Teknologi Bioproses
Disusun oleh
Maya Vivianti
17 644 012
1
2
2018/2019
2
DAFTAR ISI
BAB 2. PEMBAHASAN
3
KATA PENGANTAR
Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah Teknologi Bioproses.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Marlinda, S.T., M.Eng selaku
dosen pada mata kuliah Teknologi Bioproses, dan juga kepada teman yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan yang diharapkan. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang dapat membangun sangat diharapkan agar dapat lebih baik lagi pada
kesempatan berikutnya.
Semoga makalah yang saya buat ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
4
BAB 1
PENDAHULUAN
5
Bagaimana pola perkembang biakan Streptomyces griceus ?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
6
BAB 2
ISI
7
mendapatkan antibiotik baru. Pada tahun 1945 telah ditemukan basitrasin
yang dihasilkan oleh Bacillus, diikuti khloramfenikol oleh Streptomyces
venezuelae dan polimiksin oleh B. polymyxa pada tahun 1947,
khlortetrasiklin oleh S. aureofaciens pada tahun 1948 dan neomisin oleh S.
fradiae tahun 1949, oksitetrasiklin 1950 dan eritromisin 1952, keduanya
dihasilkan oleh Streptomyces. Kanamisin ditemukan oleh Umezawa dan
koleganya tahun 1957 dari biakan streptomyces. Semua ini merupakan
antibiotik yang sangat penting dan sampai saat ini masih diperhitungkan
sebagai salah satu antibiotik untuk melawan infeksi.
2.2 Deskripsi
2.2.1 Mikrobiologi
8
dialami pada bidang ini dan memberikan landasan bagi terbukanya
bidang penting lain: biokimia.
2.2.3 Antibiotik
9
Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh berbagai
jasad renik bakteri, jamur dan aktinomises, yang dapat berkhasiat
menghentikan pertumbuhan atau membunuh jasad renik lainnya.
2.2.4 Streptomicin
10
istilah fermentasi digunakan untuk menunjukkan proses pengubahan
glukosa menjadi alkohol yang berlangsung secara anaerob.
11
pompa peristaltik (Masterflex – Cole Palmer) melalui tubing silikon.
Larutan Effluent overflow dari titik keluaran di bagian atas fermentor.
Untuk mencegah agar bead tidak terikut keluar, bead di tahan dengan
penahan berbentuk penyaring. Dillution rate sebesar 1,2 jam-1
selama proses fermentasi dan sampel diambil untuk dianalisa setelah
steady-state tercapai.
2. Sistem Batch
Pada sistem ini tidak ada penambahan media dan pemanenan
hasil pada akhir periode fermentasi, sehingga hanya dapat bertahan
selama beberapa jam atau hari. Sistem ini cocok untuk produksi
skala kecil (skala laboratorium). Perbedaan penggunaan kedua
metode tersebut akan menyebabkan perbedaan recovery, kemurnian,
kualitas, dan sterilisasi pengemasan produk akhir.
Sistem fed-batch adalah suatu sistem yang rnenambahkan media
barn secara teratur pada kultur tertutup, tanpa mengeluarkan cairan
kultur yang ada di dalam fermentor sehingga volume kultur makin
lama makin bertambah. Keuntungan sistem fed-batch ini ialah
konsentrasi sisa substrat terbatas dan dapat dipertahankan pada
tingkat yang sangat rendah sehingga dapat mencegah fenomena
represi katabolit atau inhibisi substrat. Stanbury dan Whitaker 1984
juga menyebutkan istilah kultur fed-batch untuk menggambarkan
kultur batch yang pemasokan substratnya dilakukan secara kontinu
atau bertahap tanpa pengeluaran cairan kultur. Volume kultur
bertambah sesuai dengan perubahan waktu. Proses ini juga dapat
menghindarkan efek toksik dan komponen media. Proses fed-bate ini
telah diterapkan secara luas dalam berbagai industri fermentasi dan
relatif lebih mudah digunakan untuk perbaikan proses batch
dibandingkan dengan proses kontinu. Apabila pada fermentasi
kontinu dihasilkan keluaran secara terus-menerus maka pada
fed-batch diperoleh keluaran tunggal pada akhir inkubasi sehingga
12
dapat ditangani dengan cara yang sama seperti pada proses batch
Sinclair & Kristiansen 1987.
Syarat fermentor :
13
2.3 Streptomyces griceus
2.3.1 Klasifikasi
14
4. Genus Streptomyces termasuk Streptomyces griseus pada tanah
berfungsi untuk menjaga bau tanah dan kesuburan tanah.
Streptomyces griseus menghasilkan banyak metabolit sekunder
yang berguna seperti inhibitor enzim dan berkontribusi 70% dari
antibiotik terjadi secara alamiah. Disamping itu memiliki 'geome
sequencing’ yang mampu memberikan kontribusi untuk
memproduksi metabolit sekunder antikanker. Oleh karena itu
fungsi dari Streptomyces griseus dapat menghasilkan
streptomisin dan menghasilkan grisein (Waksman, et all. 1948).
15
7. Streptomyces griseus mempunyai peptinogen yang tebal, lipid,
Spura rantai yang Reflexible. Memiliki spora pada subtract
mycelium berwarna abu-abu dan pigmen terbalik abu-kuning
ketika mereka tumbuh sebagai koloni. Spora memiliki permukaan
yang halus dan disusun sebagai rantai lurus. Sebagai pemanfaatan
garam sitrat dan dapat memproduksi obat anti kanker
Streptomicin.
8. Spesies ini pertama kali ditemukan oleh waksman dan Henrici
pada tahun 1984. S.griseus memiliki GC konten yang tinggi di
genomnya dengan rata-rata tinggi 72,2 %.
9. Streptomyces griseus memiliki rRNA 16S, rRNA 16 ini yang
digunakan untuk mengenali jenis bakteri tersebut.
10. Cara reproduksi atau pola perkembangbiakan Streptomyces
griseus ialah dengan membentuk rantai spora yang disebut
arthospore ketika kekurangan nutrisi di lingkungan bakteri
tersebut tumbuh. Di samping itu cara reproduksi lain dari
Streptomyces Griseus ialah dengan cara membelah diri (Acker,et
all.1954).Pola perkembangbiakan dimulai dari proses germinasi
dari spora yang menghasilkan satu atau lebih multi nukleolid hifa
yang selanjutnya filamen akan memanjang dan bercabang pada
permukaan media kultur membentuk vegetative miselia. Filamen
selanjutnya akan masuk ke dalam media kultur dan merombak
molekul organik yang tersedia dengan memanfaatkan enzim
hidrolitik ekstraselular sehingga terbentuk hifa aerial. Ketika
pertumbuhan dari hifa aerial berhenti maka akan terbentuk spora,
spora akan matang dan membentuk rantai yang mengandung 50
spora dan akan berkembang dengan karakteristik pigmen
berwarna abu-abu. Spora pada Streptomyces disebut ekso spora
dan tidak resisten pada panas yang tinggi, pH asam, tetapi tahan
terhadap kekeringan (Kieser et al., 2000)
16
Gambar 3. Pola Perkembang Biakan Streptomycin griceus
17
Gambar 5. Pola Perkembang Biakan Streptomycin griceus
18
Selubung yang dihasilkan akan menjadi spora (langkah 7), dan siklus
lainnya berlanjut. Metabolit sekunder termasuk antibiotik dikeluarkan
selama generasi hifa udara dari miselium vegetatif.
B. Metabolit Sekunder
19
metabolisme sekunder memperlihatkan perbedaan antara satu
organisme dengan yang lainnya. Karakteristik metabolit sekunder
yang dikenal, adalah :
20
yakin bahwa kondisi tersebut pantas untuk diubah pada waktu
yang hampir bersamaan supaya menjamin pembentukan produk
yang baik.
21
Metabolit sekunder seperti antibiotic, pigmen, toksin, efektor
dari hasil kompetisi ekologis dan simbiosis,feromon, enzim
inhibitor, bahan immunomodulating, reseptor antagonis dan
agonist, pestisida, bahan antitumor dan promoter pertumbuhan
pada binatang, tumbuhan seperti giberellic acid, bahan antitumor,
alkaloid seperti ergometrin,berbagai macam obat-obatan, racun
dan bahan bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman seperti
giberellic acid. Produk tersebut memiliki manfaat yang banyak
bagi kesehatan, nutrisi dan ekonomi bagi manusia.
Produk-produk tersebut terkadang memiliki struktur yang tidak
biasa, dan pembentukannya tergantung pada bahan nutrisi,
kecepatan tumbuh, control umpan balik, inaktivasienzim dan
induksi enzim. Pengaturannya dipengaruhi oleh senyawa unik
dengan berat molekul rendah, transfer RNA, factor-faktor sigma,
dan pembentukan produk gen selama masa setelah masa
pertumbuhan eksponensial. Sintesa metabolit sekunder terbetuk
selama masa setelah pertumbuhan eksponensial. Sintesa
metabolit sekunder dikode oleh sekumpulan gen pada kromos
DNA dan kadang-kadang dari plasmid DNA.
22
Gambar 7. Proses pembuatan streptomycin
1. Bahan Baku
23
belerang, magnesium, seng, besi, dan tembaga diperkenalkan
melalui garam larut dalam air. Untuk mencegah berbusa
selama fermentasi, agen anti-busa seperti minyak lemak babi,
octadecanol, dan silikon digunakan.
2. Media
3. Persiapan
4. Proses fermentasi
24
Tank-tank benih adalah baja tank yang dirancang untuk
menyediakan lingkungan yang ideal bagi mikroorganisme
tumbuh. Mereka penuh dengan semua hal mikroorganisme
tertentu akan perlu untuk bertahan hidup dan berkembang,
termasuk air hangat dan makanan karbohidrat seperti gula laktosa
atau glukosa. Selain itu, mereka mengandung sumber karbon
lainnya yang diperlukan, seperti asam asetat, alkohol, atau
hidrokarbon, dan sumber nitrogen seperti garam amonia. Faktor
pertumbuhan seperti vitamin, asam amino, dan nutrisi minor
melengkapi komposisi isi biji tangki. Tank-tank benih dilengkapi
dengan mixer, yang menjaga media pertumbuhan bergerak, dan
pompa untuk memberikan disterilkan, udara disaring. Setelah
sekitar jam 24-28, bahan dalam tangki benih dipindahkan ke
tangki fermentasi utama
25
Reaksi yang terjadi saat proses fermentasi
5. Biomass removal
26
6. Pemurniaan
27
Untuk senyawa antibiotik yang larut dalam air seperti
Streptomycin dapat digunakan metode pertukaran ion. Dalam
metode ini, senyawa tersebut pertama kali dipisahkan dari bahan
sampah organik dalam kaldu dan kemudian dikirim melalui
peralatan, yang memisahkan senyawa yang lain dengan senyawa
yang diinginkan yang larut dalam air.
7. Tahapan akhir
28
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
29
DAFTAR PUSTAKA
30
teknologi/pengertian-manfaat-proses-fermentasi/. diakses 2 Maret 2019
https://www.academia.edu/17017778/LAPORAN_PRAKTIKUM_MIKROBI
OLOGI-PENGENALA N_ALAT_ALAT_LABORATORIUM. diakses 2
Maret 2019
31
Lahiwu, Renaldy. 2017. BAKTERI PENGHASIL ANTIBIOTIK FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SAM RATULANGI.
https://www.academia.edu/32735964/BAKTERI_PENGHASIL_ANTIBIOTI
K_FAKULTAS_KESEHATAN_MASYARAKAT_UNIVERSITAS_SAM_
RATULANGI_2017. diakses 2 Maret 2019
32