4 Juli 2021
Chusnul Chotimah
KELOMPOK 8 :
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM BERJUDUL :
PEMBUATAN NATA DE COCO
Oleh :
Kelompok 8
Telah diperiksa, diperbaiki, dan disetujui sesuai hasil praktikum atas saran dan
petunjuk dari asisten dan dosen pembimbing
Menyetujui,
Mengetahui,
Kepala Laboratorium Dasar Teknik Kimia
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat Nya dan atas
karunia Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Mikrobiologi Industri
yang berjudul Pembuatan Nata de Coco.
Laporan praktikum ini dibuat untuk memenuhi tugas praktikum Mikrobiologi
Industri. Disamping itu, kami juga berharap laporan ini mampu memberikan
kontribusi dalam menunjang pengetahuan para mahasiswa khususnya dan pihak
lain pada umumnya.
Dalam penyusunan laporan praktikum ini, kami tidak dapat menyelesaikan-
nya dengan baik tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang
berupa petunjuk, bimbingan, pengarahan maupun fasilitas yang diperoleh. Untuk
itu pada kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati dan ketulusan hati
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Dian Yanuarita P., S.T., M.T. selaku dosen pengampu.
2. Asisten laboratorium mikrobiologi industri 2021.
3. Teman-teman yang membantu kami baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam menyelesaikan laporan praktikum ini.
Untuk lebih menyempurnakan laporan praktikum ini, kami memerlukan
kritik dan saran dari pembaca, sehingga dapat digunakan untuk membantu
memperbaiki laporan praktikum ini. Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam
penyusunan laporan praktikum ini terdapat kesalahan dan harapan kami semoga
laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penyusun
ABSTRAK
Nata de Coco merupakan bahan pangan yang sering kali ditambahkan kedalam produk
minuman sebagai hidangan penutup. Nata de Coco dapat dibuat melalui metode fermentasi dengan
bantuan Acetobacter xylinum. Mikroorganisme ini dapat mengubah fruktosa yang terkandung dalam
air kelapa menjadi serat-serat selulosa mikrobial yang kemudian akan membentuk nata de coco.
Bahan baku sekaligus media perkembangan Acetobacter xylinum yang digunakan adalah air kelapa
dengan tambahan pupuk ZA dan gula sebagai nutrisi pelengkap serta asam cuka untuk
menyesuaikan pH larutan air kelapa. Starter yang digunakan adalah sari buah nanas. Parameter yang
diuji pada percobaan ini adalah pH, tekstur, warna, aroma, rasa, dan ketebalan. Hasil percobaan
menunjukkan serat-serat nata de coco hanya mampu berkembang hingga hari ke dua. Uji pH pada
hari ke 7 menunjukkan pH larutan 3, sehingga dapat disimpulkan faktor yang menyebabkan
kegagalan pada percobaan ini adalah pH larutan yang terlalu asam. Warna larutan air kelapa berubah
menjadi sedikit kekuningan dengan aroma khas fermentasi atau seperti tape.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Percobaan ..................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 2
2.1 Nata de Coco ............................................................................................ 2
2.2 Acetobacter xylinum ................................................................................. 2
2.3 Nanas Madu ............................................................................................. 3
2.4 Air Kelapa ................................................................................................ 4
2.5 Gula Pasir ................................................................................................. 5
2.6 Pupuk ZA ................................................................................................. 5
2.7 Asam Asetat ............................................................................................. 6
BAB III METODE PERCOBAAN ...................................................................... 7
3.1 Skema Percobaan Pembuatan Nata de Coco ........................................... 7
3.2 Alat dan Bahan Percobaan ....................................................................... 8
3.2.1 Alat Percobaan ................................................................................ 8
3.2.2 Bahan Percobaan ............................................................................. 8
3.3 Gambar Alat ............................................................................................. 9
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN .................................. 11
4.1 Data Hasil Percobaan ............................................................................. 11
4.2 Data Hasil Perhitungan .......................................................................... 11
4.3 Pembahasan dan Diskusi ........................................................................ 11
4.3.1 Pembahasan oleh Safinatuz Zahroh (Variabel A) ......................... 11
4.3.2 Pembahasan oleh Nofi Agustini (Variabel B)............................... 11
4.3.3 Pembahasan oleh Hasibur Rasyid Juniawan (Variabel C) ............ 13
4.3.4 Pembahasan oleh Ilham Mario Sukono (Variabel D) ................... 18
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Variabel Percobaan Nata de Coco.......................................................... 8
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Nata De Coco ................................................... 11
Tabel 4.2 Data Hasil Perhitungan Nata De Coco ................................................. 11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Acetobacter xylinum ........................................................................ 3
Gambar 3.1 Skema Percobaan Pembuatan Nata de Coco ................................... 7
Gambar 3.2 Baskom ............................................................................................ 9
Gambar 3.3 Gelas ukur 1 L ................................................................................. 9
Gambar 3.4 Karet gelang ..................................................................................... 9
Gambar 3.5 Kertas koran ..................................................................................... 9
Gambar 3.6 Kompor ............................................................................................ 9
Gambar 3.7 Loyang ............................................................................................. 9
Gambar 3.8 Neraca analitik ............................................................................... 10
Gambar 3.9 Panci .............................................................................................. 10
Gambar 3.10 Pengaduk ....................................................................................... 10
Gambar 3.11 pH universal................................................................................... 10
Gambar 3.12 Saringan ......................................................................................... 10
Gambar 3.13 Sendok ........................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa adalah tumbuhan yang sering dijumpai pada setiap pantai di
Indonesia. Luas perkebunan tanaman kelapa di Indonesia mencapai 3.728.600
hektar dan produksi kelapa tercatat 15,4 miliar butir atau 3,2 juta ton/tahun. Hal ini
membuat indonesia termasuk salah satu negara pemasok kelapa terbesar di dunia
(Kemala, 2015). Tanaman kelapa memiliki banyak manfaat mulai dari akar hingga
buahnya. Bagian tanaman kelapa yang paling umum dimanfaatkan adalah daging
buahnya. Dalam kehidupan sehari-hari daging buah kelapa digunakan untuk
membuat santan sebagai penyedap masakan. Pada pasar tradisional pedagang buah
kelapa sering membuang air kelapa karena tidak terlalu memiliki nilai jual yang
tinggi di pasar.
Air kelapa mengandung fruktosa dan mineral yang dapat digunakan sebagai
media pertumbuhan Acetobacter xylinum. Mikroorganisme ini dapat dimanfaatkan
untuk membuat nata de coco dari air kelapa melalui proses fermentasi. Nata de
Coco adalah sebuah produk makanan yang berbentuk seperti jeli, berwarna putih
yang tersusun dari sera-serat selulosa mikrobial. Nata de Coco sering disajikan
dalam minuman sebagai hidangan penutup. Makanan ini kaya akan serat dan
memiliki kalori yang rendah sehingga baik untuk pencernaan. Nata de Coco
mengandung air sekitar 98%, lemak 0,2%, kalsium 0,012%, fosfor 0,002%, dan
vitamin B3 0,0017% (Ridwansyah & Ismail, 2018). Pada praktikum kali ini nata
de coco akan di buat melalui metode fermentasi dengan memanfaatkan Acetobacter
xylinum untuk mengubah fruktosa dalam air kelapa menjadi nata de coco.
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan dari percobaan pembuatan nata de coco,
yaitu :
1. Mengetahui peran Acetobacter xylinum dalam proses fermentasi
pembuatan nata de coco.
2. Mengamati tekstur, ketebalan, warna, aroma dan rasa dari nata de coco.
3. Mengukur pH dari nata de coco.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nata de Coco
Di Indonesia, nata de coco sering disebut sari air kelapa atau sari kelapa. Nata
de Coco pertama kali berasal dari Filipina. Di Indonesia, nata de coco mulai dikenal
luas di pasaran pada tahun 1981. Nata de Coco berbentuk seperti jeli, bertekstur
kenyal, berwarna putih dan biasanya dihidangkan dalam minuman sebagai
hidangan penutup. Nata de Coco tersusun dari serat-serat selulosa mikrobial hasil
proses fermentasi (metabolit) air kelapa dengan bantuan mikroorganisme
Acetobacter xylinum (R, Pambayun 2002).
Nata de Coco baik untuk pencernaan karena kaya akan serat dan memiliki
nilai kalori yang rendah. Makanan ini mengandung air sekitar 98%, lemak 0,2%,
kalsium 0,012%, fosfor 0,002%, dan vitamin B3 0,0017%. Produk ini memiliki
kadar serat tinggi, meliputi selulosa, hemiselulosa, lignin, dan serat larut air. Selain
bermanfaat untuk sistem pencernaan, makanan ini juga baik untuk menurunkan
kolesterol, menurunkan glukosa darah pada penderita diabetes dan baik dikonsumsi
bagi yang sedang menjalani diet. Nata de Coco dapat memberikan efek negatif bila
dikonsumsi dengan bahan pemanis yang berlebihan. Merendam nata de coco
terlebih dahulu sebelum dikonsumsi dapat mengurangi kandungan gula di
dalamnya (Ridwansyah & Ismail, 2018).
2.2 Acetobacter xylinum
Bakteri Acetobacter xylinum merupakan jenis bakteri anaerob fakultatif yang
biasa digunakan dalam bidang bioteknologi. Acetobacter xylinum merupakan jenis
bakteri yang menguntungkan bagi manusia karena dapat menghasilkan produk yang
bermanfaat, salah satunya adalah nata de coco. Acetobacter xylinum dapat
membentuk nata de coco jika ditumbuhkan pada media yang kaya dengan Karbon
(C) dan Nitrogen (N), melalui proses yang terkontrol. Mikroorganisme ini
selanjutnya akan tumbuh dan berkembang biak dalam media tersebut kemudian
melakukan aktivitas metabolisme. Bakteri Acetobacter xylinum akan menghasilkan
enzim ekstraseluler yang dapat mempolimerisasi fruktosa yang terkandung dalam
air kelapa menjadi ribuan serat-serat selulosa mikrobial. Hasil metabolit berupa
serat-serat selulosa mikrobial inilah yang kemudian membentuk nata de coco
karotin dan bromelain pada daging buah nanas madu memiliki manfaat untuk
mencegah serta mengurangi asma (Hapsari, 2021).
Bakteri Acetobacter xylinum dapat ditemukan pada nanas madu. Buah ini
memiliki derajat keasaman yang berkisar antara pH 3,5-4,5. Nanas madu memiliki
kandungan air dan gula lebih tinggi jika dibandingkan dengan nanas biasa, yaitu
85,3% dan untuk kandungan gula terdiri dari glukosa 1,76%, fruktosa 1,94%, dan
sukrosa 4,59% jumlah total gula 8,29%. Kandungan nutrisi serta pH nanas madu
yang berkisar antara 3,5-4,5 membuat buah ini menjadi media tumbuh alami bakteri
Acetobacter xylinum. Pada nanas madu, bakteri Acetobacter xylinum dapat
ditemukan pada kulit dan daging buahnya (Bethan & Fadhilah, 2018).
2.4 Air Kelapa
Bagian dari buah kelapa yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi adalah
dagingnya. Banyak pedagang kelapa yang hanya memanfaatkan daging buah
kelapa untuk dijual. Sedangkan air kelapa dibuang begitu saja karena tidak dapat
disimpan dalam waktu yang lama. Salah satu cara untuk memanfaatkan air kelapa
menjadi suatu produk yang dapat dikonsumsi dalam jangka waktu yang lebih lama
adalah diolah menjadi nata de coco. Air kelapa mengandung turunan gula yang
disebut fruktosa, jenis gula inilah yang kemudian diuraikan oleh bakteri
Acetobacter xylinum menjadi serat-serat selulosa mikrobial dan membentuk nata
de coco (R. Pambayun, 2002).
Air kelapa mengandung mineral seperti kalium dan natrium. Mineral-mineral
itu diperlukan dalam poses metabolisme dan pembentukan enzim-enzim
ekstraseluler oleh bakteri pembentuk selulosa. Selain mengandung mineral, air
kelapa juga mengandung vitamin-vitamin seperti riboflavin, tiamin, biotin.
Mineral-mineral tersebut dibutuhkan untuk perkembangan Acetobacter xylinum
pada saat fermentasi berlangsung sehingga dapat menghasilkan serat-serat selulosa
mikrobial. Air kelapa yang baik digunakan pada pembuatan nata de coco adalah air
kelapa segar yang berasal dari kelapa yang masak optimal, tidak terlalu tua atau
terlalu muda, karena pada usia ini air kelapa memiliki kandungan mineral yang
banyak (R. Pambayun, 2002).
pembuatan nata de coco hal ini berdampak positif, yaitu tidak mengurangi jumlah
fruktosa yang akan dirubah menjadi serat-serat selulosa. Selain itu, pupuk ZA lebih
ekonomis dan mudah ditemukan di pasaran (Pertanian.sragenkab.go.id, 2018).
2.7 Asam Asetat
Asam cuka mempunyai rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis
dalam wujud CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (asam
asetat glasial) adalah cairan higroskopis tidak berwarna, dan mempunyai titik beku
16,7°C. Asam asetat adalah salah satu asam karboksilat sangat sederhana, setelah
asam format. Larutan asam asetat dalam cairan tergolong kedalam asam lemah.
Asam asetat oleh masyarakat sering disebut dengan asam cuka. Senyawa ini
tergolong senyawa organik yang pada umumnya jika dalam konsentrasi rendah
sering digunakan sebagai pemberi rasa masam dalam makanan. Asam asetat berasa
asam dan berbau menyengat (Setiawati, 2021). Dalam pembuatan nata de coco
asam asetat berfungsi untuk menurunkan pH larutan air kelapa. Asam asetat yang
digunakan untuk menurunkan pH air kelapa pada praktikum ini adalah asam cuka
makanan dengan kadar 9%. Asam cuka dipilih sebagai penurun pH larutan karena
aman untuk digunakan pada produk makanan dan mudah ditemukan karena dijual
bebas serta mudah ditemukan di pasaran.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Skema Percobaan Pembuatan Nata de Coco
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Nata de Coco
Variabel dan Hasil Analisis Nata de Coco
No. Analisis
A B C D
1. Tekstur Cair Cair Cair Cair
2. Ketebalan - - - -
Putih Kuning Kuning Kuning
3. Warna bening bening bening bening
4. Aroma Tape Tape Tape Tape
5. Rasa Masam Masam Masam Masam
jam, hal ini dilakukan agar jumlah bakteri Acetobacter xylinum dapat
bertambah sehingga dapat meningkatkan persentase keberhasilan pada
percobaan pembuatan nata de coco. Media yang digunakan pada percobaan
membuat nata de coco adalah air kelapa.
Air kelapa di saring terlebih dahulu dengan volume 500 mL.
selanjutnya air kelapa dipanaskan hingga mendidih untuk meminimalisir
adanya mikroorganisme yang dapat mengganggu proses fermentasi untuk
proses pembuatan nata de coco. Air kelapa mengandung nutrisi yang
digunakan sebagai media Acetobacter xylinum akan tetapi juga diperlukan
nitrogen pada pupuk ZA dan karbon pada gula pasir sebagai bahan
pendukungnya, saat penambahan pupuk ZA dan gula pasir dilakukan ketika
air kelapa masih berada pada kondisi hangat. Tahap selanjutnya dilakukan
proses penyesuaian pH larutan, proses ini dilakukan dengan menambahkan
asam cuka sebanyak 10 mL atau sekitar 2/3 sendok makan. Acetobacter
xylinum dapat hidup pada media dengan derajat keasaman berkisar pH 3-5,
namun akan optimal pada pH 4,3 (Duma & Harsono, 2016) menunjukkan pH
larutan berkisar antara 4-5.
Proses selanjutnya, memasukkan starter sari buah nanas sebanyak 20
mL ke dalam larutan dan mengaduknya hingga homogen. Setelah itu
dilakukan proses inkubasi dilakukan mengguankaan wadah yang telah
disterilkan dengan menggunakan penutup koran dan karet sebagai perekat,
lalu letakkan pada ruangan gelap dan tidak terpapar sinar matahari langsung,
hal ini dapat menambah persentase keberhasilan pembuatan nata de coco.
Selain pH, nutrisi, kesterilan alat, dan kondisi ruang faktor lain yang
berpengaruh pada proses pembuatan nata de coco adalah suhu. Acetobacter
xylinum dapat berkembang secara optimal pada suhu 28o-31oC apabila suhu
ruang penyimpanan kurang dari standar maka akan menghambat
pertumbuhan bakteri, namun jika suhu ruang penyimpanan lebih dari standar
maka akan mengakibatkan kerusakan pada bakteri sehingga nata de coco
tidak dapat terbentuk, wadah diletakkan di lantai yang bebas
gangguan/goncangan, diberi alas plastik dan toples agar tidak menyentuh
lantai guna menjaga suhu larutan. Perbandingan luas wadah dan volume
larutan air kelapa juga dapat mempengaruhi aktivitas Acetobacter xylinum.
Masa inkubasi pada pembuatan nata de coco berlangsung selama 7
hari, dan tidak disarankan melebihi dari 7 hari. Hari ke dua masa inkubasi
terdapat lapisan putih tipis pada permukaan air kelapa, pada hari ke empat
timbul gelembung-gelembung di atas lapisan putih dan terdapat endapan di
bagian bawah air kelapa. Pada hari ke tujuh inkubasi, lapisan putih di atas
permukaan larutan sebagian berubah menjadi warna putih kekuningan dan
tidak terjadi perubahan wujud dan tetap berwujud cair. Tidak ada ketebalan
pada nata de coco serta tidak ada serat-serat putih di atas permukaan. Lapisan
gelembung putih kekuningan di atas air kelapa bertekstur kental dan lengket,
warna air kelapa yang semula putih bening berubah menjadi putih keruh
dengan aroma asam, rasanya masam sedikit rasa manis, dengan pH 4 yang
mana standar pH nata de coco adalah sekitar 3,5-7,5, harusnya pada waktu
36-48 jam masa inkubasi, telah terbentuk serat-serat selulosa diatas
permukaan nata de coco jadi dapat disimpulkan bahwa praktikum pembuatan
nata de coco ini gagal. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan
pada pembuatan nata de coco, yakni:
Starter yang digunakan, harusnya menggunakan starter biakan murni
(Acetobacter xylinum) yang dapat merombak zat glukosa sehingga
membentuk benang-benang selulosa di atas permukaan yang seiring
berjalannya waktu masa inkubasi dapat memadat dan menghasilkan
nata de coco akan tetapi pada praktikum kali ini hanya menggunakan
sari buah nanas yang hanya diinkubasi selama 24 jam padahal secara
teori memerlukan waktu antara 2-3 minggu untuk inkubasi starter saja.
Penggunaan sari buah nanas yang bersifat asam memungkinkan
turunnya pH larutan setelah ditambahkan starter sehingga Acetobacter
xylinum tidak dapat berkembang dengan optimal.
4.3.2 Pembahasan oleh Nofi Agustini (Variabel B)
Nata de coco merupakan makanan yang tersusun dari serat-serat
selulosa dan bertekstur gel. Serat-serat ini adalah produk (metabolit) sekunder
yang semula adalah fruktosa kemudian diuraikan menjadi selulosa melalui
pH atau meningkatkan keasaman air kelapa karena air kelapa itu sendiri
bersifat netral. Hitung pH pada larutan tersebut hingga di dapatkan pH 4,5–
5,5. Menuangkan larutan ke dalam loyang yang telah disterilisasi terlebih
dahulu dengan air panas yang mengalir lalu di keringkan agar tidak
terkontaminasi bakteri lain. Memasukan starter sebanyak 20 mL ke dalam
loyang lalu diaduk hingga homogen, kemudian menutup loyang dengan koran
dan diikat hingga rapat dengan karet. Fungsi Koran merupakan penghalang
bagi benda luar dengan serat yang dapat digunakan keluar masuk oleh
oksigen tidak terlalu banyak dan sedikit yang membantu pertumbuhan bakteri
Acetobacter xylinum karena bakteri ini tidak membutuhkan banyak oksigen
dalam berkembangbiak. Simpan loyang jauh dari aktivitas agar tidak
terguncang karena akan mempengaruhi hasil.
Hari pertama air kelapa masih seperti sebelumnya bewarna bening
dengan aroma kelapa dan sedikit aroma cuka. Hari ke dua aroma menyengat
sangat asam dari cuka dan nanas, muncul seperti bintik bintik putih yang
menggumpal. Hari ke tiga warna mulai berubah ke warna kuning pada air
kelapa dan aroma seperti tape. Hari ke empat larutan berwarna kuning
tersebut memiliki banyak gumpalan putih dan aroma menyengat, rasanya
masam, tekstur cair, dengan pH sebesar 3, dan tidak memiliki ketebalan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa produk ini dianggap gagal. Beberapa hal
yang mengakibatkan percobaan gagal, yaitu :
Pembuatan starter dari nanas seharusnya sari nanas diinkubasi selama
2 hingga 3 minggu.
Penambahan cuka tidak boleh berlebih karena air nanas juga sudah
asam.
Air kelapa seharusnya berasal dari kelapa yang optimal dan dalam
keadaan fresh. Apabila sudah lama terkontaminasi udara luar maka
nutrisi dalam air kelapa juga hilang dan tercampur dengan
kontaminan.
Proses pendidihan juga berpengaruh apabila terlalu panas maka akan
menghilangkan nutrisi yang terkandung di dalamnya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan nata de coco yaitu :
1. Dalam proses fermentasi pada pembuatan nata de coco, bakteri
Acetobacter xylinum berperan menguraikan sukrosa yang terkandung
dalam air kelapa menjadi serat-serat selulosa mikrobial dengan nutrien,
karbon dan nitrogen sebagai sumber energi melalui proses yang
terkontrol.
2. Tekstur air kelapa cair, berwarna kuning bening, berbau tidak sedap
seperti tape, rasanya masam, dan tidak memiliki ketebalan.
3. pH dari nata de coco yang dihasilkan adalah sebesar 3.
5.2 Saran
Adapun saran dari percobaan nata de coco yaitu :
1. Sebaiknya starter yang digunakan adalah Acetobacter xylinum biakan
murni.
2. Bila menggunakan starter sari buah nanas sebaiknya diinkubasikan
terlebih dahulu selama 3 minggu.
3. Sebelum menambahkan starter kedalam larutan hendaknya melakukan
pengukuran pH terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Agri. (2021). Gula Pasir Dibutuhkan Sekaligus Dikontrol. Dilihat pada Juli 4, 2021,
dari Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia: https://agri.or.id/blog-gula-
rafinasi/gula-pasir-dibutuhkan-sekaligus-dikontrol
Agustin, S. (2021). Inilah 5 Manfaat Air Kelapa untuk Ibu Hamil. Dilihat pada Juni
14, 2021, dari Ala Dokter: https://www.alodokter.com/manfaat-air-kelapa-
untuk-ibu-hamil
Argo, B. D., & Nugroho, W. A. (2015). Pengaruh Penambahan Sukrosa dan Lama
Fermentasi terhadap Kadar Serat Nata dari Sari Nanas (Nata de Pina).
Jurnal Janur Majesty Indonesia, III(1). Dilihat pada Juli 1, 2021
Duma, & Harsono, T. (2016). Pengaruh Media Starter Dari Daging Nanas,
Bonggol Nanas Dan Kulit Nanas Terhadap Kualitas Nata De Coco. Jurnal
Biosains, II, Halaman 17-18. Dilihat pada Juni 14, 2021
Fatimah, Rahayu, R. Y., & Hariyah, N. (n.d.). Pengaruh Konsentrasi Gula Pasir
dan Gula Aren pada Pembuatan Nata de Coco. Dilihat pada Juni 14, 2021
Pertanian.sragenkab.go.id. (2018). Perbedaan Pupuk Urea dan ZA. Dipetik Mei 23,
2021, dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sragen:
http://pertanian.sragenkab.go.id/index.php?page=detail_berita&id_berita=
118
Setiawati, T. (2021). Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Asam Cuka. Dilihat
pada Juli 1, 2021, dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan: https://rest-
app.belajar.kemdikbud.go.id/files/pdf/195d1ff4f7dd462d89f33a0c91f3ead
6.pdf
1. Awal inkubasi
2. Inkubasi hari ke 2
3. Inkubasi hari ke 4
4. Inkubasi hari ke 7
1. Awal inkubasi
2. Inkubasi hari ke 3
3. Inkubasi hari ke 5
4. Inkubasi hari ke 7
1. Awal inkubasi
2. Inkubasi hari ke 2
3. Inkubasi hari ke 4
4. Inkubasi hari ke 6
1. Inkubasi hari ke 4
Chusnul Chotimah
Chusnul Chotimah
Chusnul Chotimah
Chusnul Chotimah