Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI ( PRAKERIN)

PT. WAHANA INSAN KEMILAU


Jl. Tirtayasa, Gg. Rewok, Campang Raya, Bandar Lampung
09 Agustus sampai 10 September 2021

KULTUR JARINGAN PADA SAMPEL


TANAMAN JERUK PECEL

Oleh :
M. Yasa Ilham Yusnia (196335)

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


INDUSTRI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMTI
BANDAR LAMPUNG
2021

i
LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI ( PRAKERIN)
PT. WAHANA INSAN KEMILAU
Jl. Tirtayasa, Gg. Rewok, Campang Raya, Bandar Lampung
09 Agustus sampai 10 September 2021

KULTUR JARINGAN PADA SAMPEL


TANAMAN JERUK PECEL

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Dalam


Menylesaikan Pendidikan Di Sekolah Menengah Kejuruan –
SMTI Bandar Lampung

Oleh :

M. Yasa Ilham Yusnia (196335)

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


INDUSTRI PUSAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
KEJURUAN DAN VOKASI INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN-SMTI
BANDAR LAMPUNG
2021

ii
PERSETUJUAN/PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Industri ( Prakerin ) pada PT. Wahana Insan Kemilau atas
nama :

M. Yasa Ilham Yusnia

(196335)

Telah disetujui dan disahkan pada hari …. Tanggal …. Bulan …. Tahun ….

Disetujui oleh :

Pembimbing Perusahaan

Didi Suwardi

Guru Pembimbing,

Indrayani, S.Pd Eis Nurbanti, S.Pd


NIP. 197612172003122003 NIP

DisahkanOleh :
Kepala SMK-SMTI Bandar Lampung

Dra.Sulastri,MTA
NIP. 196408121991032003
KATA PENGANTAR

iii
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Industri (Prakerin) di PT. Wahana Insan Kemilau yang dilaksanakan pada tanggal
09 Agustus sampai dengan 10 September 2021. Laporan ini disusun sebagai salah
satu persyaratan dalam menyelesaikan tugas di Sekolah Menengah Kejuruan –
SMTI Bandar Lampung.

Penulis sangat menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada. Praktik


Kerja Industri yang kami lakukan ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak,
dalam bentuk penyuluhan, bimbingan, kritik, dan saran, sehingga dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua, kakak dan, adik yang selalu mendukung serta
mendoakan penulis.
2. Ibu Dra.Sulastri,MTA selaku kepala SMK-SMTI Bandar Lampung.
3. Ibu Primasari Linda, S.Si dan Ibu Eis Nurbananti, S.Pd selaku guru
pembimbing yang sudah menyempatkan waktu untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan.
4. Bapak Aditia selaku wakil direktur di PT.Wahana Insan Kemilau.
5. Bapak Didi Suwardi selaku pembimbing praktek di PT.Wahana Insan
Kemilau.
6. Ibu Putri, Ibu Hevi, Kak Agis, Kak Yani, Pak Mul, Mas Pur serta
karyawan Laboratorium PT. Wahana Insan Kemilau lainnya yang telah
banyak membantu dan membimbing penulis dalam melaksanakan Laporan
Praktek Kerja Industri.

iv
Penulis menyadari bahwa Laporan Praktek Kerja Industri ini masih
banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu,penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk memperbaiki laporan
pada masa yang akan datang. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri maupun yang membacanya.

Campang Raya, September 2021

v
DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN/PENGESAHAN...............................................................................iii
KATA PENGANTAR....................................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Ruang Lingkup Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................................9
1.3.1 Tujuan Umum..................................................................................................9
1.3.2 Tujuan Khusus...............................................................................................10
BAB II LANDASAN TEORI......................................................................................10
2.1 Teori Umum..........................................................................................................10
2.1.1 Sejarah Tanaman Jeruk Pecel ......................................................................10
2.1.2 Klasifikasi Tanaman Jeruk Pecel..................................................................11
2.1.2 Morfologi jeruk Pecel....................................................................................12
2.1.4 Kandungan dan manfaat jeruk Pecel............................................................13
2.2 Teori Khusus........................................................................................................16
2.2.1 Kultur In Vitro................................................................................................16
2.2.2 Subkultur.........................................................................................................17
2.2.3 Inisiasi.............................................................................................................18
2.2.4 Aklimatisasi ...................................................................................................19
BAB III METODOLOGI LAPORAN........................................................................19
3.1 Lokasi Prakerin....................................................................................................19
3.1.1 Sejarah perusahaan.........................................................................................20
3.1.2 Visi dan misi perusahaan...............................................................................20
3.2 Bahan dan Peralatan............................................................................................20
3.2.1 Alat..................................................................................................................20
3.2.2 Bahan...............................................................................................................20

vi
3.3 Prosedur Kerja......................................................................................................22
3.3.1 Inisiasi luar dan dalam...................................................................................23
3.3.2 Menanam dalam laminar...............................................................................23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................25
4.1 Hasil.......................................................................................................................25
4.2 Pembahasan..........................................................................................................26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................28
5.1 Kesimpulan...........................................................................................................28
5.2 Saran......................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................29
LAMPIRAN FOTO.......................................................................................................31

vii
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture, weefcel cultus atau
gewebe kultur. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai
bentuk dan fungsi yang sama. Maka, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan
tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya (Suryowinoto, 1991
dalam Hendaryono dan Wijayani, 1994).
Manfaat perbanyakan tanaman secara kultur jaringan adalah untuk perbanyakan vegetatif
tanaman yang permintaannya tinggi tetapi pasokannya rendah, karena laju perbanyakan
secara konvensional dianggap lambat. Di samping itu, perbanyakan tanaman secara kultur
jaringan sangat bermanfaat untuk memperbanyak tanaman introduksi, tanaman klon unggul
baru, dan tanaman bebas patogen yang perlu diperbanyak dalam jumlah besar dalam waktu
yang relatif singkat (Yusnita, 2003, hlm. 9).

Kultur jaringan merupakan teknik untuk membudidayakan atau menumbuh tanaman


dengan cara mengisolasi eksplan seperti sel, jaringan, organ maupun protoplas yang
kemudian diinduksi dalam kondisi aseptik secara in vitro agar dapat memperbanyak diri dan
beregenerasi menjadi tanaman dengan organ yang lengkap (sudah terbentuk daun, batang dan
akar) (Sukmadjaja dan Mulyana, 2011; Gunawan, 1987). Pada awalnya teknik ini digunakan
untuk memperoleh bibit tanaman dalam jumlah besar dan dalam waktu yang relatif singkat,
namun sekarang sudah berkembang sehingga teknik ini digunakan untuk mencapai banyak
tujuan misalnya untuk menghasilkan tanaman unggul. Kultur jaringan adalah salah satu usaha
pembiakan tanaman secara modern, karena dengan mengisolasi bagian-bagian tanaman
seperti daun, batang, tunas, akar dan biji yang ditanam pada media buatan yang kaya akan
nutrisi dan zat pengatur tumbuh serta ditumbuhkan dalam kondisi steril akan mampu tumbuh

1
sempurna dan menghasilkan tanaman yang sama dengan induknya. Prinsip tekhnik kultur
jaringan yaitu perbanyakan tanaman menggunakan media buatan yang dilaksanakan di
tempat steril dan aseptis

I.2 Ruang Lingkup Masalah

Faktor pembatas dalam perbanyakan tanaman secara kultur jaringan salah satu nya
adalah dengan terjadinya kontaminasi pada setiap masa dalam pada periode kultur.
Kontaminasi dapat berasal dari eksplan (baik internal maupun eksternal), organisme kecil
yang masuk kedalam media (seperti semut), botol kultur atau alat-alat yang kurang steril,
lingkungan kerja dan ruang kultur yang kurang steril (spora di udara).

Eksplan dapat terkontaminasi oleh berbagai mikroorganisme seperti jamur, bakteri,


serangga atau virus. Namun sumber utama kontaminasi adalah spora jamur dan bakteri yang
membentuk bagian alami dari atmosfer. Banyak yang bersifat non patogenik, artinya mereka
tidak menyebabkan bahaya bagi tanaman inang pada kondisi normal.

Kontaminasi permukaan dapat di atasi dengan cara pencucian menggunakan berbagai


perlakuan bahan pensteril. Keterbatasan utama adalah untuk memberikan perlakuan yang
cukup kuat untuk mengeliminasi kontaminasi tanpa merusak jaringan tanaman.

Kontaminasi yang disebabkan oleh mikroorganisme endofilik (organisme yang hidup


didalam sel atau antar ruang antar sel tanaman) yang sering merupakan biote dari tanaman
sumber eksplan, sulit diatasi dengan sterilisasi permukaan.  Keadaan ini disebabkan oleh
koloni bakteri sering tidak muncul pada saat baru dikulturkan pertama kali, tetapi beberapa
minggu kemudian muncul koloni bakteri. Bateri tersebut tetap ada setelah disubkulturkan
beberapakali, karena hidupnya memang secara epifit didalam jaringan tanaman.

Eksudasi dari eksplan merupakan tipe kontaminasi yang lain, bukan dari organisme
lain. Ketika jaringan tanaman terluka, dengan cara pemotongan atau perlakuan bahan kimia
seperti larutan klorin, reaksi fisiologis terjadi pada sel disekitar luka. Salah satu prosesnya
adalah produksi bahan biokimia atau sebagai produk pecahan atau sintesa sebagai mekanisme
perlindungan. Keluarnya substansi dari jaringan akan terjadi. Bahan kimia ini mungkin atau
mungkin tidak memberi pengaruh mematikan pada pertumbuhan kultur.

2
Adapun kontaminasi yang sering terjadi pada kultur jaringan tanaman terdiri atas 2
jenis yaitu kontaminasi oleh bakteri atau kontaminasi oleh jamur. Untuk membedakan kedua
jenis kontaminasi ini, dapat dilihat dari ciri-ciri fisik yang muncul pada eksplan maupun
media kultur. Bila terkena kontaminasi bakteri maka tanaman akan basah atau menyebabkan
lendir, hal ini dikarenakan bakteri langsung menyerang terhadap jaringan dari tubuh
tumbuhan itu sendiri. Sedangkan bila terkontaminasi oleh jamur, tanaman akan lebih kering,
dan akan muncul hifa jamur pada tanaman yang terserang dan biasanya dapat dicirikan
dengan adanya garis-garis (seperti benang) yang berwarna putih sampai abu-abu.

Upaya untuk mencegah kontaminasi pada media tanam dapat dilakukan dengan
melakukan sterilisasi alat dan bahan sebelum proses pengkulturan. Media yang digunakan
juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf. Autoklaf adalah alat
yang digunakan untuk sterilisasi media mikrobiologi, dan peralatan gelas laboratorium untuk
membunuh bakteri dengan menggunakan uap bersuhu 121°C selama 45 menit. Sterilisasi
media selama 25-30 menit dengan suhu 121°C, jika lebih dari 30 menit media akan cair.

Selain itu media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. 
Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang mendukung
kehidupan jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan
untuk hidup dan memperbanyak dirinya. Media kultur tersebut terdiri dari unsur hara makro,
mikro, sumber karbon (gula), vitamin dan asam amino serta zat pengatur tumbuh. Selain itu,
diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, bahan organik. Media yang sudah jadi
ditempatkan pada botol-botol kaca. Senyawa tersebut mempunyai arti penting untuk
kelangsungan pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan secara in vitro (dalam botol).  Ada
dua penggolongan media tumbuh yaitu media padat dan media cair. Media padat pada
umumnya berupa padatan gel, seperti agar dan nutrisi dicampurkan pada agar. Sedangkan
media cair adalah media dengan nutrisi yang dilarutkan di air. Faktor yang perlu diperhatikan
pada media cair atau padat adalah Derajat Keasaman atau pH dari media kultur. Sel tanaman
membutuhkan pH sebesar 5,8 oleh karena itu media harus diatur pHnya agar sesuai dengan
pertumbuhan sel tanaman.

3
  Media kultur in vitro juga memerlukan pertimbangan tertentu dalam campuran
mineral, gula, vitamin dan hormon tumbuh. Sebagai contoh untuk induksi pertumbuhan sel
kalus media Murashige dan Skoog (MS) dapat ditambahkan hormones auksin 2,4 D untuk
induksi tunas dapat ditambahkan hormone IAA, sedangkan untuk pertumbuhan plantlet dapat
ditambahkan IAA dan Kinetin pada media MS lengkap. Semua media MS hasil modifikasi
dengan penambahan hormon atau vitamin tertentu dapat dibuat dalam bentuk cair maupu
padat dengan menambahkan bahan pemadat seperti agar, ekstrak kentang dan ekstrak
pisang. Kemudian jika media kultur telah dipastikan siap, maka teknik kultur jaringan siap
dilakukan.

Tahapan perkembangan penelitian kultur jaringan penting pasca abad 18

Tahun Peneliti Hasil Penelitian

Berpendapat bahwa inisiasi


pembelahan sel sangat
dipengaruhi oleh faktor
1982 J. Wiesner
endogen, terutama
keseimbangan beberapa faktor
endogen.
Mengungkapkan kenyataan
bahwa difusi dari floem
jaringan dapat mempengaruhi
1913 Haberlandt
induksi pembelahan sel.
Artinya ada faktor luar yang
berperan.

Perkembangan embrio dari


1919 D.I. Andronescu
bagian endosperm jagung.

Kultur ujung akar. Hasilnya


W.J. Robbins. masih hanya memanjang.
1922
Katte Kultur ujung akar. Hasilnya
sama dengan Robbins.

Merintis penggunaan ekstrak


1925 W.J. Robbins.
Yeast dan pepton.

Mampu mengisolasi auksin dari


1931 Kogl & H-Smit
urine manusia.

4
Kultur ujung akar tomat yang
tumbuh (menggunakan mineral
sukrosa dan ekstrak Yeast)
1932 – 40 P.R. White.
ternyata extra yeast dapat
diganti vitamin B (tiamin,
piridoxin, asam nikotimik)
Kultur embrio pada cherry,
menunjukkan bahwa
1933 H.B Tukey
manipulasi media dapat juga
menumbuhkan embrio.

1934 Kogl & Kostermans Mengisolasi auksin dari yeast.

Kultur kambium beberapa


pohon, tetapi tidak
terdiferensiasi sukses dalam
1934 Gautheret
kultur akar wortel, di mana sel-
selnya bisa berkembang dan
tumbuh tunas-tunas baru.
Menemukan Giberilin dari
1935 T. Yabuta jamur Ascomycetes
(GioberellaFujikuroi)
Mempelajari tentang peran D.
Bonner asam nikotimik dan
1938 J.Bonner
ABA terhadap perkembangan
embrio tanaman.
Kultur akar: mempelajari peran
vitamin, keseimbangan
1939 – 50 H.E. Street hormon, dan subpal karbohidrat
terhadap perkembangan
eksplan.

Telah mampu meregenerasi


1939 Prevot
Begonia dari jaringan daun.

Kultur embrio muda dengan


tambahan air kelapa, hasilnya
1941 Van Overbeek baik karena air kelapa
mengandung hormon vitamin,
asam amino dan gula.
1944 C.O. Miller Menanam jaringan empulur F.
Skoog tembakau dengan
adenin, IAA, fosfat dan
menghasilkan kalus dan tunas

5
baru.
Mengungkapkan bahwa bagian
apikal tanaman (meristem
done) adalah bebas virus.
1949 Limasset Asumsinya bahwa pada
meristem ini kecepatan
membelah sel nya lebih cepat
dibanding multiplikasi virus.
Menghasilkan tanaman bebas
1952 Morel & Martin virus dari tanaman Dahlia yang
terserang virus.
Kultur sel dari jaringan Tegetes
erectes dan Nicotiana tabacum
dalam medium cair yang
digojlog. Terbentuk kalus, yaitu
kumpulan sel yang secara
1953 Muir
normal digunakan oleh
tanaman untuk menutup luka.
Sel-sel dalam kalus tidak
homogen dalam sifat genetik
atau fisiologis
Mampu memurnikan GA dan
1955 FH.Stodola dkk menjadi awal dimulainya
industri kimia GA
Menemukan kinetin dalam
DNA sperma ikan herring.
Kinetin termasuk dalam
1955 C.O. Miller dkk
golongan sitokinin, dan
berperan dalam menstimulasi
pembelahan sel
Mengemukakan hukum
1957 F.Skoog & Cournuet keseimbangan hormon auksin
dan sitokinin
Perbanyak mikro, memperbaiki
1960-an Murashige teknik dan medium kultur
jaringan.
Kultur anther hingga SC.
1964 S.Guha Maheshwari menghasilkan
tanaman haploid.

Kultur in vitro ovul dan ovari


1966 S.Guha
BM.Johri tanaman tembakau

6
Mengembangkan kultur embrio
1966 – 1967 SC. Maheshwari
dan pembuahan in vitro.

Kultur haploid dari bahan JP.


1967 JP. Bourgin
Nitsch tanam stamen

Kultur protoplas dan fusi


Scheider protoplas tanaman
1970 Krumbiegel
Daturainnoxia X Atropa
Belladonna
Melaporkan tentang potensi for
plant genetic kultur in vitro
1984 Internasional Board
sebagai sarana resources
koleksi plasma nutfah

1985 L.A. Withers Teknik Cryopreservation

Mampu melakukan teknik


1989 Fujii, dkk pembuatan biji sintetik atau
artifical speed.

 Manfaat Kultur Jaringan

1. Kultur Jaringan dalam Bidang Pertanian (Agricultural)

Kultur jaringan banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian seperti penyediaan bibit
dalam jumlah besar, menghasilkan bibit unggul, mengasilkan bibit yang bebas hama dan
penyakit, dan memperbaiki sifat-sifat tanaman. Perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan
dengan menggunakan fusi protoplas. Fusi protoplas merupakan pengabungan protoplast
tanaman untuk menghasilkan sifat-sifat yang diinginkan. Dengan fusi protoplast juga
dimungkinkan menghasilkan tanaman yang berukuran besar (poliploidi). Selain
menghasilkan tumbuhan beukuran besar melalui kultur jaringan juga dapat dihasilkan
tumbuhan berukuran (haploid). Tumbuhan haploid dapat dihasilkan melalui kultur antera
maupun kultur ovul

7
2 Kultur Jaringan untuk Tujuan Pengobatan (Medicine)

Kultur jaringan merupakan salah satu cara yang efisien untuk menghasilkan senyawa
metabolit sekunder yang berkhasiat obat. Kultur jaringan dapat digunakan sebagai metode
alternatif untuk memperoleh metabolit sekunder, karena dapat 5 dilakukan modifikasi media,
zat pengatur tumbuh, sumber karbon untuk menghasilkan metabolit yang diinginkan.
Keuntungan lain penggunaan kultur jaringan ini untuk produksi alkaloid adalah produksinya
dapat diatur, kualitas dan hasil produksi lebih konsisten, biaya produksi lebih kecil, dan
mengurangi penggunaan lahan. Beberapa tanaman yang penting dalam pengobatan dan telah
dilakukan dalam skala industri antara lain: Lithospermum erythrorhizon, Catharanthus
roseus, Dioscorea deltoidea, Digitalis lanata, Panax notoginseng, Taxus wallichiana dan
Podophyllum hexandrum. Untuk menghasilkan senyawa bioaktif yang berkhasiat obat dalam
skala besar dengan kultur sel dan kultur rambut akar (hairy root).

 Tujuan Kultur Jaringan

Pada umumnya tujuan pokok kultur jaringan adalah memperoleh tanaman dalam jumlah
banyak dengan waktu relatif singkat, menghasilkan kultivar atau varietas baru dan
perbanyakan dari meristem akan menghasilkan tanaman baru yang bebas virus.

Beberapa kelebihan menggunakan kultur jaringan adalah untuk perbanyakan masal,


waktu yang dibutuhkan relatif singkat, tidak tergantung musim, bebas penyakit, dan
memudahkan transportasi. Teknik ini dikenal dengan teknik mikropropagasi. Mikropropagasi
merupakan teknik kultur jaringan yang digunakan untuk menghasilkan tanaman secara masal
atau perbanyakan klonal dari berbagai jenis tanaman..

Perbandingan perbanyakan tanaman secara vegetatif konvensional dan mikropropagasi

Perbanyakan vegetatif Mikropropagasi

8
konvensional
Biaya establishment Murah Mahal

Keahlian atau skill pekerja Dibutuhkan keahlian Dibutuhkan keahlian bekerja


mengenal buding dibutuhkan secara aseptik di
keahlian mengenal budding, laboratorium
grafting, okulasi, dll
Ukuran bahan tanam awal Besar (misalnya ukuran stek Sangat kecil (misalnya bisa
10-20 cm) mencapai ≤ 1 mm untuk
kultur meristem)
Jumlah anakan yang Hanya satu Ratusan hingga ribuan
dihasilkan dari 1 bahan
tanam persatuan waktu
Sifat anakan yang Identik dengan induknya Identik dengan induknya
dihasilkan

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

1. Mengembangkan dan mempraktikkan ilmu pengetahuan siswa yang diperoleh


disekolah.
2. Melatih mempersiapkan siswa sebagai calon tenaga kerja analis dan teknologi
di bidang industri yang memilih pengetahuan, keterampilan, inisiatif, kreatif,
professional dan bertanggung jawab serta produktif.
3. Memperluas pengetahuan siswa terhadap perusahaan industri.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menambah pengetahuan mengenai kultur jaringan.


2. Mengenal kondisi steril pada semua komponen pekerjaan kultur jaringan.
3. Untuk mengamati pertumbuhan alpukat yang di tumbuhkan dalam media in
vitro.

9
4. Untuk mengetahui cara subkultur pada teknik kultur jaringan dan mengamati
tingkat keberhasilan subkultur pada tanaman alpukat.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Umum

2.1.1 Sejarah Tanaman Jeruk Pecel

Jeruk nipis (Lat Citrus aurantifolia; Famili: Rutaceae) merupakan jenis tumbuhan yang


masuk kedalam suku jeruk-jerukan, tersebar di Asia Dan Amerika Tengah dikenal juga
sebagai jeruk pecel. Pohon jeruk pecel dapat mencapai tinggi 3—6 meter, bercabang banyak
dan berduri, daun lonjong, tangkai daun bersayap kecil. Perbungaan muncul dari ketiak daun
dan bunga kecil, putih berbau harum. Buah bulat sampai bulat telur, berwarna hijau sampai
kuning dan kulit buah tipis mengandung banyak minyak atsiri. Daging buah berwarna putih
kehijauan, sangat asam, mengandung banyak vitamin C dan asam sitrat. Biji banyak, kecil,
bersifat poliembrioni. Di Indonesia dapat hidup di dataran rendah sampai ketinggian
1000 m dari permukaan laut. Tumbuh baik di tanah alkali, di tempat-tempat yang terkena
sinar matahari langsung. Perbanyakan dengan biji, okulasi atau cangkok. Buah digunakan
untuk membuat minuman, obat batuk dan penyedap masakan dan juga sering dipakai untuk
menghilangkan karatan dan mencuci rambut.[1]

2.1.2 Klasifikasi tanaman jeruk pecel

10
Tanaman jeruk nipis/jeruk pecel merupakan tanaman yang memiliki nama latin Citrus
Aurantifolia. Berikut akan dijabarkan lebih detail mengenai klasifikasi dari tanaman jeruk
nipis itu sendiri:
 Kingdom (Kerajaan) :  Plantae
 Sub Kingdom : Viridiplantae
 Infra Kingdom : Streptophyta
 Super Divisi : Embryophyta
 Division (Divisi) : Tracheophyta
 Sub Divisi : Spermatophytina
 Class (Kelas) : Magnoliopsida
 Ordo : Sapindales
 Famili : Rutaceae
 Genus : Citrus L
 Spesies : Citrus X Aurantifolia.

2.1.3 Morfologi jeruk pecel

a. Akar (Radix)
Sistem perakaran jeruk nipis/jeruk pecel adalah akar tunggang dimana akar lembaga
tumbuh terus menjadi akar pokok yang bercabang – cabang menjadi akar-akar yang kecil.
Akarnya memiliki cabang dan serabut akar. Ujung akar tanaman jeruk terdiri dari sel-sel
muda yang senantiasa membelah dan merupakan titik tumbuh akar jeruk. Ujung akar
terlindung oleh tudung akar yang bagian luarnya berlendir sehingga ujung akar mudah
menembus tanah (Liana 2017).

b. Batang (Caulis)
Batang yang tergolong dalam batang berkayu (lignosus), yaitu batang yang biasanya
keras dan kuat, karena sebagian besar tergolong kayu. Batangnya berbentuk bulat (teres),
berduri (spina) pendek, kaku dan juga tajam. Selain itu, arah tumbuh batangnya mengangguk
(nutans), batangnya tumbuh tegak lurus ke atas tetapi ujungnya membengkok kembali ke

11
bawah.Sifat percabangan batang monopodial yaitu batang pokok selalu tampak jelas, karena
lebih besar dan lebih panjang (Boekoesoe dan Jusuf 2015).

c. Daun (Foluim)
Daunnya berwarna hijau dan jika sudah tua warna kulitnya menjadi kuning. Helain
daun berbentuk jorong, pangkal bulat, ujung tumpul, tepi beringgit, permukaan atas berwarna
hijau tua mengkilap, permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda, daging daun
seperti kertas, Panjang 2,5 – 9 cm, lebar 2,5 cm, 9 sedangkan tulang daunnya menyirip
dengan tangkai bersayap, hijau dan lebar 5 – 25 mm (Boekoesoe dan Jusuf 2015).

d. Buah (Fructus)
Buah jeruk nipis/jeruk pecel berbentuk bola bewarna kuning setelah tua atau masak
dan bewarna hijau ketika masih muda dengan diameter 3,5-5 cm. Kulit buah pada jeruk nipis
mengandung semacam minyak atsiri yang pahit rasanya. Minyak atsiri adalah sejenis minyak
yang mudah sekali menguap pada suhu kamar tanpa mengalami penguraian terlebih dahulu,
dan baunya sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Minyak tersebut mudah sekali
bersenyawa dengan alkohol, eter dan minyak lemak, tetapi sulit larut dalam air (Liana 2017).

e. Bunga (Flos)
Bunga muncul dari ketiak-ketiak daun atau pucuk-pucuk ranting yang masih muda.
Setelah pucuk daun tumbuh, beberapa hari kemudian akan disusul putikputik bunga. Bunga
jeruk nipis berwarna agak kemerahan hingga keunguan. Bunga jeruk biasanya berbau harum
karena banyak mengandung nektar (madu) (Liana 2017).

2.1.4 Kandungan dan manfaat jeruk nipis

a. Kandungan Jeruk Pecel

Sebagai kategori buah citrus, jeruk nipis/jeruk pecel punya vitamin C yang sangat kaya.
Dalam perasan air jeruk nipis seberat 60 gram, kamu sudah bisa memenuhi 22 persen
kebutuhan harian. Masih banyak lagi kandungan gizi yang ada di dalam jeruk nipis, seperti
yang disebutkan di bawah ini:
1. Kalori
2. Karbohidrat
3. Protein
4. Lemak
5. Serat

12
6. Zat besi
7. Kalsium
8. Thiamin
9. Kalium
10. Natrium
11. Vitamin B1, B2, dan B6

b. Manfaat jeruk pecel


1. Meningkatkan sistem imun tubuh
Jeruk nipis/jeruk pecel akan membantu meningkatkan sistem imun tubuh karena kaya
akan vitamin C. Selain itu, nutrisi ini akan membantu mempercepat proses penyembuhan
luka. Untuk mendapatkan kandungan nutrisinya, ada baiknya kamu meminum perasan jeruk
nipis murni.
2. Melancarkan pencernaan
Hampir semua buah citrus bisa membantu menyehatkan sistem pencernaan dan
melancarkannya. Jika kamu punya masalah sulit buang air besar atau sembelit, sebaiknya
mulai rutin mengonsumsi jeruk nipis. Sifat asamnya dapat merangsang pergerakan usus untuk
mendorong feses ke luar.

3. Menurunkan berat badan


Kandungan asam sitrat dalam jeruk nipis juga mampu mempercepat pembakaran kalori
dalam tubuh untuk diubah menjadi tenaga. Dengan begitu, tubuh akan lebih sedikit
menyimpan cadangan makanan yang tidak terpakai. Hal ini yang akan membuat berat badan
bisa turun setelah mengonsumsi jeruk nipis dalam beberapa waktu. Efektif banget untuk diet,
lho.

4. Menjaga kadar gula darah


Jeruk nipis/jeruk pecel merupakan buah dengan kadar gula alami yang sangat rendah. Jadi,
baik dikonsumsi oleh orang-orang yang memiliki risiko diabetes. Kamu pun bisa
mengonsumsinya dalam jumlah yang banyak, asal harus dilakukan setelah makan karena sifat
asamnya bisa membuat kamu sakit perut.

5. Mencegah dehidrasi
Untuk kamu yang rajin berolahraga, minum perasan jeruk nipis bisa membantu mencegah
dehidrasi akibat kehilangan banyak cairan tubuh. Kamu bisa menambahkan perasan dan

13
potongan jeruk nipis ke dalam air putih untuk mengganti cairan tubuh yang hilang sehabis
berolahraga.

6. Menurunkan risiko kanker


Buah citrus yang satu ini juga kaya akan antioksidan. Senyawa ini bisa membantu menangkal
radikal bebas yang diterima tubuh setiap harinya. Selain itu, antioksidan juga mampu
mencegah pertumbuhan sel kanker di dalam tubuh.

7. Menurunkan risiko penyakit jantung


Magnesium dan kalium dalam jeruk nipis pun bisa menjaga fungsi organ jantung tetap
bekerja dengan baik. Selain itu, zat tersebut pun dapat menjaga tekanan darah dan
melancarkan distribusinya ke seluruh organ tubuh. Mengonsumsinya secara rutin pun dapat
menurunkan risiko serangan jantung dan stroke.

8. Bagus untuk kerja otak


Untuk menjaga kerja otak yang menurun akibat dimakan usia, kamu bisa mengonsumsi jeruk
nipis dari sekarang. Kandungan yang ada di dalamnya pun akan memberikan perlindungan
untuk mencegah terkena penyakit otak, seperti Alzheimer dan Parkinson. Di samping itu,
daya ingat pun akan tetap terjaga dan kamu bisa jauh dari kepikunan.

9. Mencegah penyakit gusi


Siapa pun bisa terkena penyakit gusi berdarah jika kekurangan vitamin C. Untuk
mencegahnya, kamu bisa mengonsumsi perasan jeruk nipis atau minuman olahan lainnya.
Jeruk nipis pun bisa juga mencegah gusi bengkak akibat pendarahan.

10. Bantu meremajakan kulit


Perasan jeruk nipis juga bisa digunakan untuk mencerahkan kulit dari dalam. Kandungan
vitamin C dan flavonoid yang bisa memperkuat kolagen untuk mengencangkan kulit dan
mencegah penuaan dini. Namun, ada baiknya tidak mengoleskan langsung air jeruk atas kulit
karena bisa mengakibatkan iritasi dan kulit terbakar.

2.2 Teori Khusus

14
2.2.1 Kultur In Vitro

Culture mengandung arti budidaya sedangkan in vitro dalam botol, berarti culture in
vitro merupakan budidaya tanaman dalam botol. Pada dasarnya kultur In Vitro adalah metode
untuk mengisolasi bagian-bagian tanaman seperti sel, jaringan atau organ yang ditumbuhkan
di atas medium secara aseptik dalam ruangan yang terkendali, sehingga bagian tanaman
tersebut dapat memperbanyak diri dan meregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Prinsip
kultur In Vitro terdapat pada teori sel yang dikemukakan oleh dua orang ahli biologi dari
German yaitu Schleiden dan Schwann. Teori tersebut menyatakan bahwa sel tumbuhan
bersifat autonom dan bersifat totipotensi. Sel bersifat autonom artinya dapat melakukan
metabolisme, tumbuh dan berkembang secara mandiri jika diisolasi tunas dari jaringan
induknya. Totipotensi diartikan sebagai kemampuan dari sel untuk tumbuh dan meregenerasi
menjadi tanaman lengkap kembali (Indriyanto, 2003).

Teori sel atau yang lebih dikenal dengan teori totipotensi menyatakan bahwa setiap sel
tanaman hidup mempunyai informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk
dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh jika kondisinya sesuai. Sel tersebut
merupakan kesatuan biologis terkecil yang mempunyai kemampuan untuk mengadakan
berbagai aktivitas hidup seperti metabolisme. Orang pertama yang membuktikan teori
totipotensi adalah Haberland pada tahun 1902. (Sandra. 2013).

Tujuan dari kultur In Vitro adalah untuk memperbanyak tanaman dengan waktu relatif
singkat, sebagai langkah dalam pemuliaan tanaman serta menghasilkan jenis tanaman yang
kita inginkan. Berbagai jenis tanaman dapat dibudidayakan melalui kultur di antaranya ialah
tanaman Pisang Raja Bulu Kuning (Musa Paradisiaca. L) . Keuntungan dari kultur In Vitro
ialah untuk pengadaan bibit tidak tergantung lagi pada musim, bibit dapat diproduksi dalam
jumlah besar dengan waktu yang relatif cepat, bibit yang dihasilkan bersifat seragam, bebas
terhadap penyakit (Nurheti, 2010).

2.2.2 Subkultur

Subkultur adalah pemindahan exsplan ke botol lain untuk berbagai tujuan untuk
memperbanyak dan pengakaran. Exsplan merupakan bahan tanaman yang akan ditanam di

15
media sesuai dengan tanaman yang mau diinisiasi. Dapat juga dikemukakan bahwa subkultur
yaitu pemindahan kultur dari botol kultur yang satu ke botol kultur lainnya, dengan berbagai
tujuan. Oleh karena itu maka dalam mengerjakan subkultur harus mengetahui terlebih dahulu
dan menyiapkan semua kebutuhan untuk subkultur tersebut. Hal ini sangat penting untuk
meningkatkan keberhasilan di dalam subkultur.

Ada pula proporsi keberhasilan subkultur secara umum adalah kisaran 80 % - 100 %.
Sedangkan proporsi keberhasilan inisiasi pada kisaran 0% - 10% saja. Hal ini dapat dijangkau
bahwa untuk inisiasi, bahan eksplan belum steril, apalagi bahan eksplan yang berasal dari
alam, maka bisa dipastikan di dalam eksplan tersebut terdapat mikroba indofet (mikroba yang
hidup dalam tumbuhan), mikroba yang ada di dalam eksplan tersebut. Hal inilah yang
menyebabkan eksplan sering kontaminasi setelah diinisiasi beberapa waktu.

Berbeda dengan inisiasi maka subkultur, pada umumnya kondisi sudah steril sehingga
peluang keberhasilan sangat tinggi. Tapi banyak juga kemungkinan kultur tanaman yang
sebenarnya masih mengandung mikroba di dalam jaringannya, mikroba tersebut belum
sempat keluar saat inisiasi awal, dan sudah pulih dari lukanya sehingga mikroba tidak keluar
dan mengkontaminasi media. Tapi saat disubkultur, bahan subkultur dipotong-potong dan
luka akhirnya mikroba yang masih ada di dalam kultur tanaman akan keluar dan
mengkontaminasi media kultur.

Subkultur tidak hanya sekedar untuk memperbanyak saja. Sama halnya dengan kultur
jaringan bukan hanya sekedar teknologi untuk perbanyakan saja tapi masih banyak pula
tujuan dari kultur jaringan, diantaranya yaitu :

1. Penyelamatan

2. Perbanyakan

3. Peremajaan

4. Penjarangan

5. Perlakuan

6. Pemilahan

2.2.3 Inisiasi

16
Inisiasi berasal dari kata bahasa Latin, initium, yang berarti masuk atau permulaan,
secara harafiah berarti masuk ke dalam.
Inisiasi adalah tahap pengambilan bahan tanaman dari tanaman induk yang akan
diperbanyak secara kultur jaringan. Sebelum melakukan inisiasi sebaiknya terlebih dahulu
melakukan sterilisasi. Tujuan utama tahap ini adalah mengusahakan kultur yang aseptic atau
aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari
mikroorganisme yang tidak diinginkan.

Terdapat 2 tahapan dalam melaksanakan inisiasi yaitu, inisiasi luar dan inisiasi dalam.
 Inisiasi Luar  kegiatan membersihkan/menghilangkan spora atau bakteri yang
menempel pada bahan tanaman, bahan tanaman bisa berupa daun, biji, batang, pucuk,
dll.

 Inisiasi Dalam  kegiatan membersihkan/menghilangkan spora atau bakteri dari


bahan tanaman yang lebih specific agar bahan tanaman yang akan menjadi eksplan
tidak terkontaminasi oleh spora/bakteri tersebut.

2.2.4 Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah proses pemindahan planlet hasil kultur jaringan untuk ditumbuhkan
pada kondisi lingkungan terbuka. Planlet adalah tanaman dalam botol yang siap diperbanyak
(dimulti/dipotong). Aklimatisasi dilakukan dengan memindahkan planlet ke media tertentu
dengan intensitas cahaya rendah dan kelembaban nisbi tinggi, lalu secara berangsur-angsur
kelembabannya diturunkan dan intensitas cahayanya dinaikkan.

Aklimatisasi dilakukan bila planlet telah mencapai pertumbuhan optimal dengan struktur
akar yang sempurna. Tujuan utama aklimatisasi adalah agar planlet tersebut dapat beradaptasi
pada lingkungan eksternal. Pada saat aklimatisasi faktor suhu, cahaya, dan media tanam
sangat menentukan keberhasilan aklimatisasi.

17
BAB III
METODOLOGI LAPORAN

3.1 Lokasi Prakerin

Kegiatan Praktek Kerja Industri dilakukan di PT. Wahana Insan Kemilau yang beralamat
di Jalan Tirtayasa, Gg. Rewok, Campang Raya, Bandar Lampung selama 4 minggu di mulai
pada tanggal 09 Agustus sampai dengan 10 September 2021.

3.1.1 Sejarah Perusahaan


PT. Wahana Insan Kemilau di dirikan pada tanggal 22 November 2004, merupakan
Perseroan Terbatas yang bergerak di bidang Bio Teknologi Terapan dan Modern, Pembibitan
Tanaman untuk Kehutanan, Tanaman Pertanian, dan Tanaman Hias.
Dalam menghadirkan pasokan yang terpercaya bagi konsumen Perseroan
mengedepankan etika dan manajemen terbaik, serta terus membangun kekuatan kompetitif
dan peluang bisnis untuk menjadi unit pengelola tanaman yang terkemuka.
Kantor Pusat Perseroan terletak di Jl. P Tirtayasa, Perum Wijaya 3 Blok B No. 12a,
Sukabumi Indah, Kota Bandar Lampung dan lokasi kegiatan Perseroan terletak di Jl. P
Tirtayasa, Gg. Rewok, Kampung Kecapi Atas, Campang Jaya, Sukabumi, Kota Bandar
Lampung.

3.1.2 Visi dan Misi Perusahaan


 VISI
1. Ilmu, usaha dan keahlian di bidang Tanaman dijadikan langkah membuat,
merekayasa, dan melestarikan.

18
2. Menampilkan keindahan dan manfaat dari tanaman sehingga mampu mempunyai
unsur sosial masyarakat, destinasi wisata, dan unsur forestry.
 MISI
1. Merekayasa teknik budidaya untuk memperkaya keanekaragaman hayati dan
menciptakan bibit tanaman yang unggul.
2. Menggali potensi masing-masing tanaman untuk lebih mengetahui manfaatnya

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat
1. Petridish 15 cm dan 7 cm
2. Scalpel
3. Mata pisau No. 3 dan No. 11
4. Spatula
5. Gunting
6. Sprayer
7. Api bunsen
8. Pinset lurus dan pinset dental (bengkok)
9. Karet
10. Alumunium foil
11. Botol kultur/ kaca
12. Timbangan 4 digit
13. Gelas Ukur plastic 1000 & 3000 mL
14. Laminar Air Flow
15. Autoclave
16. Gas
17. pH meter
18. Oven
19. Freezer atau refrigator
20. Batang pengaduk
21. Gelas piala 100 mL

19
3.2.2 Bahan
1. Fungisida
2. Bakterisida
3. Air steril
4. Bayclin
5. HgCl
6. Alkohol 70%
7. Spiritus
8. Bahan tanaman yang akan ditanam
9. Tissue

3.3 Prosedur Kerja

Persiapan pembuatan bahan inisiasi luar dan dalam


Inisiasi Luar
1. Membuat fungisida 2 gram per 100 mL.

2. Membuat bakterisida 2 gram per 100 mL.

20
3. Membuat alcohol 70%, dengan cara memipet alcohol dengan konsentrasi 96%
sebanyak 729,167 mL lalu ditambahkan dengan air steril hingga mencapai
keadaan tera yaitu 1000 mL. (catatan: didapat 729,167 mL dengan menggunakan rumus
v1 x m1 = v2 x m2, dengan v sebagai kelarutan dan m sebagai konsentrasi).

4. Membuat bayclin 15% dengan memipet bayclin 15 mL lalu ditambahkan air


steril sebanyak 85 mL agar mencapai 100 mL, dilanjutkan dengan membuat
bayclin 10% dan 5%.
5. Membuat HgCl 10% dengan memipet HgCl sebanyak 10 mL lalu
ditambahkan air steril sebanyak 90 mL.

3.3.1 Inisiasi luar


1. Menyiapkan bahan tanaman, kemudian potong sesuai ruas daun.
2. Mencuci tanaman tersebut dengan sabun, kemudian bilas hingga bersih.
3. Mengambil alkohol 70% sebanyak 15-20 ml, kemudian rendam tanaman tadi
kedalam alkohol selama 5 menit lalu dibilas.
4. Merendam bahan tanaman kedalam fungisida selama 20-25 menit lalu dibilias.
5. Merendam bahan tanaman kedalam bakterisida selama 25-30 menit lalu
dibilas.

21
6. Melanjutkan inisiasi dalam laminar.

3.2.2 Menanam dalam laminar (inisiasi dalam)


1. Menghidupkan lampu UV pada laminar air flow 2 jam sebelum inisiasi
berlangsung.
2. Menghidupkan blower dan lampu.
3. Menyiapkan alat, bahan, dan media tanam yang telah steril.
4. Melakukan inisiasi dalam sesuai dengan prosedur.
Prosedur inisiasi dalam
o Merendam dan kocok bahan tanaman kedalam larutan bayclin 15% selama 7
menit, lalu bilas menggunakan air steril.
o Merendam dan kocok bahan tanaman kedalam larutan bayclin 10% selama 7
menit, kemudin bilas menggunakan air steril.
o Merendam dan kocok bahan tanaman kedalam larutan bayclin 5% selama 7
menit, kemudian bilas menggunakan air steril.
o Merendam dn kocok bahan tanaman kedalam larutan HgCl 10% selama 10
menit, dan bilas menggunakan air steril.
5. Menghidupkan bunsen
6. Mensterilkan petri dish dan pinset dengan cara memijarkan diatas api bunsen.
7. Memasukkan bahan tanaman yang telah steril kedalam petri dish dengan
bantuan pinset.
8. Mensterilkan scalpel dan pinset dengan cara memijarkan diatas api bunsen.
9. Memotong bagian piggir tanaman yang menghitam dengan menggunakan
scalpel dan pinset untuk batang/pucuk, untuk daun dengan cara melukai kedua
ujung atas dan bawah daun.
10. Memijarkan tutup botol, bagian atas botol media, dan pinset dental di atas api
bunsen.
11. Memasukkan pinset dental kedalam air steril lalu membuka tutup petri dish.
12. Mengambil tanaman dari dalam petri dish menggunakan pinset dental yang
telah dipijarkan di atas api bunsen.
13. Menanam dengan cara menancapkan tanaman kedalam media menggunakan
pinset dental.
14. Menutup dan memijarkan botol yang sudah berisi tanaman.
15. Memberi label lalu mewrapping botol

22
16. Menyimpan botol yang telah berisi tanaman diruang inkubasi.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Hasil pengamatan pada tanaman jeruk pecel


Untuk media yang digunakan adalah: ATS untuk pucuk dan C- untuk embriosomatik/daun.

Botol
No. Tanggal Pengamatan 1 2 3 4 5 6 7
Pucuk Pucuk Pucuk Pucuk Daun Daun Daun
1. 17 Kontaminasi - - - - - - -
Agustus
2021 Tidak 
Kontaminasi
    - 

Kalus - - - - -  -

23
Keterangan - - - - - 90%Kalus -

Kontaminasi  - - - - - -

Tidak 
Kontaminasi
-    - 
21
2. Agustus
2021 Kalus - - - - -  -

Keterangan Kontaminasi - - - - - -
Pada media

Kontaminasi    - -
Tidak 
Kontaminasi
- - -  - 
25
3. Agustus Kalus - - -  -
2021 - -

Kontaminasi
Keterangan - Kontaminasi - - - -
pada
Pada media
tumbuhan

Kontaminasi     - 

Tidak 
Kontaminasi
   - - -
29
4. Agustus
Kalus - - - - -  -
2021
Kontaminasi
Keterangan - - - Kontaminasi - - pada
pada media
tumbuhan

6.2 Pembahasan
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti
sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik, sehingga bagian
tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali.
Teknik kultur jaringan memanfaatkan prinsip perbanyakan tumbuhan secara vegatatif.
Berbeda dari teknik perbanyakan tumbuhan secara konvensional, teknik kultur jaringan
dilakukan dalam kondisi aseptik di dalam botol kultur dengan kondisi tertentu.

Lingkungan aseptic salah satu syarat utama suksesnya kegiatan kultur jaringan perlu
diterapkan dengan sungguh-sungguh. Untuk itu perlu adanya usaha sterilisasi peralatan yang
akan digunakan dalam proses kultur. Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur
jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-

24
alat yang juga steril. Steril merupakan kondisi benda atau objek yang bebas dari segala jenis
sel hidup, spora dan virus.

Berdasarkan data hasil pengamatan yang telah dilakukan, terdapat satu tanaman yang
akan menjadi tunas, ia masih dalam bentuk kalus yaitu tahapan yang harus dijalani sebelum
menjadi tunas, kalus ialah sel yang tidak berbentuk atau belum terdiferensiasi yang terbentuk
dari sel-sel yang terus menerus membelah secara in vitro. Berdasarkan pengamatan massa
yang diperlukan tanaman tersebut menjadi kalus 90% adalah sekitar 3 hari, cepat atau
lambatnya pertumbuhan bergantung pada media dan zat pengatur tumbuh apa yang
digunakan, untuk percobaan yang saya lakukan disini saya menggunakan media WPM E ,
tujuan dipakainya media WPM E ini adalah untuk pertumbuhan perbanyakan. Selain itu juga
terdapat 3 tanaman yaitu berupa daun yang terkontaminasi dikarenakan media yang kurang
steril dan proses penanaman yang kurang steril juga. Dan untuk yang tersisa ada
embriosomatik yang akan menjadi kalus juga mungkin sekitar 30-50% akan menjadi kalus
dan akan tumbuh tunas jika pada massa itu belum terkontaminasi pada tanamannya.

Adapun penyebab kontaminasi yaitu sebagai berikut:

1. Bahan tanaman baik eksternal maupun internal

2. Organisme kecil yang masuk ke dalam media

3. Botol kultur dan peralatan yang kurang steril

4. Lingkungan kerja dan ruang kultur

5. Kecerobohan dalam pelaksanaan

Kontaminasi pada media dan eksplan terjadi karena adanya jamur ataupun bakteri yang
tidak mati pada saat sterilisasi media maupun yang masuk dalam media pada saat proses
penanaman, atau saat pemeliharaan. Pada media atau eksplan yang terkontaminasi oleh jamur
maka akan terdapat jamur yang berwarna putih atau hijau lumut yang akan terus tumbuh
menutupi botol kultur.

Kontaminasi yang disebabkan oleh bakteri pada media/tanaman menunjukan ciri-ciri


diantaranya media/tanaman menjadi berwarna lebih keruh atau berwarna kecoklatan dan
media menjadi lebih cair.

25
(a) (b)
Sumber: dokumentasi pribadi Sumber: dokumentasi pribadi

(C)

a. Media yang terkotaminasi oleh jamur.


b. Media yang terkotaminasi oleh bakteri.
c. Tanaman yang terkontaminasi oleh bakteri.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yag telah dilaksanakan dapat diperoleh beberapa kesimpulan,


diantaranya :

26
1. Kultur jaringan adalah teknik untuk membudidayakan atau menumbuhkan tanaman

dengan cara mengisolasi eksplan seperti sel, jaringan maupun organ maupun

protoplas yang kemudian diinduksi dalam kondisi aseptik.

2. Sterilisasi sangat berperan dalam keberhasilan teknik kultur jaringan.


3. Teknik Aseptik bertujuan untuk mensterilkan semua peralatan, bahan tanam dan
lingkungan kerja kultur jaringan.
4. Penanaman jeruk pecel pada media WPM E bertujuan untuk menghasilkan tunas.

5. Jeruk Pecel yang ditanam sudah berubah menjadi kalus dalam kurun waktu 3 hari.

5.2 Saran

1. Kedisiplinan dan ketertiban karyawan PT. Wahana Insan Kemilau dapat lebih

ditingkatkan kembali, agar dapat menciptakan kinerja yang lebih baik.

2. Sangatlah perlu diperhatikan kebersihan dan kesterilan alat, media, ruang kultur, dan

kegiatan dalam kultur jaringan ini agar hasilnya dapat memuaskan

2. Lebih memperhatikan penggunaan APD pada saat didalam laboratorium dan terutama

saat membersihkan media yang terkontaminasi.

DAFTAR PUSTAKA
Ir. IGA. Maya Kurnia, M.Si/PP. 02 April 2015 Kultur Jaringan pada Tumbuhan. Bali:
Madya pada Distanak Kab.Buleleng. Diakses di
https://distan.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/kultur-jaringan-pada-tumbuhan-49
tanggal 07 Agustus pukul 14.57 WIB

Santoso, Untung, dan Fatimah Nursandi. 2002. Kultur Jaringan Tanaman. Malang:
Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.
Dwiyani, Rindang. 2015. Kultur jaringan tanaman. Bali: Pelawa Sari “Percetakan dan
Penerbit”.

27
Dewanti, Parawita. 2018. Teknik kultur jaringan tanaman: Prinsip Umum Dan Metode
Aplikasi Di Bidang Bioteknologi Pertanian. Jember: UPT Percetakan Dan Penerbitan
universitas Jember. Diakses di
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/96745/F.
%20P_Buku_Parawita%20D_TEKNIK%20KULTUR%20JARINGAN
%20TANAMAN.pdf?sequence=1&isAllowed=y tanggal 21 Juni 2021 pukul 18.52
WIB.
Silalahi, Marina. 2014. Bahan Ajar Kultur Jaringan. Jakarta Timur. Diakses di
http://repository.uki.ac.id/194/ pada tanggal 25 Juni 2021 pukul 19.41.
Nuriyanto, Slamet. 2018. Uji Perbedaan Komposisi BAP & NAA Terhadap Pertumbuhan
Tunas Pisang Raja Bulu Kuning Melalu Kultur In Vitro. Malang. Diakses di
http://eprints.umm.ac.id/41541/ tanggal 25 Juni 2021.
Parnidi dan Untung setyo-budi. 2016. Keragaan Klon-Klon Abaca (Musa Textilis Nee) Hasil
Kultur InVitro Pada Fase Aklimatisasi. Malang. Diakses di
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/7554 pada tanggal 26 Juni 2021.
2019. ”Subkultur Dalam Kultur Jaringan”. Bandung http://eshaflora.com/index.php/292-
subkultur-dalam-kultur-jaringan-tanaman, diakses pada tanggal 26 Juni 2021 , jam
11.15
Putra. ”Manfaat, Teknik, Media dan Contoh KJ Tumbuhan”,
https://salamadian.com/kulturjaringan/, diakses pada tanggal 28 Juni 2021, jam 13.10
Agrotek.id. (2019)."Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Alpukat". Diakses pada 25 Juni
2021, dari https://agrotek.id/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-alpukat/
Rimbakita.com. (2019). "Alpukat-Taksonomi, Karakteristik, Asal, Kultivar & Manfaat".
Diakses pada 25 Juni 2021, dari https://rimbakita.com/alpukat/#:~:text=Varietas
%20tanaman%20alpukat%20asli%20dan,Selatan%20sejak%20tahun
%205.000%20SM
Wibawa, Agung Tri. 2021. "Morfologi Tanaman Alpukat",
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/92513/Morfologi-Tanaman-Alpukat/,
diakses pada 25 Juni 2021 pukul 20.39 WIB
Wisnubrata. 2017. "Asal Nama Alpukat Ini Mungkin Membuat Anda Tidak Nyaman",
https://lifestyle.kompas.com/read/2017/06/30/162154320/asal.nama.alpukat.ini.mung
kin.membuat.anda.tidak.nyaman , diakses pada 25 Juni 2021 pukul 20.58 WIB
"LAPORAN KULTUR JARINGAN". (2013). Diakses pada 26 Juni 2021 dari http://bayu-
jaellani.blogspot.com/2013/04/laporan-kultur-jaringan_30.html

28
LAMPIRAN FOTO

29
Ruangan Inkubasi

30
Proses Inisiasi Luar (merendam eksplan dengan fungisida, bakterisida, dan alkohol)

31
Eksplan jeruk pecel yang
Proses Penanaman
Proses Inisiasi Dalam telah ditanam di media WPM
Eksplan
E

32
Ruang tanaman anggrek yang Proses penambahan media pada
telah di aklimatisasi tanaman anggrek

33

Anda mungkin juga menyukai