PENCEGAHAN PENCEMARAN
Disusun oleh:
Kelompok 4 (Kelas B)
Dwi Imamatul Mastura (1707111205)
Widya Wulandari (1707111281)
Yosia Jumaga (1707123028)
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa atas berkat
dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pengolahan
Limbah Cair Secara Fisika. Analisa mengenai permasalahan lingkungan
merupakan salah satu hal penting untuk diperhatikan. Makalah ini disusun sebagai
salah satu tugas untuk kelulusan mata kuliah wajib pencegahan pencemaran.
Penulis
3
DAFTAR ISI
BAB IIIPENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................17
3.2 Saran...............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
4
BAB I
PENDAHULUAN
Proses pengolahan air limbah merupakan salah satu langkah penting untuk
memperoleh air bersih akan tetapi terdapat beberapa parameter yang perlu
diperhatikan sehingga diperoleh air ang dapat digunakan kembali. Beberapa
parameter yang perlu diperhatikan seperti, Total organic carbon (TOC), Dissolved
organic carbon (DOC), Chemical oxygen demand (COD), Biological oxygen
demand (BOD) (Schutte dan Focke, 2006).
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Ciri-ciri fisik
Ciri-ciri fisik utama air limbah adalah kandungan bahan padat, warna, bau
dan suhunya.
1. Bahan padat
3
Air yang terpolusi selalu mengandung padatan yang dapat dibedakan atas
empat kelompok berdasarkan besar partikelnya dan sifat-sifat lainnya (Fardiaz,
1992). Empat kelompok tersebut yaitu:
3) Padatan terlarut
2. Warna
Warna adalah ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk mengkaji kondisi
umum air limbah. Air buangan industri serta bangkai benda organis yang
menentukan warna air limbah itu sendiri (Sugiharto, 1987).
3. Bau
Pembusukan air limbah adalah merupakan sumber dari bau air limbah
(Sugiharto, 1987). Hal ini disebabkan karena adanya zat organik terurai secara
tidak sempurna dalam air limbah (Yazied, 2009).
4. Suhu
Suhu air limbah biasanya lebih tinggi daripada air bersih, karena adanya
tambahan air hangat dari perkotaan (Tchobanoglous, 1991).
b. Ciri-ciri kimiawi
c. Ciri-ciri biologis
4
Pemeriksaan biologis di dalam air limbah untuk memisahkan apakah ada
bakteri-bakteri pathogen berada di dalam air limbah (Sugiharto, 1987). Berbagai
jenis bakteri yang terdapat di dalam air limbah sangat berbahaya karena
menyebabkan penyakit. Kebanyakan bakteri yang terdapat dalam air limbah
merupakan bantuan yang sangat penting bagi proses pembusukan bahan organik
(Tchobanoglous, 1991).
Pathogens Khlorinasi K
Ozonisasi K
5
Land treatment F
Suspended-growth nitrification
Nitrogen B
and denitrification
Fixed-film nitrification and
B
denitrification
Ammonia stripping K/F
Ion Exchange K
Breakpoint khlorinasi K
Land treatment B/K/F
Padatan inorganik
Ion Exchange K
terlarut
Reverse Osmosis F
Elektrodialisis K
Keterangan : B=Biologi, K=Kimia, F=Fisika
6
Pada umumnya setiap sistem pengolahan limbah cair mempunyai unit alat
penyaring awal/pendahuluan. Proses penyaringan awal ini disebut screening dan
tujuannya adalah untuk menyaring atau menghilangkan sampah/benda padat yang
besar agar proses berikutnya dapat lebih mudah lagi menanganinya. Dengan
hilangnya sampah-sampah padat besar maka transportasi limbah cair pasti tidak
akan terganggu, misalnya bila proses transportasi limbah cair diakomodasikan
dalam sebuah saluran terbuka atau pun tertutup yang mengalir secara gravitasi,
maka tidak akan dijumpai penyumbatan di sepanjang jaringan saluran.
Disamping itu, bila limbah cair perlu dipindahkan dengan menggunakan pompa,
maka proses screening sungguh berfungsi menghilangkan bahan atau benda-benda
yang dapat membahayakan atau merusak pompa limbah cair tersebut. Jadi proses
screening melindungi pompa dan peralatan lainnya.
2.2.2 Aerasi
7
terjadi interface yang stagnan/diam antara cairan dan udara yang dapat
menyebabkan laju perpindahan terhenti. Untuk memperoleh keadaan tersebut,
terdapat beberapa prinsip dasar alat aerasi yaitu :
3) Aerator mekanik.
Sistem aerator air terjun yang umum digunakan adalah : Aerator Spray,
Aerator Cascade, Aerator Multiple-Tray. Pada aerator spray, air dipaksakan masuk
melalui nozzle, seperti pada air mancur. Pada aerator cascade air disebarkan
dengan cara mengalirkan pada lempengan tipis yang disusun seperti tangga atau
sekat agar terjadi turbulensi untuk mencampurkan udara yang terabsorpsi dalam
cairan dan agar cairan terangkat ke permukaan sehingga terjadi kontak dengan
udara. Pada Aerator multiple-tray cairan dialirkan ke bagian atas dari beberapa
tahap tray yang berisi butiran medium seperti arang, batu atau butiran keramik.
Air teraerasi saat mengalir melalui medium yang ada pada tray, dan kemudian
cairan jatuh dari tray ke tray.
Pada sistem difusi udara, udara dimasukkan ke dalam cairan yang akan
diaerasi dalam bentuk gelembung-gelembung yang naik melalui cairan tersebut.
Ukuran gelembung bervariasi dari yang besar hingga yang halus, tergantung pada
alat aerasi. Alat aerasi yang umum adalah difuser porous, difuser non-porous dan
difuser U-tube. Aerator mekanik dihasilkan dengan cara memecah permukaan air
limbah secara mekanik. Dengan timbulnya interface cairan-udara yang besar,
maka terjadi perpindahan oksigen dari atmosfir ke dalam air.
Pada sistem ini digunakan turbin sistem hybrid yang melibatkan impeler
dan sumber udara. Udara yang keluar dari bagian bawah impeler, dipecah menjadi
gelembung yang halus dan merembes ke seluruh tangki akibat gerakan pompa
pada impeler. Pada pengolahan air limbah, proses aerasi diterapkan untuk
menghilangkan senyawa organik dan non-organik yang volatile, memberikan
8
oksigen untuk proses biologi, dan untuk meningkatkan kandungan oksigen pada
air yang telah diolah.
2.2.3 Mixing
2) Propeler mixer
3) Pneumatic mixer
2.2.4 Flokulasi
9
memberikan kecepatan gradien yang menghasilkan flokulasi orthokinetic.
Dengan kata lain flokulasi Orthokinetic dapat meningkat dengan cara
memberikan kecepatan gradien pada cairan. Partikel-partikel yang bergerak
dengan kecepatan yang berbeda lebih cenderung untuk bergabung menjadi
partikel yang lebih besar. Berdasarkan ini proses flokulasi dipengaruhi oleh
kecepatan gradien rata-rata. Pada prakteknya kecepatan gradien rata-rata adalah
fungsi dari input tenaga pencampuran (mixing power).
2.2.5 Sedimentasi
10
Sedimentasi adalah suatu unit operasi untuk menghilangkan materi
tersuspensi atau flok kimia secara gravitasi. Proses sedimentasi pada pengolahan
air limbah umumnya untuk menghilangkan padatan tersuspensi sebelum
dilakukan proses pengolahan selanjutnya. Gumpalan padatan yang terbentuk pada
proses koagulasi masih berukuran kecil. Gumpalan-gumpalan kecil ini akan terus
saling bergabung menjadi gumpalan yang lebih besar dalam proses flokulasi.
Dengan terbentuknya gumpalan-gumpalan besar, maka beratnya akan bertambah,
sehingga karena gaya beratnya gumpalan-gumpalan tersebut akan bergerak ke
bawah dan mengendap pada bagian dasar tangki sedimentasi.
11
memberikan kesempatan aliran mengalir cukup panjang. Sejauh ini media yang
paling baik adalah pasir yang ukuran butirannya hampir seragam dengan ukuran
antara 0,6 hingga 0,8 mm.
Sementara materi yang lebih halus di butiran pasir di bagian bawah. Oleh
karena itu pada unggun saringan yang kedalamannya tinggi dapat mencegah
terjadinya penyumbatan yang terlalu dini di permukaan. Pada proses penyaringan
cepat atau dengan tekanan, air dialirkan ke dalam unggun dengan tekanan.
Saringan tekan umumnya tidak digunakan pada sistem pengolahan yang berskala
besar karena keterbatasan ukuran. Saringan tekan lebih banyak digunakan pada
pengolahan domestik berskala kecil.
12
melekat akan mudah hanyut dalam aliran air cucian yang mengalir lebih cepat
dari bawah ke atas.
2.2.7 Adsorpsi
Adsorpsi adalah penumpukan materi pada interface antara dua fasa. Pada
umumnya zat terlarut terkumpul pada interface. Proses adsorpsi memanfaatkan
fenomena ini untuk menghilangkan materi dari cairan. Banyak sekali adsorbent
yang digunakan di industri, namun karbon aktif merupakan bahan yang sering
digunakan karena harganya murah dan sifatnya nonpolar. Adsorbent polar akan
menarik air sehingga kerjanya kurang efektif. Pori-pori pada karbon dapat
mencapai ukuran 10 angstrom. Total luas permukaan umumnya antara 500 – 1500
m2/gr. Berat jenis kering lebih kurang 500 kg/m3.
Pada saat ini penggunaan gas stripping hanya terbatas pada pengolahan air
limbah. Zat-zat yang umum di stripping adalah amonia, hidrogen sulfida, sulfur
dioxide dan phenol. Pada proses stripping air dialirkan ke bawah melalui media
ring atau pada permukaan yang beralur. Sementara udara bersih atau gas lain
dialirkan berlawanan arah. Sistem ini disebut teknik packed column. Pada sistem
ini, aliran gas ke atas (disebut stripping gas) mengambil gas-gas terlarut yang
akan dihilangkan dalam cairan.
Pada saat cairan turun di dalam kolom, cairan mengeluarkan gas terlarut
sementara gas pada phasa gas masuk ke dalam air. Perpindahan gas terjadi karena
adanya ketetapan hukum mass transfer gas dan cairan. Efisiensi perpindahan
tergantung pada :
13
3) Kemurnian dari stripping gas, untuk mencegah pengotoran air yang
diolah
2.2.9 Flotasi
V = g/18h . ( rl - rg) . d2
h = viskositas absolut
14
Penerapan Flotasi
Padatan terlarut dapat dipisahkan dari air atau air limbah melalui
penggunaan membran semipermiable yang mempunyai diameter pori berukuran 3
angstrom. Apabila pemisahan terjadi dengan melewatkan air melalui membran
maka proses disebut osmosis atau hyperfiltration. Proses sebaliknya yaitu
melewatkan molekul atau ion terlarut melalui membran disebut proses dialysis.
Sebagai tenaga penggeraknya dapat berupa fisik (tekanan), kimia (konsentrasi),
panas (temperatur) atau listrik. Penerapan proses membran adalah desalinasi air
untuk penggunaan air domestik dan air industri, pengolahan limbah industri dan
pengambilan kembali (recovery) materi berharga dari aliran air buangan.
Reverse Osmosis
15
terus berlangsung hingga beda tekanan mengimbangi perbedaan chemical
potential.
Lumpur yang dihasilkan dari proses sedimentasi diolah lebih lanjut untuk
mengurangi sebanyak mungkin air yang masih terkandung didalamnya. Proses
pengolahan lumpur yang bertujuan mengurangi kadar air tersebut sering disebut
dengan pengeringan lumpur. Ada empat cara proses pengurangan kadar air, yaitu
secara alamiah, dengan tekanan (pengepresan), dengan gaya sentrifugal dan
dengan pemanasan.
16
murah, namun membutuhkan waktu yang lama, serta tidak sesuai untuk lumpur
yang mengandung zat-zat berbahaya yang mudah menguap. Secara periodik
kolam lumpur harus dikeruk untuk memindahkan lumpur kering. Bila lumpur
kering masih mengandung unsur yang berbahaya, maka masih harus ditangani
secara khusus, misalnya diolah lebih lanjut dengan pembakaran (incineration).
17
suatu pabrik yang mempunyai panas buang yang cukup tinggi, sehingga panas
buang tersebut dapat termanfaatkan dengan optimal.
Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun pada akhir dari unit sistim
pengolahan. Jika kekeruhan dari influent tinggi, sebaiknya dilakukan proses
sedimentasi awal (primary sedimentation) didahului dengan koagulasi dan
flokulasi, dengan demikian akan mengurangi beban pada treatment berikutnya.
Sedangkan secondary sedimentation yang terletak pada akhir treatment gunanya
untuk memisahkan dan mengumpulkan lumpur dari proses sebelumnya (activated
sludge, OD, dsb) dimana lumpur yang terkumpul tersebut dipompakan keunit
pengolahan lumpur tersendiri (Rahardjo, 2002).
18
proses koagulasi masih berukuran kecil. Gumpalan-gumpalan kecil ini akan terus
saling bergabung menjadi gumpalan yang lebih besar dalam proses flokulasi.
Dengan terbentuknya gumpalan-gumpalan besar, maka beratnya akan bertambah,
sehingga karena gaya beratnya gumpalan-gumpalan tersebut akan bergerak ke
bawah dan mengendap pada bagian dasar tangki sedimentasi (Rahardjo, 2002).
Bak sedimentasi dapat berbentuk segi empat atau lingkaran. Pada bak ini
aliran air limbah sangat tenang untuk memberi kesempatan padatan/suspensi
untuk mengendap. Kriteria-kriteria yang diperlukan untuk menentukan ukuran
bak sedimentasi adalah : surface loading (beban permukaan), kedalaman bak dan
waktu tinggal. Waktu tinggal mempunyai satuan jam, cara perhitungannya adalah
volume tangki dibagi dengan laju alir per hari. Beban permukaan sama dengan
laju alir (debit volume) rata-rata per hari dibagi luas permukaan bak, satuannya m3
per meter persegi per hari (Rahardjo, 2002).
Q
Vo=
A
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
19
1. Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Teknik-
teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara
umum dapat dibagi menjadi tiga metode pengolahan, yaitu pengolahan
secara fisika, pengolahan secara kimia, dan pengolahan secara biologi.
2. Proses pengolahan limbah cair secara fisika yaitu berupa;
screening, aerasi, mixing, flokulasi, sedimentasi, filtrasi(penyaringan),
adsorpsi, gas striping, flotasi, proses membran, dan
pengeringan/pengolahan lumpur
3.2 Saran
Hendaknya setiap industri di Indonesia telah melakukan proses pengolahan
limbah cair dengan baik sesuai standarisasi yang telah ditetapkan pada Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup (PERMENLH) Nomor 5 Tahun 2014
DAFTAR PUSTAKA
Rahardjo, P.N. 2002. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Secara Fisika. Pusat
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan Deputi Bidang
Teknologi Informasi, Energi, Material dan Lingkungan Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi. Jakarta.
Schutte, F. dan Focke, W. 2006. Handbook for the Operation of Water Treatment
Works. Water Research Commission. The Water Institute of Southern
Africa.
Suharto. 2010. Limbah Kimia Dalam Pencemaran Air dan Udara. Andi.
Yogyakarta
20
Tchobanoglous, G. 1991. Teknik Sumber Daya Air. Edisi ke Tiga. Erlangga.
Jakarta.
21