Kelompok 3 (2D4)
Jl. Hang Jebat III Blok F3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Kimia”. Sebagai tugas dan bahan diskusi, yang
diberikan oleh dosen Mata Kuliah Pengelolaan Limbah Cair – B. kami menyadari bahwa
makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.
Oleh Karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata penulis haturkan permohonan maaf atas segalah kekurangan, bila penyusunan
Makalah ini dianggap kurang berkenan, terutama oleh pihak dianggap dirugikan dan lain-lain.
Oleh karena itu keritikan yang bersikap konstruktis senantiasa kami harapkan, baik dari
pembimbing maupun yang membaca Makalah ini agar kami dapat memperbaiki diri.
Oleh sebab itu akibat segalah kekurangan isi Makalah kami, kami ucapkan banyak
terimakasih jika ada segalah kritik dan saran dari berbagai pihak pembaca. Semoga Tuhan yang
Maha Esa senantiasa membalas kebaikan yang telah diperbuat dan memaafkan setiap kekeliruan
yang telah kami lakukan.
Kami menyadari bahwah Makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh sebab itu kami akan
sangat berterima kasih sekiranya mendapatkan masukan untuk menyempurnakan.
Kelompok 3
1
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
1.3 Tujuan..........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
2.1 Disinfeksi.....................................................................................................................5
2.2 Presipitasi....................................................................................................................6
2.3 Koagulasi.....................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan................................................................................................................16
DAFTAR ISI............................................................................................................................17
2
BAB I
PENDAHULUAN
Penentuan suatu sistem pengolahan limbah yang tepat terhadap air limbah terkait erat
dengan informasi komposisi dan karakteristik dari air limbah terlebih dahulu. Karena itu,
macam-macam industri dan karakteristik limbah menjadi penting untuk dipaparkan dalam
kaitan dengan teknologi pengolahan air limbah dari industri, prinsip dasar pemilihan
teknologi yang tepat, dan contoh sistem pengolahan limbah pada beberapa jenis industri.
3
air,penghilangan besi dan penghilangan ion terlarut seperti PO 43- dan logam berat.
Koagulasi diterapkan untuk destabilisasi partikel koloid yang umumnya juga terdapat
pada air limbah. Oksidasi kimia seperti khlorinasi dan ozonisasi diterapkan untuk
menghilangkan atau memcah ion-ion seperti Fe2+,Mn+2 dan CN-
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami mengenai disinfesi.
2. Mengetahui dan memahami mengenai presipitasi.
3. Mengetahui dan memahami mengenai koagulasi.
4. Mengetahui dan memahami mengenai oksidasi kimia.
5. Mengetahui dan memahami mengenai penukaran ion.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Disinfeksi
Penggunaan mekanik;
Metode yang paling banyak digunakan adalah metode penambahan bahan kimia.
Penggunaan zat khlor (khlorinasi) merupakan cara yang paling banyak digunakan, namun
kekurangan dari sistem ini adalah dapat menghasilkan senyawa carcinogen seperti
trihalomethane dan chloroform. Sistem lain yang sering pula digunakan adalah penggunaan
ozone, namun kekurangan sistem ini ialah tidak meninggalkan sisa konsentrasi untuk
mencegah organisme tumbuh kembali. Kedua proses masing-masing mempunyai
kekurangan, sehingga dalam penerapannya sangat tergantung padakondisi.
Bahan kimia yang digunakan dalam proses desinfeksi adalah
senyawa kelompok halogen. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas
proses desinfeksi adalah :
1) jenis desinfektan
2) jenis mikroorganisme
3) konsentrasi dan lama waktu
4) pH dan temperatur.
Berdasarkan kajian tersebut maka dalam penelitian ini digunakan bahan Kaporit. Hal
ini didasarkan karena sifatnya yang sangat baik dalam meginaktivasi mikroorganisme dalam
5
air.Kelarutan gas klor ke dalam air adalah 7300 mg/L pada suhu 68oF dan tekana 1 atm. Di
bawah suhu 49,2oF , klor bebas bereaksi dengan membentuk es klorin, yang dapat merusak
peralatan. Oleh karena itu suhu penguapan dan pencampurannya dengan air harus di atas
suhu tersebut.
2.2 Prespitasi
Presipitasi adalah pengurangan bahan-bahan terlarut dengan cara penambahan bahan -
bahan kimia terlarut yang menyebabkan terbentuknya padatan – padatan. Atau juga bisa di
katakana Presipitasi adalah pengolahan bahan- bahan terlarut dengan cara penambahan
bahan-bahan kimia yang menyebabkan terbentuknya gumpalan (flok).
Adanya complexing agent, misalnya NTA (Nitrilo Triacetic Acid) atau EDTA
(Ethylene Diamine Tetraacetic Acid), menyebabkan presipitasi tidak dapat terjadi. Oleh
karena itu, kedua senyawa tersebut harus dihancurkan sebelum proses presipitasi akhir dari
seluruh aliran, dengan penambahan garam besi dan polimer khusus atau gugus sulfida yang
memiliki karakteristik pengendapan yang baik
6
Adapun pengertian lainya prespitasi adalah pemisahan zat anorganik terlarut tertentu
dapat dilakukan dengan penambahan suatu reagen yang sesuai untuk merubah anorganik
terlarut menjadi presipitat/endapan, sehingga dapat dipisahkan dengan cara pengendapan /
sedimentasi. Tingkat pemisahan yang dapat dicapai tergantung pada nilai kelarutan senyawa
yang dihasilkan dan hal ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pH dan
temperatur.
7
a). Penghilangan kesadahan
Kesadahan adalah istilah yang digunakan pada air yang mengandung kation
penyebab kesadahan. Pada umumnya kesadahan disebabkan oleh adanya logam-
logam atau kation-kation yang bervalensi 2, seperti Fe, Sr, Mn, Ca dan Mg, tetapi
penyebab utama dari kesadahan adalah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).
8
pelunakan. Pemilihan ion pengendap tergantung pada pH air limbah.
Untuk pengendapan zat fluor ditambahkan CaCl2, reaksi kimianya adalah sebagai
berikut :
2 F- + Ca2+ ⇄ CaF2 ↓
2.3 Koagulasi
Koagulasi adalah metode untuk menghilangkan bahan-bahan limbah dalam bentuk
koloid, dengan menambahkan koagulan. Dengan koagulasi, partikel-partikel koloid akan
saling menarik dan menggumpal membentuk flok (Suryadiputra, 1995).
Koagulasi adalah proses destabilisasi partikel koloid dengan cara penambahan
senyawa kimia yang disebut koagulan. Koloid mempunyai ukuran tertentu sehingga gaya
tarik menarik antara partikel lebih kecil dari pada gaya tolak menolak akibat muatan listrik.
Pada kondisi stabil ini penggumpalan partikel tidak terjadi dan gerakan Brown menyebabkan
9
partikel tetap berada sebagai suspensi. Melalui proses koagulasi terjadi destabilisasi, sehingga
partikel-partikel koloid bersatu dan menjadi besar. Dengan demikian partikel-partikel koloid
yang pada awalnya sukar dipisahkan dari air, setelah proses koagulasi akan menjadi
kumpulan partikel yang lebih besar sehingga mudah dipisahkan dengan cara sedimentasi,
filtrasi atau proses pemisahan lainnya yang lebih mudah
Koagulasi adalah proses destabilisasi koloid dengan penambahan senyawa kimia yang
disebut zat koagulan. Flokulasi adalah proses penggumpalan (agglomeration) dari koloid
yang tidak stabil menjadi gumpalan partikel halus (mikro-flok), dan selanjutnya menjadi
gumpalan patikel yang lebih besar dan dapat diendapkan dengan cepat. Senyawa kimia lain
yang diberikan agar pembentukan flok menjadi lebih cepat atau lebih stabil dinamakan
flokulan atau zat pembantu flokulasi (flocculant aid).
Di dalam sistem pengolahan air limbah dengan penambahan bahan kimia proses
koagulasi sangat diperlukan untuk proses awal. Partikel-partikel yang sangat halus maupun
partikel koloid yang terdapat dalam air limbah sulit sekali mengendap. Oleh karena itu perlu
proses koagulasi yaitu penambahan bahan kimia agar partikelpartikel yang sukar mengendap
tadi menggumpal menjadi besar dan berat sehingga kecepatan pengendapannya lebih besar.
Bahan Koagulan
Bahan kimia yang sering digunakan untuk proses koagulasi umumnya dikalsifikasikan
menjadi tiga golongan, yakni Zat Koagulan, Zat Alkali dan Zat Pembantu Koagulan. Zat
koagulan digunakan untuk menggumpalkan partikel-partikel padat tersuspensi, zat warna,
koloid dan lain-lain agar membentuk gumpalan partikel yang besar (flok). Sedangkan zat
alkali dan zat pembantu koagulan berfungsi untuk mengatur pH agar kondisi air baku dapat
menunjang proses flokulasi, serta membantu agar pembentukan flok dapat berjalan dengan
lebih cepat dan baik.
10
Ada 3 langkah dalam proses koagulasi dan flokulasi yaitu :
a) Penambahan koagulan kedalam limbah sambil dilakukan pengadukan yang cepat agar
koagulan segera tersebar merata.
b) Terjadinya proses koagulasi karena reaksi kimia maupun fisik yang kompleks
terbentuklah endapan pad at yang halus.
c) Pembentukan tlokulasi melalui pengadukan periahan-lahan, tlokulasi terjadi karena
partikel-partikel yang halus berhubungan dan kontak satu sarna lainnya membentuk
gumpalan yang lebih besar. Gumpalan yang tidak larut tersebut kemudian mengenap
dengan membawa serta material koloidal yang terdapat dalam larutan dengan cara
pengikatan secara mekanis, adsorpsi dari koloid dengan gumpalan, dan netralisasi
muatan listrik
Bak Koagulasi
Pada bak ini air yang mengandung bahan pencemar akan dilakukan pengadukan cepat
dan pengadukan lambat, agar terbentuk flok-flok untuk memudahkan dalam pengolahan
selanjutnya. Untuk dapat membentuk flok – flok tersebut, pada bak ini ditambahkan koagulan
untuk mengikat partikel-partikel kecil yang mungkin terbawa oleh air. Selain itu juga pada
bak ini ditambahkan larutan kapur untuk menaikkan pH air. Molekul bahan – bahan koagulan
berkumpul membentuk gumpalan-gumpalan besar menyerupai bintang dan bersifat
seperti sponge. Selama proses flokulasi, partikel – partikel koloid dalam air akan menempel
pada sponge tersebut sehingga membentuk gumpalan (Metcalf and Eddy, 1997).
Bahan koagulan yang sering digunakan dalam pengolahan air adalah :
1. Tawas atau Amonium Sulfat (Al2(SO4)3)
Dalam keadaan alkali yang cukup, tawas akan bereaksi dan menghasilkan flok hiroksid.
Al2 (SO4) 3 14.3H2O + Ca(HCO3) 2 → 2Al(OH) 3 + CaSO4 + 14H2O + 6CO2
Agar suasana alkali tetap terjaga perlu ditambahkan larutan kapur agar terjadi reaksi berikut :
Al2 (SO4) 3 14(3H20) + 3Ca(OH3) 2 → 2Al(OH) 3 + 3CaSO4 + 14H2O
Berapa sifat tawas sebagai koagulan antara lain :
1. Penambahan tawas dalam cairan menyebabkan penurunan nilai pH
2. Kisaran pH koagulan ini bekerja dengan baik adalah 4,5 – 8
11
1. Ferro Sulfat (FeSO4 7H2O)
Seperti amonium sulfat, ferro sulfat bereaksi dengan limbah basa membentuk flok, hal
tersebut karena ferro sulfat bersifat asam. Untuk itu juga diperlukan penambahan larutan
kapur agar suasana alkali tetap terjaga, sehingga terjadi reaksi berikut :
FeSO4 7H2O + 2Ca(OH) 2 → 2Fe(OH) 3 + 2CaSO4 + 13H2O
Beberapa sifat ferro sulfat sebagai koagulan antara lain :
1. Penambahan ferro sulfat dalam cairan menyebabkan penurunan nilai pH
2. Kisaran pH koagulan ini bekerja dengan baik adalah 4 – 12.
(Tjokrokusumo, 1995).
Jumlah bahan koagulan yag dibutuhkan dipengaruhi oleh jenis bahan koagulan, karakteristik
limbah, serta kecepatan dan lama pengadukan. Dalam praktek, dosis bahan-bahan koagulan
ditentukan ditentukan dengan percobaan jar test (Tjokrokusumo,1995).
Selain proses koagulasi dan flokulasi, pada bak koagulasi dan flokulasi ini juga dilakukan
proses prepitasi kimia untuk mengendapkan logam-logam berat yang terkandung dalam
limbah cair. Pengendapan logam berat ini dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air
kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut akan lebih
stabil jika pH air > 10,5. (Tjokrokusumo, 1995).
Pada pengolahan air limbah industri, sering dijumpai kandungan sianida yang biasanya
terdapat pada buangan industri ekstraksi emas dan perak atau pada industri pelapisan
logam. Ion sianida (CN-) bersifat racun, oleh karena itu harus dihilangkan terlebih dahulu
sebelum buangan dialirkan ke perairan terbuka atau badan air.
Metode yang umum dipakai adalah oksidasi dengan Cl2 atau NaOCl. Apabila digunakan
Cl2, perlu ditambahkan NaOH, reaksinya adalah sebagai berikut :
12
CN- + 2 NaOH + Cl2 CNO- + 2 NaCl + H2
Reaksi diatas berlangsung pada keadaan pH alkali yaitu antara 8,5 dan 11. Apabila pH
lebih kecil dari 7, cyanate terhidrolisa sebagai berikut :
Penambahan Cl2 pada pH sedikit basa terjadi oksidasi CNO- menjadi N2 dan CO2,
reaksinya sebagai berikut :
1. Mekanisme pertukaran ion : ion logam berat yang terkandung dalam air limbah
ditukar dengan ion yang terdapat dalam resin (proses pengolahan air limbah), disini ion-
ion dalam air limbah terikat pada resin, jumlah ion logam berat yang terikat tergantung
pada kapasitas (daya tukar) resin.
2. Mekanisme Regenerasi Resin: ion-ion yang terikat dalam resin dikeluarkan dari
resin dengan menggunakan bahan kimia, pemilihan bahan kimia tergantung pada jenis
resinnya. Umumnya untuk resin kation (H+) diregenerasi dengan asam (asam sulfat, asam
chloride) sedangkan resin kation (Na+) diregenerasi dengan natrium hidroksida (NaOH).
Sedangkan untuk resin anion (OH-) diregenerasi dengan hidroksida (OH), bahan kimia
yang mengandung hidroksida seperti NaOH, KOH dapat dipergunakan, yang umum
dipergunakan adalah Natrium Hidroksida (NaOH).
13
Hasil proses regenerasi akan menghasilkan endapan hidroksida-hidroksida logam
dalam jumlah yang kecil. Jika proses yang diaplikasikan untuk recovery ion logam berat,
maka hasil regenerasi dapat direaksikan dengan bahan kimia sehingga dapat dihasilkan
bahan kimia baru yang dapat dimanfaatkan.
Pada proses pengolahan air limbah industri elektroplating atau air limbah yang
mengandung ion logam berat dengan Proses Pertukaran Ion, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu
a. Kapsitas Resin, yaitu kemampuan resin untuk mempertukarkan ion, setiap jenis atau
merk dagang resin mempunyai kapasitas resin yang berbeda-beda. Data kapasitas resin
dibutuhkan untuk menentukan : Berapa jumlah resin yang dibutuhkan per satuan volume
air limbah yang diolah dan menentukan kapan resin tersebut dilakukan proses regenerasi.
b. Selektivitas ion, didalam air limbah terdapat berbagai jenis ion logam berat yang
mempunyai valensi dan berat atom yang berbeda-beda, perbedaan valensi dan berat atom
akan mempengaruhi mekanisme pertukaran ion.
*. Ion logam berat yang mempunyai valensi tertinggi akan mengalami pertukaran
lebih dahulu (masuk kedalam resin pertama kali) diikuti oleh ion dengan valensi
dibawahnya (berurutan sesuai valensinya)
*. Jika valensi ion sama, maka Ion yang mempunyai berat Atom terbesar akan
mengalami pertukaran lebih dahulu (masuk kedalam resin pertama kali) diikuti oleh ion
logam berat dengan berat atom dibawahnya banding dengan valensi lainnya.
14
A . Analisis kualitas air limbah, untuk menentukan jenis dan muatan logam beratnya,
apakah bermuatan negatif atau positif, ini sangat penting karena mempengaruhi
penyediaan jenis risin (media penukar ion) nya. Jika dalam air limbah hanya ada ion
logam berat bermuatan positif, maka media penukar ion yang dipergunakan hanya kation
exchange saja, jika dalam air limbah mengandung ion positif dan negatif makan dalam
pengolahannya harus menydiakan media resin kation dan anion exchange. Kedua media
penukar ion tersebut dapat dicampur dalam satu kolom (tangki) atau dipisah (kation
dalam satu kolom, dan anion dalam satu kolom)
3 Pengendalian pH, pada umumnya air limbah elektroplating bersifat asam atau dengan
pH 2-3, proses netralisasi air limbah dapat dilakukan pada awal proses atau pada akhir
proses, sebaiknya dilakukan pada awal proses hal ini dapat mengurangi beban kerja
media penukar ion karena pada saat proses netralisasi terdapat logam berat yang berubah
menjadi endapan, endapan yang terbentuk dipisahkan dengan proses filtrasi. Filtrat yang
keluar diproses dengan media penukar ion.
C. Air limbah yang telah mengalami proses netralisasi dipompa menuju kolom kation
exchange, dalam kolom ini ion-ion yang bermuatan positif akan terikat dalam kation
exchange, air limbah yang keluar dari kation exchange dialirkan ke kolom anion
exchange, pada kolom ini ion logam berat yang bermuatan negatif akan terikat. Air hasil
pengolahan dilakukan analisis
D. Pada waktu tertentu (hari atau bulan tertentu) media penukar ion tersebut
mengalami kejenuhan. pada kondisi jenuh terlihat bahwa konsentrasi ion masuk sama
dengan konsentrasi ion keluar atau lebih kecil sedikit dibanding konsentrasi ion keluar.
E. Jika resin (media penukar ion) telah mengalami kejenuhan maka resin tersebut perlu
diregenerasi. Bahan kimia yang dipergunakan untuk regenerasi resin bermuatan positif
bisa mempergunakan asam (H+) atau (Na+), sedangkan untuk resin bermuatan negatif
diregenerasi dengan bahan kimia bermuatan (OH-) seperti NaOH, KOH.
15
F. Setelah proses regenerasi, kedua jenis resin tersebut dapat dipergunakan kembali
untuk pengolahan air limbah.
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
• Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau mengurangi
mikroorganisme patogen yang ada dalam limbah cair. Desinfeksi dapat dilakukan antara
lain dengan berbagai metode seperti klorin, ultraviolet dan ozon. Berdasarkan perhitungan
ekonomis, efisiensi dan kemudahan penggunaannya maka penggunaan klorin merupakan
metode yang paling umum digunakan.
• Proses koagulasi dan flokulasi adalah konversi dari polutan-polutan yang tersuspensi
koloid yang sangat halus didalam air limbah, menjadi gumpalan-gumpalan yang dapat
diendapkan, disaring, atau diapungkan.
16
• Prinsip dari penggunaan metode lumpur aktif ini adalah terjadinya proses oksidasi
pada bahan atau zat-zat organik maupun anorganik agar dapat diolah dengan mudah di
tahap selanjutnya. Lumpur aktif dijadikan sebagai katalis yang membutuhkan oksigen
untuk proses oksidasi. Secara singkatnya, dari proses oksidasi ini akan terjadi degradasi
bahan ketika mikroba dan jamur tumbuh dan terdispersi.
• Proses Pertukaran Ion (Ion exchange) : Proses ini dilakukan dengan mempergunakan
media penukar ion (resin), jenis resin yang dipergunakan tergantung pada muatan ion
logam berat yang terkandung dalam air limbah.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Proses Desinfektan Pada Pengelolaan Limbah Cair Domestik Menjadi Air Bersih
Sebagi Air Baku Mutu Air Minum oleh Rehnny Ratnawati dan Sugito, 2013
E book Teknik Pengelolaan Limbah Cair Dengan Proses Kimia Oleh Ir. P. Nugro
Raharjo,M.Sc
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses
Kimia.
(http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/012kimia.pdf) di
akses 3 Apr. 21.
http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuDaurUlangIndustriKulit/Bab7-
ProsesPengolahanAirLimbahPadaIPALIndustriPenyamakanKulitBTIK-LIKMagetan.pdf
http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/012kimia.pdf
http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/1707.pdf
https://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/IJF/article/view/104
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/25465/150407060.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
17