FRAKSIONASI BIOMASSA
Disusun oleh:
Kelompok 7
Kelas C
Dosen Pengampu :
Dr. Said Zul Amraini, S.T., M.T
Fraksionasi Biomassa
Catatan Tambahan :
Pekanbaru,
Dosen Pengampu
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
ABSTRAK.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Perumusan Masalah..........................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................2
BAB II. LANDASAN TEORI
2.1 Biomassa...........................................................................................3
2.1.1 Selulosa...................................................................................3
2.1.2 Hemiselulosa...........................................................................5
2.1.3 Lignin......................................................................................5
2.2 Tebu (Saccharum Officinarum)........................................................6
2.3 Bagasse (Ampas Tebu).....................................................................8
2.4 Pulp.................................................................................................10
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Pulp................................10
2.6 Proses Pembuatan Pulp..................................................................12
2.6.1 Proses Mekanik......................................................................12
2.6.2 Proses Kimia.......................................................................12
2.7 Etanol...............................................................................................14
BAB III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat- alat yang digunakan...............................................................16
3.2 Bahan-bahan yang digunakan.........................................................16
3.3 Prosedur Percobaan........................................................................16
3.3.1 Pembuatan Pulp.....................................................................16
3.3.2 Recovery Lignin....................................................................17
3.4 Rangkaian alat................................................................................18
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan...........................................................................19
4.2 Perolehan Pulp................................................................................19
4.3 Recovery Lignin..............................................................................22
4.4 Penelitian terkait.............................................................................24
4.4.1 Penelitian Terkait Pembuatan Pulp.......................................24
4.4.2 Penelitian Terkait Recovery Lignin.......................................25
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.....................................................................................27
5.2 Saran...............................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A. LAPORAN SEMENTARA
LAMPIRAN B. PERHITUNGAN
LAMPIRAN C. DOKUMENTASI
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vi
ABSTRAK
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
pulp dan kertas dalam kondisi terancam. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian tentang penggunaan bahan-bahan organik dalam
produksi pulp dan kertas. Penggunaan pelarut organik sebagai bahan
pemasak pulp disebut dengan proses organosolv.
2
2.1 Biomassa
Biomassa merupakan material organik yang berasal dari makhluk hidup,
baik dari tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme (Basu, 2013). Setelah organisme
mati, mikoorganisme menguraikan biomassa menjadi unsur penyusun dasar
seperti H2O, CO2, dan energi potensi lainnnya. Sebagai sumber energi
berkelanjutan dan terbarukan, biomassa terus terbentuk oleh interaksi antara CO2,
udara, air, tanah, dan sinar matahari dengan tanaman dan hewan. Material organik
yang selama jutaan tahun telah ditransformasikan oleh proses geologi menjadi
bahan bakar fosil seperti batubara atau minyak bumi bukan termasuk kedalam
biomassa. Material biomassa mempunyai kandungan energi dalam bentuk ikatan
kimia antara molekul karbon, hidrogen, dan oksigen. Ketika terjadi dekomposisi
ikatan kimia tersebut, maka akan menghasilkan energi kimia dalam fasa gas, cair
dan padat sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Produk gas alternative yang
dihasilkan dari biomassa yaitu CH4, CO2, CO, dan H2, sedangkan untuk produk
bio-fuel berupa etanol, metanol, bio-diesel, vegetable oil, dan phyrolisis oil.
Adapun produk yang dihasilkan biomassa dalam bentuk padatan yaitu torefaksi
biomassa dan charcoal (Basu, 2013).
Seperti yang diketahui pada umumnya, struktur utama penyusun biomassa
adalah material lignoselulosa. Material lignoselulosa adalah material yang terdiri
dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Lignoselulosa merupakan material berserat
yang membentuk dinding sel tumbuh-tumbuhan. Selain itu, komponen seperti
protein, asam lemak ester, dan material organik lainnya (terdiri dari N, P dan K)
juga terdapat pada biomassa tetapi dalam jumlah yang sedikit (Amrul, 2014).
2.1.1 Selulosa
Selulosa merupakan polimer tak bercabang yang dihasilkan dari tanaman.
Strukturnya merupakan polisakarida dan jumlahnya sangat berlimpah dalam
polimer alam. Struktur selulosa dapat berupa serat dengan warna putih, tidak
dapat larut dalam air dan pelarut organik yang merupakan polimer tak bercabang
3
4
dari glukosa yang dihubungkan melalui ikatan beta 1,4 atau 1,4 beta
glukosidase. Senyawa ini hanya larut dalam pelarut ionik dan tidak dapat diproses
secara termal karena dapat terdegradasi sebelum meleleh (Nuringtyas, 2010).
Selulosa merupakan polimer karbohidrat yang tersusun atas β D-glukopiranosa
dengan ikatan β 1,4-glikosida dan terdiri dari tiga gugus hidroksi per anhidro glukosa.
Selulosa memiliki rumus empiris (C 6H10O5)n, dengan n menunjukkan derajat
polimerisasi yakni jumlah satuan glukosa. Kududukan β dari gugus OH pada atom C 1
membutuhkan pemutaran unit glukosa melalui sumbu C 1-C4 cincin piranosa. Struktur
selulosa ditunjukkan pada Gambar 2.1 berikut:
2.1.2 Hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan kelompok polisakarida heterogen dengan berat
molekul rendah. Jumlah hemiselulosa biasanya antara 15 dan 30 persen dari berat
kering bahan lignoselulosa. Hemiselulosa relatif lebih mudah dihidrolisis dengan
asam menjadi monomer yang mengandung glukosa, mannosa, galaktosa, xilosa
dan arabinosa. Hemiselulosa mengikat lembaran serat selulosa membentuk
mikrofibril yang meningkatkan stabilitas dinding sel. Hemiselulosa juga berikatan
silang dengan lignin membentuk jaringan kompleks dan memberikan struktur
yang kuat (Suparjo, 2010). Struktur hemiselulosa disajiakn pada Gambar 2.2
berikut:
6
Hemiselulosa pada suhu rendah tidak larut dalam air. Prose hidrolisis
hemiselulosa dilakukan pada suhu yang lebih rendah daripada selulosa yang man
kelarutannya akan terus bertambah seiring dengan naiknya suhu (Harmsen dkk.,
2010).
2.1.3 Lignin
Lignin adalah gabungan beberapa senyawa yang hubungannya erat satu
sama lain, mengandung karbon, hidrogen dan oksigen, namun proporsi karbonnya
lebih tinggi dibanding senyawa karbohidrat. Lignin sangat tahan terhadap
degradasi kimia, termasuk degradasi enzimatik. Lignin sering digolongkan
sebagai karbohidrat karena hubungannya dengan selulosa dan hemiselulosa dalam
menyusun dinding sel, namun lignin bukan karbohidrat. Hal ini ditunjukkan oleh
proporsi karbon yang lebih tinggi pada lignin (Suparjo, dkk 2008).
Molekul lignin merupakan turunan dari tiga monomer fenil propana, yaitu
kumaril alkohol, koniferil alkohol, dan sinafil alkohol (Gambar 2.3). Ketiga
monolignol ini dipolimerisasi dengan cara proses radikal kopling yang
menghubungkan karbonkarbon atau ikatan eter. Ikatan tersebut terjadi pada
beberapa posisi yang berbeda pada masing-masing unit fenolik, yang
menyebabkan banyak ikatan berbeda. Tipe ikatan yang paling umum ditemukan
pada molekul lignin antara lain β-O-4, α-O-4, β-5, 5-5, 4-O-5, β-1, dan β-β.
Setidaknya ada 20 jenis ikatan yang berbe dayang telah ditemukan. Jenis ikatan
eter diketahui mendominasi pada lignin asli, diperkirakan untuk menyusun sekitar
7
setengah sampai dua pertiga dari total ikatan lignin. Struktur pembentuk utama
lignin dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut:
batangnya sebagai bahan baku gula. Tebu mengacu pada setiap 6 sampai 37 jenis
(tergantung pada taksonami sistem digunakan) dari tinggi abadi rumput dari genus
Saccharum (keluarga Poaceac, suku Andropogoneae). Produk tebu termasuk gula
meja, falernum, molasses, rum, ampas tebu dan etanol (Apry, 2010)
Komponen utama ampas tebu antara lain fiber (serat) sekitar 43-52%, air
46-52%, dan padatan terlarut 2-3%. Syarat bahan baku yang dapat dijadikan
pulp dan kertas adalah bahan baku yang mempunyai serat yang panjang, luas
dengan kadar hemiselulosa tinggi dan ampas tebu memiliki syarat tersebut.
2.4 Pulp
Pulp adalah hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat (kayu maupun
non kayu) melalui berbagai proses pembuatannya. Pulp merupakan serat-serat
selulosa dari kayu atau nonkayu yang diproses dengan cara melarutkan lignin
semaksimal mungkin. Tujuan utama dari proses pulp adalah mendapatkan serat
sebanyak mungkin yang diindikasikan dengan nilai rendemen yang tinggi dengan
kandungan lignin semaksimal mungkin. Pada proses pembuatan pulp, lignin akan
terdegradasi oleh larutan pemasak menjadi molekul yang lebih kecil yang dapat
larut dalam lindi hitam (black liquor). Peristiwa ini disebut dengan delignifikasi
(Bahari, 2015).
Pulp merupakan bahan baku pembuatan kertas dan senyawa-senyawa
kimia turunan selulosa. Pulp dapat dibuat dari berbagai jenis kayu, bambu dan
rumput-rumputan. Pulp adalah hasil pemisahan serta dari bahan baku berserat
(kayu maupun non kayu) melalui berbagai proses pembuatan baik secara mekanis,
semikimia dan kimia. Pulp terdiri dari serat-serat (selulosa dan hemiselulosa)
sebagai bahan baku kertas. Bahan dasar pembuatan pulp yang terutama adalah
selulosa yang banyak dijumpai pada hampir semua jenis tumbuh-tumbuhan
sebagai pembentuk dinding sel (Ernawati, 2018).
d. Organosolv
Organosolv merupakan proses pulping yang menggunakan bahan yang
14
lebih mudah didegradasi seperti pelarut organik. Pada proses ini, penguraian
lignin terutama disebabkan oleh pemutusan ikatan eter. Beberapa senyawa
organik yang dapat digunakan antara lain adalah asam asetat, etanol dan metanol.
Dengan menggunakan proses ini diharapkan permasalahan lingkungan yang
dihadapi oleh industri pulp dan kertas dapat diatasi. Hal ini disebabkan
karena proses organosolv tidak menggunakan unsur sulfur sehingga lebih
aman terhadap lingkungan. Selain itu proses organosolv juga memiliki beberapa
keuntungan diantaranya yaitu, rendemen pulp yang dihasilkan tinggi, daur ulang
lindi hitam dapat dilakukan dengan mudah dan tidak menggunakan unsur sulfur,
sehingga lebih aman terhadap lingkungan, dan dapat menghasilkan by-product
(hasil samping) berupa lignin dan hemiselulosa dengan tingkat kemurnian yang
tinggi. Beberapa proses organosolv yang berkembang pesat pada saat ini, yaitu :
Proses acetocell yaitu proses yang menggunakan bahan kimia pemasak berupa
asam asetat
Proses alcell (alcohol cellulose) yaitu proses pembuatan pulp dengan bahan
kimia pemasak yang berupa campuran alkohol dan NaOH.
Keuntungan dari proses kimia ini dibandingkan dengan proses mekanis
dan semikimia yakni :
Serat pulp yang dihasilkan lebih utuh, kuat dan panjang
Produk pulp lebih stabil pada derajat putih yang sama
Produk pulp dapat digunakan sebagai bahan baku kertas grade rendah
(unbleach) seperti : bag paper, lineboard dan wrapper. Sedangkan untuk
unbleach pulp dapat dibuat sebagai kertas fotocopy.
2.7 Etanol
Etanol merupakan salah satu komponen kimia yang karakteristiknya telah
diketahui. Produk fermentasi yang tertua, yaitu hasil dari campuran madu-air yang
dihasilkan lebah pada era Babilonia lama. Pada abad ke-11, destilasi etanol mulai
dikembangkan dan penggunaanya pun sudah semakin meluas.
Karakteristik etanol antara lain berat molekul 46,7 g/mol, titik didih
78,32oC, titik beku -114,15oC dan densitas 0,78942 g/cm3. Lignin dapat
dipisahkan dari kayu dengan pencucian menggunakan etanol. Larutan etanol
15
16
17
% Perolehan lignin =
Keterangan:
1. Erlenmeyer
2. Ampas Tebu
3. Cairan pemasak
1 4. Pemanas
2 3
4
PILOT LAMP HEATER LAMP
ON ON
OFF OFF
19
20
yang rendah, tidak mengubah struktur zat terlarut, recovery pelarut relatif mudah
(Suhartati dkk, 2016). Lalu ditambahkan akuades sebanyak 35,31 ml.
Penambahan akuades sebagai pelarut yang berfungsi melarutkan ampas tebu.
Setelah larutan mendidih ditandai dengan munculnya refluks, katalis asam
sulfat sebanyak 8,83 ml. Katalis diumpankan dari atas erlenmeyer secara perlahan.
Penambahan katalis berguna untuk mempercepat reaksi. Selain itu, katalis (asam
sulfat, asam klorida atau asam fosfat) digunakan untuk memulai proses
pemecahan konfigurasi eter dan untuk meningkatkan ekstraksi lignin (Aprianti,
2019). Menurut Sridach (2010) penambahan katalisator H2SO4 berfungsi
mempercepat reaksi dan menurunkan suhu pada proses pulping, sehingga energi
yang dibutuhkan untuk proses pulping dapat dikurangi.
Catat waktu proses pemasakan setelah katalis ditambahkan. Setelah proses
pemasakan selesai, pemanas dimatikan dan erlenmeyer dilepaskan. Saring ampas
tebu dengan menggunakan kain tipis, dan ampas tebu diperas sampai cairan
pemasak turun. Lalu cuci ampas tebu dengan menggunakan etanol, selanjutkan
ampas tebu dicuci dengan akuades sampai filtrat bewarna bening. Cara
menghilangkan sisa-sisa etanol, sisa-sisa katalis dan sisa-sisa lignin yang
terdegradasi, ampas tebu dicuci dengan akuades sampai bebas etanol, katalis dan
sisa lignin (Ernawati, 2017).
Setelah selesai dicuci, ampas tebu diblender dan berat basahnya ditimbang.
Pulp didiamkan selama kurang lebih 24 jam. Setelah 24 jam, pulp kemudian
dikeringkan dalam oven. Pulp dikeringkan pada temperatur 105ºC untuk
menghilangkan kandungan airnya sampai berat konstan.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dengan variasi waktu pemasak
yakni 60 menit, 90 menit dan 120 menit dengan konsentrasi cairan pemasak yang
konstan pada pembuatan pulp dari serat ampas tebu, diperoleh %yield pulp yang
berbeda beda sesuai dengan variabelnya. Proses pemasakan dan perbandingan
bahan baku mempengaruhi kandungan selulosa pulp yang dihasilkan. Hasil data-
data yang didapat, diketahui bahwa perolehan pulp semakin menurun seiring
dengan lamanya waktu pemasakan. Penurunan kandungan pulp selulosa adalah
karena reaksi pelepasan dan hidrolisis rantai polisakarida dalam pulp. Senyawa
polisakarida seperti selulosa dan hemiselulosa memiliki ikatan glikosida yang
21
100 Waktu
80
Pemasakan
terhadap
60
%Yield Pulp
40
20
0
61 62 63 64 65 66 67 68 69
%Pulp
Rata-rata kadar lignin pada pulp proses organosolv ampas tebu yaitu 51,3%
dengan rentangan tertinggi 75,59% dan terendah 19,19%. Kadar lignin tertinggi
terdapat pada sampel dengan waktu pemasakan 1 jam. Sedangkan kadar lignin
paling rendah terdapat pada pemasakan selama 2 jam. Hal ini menunjukkan
dengan bertambahnya waktu pemasakan, jumlah lignin yang terlarut dalam cairan
pemasak akan lebih banyak, sehingga yield dan kadar lignin cenderung menurun.
Kadar lignin cenderung menurun dengan variasi waktu masak lebih lama
disebabkan karena waktu reaksi yang lebih lama memungkinkan lignin yang
terdegradasi lebih banyak (Oktarizona dkk, 2016). Dengan lignin yang semakin
banyak didegradasi menyebabkan sisa hasil reaksi menjadi lebih kecil. Hasil
reaksi yang semakin kecil mengakibatkan yield pulp yang didapatkan menjadi
lebih rendah. Sedangkan dengan waktu yang lebih singkat, lignin yang tersisihkan
baru sedikit. Kandungan lignin disini diharapkan sekecil mungkin karena lignin
dapat merusak kualitas pulp seperti warna pulp atau kertas akan menjadi kuning
atau kecoklatan (Jalaluddin dkk, 2014).
24
5.1 Kesimpulan
1. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembuatan pulp adalah waktu
pemasakan. Semakin lama waktu pemasakan, maka pulp yang dihasilkan
semakin sedikit dan semakin singkat waktu pemasakan pulp yang dihasilkan
semakin banyak. Semakin lama waktu pemasakan maka lignin yang
dihasilkan semakin sedikit dan begitu sebaliknya.
2. Perhitungan komposisi biomassa menggunakan neraca massa, diperoleh
komposisi dari ampas tebu selulosa, hemiselulosa, dan lignin dengan
kadarnya masing-masing adalah sebesar 37,65%, 22,09%, dan 40,26%.
3. Yield pulp yang dihasilkan pada percobaan ini adalah 68,22% dengan waktu
pemasakan 1 jam, 67,44% dengan waktu pemasakan 1,5 jam dan 61,55%
pada waktu pemasakan 2 jam.
4. Lignin yang didapat adalah 19,19% dengan waktu pemasakan 2 jam,
58,31% dengan waktu pemasakan 1,5 jam dan 75,59% dengan waktu
pemasakan 1 jam.
5.2 Saran
1. Praktikan berhati-hati dan teliti ketika proses pencampuran H2SO4 kedalam
labu reaksi karena konsentrasinya yang tinggi dan cairan dalam kondisi
panas dapat menyebabkan terjadinya ledakan.
2. Praktikan disarankan agar teliti dalam tahap-tahap prosedur percobaan.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
30
Etanol 80 % wt
80
Etanol = x 325,044
100
= 260,0352 gram
H2SO4 5 % wt
5
As. Sulfat = x 325,044
100
= 16,2522 gram
air 15 % wt
15
Air = x 325,044
100
= 48,7566 gram
3. Volume Liquid
ρair = 1 gr/ml
ρetanol = 0.7893 gr/ml
ρAs. Sulfat = 1.84 gr/ml
massa 48,7566
Volume air = = =48,7566 ml
densitas 1
massa 260,0352
Volume etanol = = =329,45 ml
densitas 0.7893
massa 16,2522
Volume As.Sulfat = = =8,833 ml
densitas 1.84
4. Volume Air yang harus ditambahkan
Kadar air etanol = 4%
4
= X 329,45=13,178 ml
100
Kadar air As. Sulfat = 3%
3
= X 8,833=0,26499 ml
100
Maka, jumlah air yang harus ditambahkan = 48,7566 ml−(13,178+0,26499)
= 35,31361 ml
5. Perolehan Pulp
Setelah Dioven
Sebelum Perolehan
Run Dioven 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pulp (%)
(gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr)
3 23,20 22,5 22,2 21,6 21,3 21,3 21,2 21,2 21,2 21,2 61,55
2 26,01 24,2 23,7 23,3 23,1 23,0 22,9 22,8 22,8 22,8 67,44
1 26,26 24,8 24,5 23,8 23,5 23,3 23,3 23,2 23,1 23,1 68,22
F1 = 30 gram
F3 = 352,131 gram
X3,Selulosa
X3,Hemiselulosa
Reaktor X3,Lignin
F2 = 322,131 gram X3,Air
Etanol 80% wt X3,Etanol
H2SO4 5% wt X3,H2SO4
Air 15% wt
Gambar C.1 Pemasakan ampas tebu Gambar C.2 Penyaringan ampas tebu
Gambar C.3 Perolehan black liquor Gambar C.4 Pulp di timbang hingga
konstan
Gambar C.5 Perolehan pulp Gambar C.6 Perolehan lignin