2+ sering mendominasi pada air drainase dan berbagai
air permukaan lainnya.
• Pencucian Ca2+ berkisar antara 75 – 200 ton/ha/th.
• Meskipun Ca2+ larutan kira-kira 10 kali lebih besar daripada
K+, namun serapannya biasanya lebih rendah daripada K+.
Kapasitas serapan Ca2+ yang terbatas ini disebabkan oleh
absorbsinya dilakukan oleh tudung akar dimana dinding sel
endodermis masih mengandung lapisan suberin yang agak
bersifat impermeabel.
Faktor-faktor terpenting dalam menentukan
ketersediaan Ca2+ bagi tanaman adalah :

• Total suplai Ca
• pH tanah
• % kejenuhan Ca2+ pada KTK
• Tipe liat tanah
• Ratio Ca2+ larutan terhadap kation lain

• Pada tanah yang tidak mengandung CaCO3, CaMg(CO3)2,


atau CaSO4.2H2O, konsentrasi Ca2+ larutan tergantung
kepada jumlah Ca2+ yang dapat dipertukarkan (Cadd)
• Kejenuhan Ca2+ yang tinggi menunjukkan kesesuaian pH
untuk pertumbuhan tanaman dan aktivitas mikrobia
• Tipe liat mempengaruhi ketersediaan Ca2+. Liat tipe 2:1
memerlukan % kejenuhan Ca yang lebih tinggi daripada
liat tipe 1:1. Terutama, mineral liat montmorilonit
memerlukan kejenuhan Ca > 70% untuk mencukupi
ketersediaan Ca, sedangkan liat kaolinit dapat menyuplai
Ca2+ yang cukup pada kejenuhan Ca 40-50%.
MAGNESIUM (Mg)
• Serapan Mg2+ oleh tanaman tergantung kepada jumlah
Mg2+ larutan, pH tanah, % kejenuhan Mg pada KTK, jumlah
ion lain yang dapat dipertukarkan, dan tipe liat
• Mg dalam larutan tanah dapat :
• (1) hilang melalui air perkolasi, (2) diserap oleh organisme
hidup, (3) dijerap oleh tapak pertukaran, atau (4)
mengendap dalam bentuk mineral sekunder, terutama di
daerah kering.
Mg dalam Tanah
• Mg menyusun 1,93 % kerak bumi,
• total kandungan Mg tanah berkisar antara 0,1 % - 4 %
• Mg tanah berasal dari pelapukan beberapa mineral yang
mengandung Mg termasuk biotit, dolomit, hornblend, olivin,
dan serpentin
• Konsentrasi Mg larutan tanah 5 – 50 ppm pada tanah di
daerah iklim sedang, (dapat mencapai 120 – 2400 ppm
tergantung jenis tanahnya)
• Mg dapat tercuci dengan potensi kehilangan sebesar 5 –
60 ton/ha/th.
• Vermikulit mempunyai kandungan Mg tinggi, sehingga
mineral liat ini merupakan sumber Mg
Defisiensi Mg dapat tjd pada tnh

• Tanah asam
• berpasir,
• tanah-tanah dengan tingkat pencucian tinggi
dan KTK rendah,
• tanah calcareous dengan kandungan Mg
rendah,
• tanah asam yang dikapur dengan bahan kapur
rendah Mg,
• tanah dengan tingkat pemupukan NH4+ dan K+
tinggi, dan tanaman dengan kebutuhan Mg
tinggi
• ratio Ca:Mg yang tinggi menyebabkan defisiensi Mg
pada tanaman tertentu.
• Tingginya K+dd dapat mengganggu serapan Mg
tanaman.
• Biasanya ratio K:Mg yang direkomendasikan sebesar
5:1 untuk tanaman pangan di lahan, 3:1 untuk tanaman
sayuran dan beet gula dan 2 : 1 untuk tanaman buah-
buahan dan tanaman di rumah kaca.
• Kompetisi antara NH4+ dan Mg2+ dapat mengurangi
serapan Mg
• Kompetisi antara NH4+ dan Mg2+ dapat mengurangi
serapan Mg. MH4+ menyebabkan stress Mg yang
terbesar terjadi ketika pupuk NH4+ diaplikasikan dengan
dosis tinggi pada tanah dengan kandungan Mg2+dd
rendah
TUGAS INDIVIDU
• 1. Mekanisme-mekanisme apa saja yang terlibat dalam
transport S-larutan menuju ke akar tanaman ? Jelaskan !
• 2. Apa peranan ratio C:N:P:S bagi ketersediaan S ?
Jelaskan !
• 3. Uraikan kondisi iklim dan tanah dimana defisiensi S
paling mungkin terjadi ?
• 4. Jelaskan bagaimana terjadinya jerapan SO42-?
• 5. Mengapa defisiensi Ca kadang-kadang terlihat pada
tanah dengan kondisi sangat kering ?
• 6. Apakah mekanisme transport Mg2+ dan Ca2+ yang
utama menuju ke akar tanaman ?
• 7. Kondisi yang bagaimana yang mendorong terjadinya
defisiensi Ca dan Mg ?
• 8. Mengapa kemasaman tanah dihubungkan dengan
terhambatnya serapan Ca dan Mg ?

Anda mungkin juga menyukai