Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

“Prinsip Dasar Pengelolaan Limbah Cair“


Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pengamanan Limbah Cair”
Dosen Pengampu:
Zulfia Maharani, ST, Msi
Syariffudin, SKM, M.Kes
Desembra Lisa, S.Pd.,M.Pd

Disusun oleh :
Kelompok 3 2STR-A

1. Aina Ratri Linuwih P21335122006


2. Alfina Nurul Zain P21335122009
3. Dwi lauhiz Naufal P21335122022
3. Farhan Dwi Anggono P21335122029

4. Huriyah Putri Azzahra P21335122034


5. Inayah Lathifah Syachra P21335122035

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
Jl. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pengamanan Limbah Cair dengan materi
“Prinsip Dasar Pengelolaan Limbah Cair”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Jakarta, Maret 2024

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1

1.3 Tujuan ................................................................................................................................. 1

BAB II ....................................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2

2.1 Prinsip Fisika Pengolahan Limbah Cair ......................................................................... 2

2.2 Prinsip Biologi Pengolahan Limbah Cair ........................................................................ 3

2.3 Prinsip Kimia Pengolahan Limbah Cair ......................................................................... 4

2.4 Sistem Perpipaan Air Limbah (Gravitasi & Pompa pompa) ...................................... 11

BAB III.................................................................................................................................... 12

PENUTUP............................................................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah cair merupakan cairan yang dihasilkan dari proses produksi. Limbah cair ini
umumnya akan dikumpulkan terlebih dahulu kemudian akan mengalami proses pengolahan
ataupun kadangkala langsung di buang ke perairan atau lingkungan. Pembuangan limbah
cair langsung ke lingkungan akan sangat membahayakan karena kemungkinan adanya
bahan-bahan berbahaya dan beracun ataupun kandungan limbah yang ada tidak mampu
dicerna oleh mikroorganisme yang ada dilingkungan.

Dalam upaya mengurangi bahaya limbah cair pada lingkungan saat dibuang maka
pengetahuan tentang karakerist ik limbah sangat penting. Karakteristik limbah umumnya
dikelompokkan dalam karakteristik fisik, kimia, dan biologis. Karakteristik fisik mencakup
suhu, warna, bau, dan kekeruhan. Karakteristik kimia mencakup BOD, COD, kesadahan,
PH, dan sebagainya sedangkan karakteristik biologis adalah ragam organisme yang ada
pada limbah tersebut.Tujuan dari pengolahan limbah cair industri adalah memisahkan atau
menghilangkan bahkan ataupun padatan baik yang terlarut ataupun mengapung di dalam
air yang dapat mengakibatkan kerusakan pada peralatan yang digunakan ataupun
menggangu proses penanganan limbah cair pada tahapan selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Prinsip Fisika Pengolahan Limbah Cair ?
2. Apa Prinsip Biologi Pengolahan Limbah Cair?
3. Apa Prinsip Kimia Pengolahan Limbah Cair ?
4. Sistem Perpipaan Air Limbah (Gravitasi & Pompa pompa) ?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Prinsip Fisika Pengolahan Limbah Cair
2. Untuk Mengetahui Prinsip Biologi Pengolahan Limbah Cair
3. Untuk Mengetahui Prinsip Kimia Pengolahan Limbah Cair
4. Untuk Sistem Perpipaan Air Limbah (Gravitasi & Pompa pompa)

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Fisika Pengolahan Limbah Cair


Prinsip pengolahan limbah cair secara fisika adalah menghilangkan padatan yang
tersuspensi pada air. Proses pengolahan limbah cair secara fisika dapat dilakukan melalui
metode seperti sedimentasi, pemisahan partikel padat atau cair yang massa jenisnya lebih
ringan dari airnya, dan pengapungan. Sedimentasi adalah cara memisahkan padatan partikel
yang tersuspensi di air, yang biasanya berupa lumpur yang nantinya akan dipisahkan menuju
ke saluran air. Pemisahan dilakukan dengan memasukkan gelembung-gelembung gas ke dalam
limbah cair, yang akan melekat pada partikel dan mendorong partikel tersebut ke permukaan.
Proses pengolahan limbah cair bisa dilanjutkan dengan pengolahan secara kimiawi dan
biologis, jika dibutuhkan.

Prinsip fisika yang digunakan dalam pengolahan limbah cair secara fisika meliputi :

1. Pengendapan : Proses awal pengolahan limbah cair secara fisik adalah pengendapan.
Pada proses ini, limbah cair didiamkan dalam wadah tertentu hingga terjadi
pengelompokan partikel berat dan ringan. Partikel-partikel berat akan mengendap ke
dasar wadah, sedangkan partikel-partikel ringan akan mengapung di atasnya.
2. Filtrasi : Setelah proses pengendapan selesai, limbah cair yang telah terpisah dari
partikel berat dan ringan akan difiltrasi menggunakan filter yang bisa berupa kawat
penyaring atau kain saringan untuk menangkap partikel-partikel yang masih tersisa
dalam limbah cair.
3. Flotasi : Pada proses flotasi, zat-zat terlarut dalam limbah cair akan ditambahkan bahan
kimia tertentu yang bisa membuat zat-zat tersebut mengapung di atas permukaan
limbah cair. Kemudian, zat-zat tersebut akan dipisahkan menggunakan alat skimming.
4. Destilasi : Destilasi dilakukan untuk memisahkan zat-zat di dalam limbah cair yang
bersifat mudah menguap dari limbah cair. Proses ini dilakukan dengan cara
memanaskan limbah cair hingga suhu tertentu untuk menguapkan zat-zat yang ada di
dalamnya. Kemudian uap yang dihasilkan akan condensed dan menjadi cairan zat asli.

Dalam pengolahan limbah cair secara fisika, prinsip-prinsip fisika ini digunakan untuk
memisahkan padatan tersuspensi atau padatan yang besar dari air limbah, sebelum dilanjutkan
ke tahap pengolahan kimiawi dan biologi.

2
2.2 Prinsip Biologi Pengolahan Limbah Cair
Prinsip dasar penanganan limbah cair secara biologis adalah pemurnian alami yang
terjadi misal penjernihan air permukaan oleh aktivitas mikroorganisme. Dengan pertambahan
penduduk dan pertambahan aktivitas manusia maka kuantitas limbah menjadi besar sehingga
kapasitas pemurnian alami mampu lagi menampung.

Dengan diketahuinya konsep dasar pemurnian alami tersebut dan sejalan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dibidang mikrobiologi dan rekayasa maka saat ini telah
dikembangkan beberapa alternatif sistem. Penanganan limbah/pemurnian air limbah secara
biologis yang dapat diatasi secara efisien. Proses pengolahan limbah cair secara biologi
merupakan proses menghancurkan dan menghilangkan zat kontaminan menggunakan bantuan
mikroorganisme. Yang menjadi tujuan utama dari proses pengolahan secara biologi ini adalah
mengurangi atau menghilangkan kandungan bahan organik yang dapat menyebabkan
pencemaran air. Pengolahan secara biologi juga digunakan untuk menghilangkan nitrogen dan
fosfor dari air limbah (Riffat, 2012). Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk proses
pengolahan air limbah secara biologi diantaranya :

1. Metode pengolahan dengan proses lumpur aktif Proses ini terdiri dari bak pengendap
awal, bak aerasi, bak pengendap akhir dan bak khlorinasi yang berfungsi untuk membunuh
bakteri pathogen. Metode ini berfungsi untuk menghilangkan bakteri-bakteri yang tersuspensi
dalam air limbah dengan kondisi aerobik. Kandungan oksigen dan juga nutrisi yang tidak
memiliki batas menyebabkan kecepatan pertumbuhan dan respirasi pada bakteri akan semakin
tinggi (Samer, 2015).

2. Metode pengolahan Air Limbah Dengan Proses Rotating Biological Contactor


(RBC) RBC merupakan teknologi pengolahan air limbah yang memiliki kandungan polutan
organik cukup tinggi secara biologis dengan menggunakan sistem attached culture. Prinsip
kerja metode ini adalah menghubungkan limbah yang memiliki kandungan polutan bersifat
organik dengan lapisan mikro-organisme yang melekat pada permukaan media di dalam suatu
reactor.

3
3. Metode pengolahan air limbah Biofilter “up flow” Teknologi biofilter ini merupakan
metode yang meggunakan beberapa proses pengolahan mulai dari pengendapan, penyaringan
dan khlorinasi. Biasanya metode ini menggunakan batu kerikil/batu pecah sebagai media
penyaringnya. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri
anaerobik atau facultatif aerobic.

2.3 Prinsip Kimia Pengolahan Limbah Cair


Pengolahan air limbah secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-
partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat
organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan
bahan- bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan
tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi),
baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi- reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi
oksidasi.

Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan
elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi
netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam
berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya)
sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit.
Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10.5 dan untuk hidroksiapatit pada pH
> 9.5 . Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida
[Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor
(FeSO4, SO2, atau Na2S2O5).

Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi
rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (C12), kalsium permanganat,
aerasi, ozon hidrogen peroksida. Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan
pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena memerlukan
bahan kimia.

Prinsip yang digunakan untuk mengolah limbah cair secara kimia adalah menambahkan
bahan kimia (koagulan) yang dapat mengikat bahan pencemar yang dikandung air limbah,
kemudian mernisahkannya (mengendapkan atau mengapungkan). Kekeruhan dalam air limbah
dapat dihilangkan melalui penambahan atau pembubuhan sejenis bahan kimia yang disebut
flokulan. Pada umumnya bahan seperti aluminium sulfat (tawas), fero sulfat, poli amonium

4
khlorida atau poli elektrolit organik dapat digunakan sebagai flokulan. Untuk menentukan
dosis yang optimal, flokulan yang sesuai dan pH yang akan digunakan dalam proses
pengolahan air limbah, secara sederhana dapat dilakukan dalam laboratorium dengan
menggunakan test yang merupakan model sederhana dari proses koagulasi.

Dalam pengolahan limbah cara ini, hal yang penting harus diketahui adalah jenis dan
jumlah polutan yang dihasilkan dari proses produksi. Umumnya zat pencemar terdiri dari tiga
jenis yaitu padatan terlarut, padatan koloidal, dan padatan tersuspensi.

2.3.1 Jenis Pengolahan Limbah Cair Secara Kimia


a. Netralisasi
Proses netralisasi bertujuan untuk melakukan perubahan derajat keasaman (pH)
air limbah. Proses ini dilakukan pada awal proses (pengkondisian) air limbah
sebelum dilakukan proses lanjutan atau pada akhir proses sebelum air limbah
dibuang kelingkungan dalam rangka memenuhi standar baku mutu air limbah yaitu
pH 6-9. Beberapa air limbah memiliki derajat keasaman (pH) asam dan basa, dalam
proses netralisasi diharapkan pH air limbah menjadi netral atau berkisar 6-9.
Berbagai reaksi yang terjadi pada proses netralisasi:
YOH + HX → XY + H2O
Y dan X mewakili monovalen kation dan anion, XY merupakan garam yang
terbentuk, sebagai contoh reaksi netralisasi yaitu natrium hidroksida dengan asam
clorida seperti berikut.
HCl +NaOH → NaCl+H2O
Dimana Na merupakan Y dan Cl merupakan X, pada reaksi tersebut akan
dihasilkan garam yaitu NaCl. Berbagai reaksi netralisasi seperti berikut:
HCl +NaOH → NaCl+H 2 O
2HCl + Mg → MgCl2+H,
H2SO4 +NaOH → Na2SO4 + H2O
Jenis bahan kimia yang ditambahkan tergantung pada jenis dan jumlah air
limbah serta kondisi lingkungan setempat. Netralisasi air limbah yang bersifat asam
dapat menambahkan Ca(OH)2 atau NaOH, sedangkan bersifat basa dapat
menambahkan H2SO4, HCl, HNO3, H3PO4,atau CO2 yang bersumber dari flue
gas.
Netralisasi dapat dilakukan dengan dua system, yaitu: batch atau continue,
tergantung pada aliran air limbah. Netralisasi system batch biasanya digunakan jika

5
aliran sedikit dan kualitas air buangan cukup tinggi. Netralisasi system continue
digunakan jika laju aliran besar sehingga perlu dilengkapi dengan alat kontrol
otomatis.
b. Presipitasi
Metode presipitasi merupakan cara yang umum digunakan untuk memisahkan
logam berat dari limbah cair dengan menambahkan zat kimia untuk mengubah
senyawa yang larut menjadi bentuk padatan tak larut. Penambahan bahan kimia ini
menghasilkan pengurangan bahan terlarut dengan terbentuknya padatan. Dalam
pengolahan limbah, presipitasi digunakan untuk menghilangkan logam berat, sulfat,
fluoride, dan fosfat. Zat kimia seperti lime, kalsium klorida, magnesium klorida,
aluminium klorida, dan garam besi sering digunakan dalam proses ini.
Adanya complexing agent, misalnya NTA (Nitrilo Triacetic Acid) atau EDTA
(EthyleneDiamine Tetraacetic Acid), menyebabkan presipitasi tidak dapat terjadi.
Oleh karena itu,kedua senyawa tersebut harus dihancurkan sebelum proses
presipitasi akhir dari seluruhaliran, dengan penambahan garam besi dan polimer
khusus atau gugus sulfida yang memiliki karakteristik pengendapan yang baik.
Pengendapan fosfat, terutama pada limbah domestik, dilakukan untuk
mencegaheutrophication dari permukaan. Presipitasi fosfat dari sewage dapat
dilakukan dengan beberapa metode, yaitu penambahan slaked lime, garam besi,
atau garam alumunium.
c. Koagulasi dan Flokulasi

6
Proses koagulasi dan flokulasi adalah konversi dari polutan-polutan yang
tersuspensi koloidyang sangat halus didalam air limbah, menjadi gumpalan-
gumpalan yang dapat diendapkan,disaring, atau diapungkan.Partikel koloid sangat
sulit diendapkan dan merupakan bagian yang besar dalam polutanserta
menyebabkan kekeruhan. Untuk memisahkannya, koloid harus diubah menjadi
partikelyang berukuran lebih besar melalui proses koagulasi dan flokulasi.
Koagulasi dann flokulasi dapat dilakukan melalui beberapa tahapan proses, yaitu:

1. Tahap Pembentukan Inti Endapan (Koagulasi)


Koagulasi dan flokulasi merupakan proses pengolahan air dan air limbah secara
kimia yaitu dengan penambahan bahan kimia kedalam air limbah. Air limbah pada
umumnya mengandung padatan tersuspensi, partikel koloid (berukuran< 1 mikron)
bahan terlarut (berukuran<nanometer). Padatan-padatan dalam air pada umumnya
bermuatan negatif dan padatan-padatan tersebut sangat sulit dipisahkan secara fisik
(sedimentasi dan filtrasi dengan media padat) dan dapat dilakukan secara kimia
melalui proses koagulasi- flokulasi.
Koagulasi merupakan proses destabilisasi partikel, sedangakan flokulasi
merupakan proses penggabungan partikel yang telah mengalami proses
destabilisasi,. Proses destabilisasi partikel dilakukan dengan penambahan bahan
kimia yang bermuatan positif yang dapat menyelimuti permukaan partikel sehingga
partikel tersebut dapat berikatan dengan partikel lainnya. Partikel yang telah
berikatan akan mudah untuk dipisahkan secara fisik (sedimentasi, flotasi, dan
filtrasi). Proses flokulasi dibutuhkan untuk penggabungan partikel dengan

7
menggunakan bahan kimia sehingga mempercepat waktu pengendapan partikel
(flok).
Pada proses koagulasi (destabilisasi) dibutuhkan bahan kimia yang mampu merubah
muatan partikel, perubahan muatan partikel dapat dilakukan dengan berbagai bahan kimia
tetapi bahan kimia yang bervalensi 3 (trivalent) sepuluh kali lebih efektif dibanding dengan
bervalensi 2 (divalent). Bahan kimia yang sering dipergunakan dalam proses koagulasi seperti
tercantum dalam tabel berikut.

Pada tahap ini diperlukan zat koagulan yang berfungsi untuk penggabungan antara
koagulan dengan polutan yang ada dalam air limbah. Agar penggabungan dapat berlangsung
diperlukan pengadukan dan pengaturan pH limbah. Pengadukan dilakukan pada kecepatan 60-
100 rpm selama 1-3 menit, pengaturan pH tergantug dari jenis koagunlan yang digunakan,
misalnya untuk: Alum pH 6- 8, Fero Sulfat pH 8-11, Feri Sulfat pH 5-9, dan PAC H 6-9,3.
2. Tahap Flokulasi
Flokulasi merupakan suatu peristiwa penggabungan partikel- partikel
yang telah mengalami proses destabilisasi (koagulasi) dengan penambahan
bahan kimia (flokulan) sehingga terbentuk partikel dengan ukuran lebih
besar (macrofloc) yang mudah untuk diendapkan. Mekanisme flokulasi
seperti terlihat dalam tabel 4.23. Beberapa jenis bahan kimia yang berfungsi
sebagai flokulan seperti tercantum dalam tabel berikut.

8
Pada tahap ini terjadi penggabungan inti endapan sehingga menjadi molekul yang lebih besar,
pada tahap ini dilakukan pengadukan lambat dengan kecepatan 40-50 rpm selama 15-30 menit.
Untuk mempercepat terbentuknya flok dapat ditambahkan flokulan misalnya polielektrolit.
Polielektrolit digunakan secara luas, baik untuk pengolahan air proses maupun untuk
pengolahan air limbah industri. Polielektrolit dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu nonionik,
kationik dan anionik; biasanya bersifat larut air. Sifat yang menguntungkan dari penggunaan
polielektrolit adalah: volume lumpur yang terbentuk relatif lebih kecil, mempunyai
kemampuan untuk menghilangkan warna, dan efisien untuk proses pemisahan air dari lumpur
(dewatering).
3. Tahap Pemisahan Flok dengan Cairan Flok
Tahap Pemisahan Flok dengan Cairan Flok yang terbentuk selanjutnya
harus dipisahkan dengan cairannya, yaitu dengan cara pengendapan atau
pengapungan. Bila flok yang terbentuk dipisahkan dengan cara pengendapan,
maka dapat digunakan alat klarifier, sedangkan bila flok yang terjadi
diapungkan dengan menggunakan gelembung udara, maka flok dapat diambil
dengan menggunakan skimmer. Image Klarifier berfungsi sebagai tempat
pemisahan flok dari cairannya. Dalam klarifier diharapkan lumpur benar-benar
dapat diendapkan sehingga tidak terbawa oleh aliran air limbah yang keluar dari
klarifier, untuk itu diperlukan perencanaan pembuatan klarifier yang akurat.
Kedalaman klarifier dipengaruhi oleh diameter klarifier yang bersangkutan.
Misalkan dibuat klarifier dengan diameter lebih kecil dari 12m, diperlukan
kedalaman air dalam klarifirer minimal sebesar 3,0 m.

9
2.3.2 Faktor- Faktor yang Berpengaruh pada Pengolahan Secara Kimia
Berbagai faktor yang perlu diperhatikan dalam pengolahan air limbah secara kimia
khususnya dengan proses koagulasi dan flokulasi diantaranya:
a. Konsentrasi padatan
Konsentrasi padatan tersuspensi dan terlarut yang terkandung dalam air limbah
berpengaruh terhadap kebutuhan bahan koagulan maupun flokulan. Semakin besar
konsentrasi padatan tersuspensi dan terlarut kebutuhan bahan koagulan dan
flokulan semakin kecil dan sebaliknya, hal ini disebabkan pada konsentrasi padatan
yang tinggi jarak antar partikel semakin dekat dan memudahkan proses
penggabungan. (Eckenfelder, W, 2000)
b. Derajat keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) air limbah mempengaruhi kinerja dari bahan koagulan, hal
ini disebabkan setiap jenis koagulan bekerja efektif pada rentang pH tertentu.
Koagulan aluminium sulfat bekerja efektif pada pH diatas 6, koagulan ferro sulfat
pada rentang pH 4-7, koagulan ferri chlorida pada rentang pH 3-5, sedangkan
senyawa polimer tidak dipengaruhi oleh pH. (Eckenfelder, W, 2000)
c. Konsentrasi koagulan
Konsentrasi koagulan akan mempengaruhi efisensi proses pengolahan, semakin
besar konsentrasi pada umumnya efisiensi proses semakin besar dan sebaliknya.
Konsentrasi koagulan yang terlalu tinggi dapat menurunkan derajat keasaman (pH)
dan efisiensi menjadi rendah hal ini disebabkan sebagian besar koagulan jika
dimasukkan kedalam air limbah akan melepaskan sifat asam sehingga pH air limbah
menjadi turun. Konsentrasi koagulan aluminium sulfat yang dianjurkan 75-
250mg/l, koagulan ferro sulfat dianjurkan 70-200 mg/l, dan koagulan ferri chlorida
35-150mg/l (Eckenfelder, W, 2000)
d. Kecepatan pengadukan
Kecepatan pengadukan mempengaruhi efisiensi proses pengolahan, kecepatan
putaran pengaduk yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan pecahnya flok yang
sudah terbentuk dan akan mempersulit proses sedimentasi, pada umumnya
kecepatan pengadukan berkaitan dengan waktu pengadukan. Pada proses koagulasi
dibutuhkan kecepatan putaran pengaduk yang tinggi tetapi waktu pengaduk yang
relatif cepat (2-15 menit), sedangkan pada proses flokulasi dibutuhkan kecepatan
putaran pengaduk yang rendah dan waktu pengadukan yang relatif lebih lama (20-
40) menit.
10
2.4 Sistem Perpipaan Air Limbah (Gravitasi & Pompa pompa)
Sistem perpipaan air limbah dapat dibedakan menjadi sistem gravitasi dan sistem
pompa-pompa.

a. Sistem Gravitasi

Sistem gravitasi adalah sistem pengaliran air dari sumber ke tempat reservoir dengan
cara memanfaatkan energi potensial gravitasi yang dimiliki air akibat perbedaan ketinggian
lokasi sumber dengan lokasi reservoir. Sistem ini dipakai apabila badan air berada di bawah
elevasi daerah penyerapan dan menggunakan potensial yang tinggi terhadap daerah pelayanan
terjauh.

b. Sistem Pompa

Sistem pompa pada prinsipnya adalah menambah energi pada aliran sehingga dapat
mencapai tempat yang lebih tinggi. Hal ini dengan pertimbangan bahwa antara lokasi distribusi
dan lokasi sumber tidak mempunyai perbedaan ketinggian yang cukup untuk mengalirkan air.
Sistem ini digunakan apabila elevasi badan air di atas elevasi daerah pelayanan.

Sistem pompa-pompa, terutama sistem plumbing air limbah bertekanan, menggunakan


pompa untuk memompa air limbah dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi.
Pompa celup air limbah merupakan komponen penting dalam sistem plumbing air limbah
bertekanan, yang memiliki peranan penting untuk mengalirkan air limbah menuju ke tempat
pembuangan limbah.

Sistem perpipaan pada air limbah berfungsi untuk membawa air limbah dari satu tempat
ke tempat lain agar tidak terjadi pencemaran pada lingkungan sekitarnya. Prinsip pengaliran
air limbah pada umumnya adalah gravitasi tanpa tekanan, sehingga pola aliran adalah seperti
pola aliran pada saluran terbuka. Jaringan pipa air buangan terdiri dari pipa kolektor (lateral),
pipa utama (main pipe), dan trunk sewer, yang digunakan pada jaringan pelayanan air limbah
yang luas (> 1.000 ha).Sistem perpipaan air limbah dapat optimal dengan cara perencanaan
yang cermat sesuai dengan ketentuan teknis mengenai pengaliran air limbah dalam pipa supaya
tidak terjadi endapan dan sumbatan. Pembuangan air limbah dapat dilakukan ke aliran selokan
yang tersedia di lingkungan sekitarnya, seperti aliran selokan yang tersedia di lingkungan
sekitarnya atau septic tank.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prinsip pengolahan limbah cair fisika, kimia, biologi, dan sistem perpipaan air limbah
adalah bahwa pendekatan terpadu dari ketiga disiplin tersebut diperlukan untuk efektif
mengelola limbah cair. Fisika digunakan untuk proses pemisahan fase, kimia untuk
menghilangkan kontaminan melalui reaksi kimia, dan biologi untuk memanfaatkan organisme
hidup dalam proses degradasi limbah. Sistem perpipaan air limbah juga penting untuk
mengalirkan limbah ke tempat pengolahan dengan efisien dan aman. Dengan menggabungkan
prinsip fisika, kimia, biologi, dan sistem perpipaan air limbah, pengelolaan limbah cair dapat
dilakukan dengan lebih efisien dan berkelanjutan, yang pada gilirannya akan membantu
menjaga kesehatan lingkungan dan masyarakat secara keseluruhan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Irianto Ketut. (2017). SISTEM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH. Warmadewa


University Press.

Asmadi, & Suharno. (2012). DASAR-DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Sahabuddin, E. S. (2015). FILOSOFI CEMARAN AIR. Kupang: PTK Press.

F.Y.Dimara, C. (2020). Perencanaan sistem jaringan pengolahan air limbah domestik.


ejournal.unsrat.ac.id.

Faradiba, N. (2022, Janurari 19). KOMPAS.com. Retrieved from kompas.com

LimbahAsia. (n.d.). Retrieved from limbahasia.com

13

Anda mungkin juga menyukai