KELOMPOK 1/2F:
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat
dan karunianya kami dapat menyusun laporan hasil praktikum Bioteknologi
Lingkungan yang berjudul “Pengolahan Limbah Cair Tahu Secara Fitoremediasi
Menggunakan Eceng Gondok” dengan tepat waktu.
Laporan hasil praktikum dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah praktik
Bioteknologi Lingkungan Politeknik AKA Bogor. Laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat
diharapkan sehingga penyusunan laporan akan lebih baik dimasa yang akan datang.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
3
DAFTAR LAMPIRAN
4
BAB I
PENDAHULUAN
Terjadinya kontaminasi tanah dan air oleh logam – logam berat misalnya
sebagai akibat dariaktivitas manusia, pertanian dan industry. Diantara logam
berat tersebut, logam timbal (Pb) merupakan pencemar potensial yang mudah
terakumulasi dalam tanah dan sedimen. Peraturan pemerintah Nomor 18 Tahun
1999, menyatakan logam timbal (Pb) adalah salah satu logam berat yang
termasuk ke dalam kelompok bahan beracun dan berbahaya (B3). Keberadaann
logam timbal di perairan dpat bertambah bila terjadi introduksi dari berbgai
sumber yang mengandung logam tersebut. Logam timbal diperairan berada
dalam berbagai keadaan, baik berbetuk ion bebas maupun kompleks yang larut
tersorbsi (Bahri. 2010).
5
menyisihkan atau menetralkan kontaminan, seperti yang berada dalam tanah atau
air yang tercemar.
1.1 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah Cari Industri
Menurut Mahmud (1990) bahan baku tahu adalah kedelai yang
tersusun dari komponen–komponen yang berupa: protein berkisar 40-60%,
karbohidrat berkisar 25-50%, lemak berkisar 8-12%, dan sisanya berupa
kalsium, besi, fosfor, dan vitamin. Protein merupakan komponen yang
dominan di dalam tahu. Protein adalah senyawa organik yang mengandung
atom karbon, hidrogen, oksida, dan nitrogen. Suprapti (2005) menyebutkan
bahwa berdasarkan Standar Industri Indonesia (SII) No.0270-80
persyaratan standar kualitas tahu adalah mengandung protein minimal 9%,
abu maksimal 1%, serat kasar maksimal 0,1%, tidak mengandung logam
berbahaya, bau dan rasa khas tahu, tidak berjamur dan tidak mengandung
bakteri Coli.
Limbah cair tahu dalam kondisi baru tidak menimbulkan bau dan
baru berbau setelah 12 jam kemudian. Limbah cair tahu masih dapat
dimanfaatkan untuk beberapa keperluan misalnya: bahan penggumpal tahu
untuk periode berikutnya, bahan minuman ternak, bahan pupuk tanaman,
bahan campuran pakan lele, bahan pembuatan nata de soya, asam cuka, dan
lahan penanaman eceng gondok (Suprapti, 2005).
3
Limbah cair tahu mengandung senyawa organik yang tinggi dan
sedikit mengandung senyawa anorganik. Ketika limbah cair tahu dibuang
ke sungai, maka akan terjadi peruraian senyawa komplek menjadi senyawa
yang lebih sederhana. Proses peruraian bahan organik oleh mikroorganisme
aerob memerlukan oksigen dalam jumlah besar untuk memperoleh energi.
Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan konsentrasi oksigen terlarut di
dalam air. Penurunan yang melewati ambang batas akan mengakibatkan
kematian biota air lain akibat kekurangan oksigen. Ketika oksigen terlarut
tidak tersedia lagi, peruraian zat organik dilakukan oleh mikroorganisme
anaerob yang mengeluarkan gas asam sulfida (H2S) dan gas metana (CH4)
yang berbau seperti telur busuk. Tingginya konsentrasi zat organik dalam
limbah cair tahu termasuk kandungan amoniak akan menyebabkan terjadi
penurunan kandungan oksigen dalam air sehingga kebutuhan oksigen
biologi dan kebutuhan oksigen kimia dalam perairan tinggi (Khiatudin,
2003; Murdjito, 1995).
Ciri-ciri limbah cair tahu adalah sebagai berikut: limbah cair tahu
pada umumnya berada pada kondisi temperatur tinggi. Hal ini disebabkan
karena dalam proses pembuatan tahu selalu pada kondisi panas, baik pada
saat penggumpalan atau pada saat penyaringan yaitu pada suhu 60–80 C.
Pencucian dengan menggunakan air dingin selama proses berjalan tidak
mampu menurunkan suhu limbah cair tersebut. Limbah cair tahu berwarna
kuning muda dan disertai adanya suspensi berwarna putih (Purnama, 2007;
Yulianti, 2001).
Bau busuk pada air buangan industri tahu disebabkan adanya proses
pemecahan protein yang mengandung sulfur atau sulfat tinggi oleh mikroba
alam. Padatan yang terlarut dan tersuspensi dalam air limbah pabrik tahu
menyebabkan air keruh. Zat yang menyebabkan air keruh adalah zat organik
atau zat- zat tersuspensi dari tahu atau kedelai yang tercecer sehingga air
limbah berubah menjadi seperti emulsi keruh.
4
dibuktikan dengan matinya organisme air. Oleh karena itu, untuk mengatasi
berbagai persoalan tersebut sebelum limbah dibuang ke perairan perlu
dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan cara–cara yang efektif
sehingga dapat menurunkan daya cemar tersebut baik dengan cara fisika,
kimia, atau biologi (Setiadi dan Dewi, 2003).
5
pertumbuhan eceng gondok tergantung dari nutrisi yang tersedia dan
cahaya matahari untuk fotosintesis (Ripley, 2006). Tangkai daun
memanjang, berbentuk silindris, dengan diameter 1-2 cm. Tangkai ini
mengandung air yang dibalut serat yang kuat dan lentur. Akar tanaman ini
mampu menetralisir air yang tercemar limbah sehingga seringkali
dimanfaatkan untuk penanganan limbah industri.
6
Eceng gondok merupakan tumbuhan yang sangat toleran terhadap
kadar unsur hara yang rendah dalam air, tetapi respon terhadap kadar unsur
hara yang tinggi juga sangat besar. Pertumbuhan eceng gondok
dipengaruhi oleh pH. Pada pH sekitar 7,0-7,5, eceng gondok mempunyai
pertumbuhan yang lebih baik. Pada pH di bawah 4,2 dapat meracuni
pertumbuhan eceng gondok, sehingga eceng gondok mati.
7
terurai sebagai bahan yang tidak berbahaya lagi untuk selanjutnya
diuapkan ke atmosfer. Beberapa tumbuhan dapat menguapkan air 200-
1000 liter per hari untuk setiap batang.
8
BAB III
METODOLOGI
9
Sampel limbah cair yang digunakan dimasukan ke dalam 6
bak, bak satu digunakan untuk bak kontrol yang tidsk dimasukan
eceng gondok namun hanaya bersi limbah cair. Bak 2 sampai bak 6
dimasukan eceng gondok yang telah diaklimatisasi dengan limbah
cair. Eceng gondok yang dimasukan adalah kelipatan 2 pada
masing-masing bak. Pengamatan COD , TDS, TSS, TS, suhu, dan
ph pada hari ke nol, hari ke dua, hari ke tujuh. Hari ke sepuluh dan
hari hari ke 14.
Uji TS
Masukan oven suhu 105o selama 30 menit Lap bawah pinggan menggunakan
alcohol.
Uji TDS
Masukan oven suhu 105o selama 30 menit Lap bawah pinggan menggunakan
alcohol.
Uji COD
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
11
4.3 Data Pengamatan
volume blanko
hari ke-0 hari ke-2 hari ke-7 hari ke- 10 hari ke-13
v1 1,97 2,55 3 2,67 2,67
v2 1,90 2,43 3,1 2,75 2,69
hari ke-0 hari ke-2 hari ke-7 hari ke- 10 hari ke-13
Bobot
K2Cr207
(mg) 1 0,2452 0,2460 0,2471 0,2450 0,2452
Bobot
K2Cr207
mg)2 0,2455 0,2642 0,2451 0,2448 0,2449
Pembahasan
Mekanisme kerja fitoremediasi terdiri dari beberapa konsep dasar
yaitu: fitoekstraksi, fitovolatilisasi, fitodegradasi, fitostabilisasi, rhizofiltrasi dan
interaksi dengan mikroorganisme pendegradasi polutan (Kelly, 1997).
Fitoekstrasi atau proses absorbsi (penyerapan) kontaminan/polutan oleh
akar dan diikuti dengan translokasi melalui xylem dan diakumulasi di vakuola sel
batang dan daun (Chaudary, 1998),. Setelah polutan terakumulasi, tanaman bisa
dipanen dan tanaman tersebut tidak boleh dikonsumsi tetapi harus di musnahkan
dengan insinerator ke Bmudian dilandfiling.
12
Fitovolatilisasi merupakan proses penyerapan polutan oleh tanaman dan
polutan tersebut dirubah menjadi bersifat volatil dan kemudian ditranspirasikan
oleh tanaman. Polutan yang di lepaskan oleh tanaman keudara bisa sama seperti
bentuk senyawa awal polutan, bisa juga menjadi senyawa yang berbeda dari
senyawa awal.
Fitodegradasi adalah proses penyerapan polutan oleh tanaman dan
kemudian polutan tersebut mengalami metabolisme didalam tanaman. Metabolisme
polutan didalam tanaman melibatkan enzim antara lain nitrodictase, laccase,
dehalogenasedan nitrilase.
Fitostabilisasi merupakan proses yang dilakukan oleh tanaman untuk
mentransformasi polutan didalam tanah menjadi senyawa yang non toksik tanpa
menyerap terlebih dahulu polutan tersebut kedalam tubuh tanaman. Hasil
transformasi dari polutan tersebut tetap berada didalam tanah.
Rhizofiltrasi adalah proses penyerapan polutan oleh tanaman tetapi
biasanya konsep dasar ini berlaku apabila medium yang tercemarnya adalah badan
perairan Pertumbuhan eceng gondok sangat memerlukan cahaya matahari yang
cukup, dengan suhu optimum antara 25o C - 30o C. Pertumbuhannya akan terganggu
bila suhu di bawah 10o C atau di atas 40o C dan akan mati bila suhu perairan 45o C.
Total solid atau total padatan, (TS) adalah ukuran dari semua padatan baik
tersuspensi, koloid, dan terlarut dalam sampel air. Zat terlarut adalah campuran
padatan dengan cairan di level ion atau molekul. Zat terarut biasanya transparan,
yang berarti kita dapat melihat menembusnya. Contoh zat terlarut adalah gula dan
garam.
Secara umum, konsentrasi total padatan terlarut adalah jumlah ion kation
(bermuatan positif) dan anion (bermuatan negatif) dalam air. Padatan
terlarut biasanyamemberikan kontribusi yang signifikan terhadap jumlah total
padatan dalam air. Bahkan, massa padatan terlarut kadang-kadang lebih tinggi dari
massa partikel. padatan terlarut dalam sampel air tawar termasuk garam larut yang
menghasilkan ion seperti kalsium, klorida, bikarbonat, nitrat, fosfat, dan besi.
Total Solids (TS) dalam analisa laboratorium ditentukan dengan sampel
diletakkan ke piring keramik yang ditempatkan dalam oven pengeringan pada suhu
103 oC. Setelah sampelmengering, suhu ditingkatkan menjadi 180 oC untuk
menghilangkan air yang tersumbat, yaitu, molekul air yang terperangkap dalam
matriks mineral. Nilai TDS adalah berat cawan dan kertas saring setelah
dipanaskan dikurangi berat cawan dan kertas saring awal dikalikan seribu dibagi
besaran (ml) sampel.
13
mikron (rata-rata ukuran filter) dianggap sebagai padatan terlarut. Kebanyakan
TSS terdiri dari bahan anorganik, walaupun bakteri dan ganggang juga dapat
berkontribusi untuk konsentrasi total padatan.
Nilai total padatan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, dapat
mempengaruhi kesehatan sungai dan organisme yang hidup di sana. Tingginya
kadar total padatan akan mengurangi kejernihan air. Hal ini dapat mengurangi
jumlah sinar matahari yang mampu menembus air, sehingga mengurangi laju
fotosintesis. Karena kurang cahaya menembus air. Kurang oksigen dihasilkan oleh
tumbuhan dan alga, ada penurunan lebih lanjut dalam tingkat oksigen terlarut.
Ketika air keruh, sinar matahari yang hangat itu lebih efisien. Hal ini terjadi
karena partikel tersuspensi dalam air menyerap sinar matahari
yang dapat menghangatkan air di sekitarnya. Hal ini menyebabkan masalah lain
yang terkait dengan meningkatnya suhu di badan air dan kemudian mengurangi
tingkat oksigen terlarut (air hangat memiliki oksigen yang lebih sedikit dari air
dingin).
Untuk air limbah point source, pengolahan yang memadai diperlukan untuk
memastikan bahwa padatan tersuspensi tidak hadir pada tingkat di atas baku
mutu.Pengolahan biasanya seperti unit pengendapan sebelum air limbah
tersebut dibuang.
Untuk air limbah non point source, tindakan pengendalian harus
dilaksanakan untuk mengurangi beban padatan tersuspensi ke sungai, aliran dan
danau. praktek pertanian seperti meminimalkan erosi tanah dan membantu
melindungi kualitas air perlu diterapkan. Untuk situs konstruksi, kontrol seperti
pagar lumpur dan cekungan sedimentasi dirancang untuk mencegah erosi
tanah mengalir ke air permukaan. Di daerah perkotaan, kolam retensi air hujan atau
jadwal rutin menyapu jalan mungkin efektif dalam mengurangi jumlah padatan
tersuspensi pada limpasan air hujan
14
Selanjutnya kadar TDS dan TS pada air limbah cenderung semakin menurun
sampai pada hari ke-7 untuk semua kelompok, tingkat penyerapan tanaman
terhadap total padatan mengalami kenaikan yang ditunjukkan dengan kadar TDS
dan TS yang nilainya lebih kecil dibandingkan dengan hari ke 2.
Kemudian pada hari ke-10 kadar TDS dan TS pada air limbah semakin
menurun di semua kelompok kecuali pada bak perlakuan 3, dan bak perlakuan 5
yang malah menunjukkan kenaikan kadar TDS dan TS nya hal ini bisa terjadi
karena kemampuan penyerapan tanaman eceng gondok mulai berkurang dan hanya
mampu menyerap total padatan menjadi lebih sedikit. Hal ini menujukkan bahwa
semakin lama pertumbuhan eceng gondok dalam air maka semakin tinggi total
padatan yang diserap dan diakumulasi oleh eceng gondok
Terakhir pada hari ke-13 kadar TDS dan TS pada air limbah semakin
menurun di semua kelompok terkecuali pada bak perlakuan 2, bak perlakuan 3, bak
perlakuan 4 dan bak perlakuan 5 yang mengalami kenaikan kadar TDS hal terjadi
bisa dikarenakan kesalahan analis saat proses menyaring sampel, lalu pada kadar
TS terjadi kenaikan pada bak perlakuan 3. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman
eceng gondok melakukan penyerapan pada total padatan.
15
BAB V
PENUTUP
16
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
18
Perlakuan Hari ke-13
Hari ke-10
Eceng Hari ke-0 Hari ke-2 Hari ke-7
gondok
Keadaan Limbah tahu Lapisan putih Ada ulat& Serangga kecil
limbah Ada jentik
segar di permukaan jentik
Wujud Cair Cair Cair Cair Cair
Bak
kontrol (0) Warna Putih Hitam keruh
Putih keruh keruh Coklat keruh
kekuningan
Bau Bau khas limbah Bau khas Bau khas Bau khas Bau khas
tahu pembusukan pembusukan pembusukan pembusukan
Keaadaan Limbah tahu Ada lapisan Cacing & Cacing &
Ada jentik
limbah segar putih hewan kecil hewan kecil
Wujud Cair Cair Cair Cair Cair
2 Warna Coklat
Putih
Putih keruh Coklat keruh Coklat keruh kehitaman
kekuningan
keruh
Bau Bau khas limbah Bau khas Bau khas Bau khas Bau khas
tahu pembusukan pembusukan pembusukan pembusukan
Keaadaan Limbah tahu Ada lapisan Ada jentik Ada jentik
Ada jentik
limbah segar putih nyamuk nyamuk
Wujud Cair Cair Cair Cair Cair
4 Warna Putih Abu abu
Putih keruh Keruh Coklat keruh
kekuningan keruh
Bau Bau khas limbah Bau khas Bau khas Bau khas Bau khas
tahu pembusukan pembusukan pembusukan pembusukan
Keaadaan Limbah tahu Ada cacing& Ada jentik
Ada jentik Ada jentik
limbah segar hewan kecil
Wujud Cair Cair Cair Cair Cair
6 Warna Putih Coklat keruh
Putih keruh Coklat keruh Coklat keruh
kekuningan
Bau Bau khas limbah Bau busuk
Bau busuk Bau busuk Bau busuk
tahu
Keaadaan Limbah tahu Ada cacing& Ada jentik
Ada jentik Ada jentik
limbah segar hewan kecil
Wujud Cair Cair Cair Cair Cair
8 Warna Putih Coklat keruh
Putih keruh Coklat keruh Coklat keruh
kekuningan
Bau Bau khas limbah Bau busuk
Bau busuk Bau busuk Bau busuk
tahu
Keaadaan Ada jentik &
Limbah tahu Ada benih Ada jentik &
limbah Ada jentik kotoran
segar jentik hewan lain
hewan
Wujud Cair Cair Cair Cair Cair
10
Warna Putih Kuning sedikit Kuning sedikit Kuning jernih
Kuning keruh
kekuningan keruh jernih
Bau Bau khas limbah Bau sedikit Bau sedikit Bau sedikit Bau sedikit
tahu busuk busuk busuk busuk
19
LAMPIRAN 2
Hari ke-0
Tanpa
500 X 1000 X 1:5 Tanpa Pengenceran Pengenceran Pengenceran
Pengenceraan
Perlakuan
TDS TS TSS
Hari Eceng COD (mg/L) Suhu pH Tinggi Air
(mg/L) (mg/L) (mg/L)
Gondok
20
0 7,2340 14,6480 488 684 196 27,8 29 6 13
21
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Hari Ke-0
𝑚𝑔 𝐾2𝐶𝑟2𝑂7
𝑁 FAS =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 (𝑚𝐿) 𝑥 𝐵𝐸 𝐾2𝐶𝑟2𝑂7
245,2 𝑚𝑔
𝑁1 FAS = = 0,1989 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿
25,16 𝑚𝐿 × 49 𝑚𝑔/𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
245,5 𝑚𝑔
𝑁2 FAS = = 0,1994 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿
25,13 𝑚𝐿 × 49 𝑚𝑔/𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
N2 − N1
% 𝑅𝑃𝐷 = × 100 %
𝑁2 + 𝑁1
2
(0,1994 − 0,1989) 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿
= × 100% = 0,25%
0,1994 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿 + 0,1989𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿
2
mg
COD( )
L
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑚𝑔
(𝑣 blanko − v sampel ) (𝑚𝐿) × 𝑁 FAS ( ) × 𝐵𝐸 𝑂 ( ) × 1000
𝑚𝐿 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
=
volume sampel (mL)
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑚𝑔
mg (1,94 − 0,50) (𝑚𝐿) × 0,1992 ( ) × 8 (𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘) × 1000
𝑚𝐿
Kadar COD500X ( ) =
L 2 (mL)
𝑚𝑔
= 1147,392
𝐿
22
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑚𝑔
mg (1,94 − 1,70) (𝑚𝐿) × 0,1992 ( ) × 8 (𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘) × 1000
𝑚𝐿
Kadar COD500X ( ) =
L 2 (mL)
𝑚𝑔
= 191,232
𝐿
mg
Kadar COD1000X ( )
L
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑚𝑔
(1,94 − 2,10) (𝑚𝐿) × 0,1992 ( ) × 8 (𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘) × 1000
𝑚𝐿
=
2 (mL)
𝑚𝑔
= 127,488
𝐿
Pengenceran
mg (43,5869−43,5837) 𝑔 𝑥 1000 (𝑚𝑔/𝑔)
TS1( L )= = 1928 mg
L
0,025 𝐿
Tanpa pengenceran
mg (42,2296−42,0386) 𝑔 𝑥 1000 (𝑚𝑔/𝑔) mg
TS1( L )= = 7624 L
0,025 𝐿
8012𝑚𝑔/𝐿+7624𝑚𝑔/𝐿
̅̅̅̅̅̅
𝑇𝐷𝑆 tanpa pengenceran = = 7818 mg
L
2
23
Total Dissolve Solid (TDS)
Pengenceran
mg (39,7403−39,6997) 𝑔 𝑥 1000 (𝑚𝑔/𝑔) mg
TDS1 ( L )= = 1624 L
0,025 𝐿
𝑚𝑔
(40,4843−40,4429)𝑔 𝑥 1000 ( )
mg 𝑔 mg
TDS2 ( L )= = 1656 L
0,025 𝐿
Tanpa pengenceran
mg (40,2228−,1048) 𝑔 𝑥 1000 (𝑚𝑔/𝑔) mg
TDS1 ( L )= = 4720 L
0,025 𝐿
mg (43,5718−43,4573) 𝑔 𝑥 1000 (𝑚𝑔/𝑔) mg
TDS2 ( L )= = 4580 L
0,025 𝐿
Pengenceran
𝑚𝑔 𝑚𝑔 𝑚𝑔 𝑚𝑔
TSS( 𝐿 )= (TS – TDS) 𝐿 = (1924- 1640 ) 𝐿 = 284 𝐿
Tanpa pengenceran
𝑚𝑔 𝑚𝑔 𝑚𝑔 𝑚𝑔
TSS( 𝐿 )= (TS – TDS) 𝐿 = (7818- 4650 ) 𝐿 = 3168 𝐿
Hari ke-2
24
Standardisasi FAS 0,2N
𝑚𝑔 𝐾2𝐶𝑟2𝑂7
𝑁 FAS =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 (𝑚𝐿) 𝑥 𝐵𝐸 𝐾2𝐶𝑟2𝑂7
246 𝑚𝑔
𝑁1 FAS = = 0,2161𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿
23,23 𝑚𝐿 × 49 𝑚𝑔/𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
246,2 𝑚𝑔
𝑁2 FAS = = 0,2161 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿
23,25 𝑚𝐿 × 49 𝑚𝑔/𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
N2 − N1
% 𝑅𝑃𝐷 = × 100 %
𝑁2 + 𝑁1
2
(0,2161 − 0,2161) 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿
= × 100% = 0,00 %
0,2161 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿 + 0,2161𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿
2
mg
COD( )
L
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑚𝑔
(𝑣 blanko − v sampel ) (𝑚𝐿) × 𝑁 FAS (
𝑚𝐿 ) × 𝐵𝐸 𝑂 (𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘) × 1000
=
volume sampel (mL)
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑚𝑔
mg (2,49 − 2,40) (𝑚𝐿) × 0,2161 ( ) × 8( ) × 1000
𝑚𝐿 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
Kadar COD500X ( ) =
L 2 (mL)
𝑚𝑔
= 77,7960
𝐿
mg
Kadar COD1000X ( )
L
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑚𝑔
(2,49 − 2,33) (𝑚𝐿) × 0,2161 ( ) × 8 (𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘) × 1000
𝑚𝐿
=
2 (mL)
𝑚𝑔
= 138,3040
𝐿
25
Total Solid (TS)
Hari ke-7
𝑚𝑔 𝐾2𝐶𝑟2𝑂7
𝑁 FAS =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 (𝑚𝐿) 𝑥 𝐵𝐸 𝐾2𝐶𝑟2𝑂7
247,1 𝑚𝑔
𝑁1 FAS = = 0,2012𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿
25,07 𝑚𝐿 × 49 𝑚𝑔/𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
245,1 𝑚𝑔
𝑁2 FAS = = 0,1990 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿
25,13 𝑚𝐿 × 49 𝑚𝑔/𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
N2 − N1
% 𝑅𝑃𝐷 = × 100 %
𝑁2 + 𝑁1
2
(0,2012 − 0,1990) 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿
= × 100% = 1,10%
0,2012 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿 + 0,1990𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿
2
26
mg
COD( )
L
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑚𝑔
(𝑣 blanko − v sampel ) (𝑚𝐿) × 𝑁 FAS ( ) × 𝐵𝐸 𝑂 ( ) × 1000
𝑚𝐿 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
=
volume sampel (mL)
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑚𝑔
mg (3,05 − 1,37) (𝑚𝐿) × 0,2001 ( ) × 8( ) × 1000
𝑚𝐿 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
Kadar COD500X ( ) =
L 2 (mL)
𝑚𝑔
= 1344,672
𝐿
mg
Kadar COD1000X ( )
L
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑚𝑔
(3,05 − 2,53) (𝑚𝐿) × 0,2001 ( ) × 8 (𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘) × 1000
𝑚𝐿
=
2 (mL)
𝑚𝑔
= 416,2080
𝐿
Hari ke-10
𝑚𝑔 𝐾2𝐶𝑟2𝑂7
𝑁 FAS =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 (𝑚𝐿) 𝑥 𝐵𝐸 𝐾2𝐶𝑟2𝑂7
245 𝑚𝑔
𝑁1 FAS = = 0,1829𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿
27,33 𝑚𝐿 × 49 𝑚𝑔/𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
27
244,8𝑚𝑔
𝑁2 FAS = = 0,1832 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿
27,27 𝑚𝐿 × 49 𝑚𝑔/𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
N2 − N1
% 𝑅𝑃𝐷 = × 100 %
𝑁2 + 𝑁1
2
(0,1832 − 0,1829) 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿
= × 100% = 0,16 %
0,1832 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿 + 0,1829𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿
2
mg
COD( )
L
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑚𝑔
(𝑣 blanko − v sampel ) (𝑚𝐿) × 𝑁 FAS (
𝑚𝐿 ) × 𝐵𝐸 𝑂 (𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘) × 1000
=
volume sampel (mL)
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑚𝑔
mg (2,71 − 2,70) (𝑚𝐿) × 0,1831 ( ) × 8 (𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘) × 1000
𝑚𝐿
Kadar COD500X ( ) =
L 2 (mL)
𝑚𝑔
= 7.3240
𝐿
mg
Kadar COD1000X ( )
L
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑚𝑔
(2,71 − 2,71) (𝑚𝐿) × 0,1831 ( ) × 8 (𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘) × 1000
𝑚𝐿
=
2 (mL)
𝑚𝑔
= 14.6480
𝐿
28
Total suspensi Solid (TSS)
𝑚𝑔 𝑚𝑔 𝑚𝑔 𝑚𝑔
TSS( )= (TS – TDS) = (684- 488 ) = 196
𝐿 𝐿 𝐿 𝐿
Hari ke-13
𝑚𝑔 𝐾2𝐶𝑟2𝑂7
𝑁 FAS =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 (𝑚𝐿) 𝑥 𝐵𝐸 𝐾2𝐶𝑟2𝑂7
245,2 𝑚𝑔
𝑁1 FAS = = 0,1810𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿
27,65 𝑚𝐿 × 49 𝑚𝑔/𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
244,9 𝑚𝑔
𝑁2 FAS = = 0,1821 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿
27,45 𝑚𝐿 × 49 𝑚𝑔/𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘
N2 − N1
% 𝑅𝑃𝐷 = × 100 %
𝑁2 + 𝑁1
2
(0,1821 − 0,1810) 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿
= × 100% = 0,61 %
0,1821 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿 + 0,1810𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘/𝑚𝐿
2
mg
COD( )
L
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑚𝑔
(𝑣 blanko − v sampel ) (𝑚𝐿) × 𝑁 FAS (
𝑚𝐿 ) × 𝐵𝐸 𝑂 (𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘) × 1000
=
volume sampel (mL)
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑚𝑔
mg |2,65 − 2,73| (𝑚𝐿) × 0,1816 ( ) × 8 (𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘) × 1000
𝑚𝐿
Kadar COD500X ( ) =
L 2 (mL)
𝑚𝑔
= 36,32
𝐿
29
mg
Kadar COD1000X ( )
L
𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑚𝑔
|2,65 − 2,73| (𝑚𝐿) × 0,1816 ( ) × 8 (𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘) × 1000
𝑚𝐿
=
2 (mL)
𝑚𝑔
= 36,32
𝐿
30
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Pengukuran suhu
Pengukuran pH
31
Hari ke-0 hari ke-2 hari ke-7
Pengukuran COD
32
Bak kontrol hari ke-7 bak kontrol hari ke-10 bak kontrol hari ke-13
33