Anda di halaman 1dari 84

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

TEKNIK PENGOLAHAN
LIMBAH

DISUSUN OLEH :

1. Abdillah (061830400913)
2. Alfijar Wira Sena (061830400915)
3. Bella Alinja (061830400916)
4. Florensus Okto Jamulia (061830400919)
5. Jihan Salsabila (061830400920)
6. Muhammad Abi Syahputra (061830400924)
7. Nyimas Halimah Afifah (061830400926)
8. Savira Kirana Purwandi (061830400929)
Kelompok : 1
Kelas : 2 KD

Instruktur

Ir. Siti Chodijah,.M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2018/2019
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat
dan karunia-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan laporan tetap tepat
pada waktunya. Penulisan laporan tetap ini merupakan salah satu tugas praktikum Teknik
Pengolahan Limbah.
Penulisan makalah ini disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Penulis berterima kasih kepada :
1. Ibu Ir. Siti Chodijah ,. M.T. atas bimbingan yang telah diberikan.

2. Teman – teman yang telah membantu membuat makalah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ini masih belum sempurna, maka
saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi perbaikannya
karya tulis selanjutnya. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat untuk pembaca pada
umumnya.

Palembang 4 Juli 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................ii

PENGUKURAN PARAMETER AIR LIMBAH................................................................ 1

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM KOAGULASI DAN FLOKULASI....................... 8

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN ION EXCHANGE.................................... 17

PENJERNIHAN MINYAK JELANTAH ......................................................................... 29

PEMBUATAN KOMPOS................................................................................................. 41

SOLIDIFIKASI ................................................................................................................. 49

PENGOLAHAN LIMBAH AIR SECARA BERTINGKAT............................................ 56

ELEKTROKOAGULASI LIMBAH LAUNDY ............................................................... 64

PENGUKURAN KEBISINGAN ...................................................................................... 72

ii
PENGUKURAN PARAMETER AIR LIMBAH

1
PENGUKURAN PARAMETER AIR LIMBAH

1. TUJUAN
- Menentukan kadar kandungan COD pada sampel air limbah bekas cucian
- Menguji karakteristik air (pH, TDS, DO, Kekeruhan,Konduktivity) pada Sampel
air limbah
2. ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat yang digunakan
- Cyberscan water proof
- Tturbidimeter
- Erlenmeyer
- Biuret
- Pipet ukur
- Bola karet
- Labu takar
- Neraca analitik
- Hot plate
- Spatula
- Kaca arloji
- pH meter
- Gelas kimia
- Gelas ukur
2.2 Bahan yang digunakan
- Air limbah
- KMnO4
- H2SO4
- H2C2O4

2
3. DASAR TEORI
Limbah domestik atau limbah rumah tangga terdiri dari pembuangan air kotor dari
kamar mandi, kakus dan dapur.Kotoran-kotoran itu merupakan campuran dari zat-zat bahan
mineral dan organic dalam banyak bentuk, termasuk partikel-partikel besar dan kecil, benda
padat, sisa-sisa bahan-bahan larutan dalam keadaan terapung dan dalam bentuk koloid dan
setengah koloid (Martopo, 1987).Menurut keputusan menteri lingkungan hidup No. 112
Tahun 2003 yang dimaksud dengan limbah domestic adalah air limbah yang berasal dari
usaha dan atau kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen
dan asrama.Parameter fisik air limbah rumah tangga terdiri dari suhu, kekeruhan dan
padatan tersuspensi.Sedangkan untuk parameter kimia air limbah domestic terdiri dari nilai
pH, DHL (daya hantar listrik), BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical
Oxygen Demand) dan DO (Dissolved Oxygen).

DO, BOD dan COD


DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan
absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut disuatu perairan sangat berperan dalam proses
penyerapan makanan oleh makhluk hidup dalam air. Oksigen terlarut atau juga sering
disebut dengan kebutuhan oksigen merupakan salah satu parameter penting dalam analisis
kualitas air (Ficca, 2009). Dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air
dapat ditentukan seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan telah terjadi.Dapat
diketahui dengan menggunakan uji COD dan BOD.
BOD atau kebutuhan oksigen biologi, untuk memecah (mendegradasi) bahan
buangan didalam air limbah oleh mikroorganisme. Dalam hal ini Bungan organic akan
dioksidasi oleh mikroorganisme didalam air limbah, proses ini adalah alamiah yang mudah
terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup. Sedangkan COD atau
oksigen kimia untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan didalam air, dalam hal ini
bahan buangan organic akan dioksidasi oleh bahan kimia yang digunakan sebagai sumber
oksigen oxidixing agent.

4. PROSEDUR KERJA

3
1. Menentukan nilai pH, tegangan, TDS, NaCl, Resistensi, % DO dan DO dengan
menggunakan alat water proof cyberscan
2. Mengukur kekeruhan dengan turbidimeter
3. Melakukan kalibrasi pada kedua alat yang hendak dipakai
4. Mengukur nilai COD dengan cara sebagai berikut :
1. Membuat larutan KMnO4 0,05 M
2. Membuat larutan asam oksalat 0,1 N
3. Memipet 100 mL sampel air limbah
4. Menambahkan 10 mL larutan KMnO4 0,05 M
5. Menambahkan H2SO4 sebanyak 5 mL
6. Memanaskan larutan tersebut sampai mendidih, kemudian menambahkan 10 ml
asam oksalat 0,1 N
7. Menitrasi larutan dengan KMnO4 hingga merah muda.

5. DATA PENGAMATAN

No Sampel Keterangan Sampel pH


1. Air Cucian Baju (1) Sampel berwarna biru keruh, berbau 11
wangi khas setergen
2. Air Cucian Baju (2) Sampel tidak berwarna, bau sampel 7
khas detergen / pewangi pakaian,
namuntidak sepekat sampel (1)
3. Air Selokan Sampel tidak berwarna, tidak 6
berbau, pada sampel terdapat
kotoran berupa pasir, dan padatan
pencemar lainnya
4. Air Cucian Piring Sampel berbau khas sabun, cukup 6
keruh dan terdapat busa pada bagian
atas larutan

6. ANALISA PERCOBAAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa, parameter fisik air
limbah rumah tangga terdiri dari suhu, kekeruhan dan padatan tersuspensi. Sedangkan
untuk parameter kimia air limbah domestic terdiri dari nilai Ph, dhl (Daya hantar listrik),
BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand) dan DO (Dissolved
Oxygen).

4
Dalam percobaan ini terdapat beberapa parameter (alat ukur yang digunakan diantaranya
pH meter, DO meter, Turbidymeter, dan waterproof multimeter. Tetapi karena ada
beberapa kendala percobaan ini hanya mengukur pHdari beberapa sampel.
Sampel yang digunakan ada 4 air limbah yaitu 2 air cucian laundy, air selokan, dan
air cucian piring. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan pengukuran dengan
parameter pH. Dan telah didapatkan hasil dari keempat sampel yang diuji coba yaitu pada
sampel air cucian (1) pHnya 11, secara fisik sampel berwarna biru keruh, berbau wangi
khas detergen, sedangkan hasil Ph 7 pada air cucian (2), pada sampel ini tidak berwarna,
berbau wangi tetapi tidak sepekat sampel yang pertama, pada sampel air limbah selokan
didapatkan pH 6, keadaan fisik sampel tidak berwarna, dan pada sampel terdapat kotoran
berupa pasir dan padatan pencemar lainnya, lalu pada sampel terakhir didapatkan Ph 6,
sampel ini secara fisik cukup keruh, terdapat busa pada bagian atas larutan dan berbau
wangi.

7. KESIMPULAN
Berdasarkannpercobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
∑ Pada percobaan pengukuran parameter air limbah, salah satu parameter yang diukur
adalah kekeruhan air, pengukuran dilakukan dengan alat turbidimeter. Prinsip kerja
turbidimeter ialah mengukur spesies hamburan cahaya dalam larutan dengan
memanfaatkan intensitas cahaya berkas masuk setelah dilewatkan melalui larutan.
∑ Sampel air limbah yang diukur derajat keasamannya melalui pH dari kertas lakmus,
yaitu :
1. pH sampel air bekas cucian (1) adalah
2. PH yang terukur pada sampel air bekas cucian (2) adalah netral yaitu 7
3. PH sampel air cucian piring adalah 6
4. PH air selokan yang terukur adalah 6

8. Tugas
1. Buatlah Tabel hasil percobaan
2. Apa yang dimaksud air limbah dan tuliskan metode penjernihan air limbah yang
saudara ketahui?
3. Apa saja sumber pencemar air sehingga air menjadi tercemar!
Jawab

5
1) Tabel Hasil Percobaan
No Sampel Keterangan Sampel pH
1. Air Cucian Baju (1) Sampel berwarna biru keruh, berbau 11
wangi khas setergen
2. Air Cucian Baju (2) Sampel tidak berwarna, bau sampel 7
khas detergen / pewangi pakaian,
namuntidak sepekat sampel (1)
3. Air Selokan Sampel tidak berwarna, tidak 6
berbau, pada sampel terdapat
kotoran berupa pasir, dan padatan
pencemar lainnya
4. Air Cucian Piring Sampel berbau khas sabun, cukup 6
keruh dan terdapat busa pada bagian
atas larutan

2) Air limbah adalah air yang telah mengalami penurunan kualitas karena pengaruh
manusia yaitu sisa dari suatu usaha atau kegiatan yang berwujud cair dan dapat
berasal dari rumah tangga (domestic) maupun industry. Metod penjernihan air
limbah ialah dengan penambahan tawas, filtrasi, koagulasi, flokulasi dan lain
sebagainya.
3) Sumber air yaitu dari industry, kegiatan rumah tangga (domestic), pertanian,
pertambahan, peternakan, dan lain-lain.

9. DAFTAR PUSTAKA
Hilwatulisan.2019. Penuntun Teknik Pengolahan Limbah. Jurusan Teknik Kimia
Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya.

6
GAMBAR ALAT

SPATULA GELAS KIMIA PH METER LAKMUS

7
PENENTUAN KONDISI OPTIMUM PROSES
KOAGULASI DAN FLOKULASI

8
PENENTUAN KONDISI PENGENDAPAN
OPTIMUM DARI KOAGULASI-FLOKULASI

1. TUJUAN
- Menentukan kondisi optimum pengendapan dari koagulasi dan flokulasi dengan
metode jar test
- Mendapatkan dosis optimum dari koagulan
2. ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat yang digunakan
- Jar test kit
- Gelas ukur 1 liter
- pH meter
- Turbidimeter
- Stopwatch
- Labu ukur
- Pipet ukur 10 mL
- Bola karet
- Gelas kimia 1liter
2.2 Bahan yang digunakan
- Tawas
- Aquadest
- Sampel air

3. DASAR TEORI
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid karena penambahan bahan
kimia sehingga partikel-partikel tersebut bersifat netral dan membentuk endapan
karenaadanya gaya grafitasi. Koagulasi juga merupakan penambahan koagulan dapat
menetralkan muatan dan meruntuhkannya yang berada di sekitar koloid sehingga dapat
menggumpal. Sedangkan koagulan adalah zat kimia yang menyebabkan destabilisasi

9
muatannegatif partikel di dalam suspensi. Zat ini merupakan donor muatan positip yang
digunakan untuk mendestabilisasi muatan negatip partikel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi sebagai berikut :
a. Suhu air
b. Derajat Keasaman (pH)
c. Jenis Koagulan
d. Kadar ion terlarut
e. Tingkat kekeruhan
f. Dosis koagulan
g. Kecepatan pengadukan
h. Alkalinitas
Flokulasi adalah proses pengadukan lambat agar campuran koagulan dan air baku
yang telah merata membentuk gumpalan atau flok dan dapat mengendap dengan
cepat. Tujuan utama flokulasi adalah membawa partikel ke dalam hubungan sehingga
partikel-partikel tersebut saling bertabrakan, kemudian melekat, dan tumbuh mejadi ukuran
yang siap turun mengendap.Pengadukan lambat sangat diperlukan untuk membawa flok
dan menyimpannya pada bak flokulasi.Faktor – faktor yang mempengaruhi flokulasi :
Untuk mencapai kondisi flokulasi yang dibutuhkan, ada beberapafaktor yang harus
diperhatikan, seperti misalnya :
1. Waktu flokulasi
2. Jumlah energi yang diberikan
3. Jumlah koagulan
4. Jenis dan jumlah koagulan/flokulan pembantu
5. Cara pemakaian koagulan/flokulan pembantu
6. Resirkulasi sebagian lumpur (jika memungkinkan)
7. Penetapan pH pada proses koagulasi
Reaksi kimia untuk menghasilkan flok adalah:
Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(HCO3)2 → 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O + 6CO2
Pada air yang mempunyai alkalinitas tidak cukup untuk bereaksi dengan alum, maka perlu
ditambahkan alkalinitas dengan menambah kalsium hidroksida.

10
Al2(SO4)3.14H2O + 3Ca(OH)2 →2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 14H2O
Derajat pH yang optimum untuk alum berkisar 4,5 hingga 8, karena aluminium hidroksida
relatif tidak terlarut
Jar Test adalah suatu percobaan skala laboratorium untuk menentukan kondisi
operasi optimum pada proses pengolahan air dan airlimbah. Metode ini dapat menentukan
nilai pH, variasi dalam penambahandosis koagulan atau polimer, kecepatan putar, variasi
jenis koagulan ataujenis polimer, pada skala laboratorium untuk memprediksi kebutuhan
pengolahan air yang sebenarnya.

4. PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan gelas kimia 1 liter sebanyak 4 buah
2. Menyiapkan contoh air dan mengatur pH serta kekeruhan
3. Kemudian mengisi air sebanyak 400ml ke dalam masing-masing gelas kimia. Jika
pH awal tidak netral, maka pH diatur kisaran 6-8, kemudian ditaruh di bawah alat
jar test.
4. Selanjutnya ditambahakan 1% secara bertingkat mulai 10ml, 25 ml, 50ml dan
75ml ke dalam masing-masing gelas kimia.
5. Lalu diaduk dengan kecepatan 120rpm selama 1 menit. Dan dilankutkan dengan
pengadukan dengan kecepatan45 rpm selama 10 menit.
6. Setelah itu, larutan dibiarkan beberapa menit agar flok-flok mengendap.
7. Kemudian mengamati bentuk flok yang terjadi, waktu pengendapan dan volume
flok yang terbentuk.
8. Setelah itu mengukur dan mencatat pH, kekeruhan dan warna dari supernatan yang
ada.

5. DATA PENGAMATAN
a. Contoh air : air keran + tanah (400 ml)
pH :6
Warna : Kuning kecoklatan

11
b. Proses koagulasi-flokulasi
Volume Tawas 1% Waktu
No. pH Karakteristik Fisik
(ml) Pengendapan
1 1 5,5 1 jam 8 menit
Keempat sampel berwarna
2 5 5 1 jam 10 menit
kuning kecoklatan, keruh, dan
3 7,5 5 1 jam 39 menit
sedikit berbau khas tanah
4 10 4 1 jam 20 menit

6. ANALISA PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimum zat koagulan, dalam
hal ini digunakan tawas, dalam mengendapkan zat terlarut dengan metode jar test. Keempat
sampel bervolume 400 ml merupakan sampel yang dibuat dalam kondisi yang sama.
Keempat sampel masing-masing diberi tawas berkonsentrasi 1% sebanyak 1 ml, 5 ml, 7,5
ml, dan 10 ml. Pengadukan pertama dilakukan dengan kecepatan 120 rpm yang
menghasilkan 111 putaran per menit. Lalu pengadukan kedua dilakukan dengan kecepatan
45 rpm yang menghasilkan 300 putaran selama 3 menit. Pada percobaan ini, tawas yang
berfungsi sebagai koagulan akan terionisasi dan membentuk Al3+ yang dapat menarik
partikel-partikel koloid bermuatan negatif lebih banyak. Penggunaan tawas juga
memerlukan biaya yang tidak mahal. Selain itu, tawas mudah didapat.
Proses pengendapan keempat sampel membutuhkan waktu lebih dari satu jam
sampai air sampel kembali menjadi jernih. Untuk sampel yangg mengandung 1 ml tawas,
hanya dibutuhkan waktu 1 jam 8 menit untuk mengendapkan flok. Sampel dengan 5 ml
tawas membutuhkan waktu 1 jam 10 menit dalam menjernihkan air, sedangkan penggunaan
7,5 ml tawas menghabiskan waktu selama 1 jam 39 menit, sementara 10 ml tawas dapat
menjernihkan air sampel dalam waktu 1 jam 20 menit. Gumpalan partikel koloid yang
mengendap tersebut berwarna coklatdan terletak di bagian dasar gelas kimia. Dengan
demikian, dapat diketahui bahwa jumlah koagulan optimum yang dibutuhkan untuk
menjernihkan 400 ml sampel adalah sebanyak 1 ml. Dalam pengukuran parameter air
limbah, yakni pH, diketahui bahwa sampel dengan volume tawas lebih banyak memiliki pH
lebih rendah (bersifat asam) dibanding sampel dengan volume tawas yang lebih sedikit.
7. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh simpulan sebagai berikut.
1. Dosis optimum koagulan yang digunakan dalam proses koagulasi-flokulasi 400 ml
sampel adalah sebanyak 1 ml.

12
2. Waktu pengendapan flok dengan 1 ml tawas adalah adalah 1 jam 8 menit; 1 jam 10
menit untuk 5 ml tawas; 1 jam 39 menit untuk 7,5 ml tawas; dan 1 jam 20 menit
oleh 10 ml tawas.
3. Faktor yang memengaruhi proses koagulasi-flokulasi yakni suhu, pH, kekeruhan,
kecepaatan pengadukan, serta konsentrasi tawas.
4. pH akhir masing-masing sampel larutan setelah proses pengolahan adalah 5,5; 5; 5;
dan 4.
8. TUGAS
1. Tentukan dosis optimum dari koagulan yang digunakan !
2. Uraikan mengenai proses Koagulasi !
3. Uraikan mengenai proses Flokulasi !
4. Uraikan jenis-jenis pengolahan air secara fisik !
5. Buat grafik dari data yang diperoleh % Tawas vs pH, % Tawas vs Waktu
Pengendapan
Jawab:
1. Berdasarkan percobaan, dosis optimum koagulan untuk koagulasi dan flokulasi 400
ml sampel adalah 1 ml tawas konsentrasi 1%
2. Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid karena penambahan bahan
kimia sehingga partikel tersebut bersifat netral dan membentuk endapan karena
adanya gaya gravitasi. Bahan kimia yang itambahkan pada proses koagulasi
dinamakan koagulan.
3. Flokulasi adalah proses pengadukan lambat agar campuran koagulan dan air baku
yang telah merata membentuk gumpalan atau flok dan dapat mengendap dengan
cepat. Tujuan utama flokulasi adalah membawa partikel hubungan sehingga partikel
tersebut saling bertabrakan, melekat, dan membentuk partikel besar yang siap
mengendap.
4. a. Screening: merupakan proses pemisahan yang bertujuan menyisihkan padatan
berukuran besar seperti sampah yang terbawa air.
b. Filtrasi: merupakan proses pemisahan partikel-partikel berukuran kecil dari
fluida dengan menggunakan permukaan berpori.
c. Sedimentasi: merupakan proses pemisahan yang bertujuan memisahkan partikel
tersuspensi yang mudah mengendap dengan prinsip gravitasi.
d. Flotasi: proses pemisahakn campuran zat padat dengan air, dimana apabila gaya
apungnya kecil, zat tersebut akan cenderung mengendap ke bawah.
5. a. Grafik V tawas (ml) vs pH

13
Grafik V tawas vs pH
6

3
pH
2

0
0 2 4 6 8 10 12
Volume tawas (ml)

b. Grafik V tawas (ml) vs waktu pengendapan

Grafik V tawas vs waktu pengendapan


120

100

80

60
waktu (t)
40

20

0
0 2 4 6 8 10 12
Volume tawas (ml)

14
DAFTAR PUSTAKA
Kasie Laboratorium Teknik Pengolahan Limbah. 2019. Penuntun Praktikum Teknik
Pengolahan Limbah. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya

15
GAMBAR ALAT

Bola karet Corong Gelas kimia

Pipet tetes Pipet ukur

16
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN
MENGGUNAKAN ION EXCHANGE

17
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN
MENGGUNAKAN ION EXCHANGE

1. TUJUAN
- Menghasilkan produk berupa air yang bebas ion-ion pengotor
- Membandingkan kualitas air sebelum dan setelah dikontakkan kedalam kolom ion
Exchanger.
2. ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat yang digunakan
- Seperangkat alat unit ion exchange
- Gelas kimia 250 ml
- Pipet ukur 10 ml
- Bola karet
- Erlenmeyer 250 ml
- Spatula
- Kaca arloji
- Batang pengaduk
- Neraca analitik
- Buret 50 ml

2.2 Bahan yang digunakan


- Larutan NaCl 300 ppm
- Larutan AgNO3
- Larutan indikator Kalium dikromat

3. DASAR TEORI
Penukar Ion (ion exchanger)
Dalam kolom resin penukar kation terjadi reaksi pertukaran kation pengotor air

18
dengan ion H+ dari resin penukar kation , dan dalam kolom resin penukar anion terjadi
reaksi pertukaran anion pengotor air dengan ion OH- dari resin penukar anion.
Resin Penukar Ion
Resin penukar ion adalah senyawa hidrokarbon terpolimerisasi sampai tingkat yang
tinggi yang mengandung ikatan-ikatan hubung silang (crosslinking) serta gugusan yang
mengandung ion-ion yang dapat dipertukarkan.Berdasarkan gugus fungsionalnya, resin
penukar ion terbagi menjadi dua, yaitu resin penukar kation dan resin penukar anion. Resin
penukar kation, mengandung kation yang dapat dipertukarkan sedangkan resin penukar
anion, mengandung anion yang dapat dipertukarkan.
Sifat-sifat Penting Resin Penukar Ion adalah sebagai berikut : (Hartono, 1995)
a. kapasitas penukar resin
b. selektivitas
c. derajat ikat silang (crosslinking)
d. porositas
e. kestabilan resin

Aplikasi Penukar Ion ( Ion Exchanger)


Dengan memahami prinsip dasar reaksi pertukaran ion dan sifat-sifat resin, maka
dengan mudah dapat dipahami berbagai aplikasi resin penukar ion dalam industri.
Diantaranya adalah : ( ImamKhasani,2004)
1. Pelunakan Air ( Water Softening)
Banyak air tanah yang dipakai dalam industri mengandung unsur-unsur kalsium (Ca)
dan magnesium (Mg), terutama air tanah yang diambil di daerah-daerah bergunug
kapur.Unsur-unsur tersebut berada dalam senyawa idrokarbon yang larut dalam air,
sehingga air terlihat tetap jernih. Air tersebut yang disebut air sadah mempunyai banyak
kerugian, diantaranya :
a. Sebagai air minum, mungkin akan menyebabkan kecendrungan terbentuknya batu
kandung kencing
b. Sebagai pencuci, air tersebut akan mengurangi daya cuci sabun

19
c. Sebagai air umpan boiler akan menyebabkan timbulnya kerak CaCO3 atau MgCO3 yang
menghambat hantaran panas
Oleh karena itu ion Ca2+ dan Mg2+ harus diambil dan salah satu cara adalah dengan resin
penukar ion dalam bentuk R-Na :
2 R-Na + Ca2+ R2Ca + 2 Na2+
2 R-Na + Mg2+ R2Ca + 2 Na2+

Air Lunak

Resin
Kation
R-Na

Air Masuk

2. Demineralisasi Air ( Water Demineralizer)


Air di alam banyak mengandung ion-ion baik kation maupun anion.Dalam industri
atau laboratorium dan kesehatan, banyak diperlukan air bebas dari ion-ion tersebut atau ion
bebas mineral. Air tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan resin penukar ion, kation-
kation seperti Na+, K+,Ca+,Mg+,Fe3+ dan sebagainya, dapat diambil oleh resin dalam bentuk
R-H dengan reaksi :
R-H + K+ R-K + H ........................................................... (2)
Dimana K+ adalah kation. Sedangkan anion-anion seperti CL-, NO3-, SO43- dan sebagainya
dapat diserap oleh resin penukar anion dalam bentuk R-OH dengan reaksi:R-OH + A-
R-A +O H ............................................... (3)
Dimana A- adalah anion. Produk H+ dari reaksi (2) dan OH- dari reaksi (3) bergabung
membentuk air :H+ + OH-H2O .............................. (4)
Dengan demikian air yang keluar bebas ion-ion atau disebut bebas mineral. Oleh karena itu
prosesnya disebut demineralisasi atau “ Water Demineralizing” atau

20
lebih populer dengan nama aqua DM. Apabila resin telah jenuh, maka proses regenerasi
dapat dilakukan dengan mengalirkan asam 4 N untuk resin kation dan basa 4 N untuk resin
anion dengan reaksi :
R-K + H+ (4N) R-H + K+
R-A + OH- (4N) R-OH + A-
Dalam pembuatan alat demineral air, dapat dipakai tiga model, yaitu:
a. Sistem dua kolom (double bed)

Aqua DM

Resin Resin
kation Anion

Air Masuk
b. Sistem satu kolom (mixbed bed)

Aqua DM

Resin
Kation +
Anion

Air Masuk

21
c. Sistem Kombinasi

Resin Resin
Kation Anion

Air Masuk

Resin
Kation +
Anion

3. Detoksikasi air limbah dan daur ulang


Dengan kemampuan penukaran ion seperti diaatas, sudah dapat diduga bahwa resin
amat berpotensi dalam pengolahan air limbah. Kontaminan atau polutan beracun seperti
logam-logam berat, seperti Pb2+, Cd2+, Ni2+, dan Cu2+ dengan mudah dapat diserap oleh
resin penukar kation R-H. Sedangkan polutan anion beracun seperti CrO4- atau CN- dapat
diserap oleh resin penukar anion R-OH. Alat demineralisasi ini biasanya digunakan untuk
memproses air limbah berkadar polutan rendah.
Dengan demikian proses yang terjadi adalah pengambilan senyawa-senyawa berbahaya
yang dapat didaur ulang dan dihasilkan air yang bebas mineral yang dapat digunakan
kembali (reused water).
4. PROSEDUR KERJA
1. Mempersiapkan Unit Ion Exchanger
2. Menyiapkan larutan sampel yang akan dihilangkan kandungan-kandungan ionnya,
atau limbah cair buatan yang mengandung Ca, Cl dll.

22
3. Mengatur bukaan valve sesuai dengan arah aliran
4. Menghidupkan pompa yang digunakan
5. Mengambil sampel hasil dari pengontakkan dengan resin dengan membuka valve
produk kolom Ion Exchanger, untuk kemudian melakukan analisa

5. DATA PENGAMATAN KATION


Standarisasi larutan EDTA
No Gram analit (CaCO3) Volume titran (EDTA) Perubahan warna
1 1,5 gr 2.7 ml Awalnya bening + Indikator
EBT
2 1,5 gr 2,7 ml Menjadi putih keruh, lalu
dititrasi dan warnanya menjadi
biru
Rata – rata 2,6 ml

Penentun Ca2+ dalam sampel sebelum dikontakkan dalam ion exchanger


N Volume analit Volume titran (EDTA) Perubahan warna
o (sampel)
1 25 ml 2.7 ml Awalnya bening + Indikator
EBT
2 25 ml 2,7 ml Menjadi putih keruh, lalu
dititrasi dan warnanya menjadi
biru
Rata – rata 2,6 ml

Penentuan Ca2+ dalam sampel setelah dikontakkan dalam ion exchanger


No Volume analit Volume titran Perubahan warna
(sampel) (EDTA)
1 1,5 gr 2.7 ml Awalnya bening + Indikator
EBT
2 1,5 gr 2,7 ml Menjadi putih keruh, lalu
dititrasi dan warnanya menjadi
biru
Rata – rata 1,95 ml

6. PERHITUNGAN KATION
Standarisasi larutan EDTA
Dik : volume EDTA = 2,1 ml
BE CaCO3 = 50,043 gr/ek

23
Jwb : = V EDTA X N EDTA
,
= 2,1 ml X N EDTA
,
N EDTA = 0,096 mol/L

%kesalahan = x 100%
, ,
= ,
x 100%
= 4%

Penentuan Ca2+ sebelum dikontakkan pada unit ion exchanger (INLET)


V EDTA X N EDTA X BE Ca
%Ca = x 100%
gr sampel
, , / , /
= x 100%
,
= 80,02%
2+
Penentuan Ca setelah dikontakkan pada unit ion exchanger (OUTLET)

V EDTA X N EDTA X BE Ca
%Ca = x 100%
gr sampel
, , / , /
= x 100%
,
= 60,02%
Efisiensi Penyisihan kation (Ca2+)
(% Cl INLET − % Cl OUTLET)
% efisiensi = X 100%
% Ca INLET
, ,
= X 100%
,
= 24,9 %

7. DATA PERCOBAAN ANION


Standarisasi larutan AgNO3 dan penentuan Cl—sebelum kontak dengan ion exchanger
No Gram analit Volume titran Perubahan warna
(NaCl) (AgNO3)
1 1,5 gram 4,35ml Awalnya larutan bening + indikator
2 1,5 gram 2,6 ml Berubah warna menjadi kuning
3 1,5 gram 3,5 ml Lalu dititrasi menjadi merah bata
Rata - rata 3,4 ml

Penentuan Cl—dalam sampel setelah dikontakkan dengan ion exchanger


No Gram analit Volume titran Perubahan warna
(NaCl) (AgNO3)

24
1 1,5 gram 2,5ml Larutan berwarna kuning setelah
2 1,5 gram 1,2 ml ditambah
3 1,5 gram 1,5 ml indicator lalu dititrasi menjadi
warna
merah bata
Rata - rata 1,73 ml

8. PERHITUNGAN ANION
Standarisasi larutan AgNO3
gr NaCl
= V EDTA X N EDTA
BE NaCl
25
1,5 X = 0,00348 X N EDTA
3000
N EDTA = 0,0614 mol/L
T−P
% kesalahan = X 100
T
0,1 − 0,0614
= X 100
0,1
= 38,6%

Penentuan Cl—sebelum diproses di ion exchanger


V AgNO x N AgNO X BE Cl
% Cl = X 100%
gr sampel
, , ,
= X 100%
,
= 60,6%
Penentuan Cl—setelah diproses di ion exchanger
V AgNO x N AgNO X BE Cl
% Cl = X 100%
gr sampel
, , ,
= X 100%
,
= 30,127%
Efisiensi penyisihan anion (Cl--)
(% Cl INLET − % Cl OUTLET)
% efisiensi = X 100%
% Cl INLET
, ,
= ,
X 100%
= 50,285%

25
9. ANALISA PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini dapat dianalisa bahwa alat ion exchanger ini
digunakan untuk menghasilkan suatu produk yang berupa air yang bebas dari ionpengotor.
Alat ini terdiri dari dua buah tabung yang masing-masing berisi resin yangberbeda. Tabung
pertama berisi resin anion dan tabung kedua berisi resin kation. Pada tabung yang berisi
resin anion air sampel yang digunakan yaitu larutanCaCO3. Kationnya akan diikat oleh OH-
yaitu ion Ca2+. Sedangakan pada tabung kation dan anion larutan yang awalnya berwarna
putih keruh akan menjadi larutan yang bersihdan bening.Setelah dilakukan analisa
mengenai kandungan ion Ca2+ (kesadahan) setelah larutan melewati tabung anion dan
kation, dapat dibuktikan bahwa pada saat larutanCaCO3 melewati tabung anion. Pada
tabung ini ion Ca2+ akan diikat oleh ion OH- sehingga nilai kesadahan akan semakin
berkurang dari nilai sebelumnya sehinggadidapatkan nilai kesadahannya.Berdasarkan data-
data yang didapatkan bahwa alat ion exchanger ini bekerjadengan baik. Hal ini terbukti
dengan setelah larutan CaCO3melewati tabung anion nilaikesadahannya turun secara
drastis. Yang berarti bahwa ion Ca2+ telah diikat oleh resinOH- yang berada ditabung
anion. Jadi kualitas air sebelum dikontakkan dengan kolomion exchanger masih banyak
mengandung ion Ca2+ tingkat kesadahannya tinggi. Setelahdikontakkan dengan kolom
exchange tingkat kesadahannya rendah.

10. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Air yang dilewatkan melalui ion exchanger ini menghasilkan air yang bebas ion
pengotor
2. Kualitas air yang dihasilkan juga berbeda, seperti dilihat pada data pengamatan
dimana mengalami penurunan dari awal ke akhirnya
3. Pada percobaan 1(kation), didapatkan standarisasi larutan EDTA yaitu 0,096 mol/L,
%Ca2+ sebelum dikontakkan adalah 60,02% dengan % efisiensi penyisihan kation
(Ca2+) yaitu 24,9%
4. Pada percobaan 2(anion), didapatkan standarisasi larutan AgNO3 yaitu 0,0614
mol/L, %Cl sebelum dikontakkan adalah 30,127% dengan %efisiensi penyisihan
anion(Cl-) yaitu 50,285

26
DAFTAR PUSTAKA

Hilwatulisan. 2019. Penuntun Praktikum Teknik Pengolahan Limbah. Jurusan Teknik


Kimia Politeknik Negri Sriwijaya. Palembang

Syahrul. Iman. 2014. http://ImanSyahrul.blogspot.co.id/2014/06/resin-Penukar-ion html?


m=1(diakses tanggal 10 april)

27
GAMBAR ALAT

Seperangkat Alat Ion Exchange

28
PENJERNIHAN MINYAK JELANTAH

29
PENJERNIHAN MINYAK JELANTAH

1. TUJUAN
Mampu menganalisan awal dan akhir minyak goring bekas ( jelantah)
Mampu menjernihkan minyak bekas gorengan dengan berbagai adsorben

2. ALAT DAN BAHAN


2.1 Alat yang digunakan
- Kertas saring
- Spatula
- Hot plate
- Gelas kimia 500 ml
- Pipet ukur 25 ml
- Kaca Arloji
- Termometer
- Magnetic stirrer
- Erlenmeyer
2.2 Bahan yang digunakan
- Minyak goreng bekas
- Arang/karbon aktif
- KOH
- Asam Palmintat
- Tymol blue
- Aquades
- NaOH

3. DASAR TEORI
Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dalam pengolahan
bahan makanan. Setelah digunakan minyak goreng akan mengalami perubahan sifat yang
menyebabkan minyak goreng tersebut tidak layak lagi digunakan. Agar minyak goreng

30
tersebut dapat dimanfaatkan lagi maka perlu dilakukan pengolahan sekunder dengan
metode adsorpsi.
Praktikum yang dilakukan ini mencoba meningkatkan kualitas minyak goreng bekas
dengan adsorben karbon aktif. Minyak goreng bekas dipanaskan pada suhu 60oC kemudian
dicampurkan dengan karbon aktif dengan berbagai variasi berat yaitu 2, 3, 4 gram dan
waktu pengadukan selama 30 menit.
Adsorpsi
Salah satu sifat penting dari permukaan zat adalah adsorpsi. Adsorpsi adalah suatu
proses yang terjadi ketika fluida terikatpada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu
film (lapisan tipis) pada permukaann padatan tersebut. Berbeda dengan adsopsi
dimanafluida terserap oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan.
Definisi lain menyatakan adsorpsi sebagai suatu peristiwa penyerapan pada lapisan
permukaan atau antar fasa. Dimana molekul dan suatu materi terkumpul pada bahan
pengadsorpsi. Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis yaitu adsorpsi fisika yang di sebabkan
oleh gaya Van Der Waals (penyebab terjadnya kendensasi gas untuk membentuk cairan)
yang ada pada permukaan adsorben dan adsorpsi kimia yang terjadi reaksi antara zat yang
diserap dengan adsorben, banyaknya zat yang teradsorbsi tergantung pada sifat khas zat
padatnya yang merupakan fungsi tekanan dan suhu.
Faktor yang mempengaruhi adsorpsi:
1. Kecepatan pengadukan
Berpengaruh pada kecepatan proses adsorpsi dan kualitas bahan yang dihasilakan,
jika pengadukan terlalu lambat maka proses akan berjalan lambat pula, namun bial
pengadukan terlalu cepat aka nada kemungkinan struktur adsorban mengalami
kerusakan.
2. Luas permukaan
Semakin luas permukaan adsorben maka semakin banyak zat yang bisa
teradsorpsi.
3. Temperatur
Naik turunnya tingkat adsorpsi dipengaruhi oleh temperatur. Pemanasan adsorben
akan menyebabkan pori-pori adsorben terbuka dan menyebabkan daya serapnya

31
meningkat. Tetapi pemanasan yang terlalu tinggi juga dapat membuat struktur
adsorben rusak.
4. pH
Tingkat keasaman juga berpengaruh, adsorbat yang bersifat asam atau asam
organic lebih mudah teradsorbsi pada pH rendah, sedangkan adsorbs basa organic
efektif pada pH tinggi.
5. Jenis dan Karakteristik adsorban
Jenis adsorban yang digunakan umumnya dalah karbon aktif. Karbon aktif adalah
suatu bahan pada berpori yang merupakan hasil pembakaran bahan yang
mengandung karbon dan dilakukan aktivitas dengan menggunakan gas CO2, uap
air atau bahan-bahan kimia sehingga pori-porinya terbuka dan dengan demikian
daya adsorpsinya lebih tinggi.

Karbon Aktif dan Pembuatannya


Karbon aktif berbentuk Kristal berukuran mikro, karbon non grafit yang pori-
porinya telah mengalami pengembangan sehingga kemampuan menyerap fluida yang
dimiliknya meningkat. Karbon aktif dapat di buat dari semua bahan yang mengandung
karbon dengan syarat bahan tersebut mempunyai struktur berpori. Bahan-bahan tersebut
antara lain, kayu, batubara muda, tulang, termpurung kelapa, tandan kelapa sawit, kulit
buah kopi, sabut buah coklat, sekam padi dan lainnya, pembuatan meliputi proses
karbonisasi pada suhu tinggi dan proses aktivasi yang dapat meningkatkan porositas karbon
aktif.
4. PROSEDUR KERJA
1. Penjernihan Minyak Goreng Bekas Secara Fisik
- Memasukan 50 ml minyak kedalam 3 gelas kimia
- Menambahkan karbon aktif dengan berbagai variasi kedalam masing-masing
sampel minyak jelantah 50 ml yang telah disiapkan
- Mengaduk sampel diatas hot plate dengan stirrer selama ± 15 menit, pemanas
tidak dihidupkan
- Mengendapkan sampel selama 1 jam

32
- Mengulangi langkah dengan mengganti adsorben berupa bentonite, dengan
variasi berat tetap.
2. Penjernihan Minyak Goreng Bekas Secara Kimia
- Memasukan 50 ml minyak kedalam gelas kimia
- Menambahkan 17 mL alkohol
- Menambahkan 2 ml H2SO4
- Mengaduk sampel diatas hot plate dengan stirrer selama ± 15 menit, pemanas
tidak dihidupkan
- Mengendapkan sampel selama 1 jam
- Mengulangi langkah dengan variasi volume alkohol dan H2SO4
3. Penentuan ALB
- Sebanyak 5 mL minyak goreng bekas ditempatkan pada Erlenmeyer
- Tymol blue ditambahkan sebanyak 3 tetes
- Melakukan titrasi dengan KOH sampai terjadi perubahan warna menjadi putih
kebiru-biruan
- Dilakukan perhitungan penentuan kadar ALB
- Mengulangi langkah untuk masing-masing sampel

5. DATA PENGAMATAN
5.1 Penjernihan Minyak Jelantah Secara Fisika
Volume Massa pemanasan Pengamatan
No. minyak zat
jelantah penjernih Ya Tidak Hari ke-1 Hari ke-7
1. ¸ Minyak Minyak
berwarna berwarna
75 ml Arang 7,5 coklat kuning an
gram kehitaman dan cukup bening
keruh
2. ¸ Berwarna Berwarna

33
75 ml Arang 7,5 coklat kuning cerah
gram kehitaman dan dan ccukup
keruh bening
3. ¸ Berwarna Cukup
75 ml Bentonit coklat bening dan
aktif 20 kehitaman dan berwarna
gram keruh kuning

5.2 Penjernihan Minyak Jlantah Secara Kimia


Volume Zat Pemanasan Pengamatan
No. minyak tambahan
jelantah Ya Tidak Hari ke-1 Hari ke-7
1. ¸ Minyak Minyak
berwarna berwarna
75 ml Kulit coklat kuning
jeruk kehitaman dan kemerahan
keruh dan lebih
jernih
2. ¸ Berwarna Berwarna
75 ml Kulit coklat kuning
jeruk kehitaman dan kemeerahan
keruh dan lebih
jernih

5.3 Penentuan Kadar ALB


No. Volume minyak Volume KOH Perubahan warna
1. 1 ml 1,4 ml
1 ml 2,8 ml Kuning keruh → kebiru-biruam
2. Jumlah 2,1 ml

34
6. PERHITUNGAN
6.1 Pembuatan larutan H2SO40,5 M 100 ml untuk pengaktifan bentonit
0,96 1,8 1000
=
98
= 18,024 M

. = .
18,024 . = 0,5 . 100
= 2,77 ml

6.2 Pembuatan larutan KOH 0,1 M 500 ml


gr KOH = M . V . BM
= 0,1 x 500 x 56
= 2,8 gram

6.3 Penentuan kadar ALB dalam minyak jelantah


Dik : V KOH = 2,1 ml
N KOH = 0,1 N
BE KOH = 256 gr/mol
Berat contoh = 1 gram

% ALB = x 100 %
, ,
= x 100 %
= 5,76 %

35
7. TUGAS
1. Apa yang dimaksud dengan ALB dan Angka Penyabunan!
2. Apa yang membuat minyak jelantah berbau tengik?
3. Jelaskan proses adsorbs dengan menggunakan Adsorber?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi proses penjernihan minyak jelantah?
Jawab :
1. - ALB adalah suatu asam yang dibebaskan pada proses hidrolisis lemak oleh enzim
(Asam Lemak Bebas).
- Angkan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk
menyabunkan satu gram lemak atau minyak.
2. Bau tengik pada minyak jelantah disebabkan proses oksidasi, karena kontak antara
oksigen dan minyak.
3. Proses adsorbsi terjadi bila daya tarik-menarik antara zat terlarut dan adsorben lebih
besar dari daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya sehingga zat
terlarut akan diikat/diadsorbsi di permukaan adsorben.
4. - Kecepatan pengadukan : pengadukan tidak boleh terlalu lambat atau cepat.
- Luas permukaan adsorben : semakin luas peermukaannya, semakin banyak zat
yang dapat diadsorbsi.
- Temperatur : pemanasan adsorben akan membuka pori-porinya, sehingga daya
adsorbsi akan semakin meningkat.
- Jenis dan karakteristik adsorben : adsorbsi yang umum digunakan adalah karbon
aktif, dapat pula dengan kulit buah seperti kulit jeruk.

8. ANALISA PERCOBAAN
Percobaan ini dilakukan untuk menganalisa awal dan akhir dari minyak goreng
bekas (jelantah) dan juga untuk menjernihkan minyak jelantah tersebut engan berbagai
adsorben. Dilakukan 3 percobaan yang berbeda, yaitu seccara fisik, kimiawi dan penntuan
kadar ALB. Minyak yang digunakan ialah minyak bekas gorengan yang berwarna coklat
kehitaman.

36
Pada percobaan yang pertama, yaitu secara fisika, digunakan dua jenis zat yang
berbeda. Zat tersebut antara lain arang 7,5 gram dan bentonit aktif 20 gram. Pemakaian
arang dilakukan di dua kondisi, yaitu dilakukan pemanasan dan tiak dipanaskan. Dari hasil
pngamatan selama 7 hari, dari hari pertama minyak jlantah masih berwarna coklat
kehitaman dan keruh, sampai hari k tujuh minyak berubah menjadi kuning dan cukup
bening. Hal ini dikarenakan bentonit yang dipakai sudah diaktifkan sebelum dilakukan
percobaan.
Percobaan kedua, yaitu secara kimia, digunakan kulit jeruk pada dua kondisi, yaitu
dipanaskan dan tidak dipanaskan. Hasil pengamatan selama 7 hari, minyak berubah warna
menjadi kuning kemerahan dan lebih jernih. Hal ini disebabkan selain kulit jeruk
menghasilkan asam yang dapat digunakan sebagai adsorber, zat pengotor yang ada pada
minyak akan terikat pada permukaan kulit jeruk tersebut, sehingga minyak menjadi lebih
jernih. Pada penentuan ALB, didapat persentase sebesar 5,376 %

9. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Penjernihan minyak jelantah dilakukan secara fisik dengan menggunakan adsorben
yaitu arang dan bentonit aktif. Dan secara kimiawi digunakan kulit jeruk yang
dipanaskan dan tidak dipanaskan.
2. Dari hasil percobaan :
- Secara fisik : minyak jelantah berubah menjadi kuning dan cukup bening
- Secara kimia : minyak jelantah berubah warna menjadi kuning kemerahan dan
lebih jernih.
- % ALB didapat sebesar 5,376 %

37
HASIL PERCOBAAN

Minyak jelantah setelah di diamkan selama seminggu

Bentonit yang telah diaktifkan disaring

38
DAFTAR PUSTAKA

Jobsheet. 2019. Penuntun Praktikum Teknik Pengolahan Limbah. Palembang: Politeknik


Negeri Sriwijaya.

39
GAMBAR ALAT

Kaca Arloji Gelas Kimia

Erlenmeyer Pipet Ukur

Spatula Bola Karet

40
KOMPOS

41
PEMBUATAN KOMPOS

1. TUJUAN
Membuat perbandingan pembuatan pupuk Kompos yang tepat
Menambahkan EM4 yang benar agar menghasilkan pupuk organic / kompos

2. ALAT DAN BAHAN


2.1 Alat yang digunakan
- Kantong polibag 2kg, 4 buah
- Thermometer 100oc,1buah
- Batang pengaduk , 1buah
- Baskom,2 buah
- Gelas kimia 100ml , 1buah
2.2 Bahan yang digunnakan
- EM4/stardex, 20 ml
- Sampah dapur 20kg
- Tetes tebu/gula , 10ml
- Air secukupnya
- Pupuk kandang 2 kg
- Sekam atau serbuk gergaji
3. DASAR TEORI
Pengomposan dapat didefinisikan sebagai degradasi biokimia bahan organic
menjadi humus.bentuk sederhana pengomposan dilakukan secara anaerobic yang sering
menimbulkan gas seperti indol, skatol dan merkaptan pada suhu rendah. Proses
pengomposan sacara anaerobic membutuhkan oksigen yang cukup dan tidak menghasilkan
gas yang berbahaya seperti pada anaerobic (gumbira,e,1992).
Proses pengomposan dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti ukuran , bahan,
kadar air, aerasi, ph, suhu dan perbandingan C dan N. Ukuran partikel penting karena
bakteri dan jamur akan lebih mudah hidupp pada ukuran partikel yang lebih kecil.

42
Kadar air yang optimum penting untuk menghasilkan kompos yang baik karena
semua organism membutuhkan air bagi kelangsungan hidupnya.Air adalah bahan penting
protoplasma sel yang berfungsi sebagai pelarut makanan. Kadar air dibawah 20%
mengakibatkan proses metabolism terhambat dan berjalan lambat jika kadar air diatas 60%.
Ketersedian oksigen pada proses pengomposan secara aerobic merupakan hal yang
penting. Proses yang dilakukan secara aerobic lebih efisien dari pada hal yang penting.
Proses yang dilakukan secara aerobic lebih efisien dari pada anaerobic dalam mengurangi
bahan organic.Mikroorganisme sensitive terhadap perbuhan suhu proses mikroorganisme
mesofilik hidup pada suhu 8 – 45 oc dan termofilik tumbuh dan aktif di bawah suhu 65oC ,
tetapi aktivitas biologisnya dapat berlangsung sampai suhu 65 – 90oC.
Aktivitas organisme dipertinggi dengan adanya nutrient yaitu karbon C sebagai
sumber energy dan nitrogen N sebagai zat pembentuk protoplasma.Energy dibutuhkan
dalam jumlah yang lebih banyak dari pada zat pembentuk protoplasma sehingga karbon
lebih banyak dibutuhkan dari pada nitrogen. Perbandingan C dengan N yang efektif untuk
pengomposan yaitu 25 : 23.

4. PROSEDUR KERJA
1. Siapkan larutan EM4,jika tidak tersedia lakukan pengenceran EM4 yang tersedia
dengan cara ambil 50 ml EM4 tambahkan 1 sdm Molase atau (larutkan 1gr gula
putih kedalam 1gr air). Kemudian tambahkan air sampai batas 250 ml.
2. Sampah dapur dipotong agar ukurannya kecil lalu tambahkan ditambah
sekam/serbuk gergaji ditambahkan pupuk kandang lalu dicampurkan dengan
perbandingan (3 : 1 : 1)
3. Larutan EM4 disiram ke dalam campuran tersebut secara merata ambil sesekali
dibalik kemudian dimasukkan kedalam polybag jangan terlalu penuh/padat. Tutup
atau necis ditengan poly bag sisakan celah udara untuk proses fermentasinya .
4. Setiap 2 hari, cek temperature dan kelembaban campuran tsb dan sekali sekali
diaduk. Amati warna dan tekstu kompos
5. Bila temperature diats 50oC, tutup dibuka dan dicampurkan dibolak-balik,
kemudian bagian atas ditutup kembali

43
6. Setelah hari ke 10 hari campuran tersebut telah menjadi pupuk
7. Simpan pupuk dalam kantong / karung plastic siap digunakan
8. Menganalisa karakteristik kompos dengan mengukur pH, kadar Air dan Kadar
Abu juga tektur kompos.

Prosedur analisis
Analisis Kadar Air
1. Sampel kompos ditimbang 5gr
2. Memasukan kedalam cursibel (yang seebelumnya telah ditimbang)
3. Masukkan ke Oven panaskan selama 1 jam pada temperature 100o C
4. Setelah selesai timbang kembali
5. Selisih berat awal dikurangi berat akhir didapatlah kadar air.
Analisa Kadar Abu
1. Sampel kompos ditimbang 5 gr
2. Memasukan kedalam cawan porselin(yang sebelumnya telah ditimbang)
3. Masukkan ke Oven panaskan selama 1 jam pada temperature 500o C
4. Setelah selesai timbang kembali
5. Selisih berat awal dikurangi berat akhir didapatlah kadar abu.

44
5. DATA PENGAMATAN
NO Hari ke Pengamatan

1 Dua Semua bahan masih terbentuk seperti semula,dan beberapa


sayuran telah membusuk
2 Empat Jumlah sayuran yang membusuk telah lebih banyak dari
sebelumnya
3 Enam
Sayuran yang telah membusuk mulai terurai,dan mulai
4 Delapan berbau tidak enak pada kompos.Pengadukan kembali
dilakukan
5 Sepuluh Semua sayuran telah membusuk dan terurai dan bercampur
dengan bahan lainnya.Warna nya mulai berubah menjadi
keabu abuan.Berbau tajam
Bewarna abu abu tua,teksturnya seperti lumpur dan bau yang
dihasilkan sangat dekat

Analisa kadar air


- Bahan sampel (a) = 5,0031 gr
- Bahan kaca arloji (b) = 23,7694 gr
- Berat kaca arloji + sampel kering © = 25,7725 gr

( )
% kadar air = × 100
5,0031 − (25,775 − 23,7694)
× 100
5,0031
= 59,96 %

Analisa kadar abu


- Berat sampel (d) :5,0045 gr
- Berat cawan penguap (e) :53,2131 gr
- Berat cawan penguap + sampel :56,7304 gr
% kadar abu : d-(f-e) × 100
, ( , , )
= × 100
,
= 24,72 %

45
7. ANALISA PERCOBAAN
Pada praktikum kali ini,dilakukan pembuatan kompos.Bahan yang digunakan
dalam pembuatan kompos ini adalah limbah sayuran sawi,kubis,tanah,dan EM 4.Sebelum
dilakukan pencampuran bahan sayuran yang digunakan harus dikecilkan terlebih dahulu
ukuran yang kecil akan mudah didekomposisi karena luas permukaan meningkat dan
mempermudah aktivitas mikroorganisme perombak,yakni bakteri EM 4.
Bahan yang sudah dicampur dan diaduk hingga merata disimpan dalam polybag
dalam keadaan tertutup.Polybag yang tertutup dimaksudkan agar suhu dan kelembaban
terjaga.Temperatur optimum mikroorganisme untuk merombak bahan adalah 35-55℃.
Berdasarkan pengamatan proses pengomposan selama sepuluh hari terjadi
perubahan warna,bau,dan teksturnya.Warna kompos yang telah jadi bewarna abu abu tua
berbau pekat dan tekstur seperti lumpur.Hal tersebut menandakan bahwa kompos yang
dibuat dapat digunakan.
Faktor yang mempengaruhi pengomposan dan mutu kompos adalah fase
c/n.,aerasi,porositas,kelembaban(40-60%) merupakan hara dan kandungan bahan bahaya
yang mungkin akan menghambat atau mematikan mikroba dekomposer.

8. KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan,dapat disimpulkan bahwa :
- Kompos adalah hasil penguraian parsial dari campuran bahan bahan organik yang
dapat dipercepat secara artificial oleh populasi sebagai macam mikroba dalam
kondisi lingkungan hangat,lembab,dan aerobik atau anaerobik.
- Faktor yang mempengaruhi adalah suhu sumber karbon dan nitrogen
kelembaban,penambahan aktivator dan lainnya.
- Kompos yang dihasilkan berwarna abu abu tua berbau pekat dan berstektur seperti
lumpur
- Berdasarkan perhitungan didapat :
Kadar air 59,96%
Kadar abu 29,72 %

9. TUGAS
1. Ada berapa jenis pupuk yang saudara ketahui
2. Apa fungsi dari serbuk gergaji dan EM4 serta pupuk kandang !
3. Tuliskan karakteristik kompos (serta fisik,kimia dan biologi) dri literatur dan
cantumkan sumbernya
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan kompos ?

Jawab
1. Urea (amorfium carbonide0
Pupuk kandang
Pupuk hayati organik

46
Pupuk hijau
2. Serbuk gergaji dapat menyerap air dengan optimal,membuat tanah menjadi subur
dan penyerapan unsur lebih mudah
EM4 dapat memperkaya mikroorganisme lahan,dapat meningkatkan peran
fisiologis dalam menghambat intensitas gangguan hama
Pupuk kandang sumber nutrisi yang baik untuk menambah kesuburan dan
kegambutan lahan
3. Fisik bewarna coklat kehitaman tidak akan memiliki pertumbuhan galma,baunya
seperti tanah(tanpa bau busuk)
Kimia dapat meningkatkan kapasitas penukaran kation dalam tanah dimana
semakin banyak kation maka tanaman akan mudah menyerap unsur unsur
penting Biologi media yang baik bagi perkembangan organisme hidup
aktivitasnya juga mampu kandungan unsur hara

4. A. Ukuran bahan
B. rasio c/n
C. kelembaban
D. temperatur
E. ph
F. mikroorganisme

10. DAFTAR PUSTAKA

Hilwatulasan. 2019. Penuntun Praktikum Teknik Pengolahan Limbah . Jurusan Teknik


Kimia. Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya.

47
GAMBAR ALAT

Timbangan Alat Pembuat Kompos

48
PENGOLAHAN LIMBAH B3
SECARA SOLIDIFIKASI

49
SOLIDIFIKASI

1. TUJUAN
Melakukan proses solidifikasi limbah berbahaya agar kontaminan dalam terlarut dalam
larut atau terekstrak kembali ke air dan tidak menyebar ke lingkungan.
2. ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat yang digunakan
- Pengaduk
- Buret
- Gelas Kimia
- Gelas Ukur
- Pipet Ukur
- Bola Karet
- Pipet Tetes
- Botol Plastik
- Erlenmeyer
- Spatula
- Corong
2.2 Bahan yang digunakan
- FeSO4
- Semen
- Fly Ash
- KMnO4

3. DASAR TEORI
Solidifikasi adalah proses pemadatan limbah berbahaya sedimikian rupa sehingga
mempunyai sifat fisik, kimia yang stabil sehingga aman untuk penanganan. Proses
selanjutnya mulai pengangkutan, penyimpanan, sementara sampai penyimpanan lestarr.
Bahan yang dapat digunakan untuk proses solidifikasi adalah semen, semen fly ash.

50
Mekanisme solidifikasi dengan menggunakan semen.Selama absorbsi air, senyawa
mineral terhidrasi membentuk substansi dispersi koloid yang disebut “sol”.Sol tersebut
kemudian di koagulasi dan dipresipitasi (pengkondisian akhir). Gel yang terbentuk
kemudian dikristalisasi.

4. PROSEDUR KERJA
1. Tahap awal dilakukan pencampuran antara FeSO4 sebanyak 5 gr kedalam gelas
kimia tambah air sampai 100 ml air sebagai limbah artificialnya.
2. Pencampuran dilakukan dengan variasi air (lumpur) dimulai dari 20 sampai 40 %
dari berat semen. Diambil pencampuran yang paling baik.
3. Kemudian ditimbang semen (variasi) dan lumpur (variasi) dan dimasukkan ke
dalam wadah polyetilen (cup Air mineral bekas) dan diaduk.
4. Setelah pencampuran semen dan limbah lumpur maka ditambahkan ke dalam
campuran tersebut air secukupnya, lalu diaduk hingga merata.
5. Setelah pemeraman selesai dilakukan pengujian kadar Fe dan kuat tekan

5. DATA PENGAMATAN
SAMPEL Kadar Semen PH KETERANGAN
Gelas 1 20 % 10 Tekstur semen keras,
terdapat pecahan –
pecahan semen, berwarnah
abu – abu cerah
Gelas 2 40 % 8 Tekstur keras, terdapat
pecahan semen pada
bagian atas dan berwarna
abu – abu cerah

TABEL TITRASI
NO KADAR V ANALIT V KMnO₄
SEMEN (ml) (ml)
1 20 % 25 0,1
25 0,1
25 0,2
Rata - rata 25 0,13
2 40 % 25 0,8
25 0,2

51
25 0,3
Rata - rata 25 0,43
Type equation here.
6. PERHITUNGAN
1. Pembuatan Larutan
0,1 M KMnO₄ 100 ml
Dik = M : 0,1 M
V : 100 ml
BM :52,67
Dit : Gr KMnO₄ ?
Jawab : Gr KMnO₄ = M . V . BM = 0,1 . 0,1 . 52,67
= 0,5267 gr
2. Kadar Fe
Gelas 1 20 % Semen
% Fe :
KMnO4 . . , ( , ).
x 100 = x 100 = 2,912 %

Gelas 2 40 % Semen
% Fe :
KMnO4 . . , ( , ).
x 100 = x 100 = 9,632 %

7. ANALISA PERCOBAAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa solidifikasi merupakan
proses limbah berbahaya agar kontaminan dalam terlarut dapat larut atau terekstrak kembali
ke air dan tidak menyebar ke lingkungan. Pada percobaan ini bahan yang di gunakan dalam
proses solidifikasi yaitu semen, KMnO , FeSO . Semen merupakan bahan yang sering
digunakan pada solidifikasi karena bahannya mudah didapat. Dari data pengamatan di
dapatkan 2 sampel dengan kadar semen yang berbeda. Pada sampel gelas pertama kadar
semen sebesar 20% dengan PH 10 yang memiliki tekstur keras dan terdapat pecahan-
pecahannya. Sedangkam pada sampel gelas yang kedua kadar semen sebesar 40% dengan
derajat keasamannya 8 yang memiliki tekstur keras dan terdapat pecahan semen pada
lapisan ke atas.
Percobaan ini setelah beberapa hari sempelnya telah mengeras, lalu semen di
larutkan hingga homogeny kembali untuk di lakukan titrasi. Pada kadar semen 20% di
dapatkan volume rata-rata 0,13ml sedangkan pada kadar semen 40% di dapatkan volume
rata-rata 0,43ml. Berdasarkan hasil perhitungan , di dapatkan kadar pada gelas pertaman
sebesar 2,912% dan pada gelas kedua di dapatkan kadar Fe sbesar 9,632%.

8. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat di simpulkan bahwa :

52
∑ Faktor yang harus di perhatikan dalam solidifikasi
1. Kemampuan leaching
2. Uji kuat tekan
3. Kelarutan
4. Ketahanan radiasi
∑ Didapatkan Ph pada sampel pertama (20%) sebesar 10
∑ Didapatkan Ph pada sampel kedua (40%) sebesar 8
∑ % Fe yang di dapatkan pada kadar semen 20% sebesar 2,912 %
∑ % Fe yang didapatkan pada kadar semen 40% sebesar 9,632 %

9. TUGAS
1. Apa yang dimaksud dengan limbah B-3?
2. Apa tujuan solidifikasi ?
3. Selain semen bahan apa saja yang digunakan untuk solidifikasi ?
4. Apa keuntungan solidifikasi dengan semen?
5. Pada kondisi Ph berapa solidifikasi dapat dilakukan dengan baik, jelaskan !
6. Bagaimana kuat tekan dan hasil solidifikasi yang dilakukan ?

JAWAB
1. limbah bahkan berbahaya dan beracun (B3) adalah zat atau bahan. bahan lain yang
dapat membahayakan kesehatan atau kelangsuangan hidup manusia, makhluk lain/
hewan atau lingkungan hidup pada umumnya
2. Untuk menurunkan laju migrasi dan toksisitas bahan berbahaya atau untuk
pemadaran limbah berbahaya terlarut atau terkstrak kembali ke air dan tidak
menyebar kelingkungan
3. Kapur Ca(OH) dan bahan teroplastik
4. - Material dan teknologi mudah di jangkau
- Biaya sedikit
- Sesuai dengan berbagai jenis limbah
- Produk sementasi bersifat stabil terhadap bahan kimia dan biokimia
- Produk sementasi tidak mudah terbakar dan memiliki kestabilan tempratur
yang baik
5. Endapan logam akan lebih stabil jika pH air >10,5 dan untuk hidroksiapatik pada Ph
>9,5. Pengendapan optimal akan terjadi pada kondisi Ph dimana hidroksida logam
tersebut mempunyai nilai kelarutan minimum.penyisihan logam berat dan senyawa
fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapura) sehingga
terbentuk endapan hidroksida logam-logam atau endapan hidrosiapatit
6. Pada sampel yang berisi 150 gr semen, paling optimal kuatb tekannya mengikat
limbah

53
10. DAFTAR PUSTAKA

Kasie laboraturium pengolahan limbah . 2019. Penuntun Praktikum Teknik Pengolahan


limbah. Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya .

Anonim. Laporan Solidifikasi. // dokuman .tips/documents/solidifikasi - laporan –


ttp.html.

54
GAMBAR ALAT

Kaca Arloji Gelas Kimia

Erlenmeyer Pipet Ukur

Spatula Bola Karet

55
PENGOLAHAN AIR SECARA BERTINGKAT
( REVERSE OSMOSIS)

56
PENGOLAHAN AIR SECARA BERTINGKAT

I. TUJUAN
- Mengolah air limbah untuk menghasilkan air bersih
- Menganalisis parameter air limbah awal dan akhir setelah pengolahan
- Mengetahui kinerja alat pengolahan air secara bertingkat
- Menganalisis prinsip pengolahan air yang dilakukan

II. ALAT DAN BAHAN


2.1 Alat yang digunakan
- Turbidimeter
- Water proof cyber scan
- Gelas kimia 250 mL
- Gelas ukur 100 mL
- Neraca analitik
- Hot plate
- Corong gelas
- Biuret
- Pipet ukur 25 mL
- Labu ukur 100 mL
- Erlenmeyer 250 mL
- Spatula
- Bola karet
- Aluminium foil
- Seperangkat alat pengolahan air bertingkat
2.2 Bahan yang digunakan
- KMnO4 0,1 N
- H2SO4
- H2C2O4
- Air limbah

57
III. DASAR TEORI
Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestic (rumah tangga). Limbah terdiri dari berbagai macam jenis yaitu
limbah padat, gas dan cair. Agar limbah yang merupakan sisa buangan dapat dimanfaatkan
kembali maka diperlukan suatu proses yang dapat merubah limbah menjadi suatu hal yang
dapat dimanfaatkan. Sistem aerasi digunakan dengan maksud untuk mengurangi kebutuhan
luas lahan dan meningkatkan proses pengolahan menjadi lebih cepat sekaligus meniadakan
bau yang timbul mungkin akibat proses oksidasi yang tidak sempurna.
Aerasi dapat dilakukan secara alaimi, difusi, maupun mekanik.Aerasi alami
merupak kontak antara air dan udara yang terjadi karena pergerakan air secara alami. Pada
aerasi difusi, sejumlah udara yang dialirkan kedalam air limbah melalui diffuser, udara
yang masuk kedalam air limbah nantinya akan berbentuk gelembung-gelembung (bubbler).
Aerasi secara mekanik atau dikenal juga Mechanical Agitation menggunakan proses
pengadukan dengan alat sehingga memungkinkan terjadinya kontak antara air dengan
udara.
Tujuan proses aerasi adalah mengontakkan semaksimal mungkin permukaan cairan
dengan udara guna menaikkan jumlah oksigen terlarut di dalam air buangan sehingga
berguna bagi kehidupan, agar perpindahan suatu zat/komponen dari satu medium ke
medium yang lain berlangsung lebih efisien, maka yang terpenting adalah terjadinya
turbulensi antara cairan dengan udara, sehingga tidak terjadi interface yang diam antara
cairan dan udara yang dapat menyebabkan laju perpindahan terhenti.
Konsep dasar pengolahan air dengan cara penyaringan adalah memisahkan padatan
atau koloid dari air dengan menggunakan alat penyaring, atau saringan/ air yang
mengandung padatan, dilewatkan pada media saring dengan ukuran pori-pori lubang
tertentu. Ukuran pori atau lubang saringan harus lebih kecil dari ukuran bahan padatan
yang akan dipisah. Pada proses pengolahan air minum, air limbah, air kotor, penyaringan
air ini bisa merupakan tahap awal, atau tahap lanjutan. Pada pengolahan tertentu
penyaringan dilakukan setelah proses kaogulasi atau penggumpalan. Disini penyaringan
merupakan tahap lanjutan dari proses koagulasi. Reverse osmosis merupakan metode
penyaringan yang dapat menyaring berbagai molekul besar dan ion-ion dari suatu larutan

58
dengan cara memberi tekanan pada larutan ketika larutan itu berada di salah satu sisi
membrane seleksi (lapisang penyaring). Proses tersebut menjadikan zat terlarut terendap
dilapisan yang dialiri tekanan sehingga zat pelarut murni bisa mengalir ke lapisan
berikutnya. Membrane ini harus bersifat selektif.

IV. PROSEDUR KERJA


1. Membuat sampel air yang turbiditynya mendekati 800 NTU ditambah garam dapur
1 sdt.
2. Menganalisis parameter air limbah sebelum pengolahan dengan alat water proof
cyber scan DO, pH, Alkalinity, salinity dan mengukur COD dengan cara titrasi
(analisa1)
3. Memasukkan sampel air limbah, dan diaerasi selama 30 menit dengan menghidukan
pompa aerasi. Setelah proses selesai ambil air hasil proses aerasi air limbah tsb dan
dianalisa sebagai (analisa 2).
4. Melanjutkan proses pengolahan filtrasi dengan membuka katup yang menuju proses
filtrasi lanjutkan ambil hasil pengolahan sebagai sampel 3,sebagai(analisa ke 3).
5. Kalau bisa langsung bersamaan dengan proses ke reverse osmosisdengan dibantu
pompa Revesrse Osmosis (RO) hasilnya diambil untuk dianalisa sebagai (analisa 4)
Membandingkan setiap hasil proses pengolahan berdasarkan analisa parameter air yang
didapat.

V. DATA PENGAMATAN
Keluaran pH Keterangan

1 (Aerasi) 6,1 Larutan bewarna kecoklatan dan keruh

2 (Filtrasi) 6,4 Larutan sedikit keruh, bewarna sedikit


kekuningan
3 (Reserve Osmosis) 6,9 Larutan bening

59
VI. ANALISA PERCOBAAN
Dari percobaan pengolahan air secara bertingkat yang dilakukan menggunakan
sampel air tanah sebanyak 10 liter. Pertama dilakukan proses aerasi, sejumlah udara yang
dialirkan ke dalam air limbah melalui diffuser, udara yang masuk ke dalam air limbah
nantinya akan berbentuk gelembung - gelembung.Tujuan proses aerasi adalah
mengontakkan semaksimal mungkin permukaan cairan dengan udara guna menaikkan
jumlah oksigen terlarut di dalam air buangan.
Selanjutnya pengolahan akan dialirkan ke filtrasi (karbon, pasir silica, batuan).
Konsep dasar pengolahan air dengan cara penyaringan adalah memisahkan padatana tau
koloid dari air dengan pori-pori media saringan. Sehingga keluaran sampel dari filtrasi ini
tidak terlalu kering dan tidak kotor dari sebelumnya.
Kemudian proses dilanjutkan ke Reverse osmosis yang merupakan metode
penyaringan yang dapat menyaring berbagai molekul besardan ion-ion dari suatu larutan
dengan cara member tekanan pada larutan ketika larutan itu berada di salah satu sisi
membrane seleksi (lapisang penyaring). Proses tersebut menjadikan zatter larut terendap
dilapisan yang dialiri tekanan sehingga zat pelarut murni bias mengalir kelapisan
berikutnya.
Dari hasil pengukuran pH sampel didapat hasil keluaran 1 memiliki pH 6,1 ,
keluaran 2 memiliki pH 6,4 dan keluaran 3 memiliki pH 6,9. Pada keluaran 3 air yang
dihasilkan dari proses reserve osmosis telah bersih dan bening. Hal tersebut menunjukan
bahwa air yang dihasilkan sudah baik digunakan.
VII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telahdilakukan, dapatdisimpulkanbahwa:
∑ Proses Reverse osmosis merupakan metode penyaringan yang dapat menyaring
berbagai molekul besar dan ion-ion dari suatu larutan dengan cara member tekanan
pada larutan ketika larutan itu berada di salah satu sisi membrane seleksi (lapisang
penyaring).
∑ Dari hasil pengamatan di peroleh:
- Keluaran 1 : memiliki pH 6,1 dan bewarna kecoklatan keruh
- Keluaran 2 : memiliki pH 6,4dan bewarna kekuningan dan sedikit keruh

60
- Keluaran 3 : memiliki pH 6,9 dan air menjadi bersih bening
∑ Pengolahan air secara bertingkat menghasilkan air yang bersih, bening, dan
memiliki pH yang sesuai sehingga baik untuk digunakan.

VIII. TUGAS
1. Jelaskan apa yang saudara ketahui dengan proses filtasi pasir!
2. Apa kegunaan dari proses Aerasi pada air limbah?
3. Jelaskan menurut saudara tentang proses Reverse Osmosis!
4. Buatlah Tabel Hasil Analisa yang didapat
Jawab :
1. Proses filtrasi pasir menggunakan alat sand filter, yaitu dengan menyaring partikel-
partikel kotoran yang terdapat didalam air. Pada proses sand filtrasi, bahan koloid
akan tertahan dalam bentuk lapisan gelatin, sedangkan ion-ion yang larut dalam air
akandinetralkanolej ion-ion pasir.
2. Untuk mengurangi kebutuhan luas bahan dan meningkatkan proses pengolahan
menjadi lebih cepat sekaligus meniadakan bau yang timbul mungkin akibat proses
oksidasi yang tidak sempurna
3. Proses reserve osmosis adalah suatu metode penyaringan yang dapat menyaring zat-
zat terlarut dan ion-ion terlarut dari suatu larutan dengan cara member tekanan
dengan larutan.
4.

Keluaran pH Keterangan

1 (Aerasi) 6,1 Larutan bewarna kecoklatan dan keruh

2 (Filtrasi) 6,4 Larutan sedikit keruh, bewarna sedikit


kekuningan
3 (Reserve 6,9 Larutan bening
Osmosis)

61
DAFTAR PUSTAKA
KasieLaboratorium. 2019. PenuntunPraktikumTeknikPengolahanLimbah. Palembang:
PoliteknikNegeriSriwijaya.
Panjaitan, Veberia. 2017. PengendalianPencemaran.(online) www. Academia.edu
(DiaksesJuni 2019)

62
GAMBAR ALAT

Seperangkatalatpengolahan air bertingkat

pH meter
Gelas Kimia

63
PROSES ELEKTROKOAGULASI LIMBAH
LAUNDRY

64
PROSES ELEKTROKOAGULASI LIMBAH LAUNDRY

I. TUJUAN
- Menentukan analisa awal dan akhir limbah Laundry
- Memahami proses pengolahan secara elektrokoagulasi
- Menentukan factor yang mempengaruhi proses elektrokoagulasi
II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGNAKAN
ÿ Alat yang digunakan
∑ Reaktor Elektrokoagulasi
∑ Plat stainless steel
∑ pH Tester
∑ Dissolved oxygen meter
∑ Gelas kimia
∑ Multimeter
∑ Thurbidity meter
∑ Waterproof multimeter
∑ Pengaduk kaca
ÿ Bahan yang digunakan
∑ Limbah Laundry
∑ Air
∑ Kertas pH
∑ Kertas saring
III. DASAR TEORI
Elektrokoagulasi adalah proses penggumpalan dan pengendapan partikel-partikel
halus yang terdapat dalam air dengan menggunakan energi listrik. Proses elektrokoagulasi
dilakukan pada bejana elektrolisis yang di dalamnya terdapat dua buah penghantar arus
listrik searah yang kita kenal sebagai elektroda. Apabila dalam satu larutan elektrolit
ditempatkan dua elektroda kemudian elektroda tersebut dialiri oleh arus listrik searah maka

65
akan terjadi suatu proses elektrokimia yang berupa gejala dekomposisi elektrolit, yaitu ion
positif (kation) bergerak ke katoda dan menerima elektron yang direduksi dan ion negatif
(anion) bergerak ke anoda dan menyerahkan elektron yang dioksidasi. Sehingga nantinya
akan membentuk flok yang mampu mengikat partikel-partikel dalam limbah.

Proses elektrokoagulasi meliputi beberapa tahap yaitu proses equalisasi, proses


elektrokimia (flokulasi-koagulasi) dan proses sedimentasi. Proses equalisasi dimaksudkan
untuk menyeragamkan limbah cair yang akan diolah terutama kondisi pH, pada tahap ini
tidak terjadi reaksi kimia. Elektrokoagulasi seringkali dapat menetralisir muatan-muatan
partikel dan ion, sehingga bisa mengendapkan kontaminan-kontaminan, menurunkan
konsentrasi lebih rendah dari yang bisa dicapai dengan pengendapan kimiawi, dan dapat
menggantikan atau mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia yang mahal (garam logam,
polimer). Meskipun mekanisme elektrokoagulasi mirip dengan koagulasi kimiawi dalam
hal spesies kation yang berperan dalam netralisasi muatan-muatan permukaan, tetapi
karakteristik flok yang dihasilkan oleh elektrokoagulasi berbeda secara dramatis dengan
flok yang dihasilkan oleh koagulasi kimiawi. Flok dari elektrokoagulasi cenderung
mengandung sedikit ikatan air, lebih stabil dan lebih mudah disaring.
Elektrokoagulasi dikenal juga sebagai elektrolisis gelombang pendek.
Elektrokoagulasi merupakan suatu proses yang melewatkan arus listrik ke dalam air. Itu
dapat digunakan menjadi sebuah uji nyata dengan proses yang sangat efektif untuk
pemindahan bahan pengkontaminasi yang terdapat dalam air. Proses ini dapat mengurangi
lebih dari 99% kation logam berat. Pada dasarnya sebuah elektroda logam akan teroksidasi

dari logam M menjadi kation (Mn+). Selanjutnya air akan menjadi gas hidrogen dan juga

ion hidroksil (OH-). Adapun prinsip kerja dari sistem ini adalah dengan menggunakan dua

buah lempeng elektroda yang dimasukkan ke dalam bejana yang telah diisi dengan air yang
akan dijernihkan. Selanjutnya kedua elektroda dialiri arus listrik searah sehingga terjadilah
proses elektrokimia yang menyebabkan kation bergerak menuju katoda dan anion bergerak
menuju anoda, sehingga pada akhirnya akan terbentuk suatu flokulan yang akan mengikat
kontaminan maupun partikel- partikel dari air baku tersebut. Proses elektrokoagulasi ini
dapat dilihat pada Gambar 1.

66
Sumber: Purwaningsih. 2008

Gambar 1. Proses Elektrokoagulasi


Interaksi-interaksi yang terjadi dalam larutan yaitu:
1. Migrasimenujumuatanelektrodayangberlawanan(elektroporesis)dan netralisasi muatan.
2. Kation ataupun ion hidroksil membentuk sebuah endapan dengan pengotor.
3. Interaksi kation logam dengan OH membentuk sebuah hidroksida dengan sifat adsorbsi
yang tinggi selanjutnya berikatan dengan polutan (bridgecoagulation).
4. Senyawa hidroksida yang terbentuk membentuk gumpalan (flok) yang lebih besar.
5. Gas hidrogen membantu flotasi dengan membawa polutan kedalam lapisan bulk flok di
permukaan cairan.
Kelebihan elektrokoagulasi :
1. Elektrokoagulasi memerlukan peralatan sederhana dan mudah untuk dioperasikan.
2. Elektrokoagulasi lebih cepat mereduksi kandungan koloid/partikel yang paling
kecil, hal ini disebabkan pengaplikasian listrik kedalam air akan mempercepat
pergerakan mereka didalam air dengan demikian akan memudahkan proses.
3. Gelembung-gelembung gas yang dihasilkan pada proses elektrokoagulasi ini dapat
membawa polutan ke atas air sehingga dapat dengan mudah dihilangkan.
4. Tidak diperlukan pengaturan pH.
5. Tanpa menggunakan bahan kimia tambahan.
6. Endapan yang terbentuk dari proses elektrokoagulasi lebih mudah dipisahkan dari
air.
7. Dapat memindahkan partikel–partikel koloid yang lebih kecil.

IV. LANGKAH KERJA

67
1. Analisa awal limbah Laundry TDS, Turbidity, DO dan pH
2. Memasukkan Umpan berupa Limbah cair Laundry kedalam gelas kimia 600 ml
3. Mengatur jarak Elektroda 1,5 cm
4. Mengatur tegangan dimulai dari 10 volt sampai 18 volt
5. Menghidupkan peralatan elektrokoagulasi
6. Menetapkan waktu proses dengan stop watch + 20-30 menit
7. Catat perubahan yang terjadi dari proses elektrokoagulasi
8. Analisa akhir bila waktu telah tercapai TDS, Turbidity, DO dan pH
9. Saring jika perlu untuk menghitung jumlah flok yang terbentuk
V. DATA PENGAMATAN
Karakteristik awal
- Jenis limbah: air laundry
- pH: 10
- Penampilan: agak bening, warna air kebiruan, terdapat busa di dalamnya
Proses elektrokoagulasi
Tegangan Waktu Massa flok
No. Keterangan
(Volt) (menit) (gram)
Muncul flok-flok
1. 15,1 10 0,494 berukuran kecil dan
berwarna coklat
Flok yang terbentuk
semakin banyak, larutan
2. 17 10 0,589
keruh, tak terlihat adanya
busa
Larutan keruh, flok yang
terbentuk berukuran agak
3. 20,2 10 0,865 besar, berwarna coklat, dan
jumlahnya banyak. Tak ada
lagi busa pada limbah.

VI. PERHITUNGAN
Total Suspendid Solid (TSS)
( )
TSS = ( )
x 1000
= x 1000 = 3.246,7 mg/L

VII. ANALISA PERCOBAAN

68
Pada percobaan pengolahan limbah dengan proses elektrokoagulasi, digunakan sampel
limbah laundry. Tujuan percobaan ini adalah pengolahan limbah yang mengandung partikel
padat halus tersuspensi dengan cara mengendapkan partikel tersebut menggunakan energi
listrik.
Sampel limbah merupakan limbah basa dan memiliki pH awal sebesar 10. Percobaan
elektrokoagulasi ini dilakukan sebanyak 3 kali dengan tegangan yang diatur berbeda untuk
setiap sampel, yakni 5V, 10V, dan 15V. Masing-masing sampel yang digunakan bervolume
200 ml.
Pada percobaan pertama, didapatkan tegangan larutan sebesar 15,1V. Pada percobaan
kedua, tegangan yang dihasilkan sebesar 17V, dan pada percobaan terakhir, tegangan
larutan yang dihasilkan ialah sebesar 20,2V. Berbanding lurus dengan tegangan yang
dihasilkan, flok yang terbentuk dan diendapkan juga semakin banyak seiring peningkatan
tegangan larutan. Setelah pengeringan kertas saring berisi flok dari air limbah, diperoleh
berat flok yang didapatkan dari masing-masing sampel, dimana flok yang dihasilkan dari
sampel 1 sebanyak 0,494 gr, 0,589 gr untuk sampel 2, dan 0,865 gr untuk sampel 3. Setelah
dilakukan perhitungan, diperoleh jumlah total suspendid solid (TSS) yang dihasilkan per
liter limbah adalah 3.246,7 mg/L.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan simpulan sebagai berikut.
1. Tegangan yang dihasilkan larutan pada ketiga sampel percobaan adalah 15,1 volt, 17
volt, dan 20,2 volt.
2. Berat flok yang diperoleh dari ketiga sampel adalah 0,494 gr untuk sampel 1, 0,589 gr
untuk sampel 2, dan 0,865 gr untuk sampel 3 dengan total berat flok 1,948 gr.
3. Banyaknya padatan tersuspensi (Total Suspended Solid) dalam limbah adalah 3,2467
gr/L.

IX. TUGAS
1. Gambarkan diagram alur proses elektrokoagulasi secara lengkap!
2. Tuliskan faktor-faktor yang memengaruhi proses elektrokoagulasi!
3. Tuliskan dari studi literatur jenis-jenis elektroda yang dapat digunakan untuk proses
elektrokoagulasi!

Jawab:
1.

2. Ketepatan arus listrik, waktu, tegangan dan arus, pH limbah, jarak ekeltroda, dan
jenis elektroda
3. Besi (Fe), Seng (Zn), Aluminium (Al), Tembaga (Cu)

69
DAFTAR PUSTAKA

Kasie Laboratorium Teknik Pengolahan Limbah. 2019. Penuntun Prakikum Teknik


Pengolahan Limbah. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya

70
GAMBAR ALAT

Neraca analitis Gelas kimia

Seperangkat alat Corong

Kaca arloji

71
PENGUKURAN KEBISINGAN

72
PENGUKURAN KEBISINGAN

I. TUJUAN
- Untuk mengetahui intensitas kebisingan di suatu tempat kerja
- Mahasiswa mampu melakukan pengukuran kebisingan
- Mahasiswa mampu menganalisa hasil pengukuran kebisingan

II. ALAT
Alat yang digunakan
- Sound Level Meter (SLM)

III. DASAR TEORI


A. Pengertian Kebisingan
Terdapat beberapa pendapat mengenai definisi kebisingan antara lain (Wahyu, 2003) :
Menurut DennisBising adalah suara yang timbul dari getaran-getaran yang tidak teratur.
Menurut SpoonerBising adalah suara yang tidak mengandung kualitas musik
Menurut SataloffBising adalah bunyi yang terdiri dari frekuensi yang acak dan tidak
berhubungan satu dengan yang lain.
Menurut Burn, Littre dan WailBising adalah suara yang tidak dikehendakikehadirannya
oleh yang mendengar dan mengganggu.
Menurut Suma’murBising adalah suara yang tidak dikeendaki (unwanted sound).
Menurut Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 48/MENLH/11/1996Kebisingan
adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu
tertentu yang dapat menimbulkan gengguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan.
Menurut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER. 13/MEN/X/2011
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat
proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran.

73
B. Jenis-jenis kebisingan
Kebisingan dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) bentuk dasar (Wahyu, 2003) :
a. Intermitten Noise (Kebisingan Terputus-putus).
Intermittten Noise adalah kebisingan diana suara timbul dan menghilang secara perlahan-
lahan. Termasuk dalam intermitten noise adalah kebisingan yang ditimbulkan oleh suara
kendaraan bermotor dan pesawat terbang yang tinggal landas.
b. Steady State Noise (Kebisingan Kontinyu)
Dinyatakan dalam nilai ambang tekanan suara (sound pressure levels) diukur dalam octave
band dan perubahan-perubahan tidak melebihi beberapa dB per detik, atau kebisingan
dimana fluktuasi dari intensitas suara tidak lebih 6dB, misalnya : suara kompressor, kipas
angin, darur pijar, gergaji sekuler, katub gas.
c. Impact Noise.
Impact noise adalah kebisingan dimana waktu yang diperlukan untuk mencapai puncak
intensitasnya tidak lebih dari 35 detik, dan waktu yang dibutuhkan untuk penurunan sampai
20 dB di bawah puncaknya tidak lebih dari 500 detik. Atau bunyi yang mempunyai
perubahan-perubahan besar dalam octave band. Contoh : suara pukulan palu, suara
tembakan meriam/senapan dan ledakan bom.
C. Dampak Kebisingan
Menurut Depnaker yang dikutip oleh Srisantyorini (2002) kebisingan mempunyai pengaruh
terhadap tenaga kerja, mulai dari gangguan ringan berupa gangguan terhadap konsentrasi
kerja, pengaruh dalam komunikasi dan kenikmatan kerja sampai pada cacat yang berat
karena kehilangan daya pendengaran (tuli) tetap.
Gangguan terhadap konsentrasi kerja dapat mengakibatkan menurunnya kualitas pekerjaan.
Hal ini pernah dibuktikan pada sebuah perusahaan film dimana
penurunan intensitas kebisingan berhasil mengurangi jumlah film yang rusak
sehingga menghemat b
ahan baku.
2.Gangguan terhadap komunikasi, akan menganggu kerja sama antara pekerja dan kadang-
kadang mengakibatkan salah pengertian secara tidak langsung dapat
menurunkan kualitas atau kuantitas kerja. Kebisingan juga mengganggu persepsi

74
tenaga kerja terhadap lingkungan sehingga mungkin sekali tenaga kerja kurang cepat
3. Gangguan dalam kenikmatan kerja berbeda-beda untuk tiap-tiap orang. Pada orang yang
sangat rentan kebisingan dapat menimbulkan rasa pusing, gangguan konsentrasi, dan
kehilangan semangat kerja.
4.Penurunan daya pendengaran akibat yang paling serius dan dapat menimbulkan ketulian
total sehingga seseorang sama sekali tidak dapat mendengarkan pembicaraan orang lain.
D. Pengendalian Kebisingan
Menurut Pramudianto yang dikutip oleh Babba (2007), pada prinsipnya pengendalian
kebisingan di tempat kerja terdiri dari:
1.Pengendalian secara teknis
Pengendalian secara teknis dapat dilakukan pada sumber bising, media yang dilalui bising
dan jarak sumber bising terhadap pekerja. Pengendalian bising pada sumbernya merupakan
pengendalian yang sangat efektif dan hendaknya dilakukan pada sumber bising yang paling
tinggi.
Cara-cara yang dapat dilakukan antara lain :
a. Desain ulang peralatan untuk mengurangi kecepatan atau bagian yang bergerak,
menambah muffler pada masukan maupun keluaran suatu buangan, mengganti alat yang
telah usang dengan yang lebih baru dan desain peralatan yang lebih baik.
b. Melakukan perbaikan dan perawatan dengan mengganti bagian yang bersuara dan
melumasi semua bagian yang bergerak.
c. Mengisolasi peralatan dengan cara menjauhkan sumber dari pekerja/penerima,
menutup mesin ataupun membuat barrier/penghalang.
d. Meredam sumber bising dengan jalan memberi bantalan karet untuk mengurangi
getaran peralatan dari logam, mengurangi jatuhnya sesuatu benda dari atas ke dalam bak
maupun pada sabuk roda.
e. Menambah sekat dengan bahan yang dapat menyerap bising pada ruang kerja.
Pemasangan peredam ini dapat dilakukan pada dinding suatu ruangan bising.
2. Pengendalian secara administratif

75
Pengendalian ini meliputi rotasi kerja pada pekerja yang terpapar oleh kebisingan dengan
intensitas tinggi ke tempat atau bagian lain yang lebih rendah, cara mengurangi paparan
bising dan melindungi pendengaran.
3. Pemakaian alat pelindung telinga
Pengendalian ini tergantung terhadap pemilihan peralatan yang tepat untuk tingkat
kebisingan tertentu, kelayakan dan cara merawat peralatan

Sound Level Meteradalah suatu perangkat alat uji untuk mengukur tingkat kebisingan
suara, hal tersebut sangat di perlukan terutama untuk lingkungan industri, contoh pada
industri penerbangan dimana lingkungan sekitar harus diuji tingkat kebisingan suara atau
tekanan suara yang ditimbulkannya untuk mengetahui pengaruhnya terhadap lingkungan
sekitar.

Jenis Kebisingan
1. Bising kontinu (terus menerus) seperti suara mesin, kipas angin, dll.
2. Bising intermitten (terputus putus) yang terjadi tidak terus menerus seperti suara lalu
lintas, suara pesawat terbang
3, Bising Impulsif yang memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu
yang cepat sehingga mengejutkan pendengarnya seperti suara senapan, mercon, dll
4. Bising impulsif berulang yang terjadi secara berulang-ulang pada periode yang sama
seperti suara mesin tempa.

Pengaruh Kebisingan terhadap tenaga kerja adalah sebagai berikut :


1.Gangguan fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, nadi dan dapat menyebabkan pucat dan
gangguan sensoris
2. Gangguan psikologis
Gannguan psikologis berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, emosi dll.
3.Gangguan komunikasi Gangguan komunikasi dapat menyebabkan terganggunya
pekerjaan, bahkan bisa berakibat kepada kecelakaan karena tidak dapat mendengar isyarat
ataupuntandabahaya.

76
4.Gangguan pada pendengaran (Ketulian) Merupakan gangguan yang paling serius karena
pengaruhnya dapat menyebabkan berkurangnya fungsi pendengaran. Gannguan
pendengaran ini bersifat progresif tapi apabila tidak dilakendalikan dapat menyebabkan
ketulian permanen.
Batasan tingkat kebisingan yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran
Batasan tingkat kebisingan dibagi menjadi 2, yaitu untuk lingkungan dengan waktu pajanan
24 jam yang kita kenal dengan Baku Mutu Lingkungan dan untuk tempat kerja dengan
waktu pajanan 8 jam kerja atau Nilai Ambang Batas (NAB).

VI. PROSEDUR KERJA

Berikut ini adalah cara menggunakan sound level meter yang dapat Anda ikuti:
1. Pertama-tama aktifkan alat ukur sound level meter yang akan digunakan untuk mengukur
2. Pilih selektor pada posisi fast untuk jenis kebisingan continue atau berkelanjutan atau
selektor pada posisi slow untuk jenis kebisingan impulsive atau yang terputus-putus
3. Pilih selektor range intensitas kebisingan
4. Kemudian, tentukan area yang akan diukur
5. Setiap area pengukuran dilakukan pengamatan selama 1-2 menit dengan kurang lebih 6
kali pembacaan
6. Hasil pengukuran berupa angka yang ditunjukkan pada monitor
7. Tulis hasil pengukuran dan hitung rata-rata kebisingannya, maka akan diketahui hasil
pengukuran dari kebisingan tersebut

VII. DATA PENGAMATAN

SumberBunyi Tingkat intensitasbisingdalam dB


Mesin Uap 93,3 dB
Kompresor 78,8 dB
Suarakendaraan 83,1 dB

77
AC 82,1 dB
Sirkulasiudara 75,8 dB

VIII. ANALISA PERCOBAAN


Setelah melakukan pratikum terhadap tingkat kebisingan di sekitar laboratorium
polsri. Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui intensitas kebisingan di
suatu tempat kerja. Alat yang digunakan ialah Sound Level Meter (SLM). Adapun sumber
kebisingan berasal dari mesin uap, kompresor, suara kendaraan, AC, dan sirkulasi udara.
Hasil yang didapat kan yaitu 93,3 dB; 78,8 dB; 83,1 dB; 82,1 dB; 75,8 dB dan semuanya
masih di dalam nilai ambang bataskebisingan.
Dari pratikum yang telah dilakukan dapat dianalisis bahwa apabila kebisingan telah
melibihi nilai ambang batas kebisingan makaakan menimbulkan gangguan kesehatan
manusia teutama pada pendengaran.

IX. KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Kebisingan merupakan sesuatu yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan
gangguan kesehatan seperti gangguan pendengaran.
2. Alat yang digunakan untuk mengukur tingkat intesitas kebisingan yaitu Sound Level
Meter (SLM).
3. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa tingkat kebisingan pada mesin uap
93,3 Db; kompresor 78,8 dB; suara kendaraan 83,1 dB; AC 82,1 dB;dan sirkulasi udara
75,8 dB.

X. TUGAS
1. Jelaskan definisi kebisingan menurut saudara
2. Apa dampak yang ditimbulkan dari kebisingan?
3. Upaya apa yang dapat mengurangi tingkat kebisingan?

78
Jawab:
1. Kebisingan merupakan bunyi yang tidak diinginkan dan suatu usaha atau kegiatan
yang menggangu kenyaman lingkungan bahkan menimbulkan gangguan kesehatan
manusia.

2. Dampak yang ditimbulkan dari kebisinganyaitu:


- Gangguan fisiologi
- Gangguan psikologis
- Gangguan komunikasi
- Gangguan pada pendengaran

3. Upaya yang dapat mengurangi tingkat kebisingan antara lain:


- Pengurangan kebisingan pada sumbernya
- Penembatan penghalang pada jalan transmisi
- Pemakaian sumbat atau tutup telingan

79
DAFTAR PUSTAKA

Kasie Laboratorium. 2019. Penuntun Praktikum Teknik Pengolahan Limbah. Palembang:


Politeknik Negeri Sriwijaya.

80
GAMBAR ALAT

Sound Level Meter (SLM)

81

Anda mungkin juga menyukai