Oleh :
M. Yasa Ilham Yusnia (196335)
i
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI ( PRAKERIN)
PT. WAHANA INSAN KEMILAU
Jl. Tirtayasa, Gg. Rewok, Campang Raya, Bandar Lampung
09 Agustus sampai 10 September 2021
Oleh :
ii
PERSETUJUAN/PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Industri ( Prakerin ) pada PT. Wahana Insan Kemilau atas
nama :
(196335)
Disetujui oleh :
Pembimbing Perusahaan
Didi Suwardi
Guru Pembimbing,
DisahkanOleh :
Kepala SMK-SMTI Bandar Lampung
Dra.Sulastri,MTA
NIP. 196408121991032003
KATA PENGANTAR
iii
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Industri (Prakerin) di PT. Wahana Insan Kemilau yang dilaksanakan pada tanggal
09 Agustus sampai dengan 10 September 2021. Laporan ini disusun sebagai salah
satu persyaratan dalam menyelesaikan tugas di Sekolah Menengah Kejuruan –
SMTI Bandar Lampung.
iv
Penulis menyadari bahwa Laporan Praktek Kerja Industri ini masih
banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu,penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk memperbaiki laporan
pada masa yang akan datang. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri maupun yang membacanya.
v
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN/PENGESAHAN...............................................................................iii
KATA PENGANTAR....................................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Ruang Lingkup Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................................9
1.3.1 Tujuan Umum..................................................................................................9
1.3.2 Tujuan Khusus...............................................................................................10
BAB II LANDASAN TEORI......................................................................................10
2.1 Teori Umum..........................................................................................................10
2.1.1 Sejarah Tanaman Jeruk Pecel ......................................................................10
2.1.2 Klasifikasi Tanaman Jeruk Pecel..................................................................11
2.1.2 Morfologi jeruk Pecel....................................................................................12
2.1.4 Kandungan dan manfaat jeruk Pecel............................................................13
2.2 Teori Khusus........................................................................................................16
2.2.1 Kultur In Vitro................................................................................................16
2.2.2 Subkultur.........................................................................................................17
2.2.3 Inisiasi.............................................................................................................18
2.2.4 Aklimatisasi ...................................................................................................19
BAB III METODOLOGI LAPORAN........................................................................19
3.1 Lokasi Prakerin....................................................................................................19
3.1.1 Sejarah perusahaan.........................................................................................20
3.1.2 Visi dan misi perusahaan...............................................................................20
3.2 Bahan dan Peralatan............................................................................................20
3.2.1 Alat..................................................................................................................20
3.2.2 Bahan...............................................................................................................20
vi
3.3 Prosedur Kerja......................................................................................................22
3.3.1 Inisiasi luar dan dalam...................................................................................23
3.3.2 Menanam dalam laminar...............................................................................23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................25
4.1 Hasil.......................................................................................................................25
4.2 Pembahasan..........................................................................................................26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................28
5.1 Kesimpulan...........................................................................................................28
5.2 Saran......................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................29
LAMPIRAN FOTO.......................................................................................................31
vii
PENDAHULUAN
Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture, weefcel cultus atau
gewebe kultur. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai
bentuk dan fungsi yang sama. Maka, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan
tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya (Suryowinoto, 1991
dalam Hendaryono dan Wijayani, 1994).
Manfaat perbanyakan tanaman secara kultur jaringan adalah untuk perbanyakan vegetatif
tanaman yang permintaannya tinggi tetapi pasokannya rendah, karena laju perbanyakan
secara konvensional dianggap lambat. Di samping itu, perbanyakan tanaman secara kultur
jaringan sangat bermanfaat untuk memperbanyak tanaman introduksi, tanaman klon unggul
baru, dan tanaman bebas patogen yang perlu diperbanyak dalam jumlah besar dalam waktu
yang relatif singkat (Yusnita, 2003, hlm. 9).
1
sempurna dan menghasilkan tanaman yang sama dengan induknya. Prinsip tekhnik kultur
jaringan yaitu perbanyakan tanaman menggunakan media buatan yang dilaksanakan di
tempat steril dan aseptis
Faktor pembatas dalam perbanyakan tanaman secara kultur jaringan salah satu nya
adalah dengan terjadinya kontaminasi pada setiap masa dalam pada periode kultur.
Kontaminasi dapat berasal dari eksplan (baik internal maupun eksternal), organisme kecil
yang masuk kedalam media (seperti semut), botol kultur atau alat-alat yang kurang steril,
lingkungan kerja dan ruang kultur yang kurang steril (spora di udara).
Eksudasi dari eksplan merupakan tipe kontaminasi yang lain, bukan dari organisme
lain. Ketika jaringan tanaman terluka, dengan cara pemotongan atau perlakuan bahan kimia
seperti larutan klorin, reaksi fisiologis terjadi pada sel disekitar luka. Salah satu prosesnya
adalah produksi bahan biokimia atau sebagai produk pecahan atau sintesa sebagai mekanisme
perlindungan. Keluarnya substansi dari jaringan akan terjadi. Bahan kimia ini mungkin atau
mungkin tidak memberi pengaruh mematikan pada pertumbuhan kultur.
2
Adapun kontaminasi yang sering terjadi pada kultur jaringan tanaman terdiri atas 2
jenis yaitu kontaminasi oleh bakteri atau kontaminasi oleh jamur. Untuk membedakan kedua
jenis kontaminasi ini, dapat dilihat dari ciri-ciri fisik yang muncul pada eksplan maupun
media kultur. Bila terkena kontaminasi bakteri maka tanaman akan basah atau menyebabkan
lendir, hal ini dikarenakan bakteri langsung menyerang terhadap jaringan dari tubuh
tumbuhan itu sendiri. Sedangkan bila terkontaminasi oleh jamur, tanaman akan lebih kering,
dan akan muncul hifa jamur pada tanaman yang terserang dan biasanya dapat dicirikan
dengan adanya garis-garis (seperti benang) yang berwarna putih sampai abu-abu.
Upaya untuk mencegah kontaminasi pada media tanam dapat dilakukan dengan
melakukan sterilisasi alat dan bahan sebelum proses pengkulturan. Media yang digunakan
juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf. Autoklaf adalah alat
yang digunakan untuk sterilisasi media mikrobiologi, dan peralatan gelas laboratorium untuk
membunuh bakteri dengan menggunakan uap bersuhu 121°C selama 45 menit. Sterilisasi
media selama 25-30 menit dengan suhu 121°C, jika lebih dari 30 menit media akan cair.
Selain itu media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.
Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang mendukung
kehidupan jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan
untuk hidup dan memperbanyak dirinya. Media kultur tersebut terdiri dari unsur hara makro,
mikro, sumber karbon (gula), vitamin dan asam amino serta zat pengatur tumbuh. Selain itu,
diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, bahan organik. Media yang sudah jadi
ditempatkan pada botol-botol kaca. Senyawa tersebut mempunyai arti penting untuk
kelangsungan pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan secara in vitro (dalam botol). Ada
dua penggolongan media tumbuh yaitu media padat dan media cair. Media padat pada
umumnya berupa padatan gel, seperti agar dan nutrisi dicampurkan pada agar. Sedangkan
media cair adalah media dengan nutrisi yang dilarutkan di air. Faktor yang perlu diperhatikan
pada media cair atau padat adalah Derajat Keasaman atau pH dari media kultur. Sel tanaman
membutuhkan pH sebesar 5,8 oleh karena itu media harus diatur pHnya agar sesuai dengan
pertumbuhan sel tanaman.
3
Media kultur in vitro juga memerlukan pertimbangan tertentu dalam campuran
mineral, gula, vitamin dan hormon tumbuh. Sebagai contoh untuk induksi pertumbuhan sel
kalus media Murashige dan Skoog (MS) dapat ditambahkan hormones auksin 2,4 D untuk
induksi tunas dapat ditambahkan hormone IAA, sedangkan untuk pertumbuhan plantlet dapat
ditambahkan IAA dan Kinetin pada media MS lengkap. Semua media MS hasil modifikasi
dengan penambahan hormon atau vitamin tertentu dapat dibuat dalam bentuk cair maupu
padat dengan menambahkan bahan pemadat seperti agar, ekstrak kentang dan ekstrak
pisang. Kemudian jika media kultur telah dipastikan siap, maka teknik kultur jaringan siap
dilakukan.
4
Kultur ujung akar tomat yang
tumbuh (menggunakan mineral
sukrosa dan ekstrak Yeast)
1932 – 40 P.R. White.
ternyata extra yeast dapat
diganti vitamin B (tiamin,
piridoxin, asam nikotimik)
Kultur embrio pada cherry,
menunjukkan bahwa
1933 H.B Tukey
manipulasi media dapat juga
menumbuhkan embrio.
5
baru.
Mengungkapkan bahwa bagian
apikal tanaman (meristem
done) adalah bebas virus.
1949 Limasset Asumsinya bahwa pada
meristem ini kecepatan
membelah sel nya lebih cepat
dibanding multiplikasi virus.
Menghasilkan tanaman bebas
1952 Morel & Martin virus dari tanaman Dahlia yang
terserang virus.
Kultur sel dari jaringan Tegetes
erectes dan Nicotiana tabacum
dalam medium cair yang
digojlog. Terbentuk kalus, yaitu
kumpulan sel yang secara
1953 Muir
normal digunakan oleh
tanaman untuk menutup luka.
Sel-sel dalam kalus tidak
homogen dalam sifat genetik
atau fisiologis
Mampu memurnikan GA dan
1955 FH.Stodola dkk menjadi awal dimulainya
industri kimia GA
Menemukan kinetin dalam
DNA sperma ikan herring.
Kinetin termasuk dalam
1955 C.O. Miller dkk
golongan sitokinin, dan
berperan dalam menstimulasi
pembelahan sel
Mengemukakan hukum
1957 F.Skoog & Cournuet keseimbangan hormon auksin
dan sitokinin
Perbanyak mikro, memperbaiki
1960-an Murashige teknik dan medium kultur
jaringan.
Kultur anther hingga SC.
1964 S.Guha Maheshwari menghasilkan
tanaman haploid.
6
Mengembangkan kultur embrio
1966 – 1967 SC. Maheshwari
dan pembuahan in vitro.
Kultur jaringan banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian seperti penyediaan bibit
dalam jumlah besar, menghasilkan bibit unggul, mengasilkan bibit yang bebas hama dan
penyakit, dan memperbaiki sifat-sifat tanaman. Perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan
dengan menggunakan fusi protoplas. Fusi protoplas merupakan pengabungan protoplast
tanaman untuk menghasilkan sifat-sifat yang diinginkan. Dengan fusi protoplast juga
dimungkinkan menghasilkan tanaman yang berukuran besar (poliploidi). Selain
menghasilkan tumbuhan beukuran besar melalui kultur jaringan juga dapat dihasilkan
tumbuhan berukuran (haploid). Tumbuhan haploid dapat dihasilkan melalui kultur antera
maupun kultur ovul
7
2 Kultur Jaringan untuk Tujuan Pengobatan (Medicine)
Kultur jaringan merupakan salah satu cara yang efisien untuk menghasilkan senyawa
metabolit sekunder yang berkhasiat obat. Kultur jaringan dapat digunakan sebagai metode
alternatif untuk memperoleh metabolit sekunder, karena dapat 5 dilakukan modifikasi media,
zat pengatur tumbuh, sumber karbon untuk menghasilkan metabolit yang diinginkan.
Keuntungan lain penggunaan kultur jaringan ini untuk produksi alkaloid adalah produksinya
dapat diatur, kualitas dan hasil produksi lebih konsisten, biaya produksi lebih kecil, dan
mengurangi penggunaan lahan. Beberapa tanaman yang penting dalam pengobatan dan telah
dilakukan dalam skala industri antara lain: Lithospermum erythrorhizon, Catharanthus
roseus, Dioscorea deltoidea, Digitalis lanata, Panax notoginseng, Taxus wallichiana dan
Podophyllum hexandrum. Untuk menghasilkan senyawa bioaktif yang berkhasiat obat dalam
skala besar dengan kultur sel dan kultur rambut akar (hairy root).
Pada umumnya tujuan pokok kultur jaringan adalah memperoleh tanaman dalam jumlah
banyak dengan waktu relatif singkat, menghasilkan kultivar atau varietas baru dan
perbanyakan dari meristem akan menghasilkan tanaman baru yang bebas virus.
8
konvensional
Biaya establishment Murah Mahal
9
4. Untuk mengetahui cara subkultur pada teknik kultur jaringan dan mengamati
tingkat keberhasilan subkultur pada tanaman alpukat.
BAB II
LANDASAN TEORI
10
Tanaman jeruk nipis/jeruk pecel merupakan tanaman yang memiliki nama latin Citrus
Aurantifolia. Berikut akan dijabarkan lebih detail mengenai klasifikasi dari tanaman jeruk
nipis itu sendiri:
Kingdom (Kerajaan) : Plantae
Sub Kingdom : Viridiplantae
Infra Kingdom : Streptophyta
Super Divisi : Embryophyta
Division (Divisi) : Tracheophyta
Sub Divisi : Spermatophytina
Class (Kelas) : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus L
Spesies : Citrus X Aurantifolia.
a. Akar (Radix)
Sistem perakaran jeruk nipis/jeruk pecel adalah akar tunggang dimana akar lembaga
tumbuh terus menjadi akar pokok yang bercabang – cabang menjadi akar-akar yang kecil.
Akarnya memiliki cabang dan serabut akar. Ujung akar tanaman jeruk terdiri dari sel-sel
muda yang senantiasa membelah dan merupakan titik tumbuh akar jeruk. Ujung akar
terlindung oleh tudung akar yang bagian luarnya berlendir sehingga ujung akar mudah
menembus tanah (Liana 2017).
b. Batang (Caulis)
Batang yang tergolong dalam batang berkayu (lignosus), yaitu batang yang biasanya
keras dan kuat, karena sebagian besar tergolong kayu. Batangnya berbentuk bulat (teres),
berduri (spina) pendek, kaku dan juga tajam. Selain itu, arah tumbuh batangnya mengangguk
(nutans), batangnya tumbuh tegak lurus ke atas tetapi ujungnya membengkok kembali ke
11
bawah.Sifat percabangan batang monopodial yaitu batang pokok selalu tampak jelas, karena
lebih besar dan lebih panjang (Boekoesoe dan Jusuf 2015).
c. Daun (Foluim)
Daunnya berwarna hijau dan jika sudah tua warna kulitnya menjadi kuning. Helain
daun berbentuk jorong, pangkal bulat, ujung tumpul, tepi beringgit, permukaan atas berwarna
hijau tua mengkilap, permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda, daging daun
seperti kertas, Panjang 2,5 – 9 cm, lebar 2,5 cm, 9 sedangkan tulang daunnya menyirip
dengan tangkai bersayap, hijau dan lebar 5 – 25 mm (Boekoesoe dan Jusuf 2015).
d. Buah (Fructus)
Buah jeruk nipis/jeruk pecel berbentuk bola bewarna kuning setelah tua atau masak
dan bewarna hijau ketika masih muda dengan diameter 3,5-5 cm. Kulit buah pada jeruk nipis
mengandung semacam minyak atsiri yang pahit rasanya. Minyak atsiri adalah sejenis minyak
yang mudah sekali menguap pada suhu kamar tanpa mengalami penguraian terlebih dahulu,
dan baunya sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Minyak tersebut mudah sekali
bersenyawa dengan alkohol, eter dan minyak lemak, tetapi sulit larut dalam air (Liana 2017).
e. Bunga (Flos)
Bunga muncul dari ketiak-ketiak daun atau pucuk-pucuk ranting yang masih muda.
Setelah pucuk daun tumbuh, beberapa hari kemudian akan disusul putikputik bunga. Bunga
jeruk nipis berwarna agak kemerahan hingga keunguan. Bunga jeruk biasanya berbau harum
karena banyak mengandung nektar (madu) (Liana 2017).
Sebagai kategori buah citrus, jeruk nipis/jeruk pecel punya vitamin C yang sangat kaya.
Dalam perasan air jeruk nipis seberat 60 gram, kamu sudah bisa memenuhi 22 persen
kebutuhan harian. Masih banyak lagi kandungan gizi yang ada di dalam jeruk nipis, seperti
yang disebutkan di bawah ini:
1. Kalori
2. Karbohidrat
3. Protein
4. Lemak
5. Serat
12
6. Zat besi
7. Kalsium
8. Thiamin
9. Kalium
10. Natrium
11. Vitamin B1, B2, dan B6
5. Mencegah dehidrasi
Untuk kamu yang rajin berolahraga, minum perasan jeruk nipis bisa membantu mencegah
dehidrasi akibat kehilangan banyak cairan tubuh. Kamu bisa menambahkan perasan dan
13
potongan jeruk nipis ke dalam air putih untuk mengganti cairan tubuh yang hilang sehabis
berolahraga.
14
2.2.1 Kultur In Vitro
Culture mengandung arti budidaya sedangkan in vitro dalam botol, berarti culture in
vitro merupakan budidaya tanaman dalam botol. Pada dasarnya kultur In Vitro adalah metode
untuk mengisolasi bagian-bagian tanaman seperti sel, jaringan atau organ yang ditumbuhkan
di atas medium secara aseptik dalam ruangan yang terkendali, sehingga bagian tanaman
tersebut dapat memperbanyak diri dan meregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Prinsip
kultur In Vitro terdapat pada teori sel yang dikemukakan oleh dua orang ahli biologi dari
German yaitu Schleiden dan Schwann. Teori tersebut menyatakan bahwa sel tumbuhan
bersifat autonom dan bersifat totipotensi. Sel bersifat autonom artinya dapat melakukan
metabolisme, tumbuh dan berkembang secara mandiri jika diisolasi tunas dari jaringan
induknya. Totipotensi diartikan sebagai kemampuan dari sel untuk tumbuh dan meregenerasi
menjadi tanaman lengkap kembali (Indriyanto, 2003).
Teori sel atau yang lebih dikenal dengan teori totipotensi menyatakan bahwa setiap sel
tanaman hidup mempunyai informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk
dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh jika kondisinya sesuai. Sel tersebut
merupakan kesatuan biologis terkecil yang mempunyai kemampuan untuk mengadakan
berbagai aktivitas hidup seperti metabolisme. Orang pertama yang membuktikan teori
totipotensi adalah Haberland pada tahun 1902. (Sandra. 2013).
Tujuan dari kultur In Vitro adalah untuk memperbanyak tanaman dengan waktu relatif
singkat, sebagai langkah dalam pemuliaan tanaman serta menghasilkan jenis tanaman yang
kita inginkan. Berbagai jenis tanaman dapat dibudidayakan melalui kultur di antaranya ialah
tanaman Pisang Raja Bulu Kuning (Musa Paradisiaca. L) . Keuntungan dari kultur In Vitro
ialah untuk pengadaan bibit tidak tergantung lagi pada musim, bibit dapat diproduksi dalam
jumlah besar dengan waktu yang relatif cepat, bibit yang dihasilkan bersifat seragam, bebas
terhadap penyakit (Nurheti, 2010).
2.2.2 Subkultur
Subkultur adalah pemindahan exsplan ke botol lain untuk berbagai tujuan untuk
memperbanyak dan pengakaran. Exsplan merupakan bahan tanaman yang akan ditanam di
15
media sesuai dengan tanaman yang mau diinisiasi. Dapat juga dikemukakan bahwa subkultur
yaitu pemindahan kultur dari botol kultur yang satu ke botol kultur lainnya, dengan berbagai
tujuan. Oleh karena itu maka dalam mengerjakan subkultur harus mengetahui terlebih dahulu
dan menyiapkan semua kebutuhan untuk subkultur tersebut. Hal ini sangat penting untuk
meningkatkan keberhasilan di dalam subkultur.
Ada pula proporsi keberhasilan subkultur secara umum adalah kisaran 80 % - 100 %.
Sedangkan proporsi keberhasilan inisiasi pada kisaran 0% - 10% saja. Hal ini dapat dijangkau
bahwa untuk inisiasi, bahan eksplan belum steril, apalagi bahan eksplan yang berasal dari
alam, maka bisa dipastikan di dalam eksplan tersebut terdapat mikroba indofet (mikroba yang
hidup dalam tumbuhan), mikroba yang ada di dalam eksplan tersebut. Hal inilah yang
menyebabkan eksplan sering kontaminasi setelah diinisiasi beberapa waktu.
Berbeda dengan inisiasi maka subkultur, pada umumnya kondisi sudah steril sehingga
peluang keberhasilan sangat tinggi. Tapi banyak juga kemungkinan kultur tanaman yang
sebenarnya masih mengandung mikroba di dalam jaringannya, mikroba tersebut belum
sempat keluar saat inisiasi awal, dan sudah pulih dari lukanya sehingga mikroba tidak keluar
dan mengkontaminasi media. Tapi saat disubkultur, bahan subkultur dipotong-potong dan
luka akhirnya mikroba yang masih ada di dalam kultur tanaman akan keluar dan
mengkontaminasi media kultur.
Subkultur tidak hanya sekedar untuk memperbanyak saja. Sama halnya dengan kultur
jaringan bukan hanya sekedar teknologi untuk perbanyakan saja tapi masih banyak pula
tujuan dari kultur jaringan, diantaranya yaitu :
1. Penyelamatan
2. Perbanyakan
3. Peremajaan
4. Penjarangan
5. Perlakuan
6. Pemilahan
2.2.3 Inisiasi
16
Inisiasi berasal dari kata bahasa Latin, initium, yang berarti masuk atau permulaan,
secara harafiah berarti masuk ke dalam.
Inisiasi adalah tahap pengambilan bahan tanaman dari tanaman induk yang akan
diperbanyak secara kultur jaringan. Sebelum melakukan inisiasi sebaiknya terlebih dahulu
melakukan sterilisasi. Tujuan utama tahap ini adalah mengusahakan kultur yang aseptic atau
aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari
mikroorganisme yang tidak diinginkan.
Terdapat 2 tahapan dalam melaksanakan inisiasi yaitu, inisiasi luar dan inisiasi dalam.
Inisiasi Luar kegiatan membersihkan/menghilangkan spora atau bakteri yang
menempel pada bahan tanaman, bahan tanaman bisa berupa daun, biji, batang, pucuk,
dll.
2.2.4 Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah proses pemindahan planlet hasil kultur jaringan untuk ditumbuhkan
pada kondisi lingkungan terbuka. Planlet adalah tanaman dalam botol yang siap diperbanyak
(dimulti/dipotong). Aklimatisasi dilakukan dengan memindahkan planlet ke media tertentu
dengan intensitas cahaya rendah dan kelembaban nisbi tinggi, lalu secara berangsur-angsur
kelembabannya diturunkan dan intensitas cahayanya dinaikkan.
Aklimatisasi dilakukan bila planlet telah mencapai pertumbuhan optimal dengan struktur
akar yang sempurna. Tujuan utama aklimatisasi adalah agar planlet tersebut dapat beradaptasi
pada lingkungan eksternal. Pada saat aklimatisasi faktor suhu, cahaya, dan media tanam
sangat menentukan keberhasilan aklimatisasi.
17
BAB III
METODOLOGI LAPORAN
Kegiatan Praktek Kerja Industri dilakukan di PT. Wahana Insan Kemilau yang beralamat
di Jalan Tirtayasa, Gg. Rewok, Campang Raya, Bandar Lampung selama 4 minggu di mulai
pada tanggal 09 Agustus sampai dengan 10 September 2021.
18
2. Menampilkan keindahan dan manfaat dari tanaman sehingga mampu mempunyai
unsur sosial masyarakat, destinasi wisata, dan unsur forestry.
MISI
1. Merekayasa teknik budidaya untuk memperkaya keanekaragaman hayati dan
menciptakan bibit tanaman yang unggul.
2. Menggali potensi masing-masing tanaman untuk lebih mengetahui manfaatnya
3.2.1 Alat
1. Petridish 15 cm dan 7 cm
2. Scalpel
3. Mata pisau No. 3 dan No. 11
4. Spatula
5. Gunting
6. Sprayer
7. Api bunsen
8. Pinset lurus dan pinset dental (bengkok)
9. Karet
10. Alumunium foil
11. Botol kultur/ kaca
12. Timbangan 4 digit
13. Gelas Ukur plastic 1000 & 3000 mL
14. Laminar Air Flow
15. Autoclave
16. Gas
17. pH meter
18. Oven
19. Freezer atau refrigator
20. Batang pengaduk
21. Gelas piala 100 mL
19
3.2.2 Bahan
1. Fungisida
2. Bakterisida
3. Air steril
4. Bayclin
5. HgCl
6. Alkohol 70%
7. Spiritus
8. Bahan tanaman yang akan ditanam
9. Tissue
20
3. Membuat alcohol 70%, dengan cara memipet alcohol dengan konsentrasi 96%
sebanyak 729,167 mL lalu ditambahkan dengan air steril hingga mencapai
keadaan tera yaitu 1000 mL. (catatan: didapat 729,167 mL dengan menggunakan rumus
v1 x m1 = v2 x m2, dengan v sebagai kelarutan dan m sebagai konsentrasi).
21
6. Melanjutkan inisiasi dalam laminar.
22
16. Menyimpan botol yang telah berisi tanaman diruang inkubasi.
BAB IV
Botol
No. Tanggal Pengamatan 1 2 3 4 5 6 7
Pucuk Pucuk Pucuk Pucuk Daun Daun Daun
1. 17 Kontaminasi - - - - - - -
Agustus
2021 Tidak
Kontaminasi
-
Kalus - - - - - -
23
Keterangan - - - - - 90%Kalus -
Kontaminasi - - - - - -
Tidak
Kontaminasi
- -
21
2. Agustus
2021 Kalus - - - - - -
Keterangan Kontaminasi - - - - - -
Pada media
Kontaminasi - -
Tidak
Kontaminasi
- - - -
25
3. Agustus Kalus - - - -
2021 - -
Kontaminasi
Keterangan - Kontaminasi - - - -
pada
Pada media
tumbuhan
Kontaminasi -
Tidak
Kontaminasi
- - -
29
4. Agustus
Kalus - - - - - -
2021
Kontaminasi
Keterangan - - - Kontaminasi - - pada
pada media
tumbuhan
6.2 Pembahasan
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti
sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik, sehingga bagian
tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali.
Teknik kultur jaringan memanfaatkan prinsip perbanyakan tumbuhan secara vegatatif.
Berbeda dari teknik perbanyakan tumbuhan secara konvensional, teknik kultur jaringan
dilakukan dalam kondisi aseptik di dalam botol kultur dengan kondisi tertentu.
Lingkungan aseptic salah satu syarat utama suksesnya kegiatan kultur jaringan perlu
diterapkan dengan sungguh-sungguh. Untuk itu perlu adanya usaha sterilisasi peralatan yang
akan digunakan dalam proses kultur. Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur
jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-
24
alat yang juga steril. Steril merupakan kondisi benda atau objek yang bebas dari segala jenis
sel hidup, spora dan virus.
Berdasarkan data hasil pengamatan yang telah dilakukan, terdapat satu tanaman yang
akan menjadi tunas, ia masih dalam bentuk kalus yaitu tahapan yang harus dijalani sebelum
menjadi tunas, kalus ialah sel yang tidak berbentuk atau belum terdiferensiasi yang terbentuk
dari sel-sel yang terus menerus membelah secara in vitro. Berdasarkan pengamatan massa
yang diperlukan tanaman tersebut menjadi kalus 90% adalah sekitar 3 hari, cepat atau
lambatnya pertumbuhan bergantung pada media dan zat pengatur tumbuh apa yang
digunakan, untuk percobaan yang saya lakukan disini saya menggunakan media WPM E ,
tujuan dipakainya media WPM E ini adalah untuk pertumbuhan perbanyakan. Selain itu juga
terdapat 3 tanaman yaitu berupa daun yang terkontaminasi dikarenakan media yang kurang
steril dan proses penanaman yang kurang steril juga. Dan untuk yang tersisa ada
embriosomatik yang akan menjadi kalus juga mungkin sekitar 30-50% akan menjadi kalus
dan akan tumbuh tunas jika pada massa itu belum terkontaminasi pada tanamannya.
Kontaminasi pada media dan eksplan terjadi karena adanya jamur ataupun bakteri yang
tidak mati pada saat sterilisasi media maupun yang masuk dalam media pada saat proses
penanaman, atau saat pemeliharaan. Pada media atau eksplan yang terkontaminasi oleh jamur
maka akan terdapat jamur yang berwarna putih atau hijau lumut yang akan terus tumbuh
menutupi botol kultur.
25
(a) (b)
Sumber: dokumentasi pribadi Sumber: dokumentasi pribadi
(C)
BAB V
5.1 Kesimpulan
26
1. Kultur jaringan adalah teknik untuk membudidayakan atau menumbuhkan tanaman
dengan cara mengisolasi eksplan seperti sel, jaringan maupun organ maupun
5. Jeruk Pecel yang ditanam sudah berubah menjadi kalus dalam kurun waktu 3 hari.
5.2 Saran
1. Kedisiplinan dan ketertiban karyawan PT. Wahana Insan Kemilau dapat lebih
2. Sangatlah perlu diperhatikan kebersihan dan kesterilan alat, media, ruang kultur, dan
2. Lebih memperhatikan penggunaan APD pada saat didalam laboratorium dan terutama
DAFTAR PUSTAKA
Ir. IGA. Maya Kurnia, M.Si/PP. 02 April 2015 Kultur Jaringan pada Tumbuhan. Bali:
Madya pada Distanak Kab.Buleleng. Diakses di
https://distan.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/kultur-jaringan-pada-tumbuhan-49
tanggal 07 Agustus pukul 14.57 WIB
Santoso, Untung, dan Fatimah Nursandi. 2002. Kultur Jaringan Tanaman. Malang:
Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.
Dwiyani, Rindang. 2015. Kultur jaringan tanaman. Bali: Pelawa Sari “Percetakan dan
Penerbit”.
27
Dewanti, Parawita. 2018. Teknik kultur jaringan tanaman: Prinsip Umum Dan Metode
Aplikasi Di Bidang Bioteknologi Pertanian. Jember: UPT Percetakan Dan Penerbitan
universitas Jember. Diakses di
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/96745/F.
%20P_Buku_Parawita%20D_TEKNIK%20KULTUR%20JARINGAN
%20TANAMAN.pdf?sequence=1&isAllowed=y tanggal 21 Juni 2021 pukul 18.52
WIB.
Silalahi, Marina. 2014. Bahan Ajar Kultur Jaringan. Jakarta Timur. Diakses di
http://repository.uki.ac.id/194/ pada tanggal 25 Juni 2021 pukul 19.41.
Nuriyanto, Slamet. 2018. Uji Perbedaan Komposisi BAP & NAA Terhadap Pertumbuhan
Tunas Pisang Raja Bulu Kuning Melalu Kultur In Vitro. Malang. Diakses di
http://eprints.umm.ac.id/41541/ tanggal 25 Juni 2021.
Parnidi dan Untung setyo-budi. 2016. Keragaan Klon-Klon Abaca (Musa Textilis Nee) Hasil
Kultur InVitro Pada Fase Aklimatisasi. Malang. Diakses di
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/7554 pada tanggal 26 Juni 2021.
2019. ”Subkultur Dalam Kultur Jaringan”. Bandung http://eshaflora.com/index.php/292-
subkultur-dalam-kultur-jaringan-tanaman, diakses pada tanggal 26 Juni 2021 , jam
11.15
Putra. ”Manfaat, Teknik, Media dan Contoh KJ Tumbuhan”,
https://salamadian.com/kulturjaringan/, diakses pada tanggal 28 Juni 2021, jam 13.10
Agrotek.id. (2019)."Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Alpukat". Diakses pada 25 Juni
2021, dari https://agrotek.id/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-alpukat/
Rimbakita.com. (2019). "Alpukat-Taksonomi, Karakteristik, Asal, Kultivar & Manfaat".
Diakses pada 25 Juni 2021, dari https://rimbakita.com/alpukat/#:~:text=Varietas
%20tanaman%20alpukat%20asli%20dan,Selatan%20sejak%20tahun
%205.000%20SM
Wibawa, Agung Tri. 2021. "Morfologi Tanaman Alpukat",
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/92513/Morfologi-Tanaman-Alpukat/,
diakses pada 25 Juni 2021 pukul 20.39 WIB
Wisnubrata. 2017. "Asal Nama Alpukat Ini Mungkin Membuat Anda Tidak Nyaman",
https://lifestyle.kompas.com/read/2017/06/30/162154320/asal.nama.alpukat.ini.mung
kin.membuat.anda.tidak.nyaman , diakses pada 25 Juni 2021 pukul 20.58 WIB
"LAPORAN KULTUR JARINGAN". (2013). Diakses pada 26 Juni 2021 dari http://bayu-
jaellani.blogspot.com/2013/04/laporan-kultur-jaringan_30.html
28
LAMPIRAN FOTO
29
Ruangan Inkubasi
30
Proses Inisiasi Luar (merendam eksplan dengan fungisida, bakterisida, dan alkohol)
31
Eksplan jeruk pecel yang
Proses Penanaman
Proses Inisiasi Dalam telah ditanam di media WPM
Eksplan
E
32
Ruang tanaman anggrek yang Proses penambahan media pada
telah di aklimatisasi tanaman anggrek
33