Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

UNIT PRAKTIKUM PILOT PLANT

DISUSUN OLEH :

NAMA / NIM : 1. Riedle Wilsandy P (17614009)


2. M. Aminnuddin Yusup (17614028)
3. Vivi Oktafianti H (17614036)
4. Yunita (17614047)
JENJANG : D3
KELAS : VI B
KELOMPOK : V (LIMA)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI PETRO DAN OLEO KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH


(IPAL)

DISUSUN OLEH :

NAMA : 1. Riedle Wilsandy P (17614009)


2. M. Aminnuddin Yusup (17614028)
3. Vivi Oktafianti H (17614036)
4. Yunita (17614047)
JENJANG : D3
KELAS : VI B
KELOMPOK : V (LIMA)

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal 2020

Mengesahkan dan Menyetujui,


Dosen Pembimbing

Dr. Sirajuddin, S.T., M.Sc


NIP. 19700909 199903 1 001
BAB I
PENDAHULUAN

1. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui proses dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

2. Dasar Teori
1.1 Air Limbah
Limbah merupakan bahan buangan dari kegiatan pabrik yang berbentuk
cairan dan mengandung senyawa kimia yang sukar untuk dihilangkan serta
berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
Air limbah yaitu air dari suatu daerah permukiman yang telah dipergunakan
untuk berbagai keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang untuk menjaga
lingkungan hidup yang sehat dan baik.
1.2 Ciri-ciri Air Limbah
1.2.1 Ciri – Ciri Fisik
a. Bahan padat total terdiri dari suspended solid atau bahan yang
terapung – apung di permukaan air dan disolved solid atau bahan
yang larut dalam air.
b. Warna adalah ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk mengkaji
kondisi umum air limbah.
c. Penentuan bau menjadi bila masyarakat sangat mempunyai
kepentingan langsung atas terjadinya operasi yang baik pada sarana
pengolahan air limbah.
d. Suhu air limbah biasanya lebih tinggi daripada air bersih karena
adanya tambahan air hangat dari pemakaian air kota. Suhu air limbah
biasanya bervariasi dari musim ke musim, dan juga tergantung pada
letak geografisnya.
1.2.2 Ciri-Ciri Kimia
Selain pengukuran BOD, COD dan TOC pengujian kimia yang
utama adalah yang bersangkutan dengan Amonia bebas, Nitrogen
organic, Nitrit, Nitrat, Fosfor organik dan Fosfor anorganik. Pengujian-
pengujian lain seperti Klorida, Sulfat, pH seta alkalinitas diperlukan
untuk mengkaji dapat tidaknya air limbah yang sudah diolah dipakai
kembali serta untuk mengendalikan berbagai proses pengolahan.

1.3 Air Limbah


1.3.1 Pengolahan Fisik
Pada umumnya sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air
buangan diinginkan agar bahan – bahan tersusupensi berukuran besar dan ang
mudah mengendap atau bahan – bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu.
Metode – metode pengolahan secara fisik meliputi penyaringan, pengendapan,
pengapungan, pengadukan dan pengeringan lumpur.
1. Screen (Penyaringan)
Fungsinya adalah untuk menahan benda- benda kasar seperti sampah
dan benda- benda terapung lainnya.
2. Equalisasi
Karakteristik air buangan dari industri seringkali tidak konstan,
misalnya unsur – unsur pH, warna, BOD dan sebagainya. Hal ini
akan menyulitkan dalam pengoperasian suatu instalasi pengolahan air
limbah, sehingga dibuat suatu sistem equalisasi sebelum air limbah
tersebut diolah.
3. Sedimentasi (Pengendapan)
Proses Pengendapan adalah pengambilan partikel – partikel
tersuspensi yang terjadi bila air diam atau mengalir secara lambat
melalui bak. Partikel – partikel ini akan terkumpul pada dasar kolam,
membentuk suatu lapisan lumpur. Air yang mencapai outlet tangki
akan berada dalam kondisi yang jernih. Proses pengendapan yang
terjadi dalam suatu bak pengendapan merupakan unit utama pada
pengolahan fisik. Ada dua macam bak pengendapan yaitu bak
pengendapan dengan arah aliran horizontal dan aliran vertikal.
4. Mixing dan Stiring (Pencampuran dan pengadukan)
Mixing adalah pencampuran dua zat atau lebih membentuk campuran
yang homogen. Stiring adalah pengadukan campuran homogen hasil
mixing sehingga terjadi proses penggumpalan dari zat – zat yang
ingin dipisahkan dari air.
5. Pengeringan lumpur
Penurunan kadar lumpur yang dilakukan dengan pengolahan fisik
yang terdiri dari salah satu atau kombinasi unit – unit berikut:
- Pengentalan lumpur (Sludge Thickener)
- Pengeringan lumpur (Sludge Drying Bed)

1.3.2 Pengolahan Kimia


Pengolahan kimia untuk air yang dapat dilakukan pada pengolahan air
buangan industri adalah koagulasi – flokulasi, netralisasi, adsorbsi, dan
desinfeksi. Pengolahan ini menggunakan zat – zat kimia sebagai pembantu yang
bertujuan untuk menghilangkan partikel – partikel yang tidah mudah mengendap
(koloid), logam berat dan zat organik beracun.

1.3.3 Pengolahan Biologi


Pengolahan biologi adalah pengolahan air limbah dengan memanfaatkan
aktivitas biologi (aktivitas mikroorganisme) dengan tujuan menyisihkan bahan
pencemar dalam air limbah. Proses pengolahan biologi adalah penurunan bahan
organik terlarut dan koloid dalam air limbah menjadi serat – serat sel biologi
(berupa endapan lumpur), kemudian diendapkan pada bak sedimentasi. Proses
ini dapat berlangsung secara aerob (dengan bantuan oksigen) maupun anaerob
(tidak dengan bantuan oksigen).
Ada 3 macam pengolahan biologi yang banyak diterapkan saat ini, yaitu:
1. Lumpur aktif.
2. Trickling filter.
3. Kolam oksidasi.
Diantara sistem pengolahan limbah secara biologi tesebut tricling filter
dapat menurunkan nilai BOD 80 – 90 %. Pada proses pengolahan biologi dengan
menggunakan jenis trickling filter dengan cara melewatkan air limbah ke dalam
media filter yang terdiri dari materi yang kasar dan keras. Zat organik yang
terdapat di dalam air limbah diuraikan oleh bakteri dari mikroorganisme baru,
sehingga populasi mikroorganisme pada permukaan media filter semakin banyak
dan membentuk lapisan seperti lendir (slyme).

1.4 Unit IPAL


Unit IPAL terdiri dari perangkat utama dan perangkat penunjang.
Perangkat utama terdiri dari unit pencampur statis, bak antara, bak koagulasi-
flokulasi. Perangkat penunjang terdiri dari.
1. Unit Equalizing Tank, pH adjustment
Berfungsi untuk proses mixing, proses oksidasi dan pH adjustment, untk
proses tersebut digunakan udara yang diambil dari air blower. Proses
koagulasi dan flokulasi kebanyakan berlangsung optimum pada pH 8.5 – 9,
sehingga pada air limbah yang rata – rata pH > 8.5, maka perlu dinaikkan pH
air limbah dengan penambahan kapur.
2. Proses Koagulasi
Koagulasi adalah proses penambahan zat kimia (koagulan) yang
memiliki kemampuan untuk menjadikan partikel koloid tidak stabil sehingga
partikel siap membentuk flok (gabungan paertikel-partikel kecil). Koagulasi
bertujuan untuk membuat gumpalan-gumpalan yang lebih besar dengan
penambahan bahan-bahan kimia Al2S2O4 , Fe2Cl3 ,Fe2SO4, PAC dan
sebagainya.
3. Unit Flokulasi
Flokulasi adalah proses pembentukan dan penggabungan flok dari
partikel-partikel tersebut yang menjadikan ukuran dan beratnya lebih besar
sehingga mudah untuk mengendap. Flokulasi bergantung pada proses
pencampuran yang terjadi di dalam tempat flokulasi. Sebuah objek di dalam
perlakuan air distabilkan dan dikondisikan secara kimia dan fisika baik
dengan atau tidaknya proses filtrasi. Flokulasi bertujuan untuk membuat
gumpalan yang lebih besar daripada gumpalan yang terbentuk selama
koagulasi dengan penambahan polimer misalnya polimer kationik dan
anionik yang beredar di pasaran dengan nama allied colloid , paraestol ,
kurifloc , dan diafloc.
4. Clarifier
Clarifier adalah alat / tempat untuk menjernihkan air baku yang keruh
dengan cara melakukan pengendapan untuk mempercepat pengendapan
ditambahkan koagulan dan flokulan agar terjadi proses koagulsi dan
flokulasi pada air. Flok yang sudah terbentuk pada proses koagulasi dan
flokulasi di buang melalui drain yang terdapat di bawah clarifie, sedangkan
hasil air pengendapan di alirkan ke penampungan.dibutuhkan alat-alat
penunjang clarifier agar proses pengendapan mendapat hasil seperti yang
diharapkan, alat-alat yang digunakan adalah :
1. Dosing pump yang berfungsi untuk inject chemical (koagulan dan
flokulan)
2. Mixing tank berfungsi sebagai tangki buffer untuk memastikan
chemical teraduk sempurna dan homogeny dengan air, sehingga
proses kimiawi yang dihasilkan bisa optimal.
3. Sediment pond berfungsi sebagai kolam untuk mengendapkan
lumpur atau padatan yang telah terbentuk di clarifier tetapi belum
sempat mengendap dengan sempurna.
4. Bag filter diperlukan jika air baku tidak bisa merespon proses
koagulasi dan flokulasi dengan cepat sehingga masih tersisa flok-flok
halus yang tidak bisa terendap sempurna walaupun sudah melewati
sediment pond.
5. Unit Clarifier Lamella
Lamella ini terdiri dari beberapa plate yang disebut dengan Lamella
Plate, biasanya terbuat dari bahan logam. Lamella plate ini disusun secara
vertikal dengan sisi kemiringan ± 300. Aliran masuk terdapat di sisi kiri dan
kanan Lamella Plate. Aliran keluar terdiri dari dua, yaitu aliran slurry dan
aliran air murni. Aliran slurry terdapat di bawah (sedimentasi), sedangkan
aliran air murni terdapat di bagian atas lamella plate. Aliran feed yang
sebelumnya sudah ditambahkan flokulan polimermasuk ke sisi lamella plate
lalu terdistribusi secara merata di dalam lamella plate, turun ke bawah
bersamaan dengan padatan yang terlarut. Karena adanya gaya gravitasi,
maka padatan akan turun ke bawah dan mengumpul. Letak lamella plate
yang didesain miring akan menghambat padatan terbawa kembali bersama
dengan air. Dengan laju air yang cukup besar, air akan membelok kemudian
naik sampai ke bagian atas menuju aliran keluar sebagai air murni.
6. Bag Filter Tank
Berfungsi untuk menahan endapan yang bercampur dengan air
sehingga kadar air pada endapan berkurang. Hasil pemisahan tersebut akan
membentuk solid atau sluge.
7. Unit Treated Tank
Berfungsi untuk menmpung air hasil treatment dari clarifier.

1.5 Parameter dasar dalam menentukan kualitas air limbah


1.5.1 Turbidity atau Kekeruhan
Kekeruhan merupakan keadaan kekaburan dari cairan yang
disebabkan oleh partikel (suspended solids) yang umumnya tidak terlihat
oleh mata telanjang. Kekeruhan mengacu pada konsentrasi ketidaklarutan,
Keberadaan partikel dalam cairan yang diukur dalam Nephelometric
Turbidity Units (NTU). Air dengan penampilan keruh atau tidak tembus
pandang akan memiliki kekeruhan tinggi, sementara air yang jernih atau
tembus pandang akan memiliki kekeruhan rendah. Nilai kekeruhan yang
tinggi disebabkan oleh partikel seperti lumpur, tanah liat,
mikroorganisme, dan material organic.

1.5.2 Conductivity
Konduktivitas limbah cair dlaam mengalirkan arus listrik bergantung
pada mobilitas ion dan kadar yang terlarut di dalam limbah tersebut.
Konduktivitas adalah gambaran numerik dari kemampuan air untuk
meneruskan aliran listrik. Oleh karena itu semakin banyak garam-garam
terlarut yang dapat terionisasi semakin tinggi pula nilai konduktivitasnya.
Daya Hantar Listrik/Konduktivitas menyatakan banyaknya ion-ion
yang terkandung dalam suatu air buangan atau air limbah Konduktivitas
listrik air secara langsung berkaitan dengan konsentrasi padatan terlarut
terionisasi dalam air Ion dari padatan terlarut dalam air menciptakan
kemampuan untuk air yang untuk melakukan arus listrik.

1.5.3 pH
Salah satu kriteria kualitas air adalah derajat keasaman (pH). Pada
dasarnya air yang baik adalah air yang tidak tercemar. Dalam kondisi
yang demikian berarti air bersifat netral, sedangkan apabila di dalam
perairan terdapat zat pencemar akan dapat berakibat sifat air berubah
menjadi asam atau basa.
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat yang digunakan:
1. Seperangkat Alat IPAL Laboratorium
2. Gelas Kimia 250 mL dan 500 mL
3. Gelas Ukur 1 L
4. Kaca Arloji
5. pH Meter
6. Conductivity Meter
7. Stopwatch
8. Spatula

2.1.2 Bahan yang digunakan:


1. Air Danau POLNES
2. Air PDAM
3. PAC (Aln(OH)mCl3n-m)
4. NaOH
5. Tawas
6. Akuades

2.2 Prosedur Percobaan


2.2.1 Persiapan Bahan
a) Prosedur Pembuatan Larutan NaOH
1. Menimbang 100 gram NaOH dengan menggunakan neraca digital
2. Memasukkan NaOH kedalam ember kemudian menambahkan 50 L air
PDAM
3. Mengaduk larutan NaOH hingga menjadi homogen
b) Prosedur Pembuatan Larutan PAC 0,5 %
1. Menimbang 30 gram PAC dengan menggunakan neraca digital
2. Memasukkan PAC kedalam ember kemudian menambahkan 7 L air
PDAM
3. Mengaduk larutan PAC hingga menjadi homogen

c) Prosedur Pembuatan Larutan Tawas.


1. Menimbang 30 gram tawas dengan menggunakan neraca digital
2. Memasukkan tawas kedalam ember kemudian menambahkan 7 L air
PDAM
3. Mengaduk larutan tawas hingga menjadi homogen

2.2.2 Prosedur Kerja


a. Pekerjaan Persiapan
1. Lakukan test control pada sistim control panel, sehingga control panel
siap untuk dioprasikan.
2. Isi tangki kimia dengan larutan kimia yang akan dipakai dengan
konsentrasi sesuai perhitungan dosis chemical (dosis yang digunakan
umumnya setelah dilakukan jartest)
3. Untuk media Sand & Carbon Filter yang baru dilakukan pencucian
(masing-masing minimal 30 menit secara manual) terlebih dahulu sampai
air yang dibuang kelihatan bersih.

b. Prosedur Pengoprasian dan Pengolahan Limbah secara auto


1. Memasuki limbah (air danau polnes) kedalam waste water tank.
2. Melakukan pengolahan treatment dengan terlebih dahulu mengatur pH.
3. Menghidupkan blower, solution pump, Mixer Proses, Dosing pump.
4. Menghidupkan vacump pump.
5. Sebaiknya di cek Vacum filternya untuk memastikan apakah lumpur
didalam tangki vacumnya masih ada, atau penuh yang menyebabkan
penyumbatan pada saat proses pemisahan lumpur dengan airnya dengan
membuka mur baut pada vacum filter tersebut

c. Prosedur Pengolahan secara manual


1. Isi pH adjusment tank dengan larutan kapur ( 7liter )
2. Isi koagulan tanki dengan larutan Na2SO4 ditambahkan dengan PAC ( 20
liter)
3. Masukkan air danau ke dalam waste water tank hingga 80% volume.
4. Menghidupkan mixer pada pH adjusment tank dengan cara memutar mix
process switch pada posisi manual dan memastikan kapur dalam tangki
tercampur semua.
5. Menghidupkan blower dan menambahkan larutan kapur kedalam waste
water tank untuk mengatur pH dengan menhidupkan pH adjusment pump
dengan cara memutar selection switch pada posisi manual dan mengatur
laju alir dengan cara memutar stroke pada bukaan 50% sampai pH 8,5.
6. Setelah pH 8,5 tercapai lalu mengatur solution pump dengan cara
memutar stroke pada bukaan 3 dan memutar solution pump pada posisi
manual.
7. Menghidupkan mixer coagulant dan mixer flokulan dengan cara
menekan tombol “ON” pada masing – masing mixer dan mengatur
kecepatan putaran mixer 254 rpm untuk mixer koagulant prosess dan 55
rpm untuk mixer lokulan proses.
8. Menghidupkan dosing pump dengan cara memutar selection switch pada
posisi manual dan mengatur flow rate dengan cara memutar stroke pada
bukaan 100% untuk pompa koagulan dan pompa flokulan.
9. Membiarkan proses ini terus berlangsung hingga air dalam waste water
tank habis.
10. Menghidupkan filter pump dengan cara memutar selection switch pada
posisi manual sehingga air tertampung dalam treated tank akan
dipompakan melewati filter.
11. Mengukur pH, Konduktivitas, dan TDS pada sesudah diproses.
12. Setelah tidak ada aliran keluar dari proses matikan seluruh tombol switch
pompa dan mixer.
13. Selanjutnya memisahkan endapan pada clarifier tank menggunakan bag
filter dengan cara membuka ball valve pada bagian bawah clarifloculator
dan keluaran bag filter sehingga air bercampur sludge akan mengalir ke
dalam bag filter dan keluar dari proses.
14. Setelah aliran keluaran mulai berkurang. Hidupkan pompa vakum,
15. Membuang sludge yang terdapat dalam bag filter dengan cara membuka
mur pada penutup tangki bag filter kemudian mengambil sludge yang
telah menumpuk di dalam tangki bag filter.
16. Mematikan alat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan saat pengoperasian


Tabel 3.1 Data percobaan IPAL

Waktu mS
Konduktivitas ( ) TDS (Ntu)
(menit) cm

0 185 87

10 480 226

30 536 253

50 535 247

70 724 336

90 764 357

110 626 294

130 583 272

3.2 Laju Alir Hasil Kalibrasi


1. Pompa PAC = 5,4 ml/s
2. Pompa NaOH = 3,4 ml/s

3.3 Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui proses dari Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL). Limbah yang digunakan berupa limbah air danau. Analisa
yang dilakukan berupa analisa konduktivity dan turbidity hasil IPAL. Membuat
PAC (Polimer Alum Chlorid) 30 g dan tawas 30 g masing – masing dalam 7 liter
air, sedangkan 100 gram NaOH dalam 42 liter air. Tawas digunakan sebagai
koagulan untuk menetralkan muatannya dan menghilangkan awan yang
mengelilingi koloid sehingga partikel dapat menggumpal. Sedangkan PAC
digunakan sebagai flokulan yang berfungsi untuk mengikat suspended solid
menjadi flok – flok yang lebih besar, sehingga flok – flok tersebut dapat tertahan
diclarifier dan terpisah dengan air. Tawas hanya dapat bekerja pada pH basa
sedangkan pH air limbah pada saat awal masuk waste water tank cenderung lebih
asam, sehingga ditambahkan NaOH untuk meningkatkan pH air limbah menjadi
basa.
Secara fisik, tingkat kejernihan yang dihasilkan walaupun pada mulanya air
yang telah diproses memiliki kerjernihan yang lumayan baik, tetapi setelah
selang waktu akhir tidak mengalami perubahan signifikan (warna tetap sama
dengan sebelum diproses). Hal ini disebabkan pada saat proses berlangsung,
bagian bawah tangki mengandung endapan limbah air danau, sehingga ada
sebagian endapan yang ikut terbawa ke dalam proses.

Grafik Waktu Vs Konduktivitas


900
800
Konduktivitas (mS/cm)

700
600
500
400
300
200
100
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
Waktu (menit)

Grafik 3.1 Kurva Waktu vs Konduktivitas Produk keluaran dari Treat Tank

Nilai konduktivitas produk pada data percobaan mengalami kenaikan


pada waktu 0 menit hingga menit 90 dan mengalami penurunan pada menit ke
110 hingga menit ke 130. Hal ini tidak sesuai dengan teori dimana nilai
konduktivitas pada air setelah di lakukan treatment akan mengalami
penurunan, hal tersebut dikarenakan debit aliran air danau yang terlalu besar
dibandingkan dengan debit aliran larutan NaOH sehingga tidak bisa
mengubah pH air danau menjadi basa, dan mengakibatkan tawas tidak dapat
bekerja secara optimal.

Grafik Waktu Vs Turbidity


400
350
300
Turbidity (Ntu)

250
200
150
100
50
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130

Waktu (menit)

Grafik 3.2 Kurva Waktu vs Konduktivitas Produk keluaran dari Treat


Tank

Nilai turbidity produk pada data percobaan mengalami kenaikan pada


waktu 0 menit hingga menit 90 dan mengalami penurunan pada menit ke 110
hingga menit ke 130. Hal ini tidak sesuai dengan teori dimana nilai
konduktivitas pada air setelah di lakukan treatment akan mengalami
penurunan, hal tersebut dikarenakan debit aliran air danau yang terlalu besar
dibandingkan dengan debit aliran larutan NaOH sehingga tidak bisa
mengubah pH air danau menjadi basa, dan mengakibatkan tawas tidak dapat
bekerja secara optimal. Nilai konduktivitas berbanding lurus dengan turbidity.
Semakin besar nilai konduktivitas maka semakin besar pula nilai turbiditynya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Proses IPAL merupakan proses perubahan sifat fisik, kimia dan
biologi air baku
agar memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air bersih dengan
menggunakan
koagulan PAC dan NaOH.
2. Tujuan proses IPAL yaitu menurunkan kekeruhan, mengurangi bau,
rasa dan
warna, dan mengurangi kadar bahan-bahan yang terlarut dalam air.
3. Nilai konduktivitas yang terendah yaitu pada waktu 0 menit sebesar

mS
185 ( )
cm
dan nilai turbidity yang terendah yaitu pada waktu 0 menit sebesar
87 Ntu
DAFTAR PUSTAKA

Tim Laboratorium Limbah dan Utilitas. 2019. Modul Ajar Praktikum Pengolahan
Limbah dan Utilitas. Politeknik Negeri Samarinda.
Keterangan IPAL Laboratorium:
Air limbah di pompa dari danau ke tangki air limbah/ waste water tank.
Kemudian mengukur pH dari air limbah tersebut. Selanjutnya mengalirkan air limbah
yang telah diukur pH nya ke coagulant process tank. Proses ini berfungsi untuk
membentuk gumpalan yang berupa padatan. Di dalam coagulant dan floculant
process tank juga terdapat zat kapur yang dialirkan dari koagulant and floaculant
solution tank untuk menjernihkan air. Saat tangki yang berisi air limbah di koagulan
proses penuh, maka air akan berpindah ke floculant process tank yang berfungsi
untuk memperbesar gumpalan agar gumpalan dapat jatuh. Pada tangki ini, zat kapur
dan air limbah dicampurkan menggunakan mixing. Hasil keluaran dari coagulan dan
floculant process selanjutnya di proses pada clarifier with Lamela system. Dalam
clarifier terdapat sekat yang fungsinya untuk memastikan padatan/gumpalan jatuh ke
dasar clarifier. Air yang telah terpisahkan dengan gumpalan dialirkan menuju
penampungan. Sedangkan yang masih tercampur dengan sedikit zat pengotor akan
menuju treated tank untuk proses filter treatment seperti anion filter, kation filter, CF
dan sand filter. Hasil keluarannya akan menuju penampungan (tempat yang berbada
dengan keluaran dari clarifier).

Anda mungkin juga menyukai