Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, bertambah pula kebutuhan manusia

terhadap barang–barang keperluan sehari–hari termasuk diantaranya kertas. Kertas

diperlukan tidak hanya sebagai alat tulis dan buku atau majalah tetapi juga sebagai

tissu, pembungkus rokok, pembungkus makanan dan minuman dan sebagainya.

Meningkatnya pertumbuhan industri pulp dan kertas di Indonesia telah membawa

meningkatnya permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah.

Oleh karenanya dalam upaya terpeliharanya kualitas lingkungan industri harus

meningkatkan pengelolaan limbahnya melalui pengolahan yang lebih efektif dan

kemungkinan pemanfaatannya.

Industri pulp dan kertas pada saat ini dihadapkan pada masalah penanganan limbah

yang jumlahnya cukup besar. Kontribusi terbesar berasal dari lumpur hasil

pengolahan air limbah. Di lokasi pabrik limbah padat tersebut hanya ditumpuk dan

belum dimanfaatkan sehingga selain menimbulkan gangguan terhadap estetika juga

menyebabkan pencemaran air, tanah, dan bau bagi masyarakat sekitar.

Dalam rangka mengantisipasi tuntutan masyarakat yang makin tinggi terhadap

masalah lingkungan telah mendorong pihak industri untuk melakukan upaya

pemanfaatan limbah sebagai alternatif pengelolaan lingkungan yang perlu


dikembangkan. Karena selain itu tidak ada lagi sisa yang terbuang juga dapat

memberikan nilai tambah.

Perusahaan kertas merupakan salah satu penyebab kerusakan lingkungan karena

karakteristik limbahnya yang memiliki nilai BOD/ COD (kebutuhan oksigen dalam

menguraikan senyawa biologi dan kimia) yang sangat tinggi. Apabila limbah cair

tersebut dibuang ke perairan akan mengakibatkan kematian ikan dan biota air lainnya.

Selain itu limbah cair industri kertas menimbulkan bau busuk, sedangkan bahan

kimia yang terikut dalam limbah cair tersebut menimbulkan gangguan pernafasan

bagi penduduk yang tinggal di sekitar saluran pembuangan limbah, bahkan tercium

sampai beratus – ratus meter dari tempat tersebut.

1.2 Tujuan Praktikum

1.2.1 Mengenal pembuatan pulp dengan proses sulfit

1.2.2 Mengenal prinsip pembuatan kertas

1.2.3 Mengetahui penambahan antrakulnon pada proses soda terhadap sifat

pengolahan dan mutu pulp kertas.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pemutihan (bleaching) merupakan proses yang bertujuan untuk menghilangkan

kandungan lignin (delignifikasi) di dalam pulp atau serat sehingga diperoleh tingkat

kecerahan warna yang tinggi dan stabil. Proses pemutihan serat harus menggunakan

bahan kimia yang reaktif untuk melarutkan kandungan lignin yang ada di dalam serat

agar diperoleh derajat kecerahan yang tinggi. Namun demikian, harus dijaga agar

penggunaan bahan kimia tersebut tidak menyebabkan pencemaran lingkungan yang

berbahaya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemutihan antara lain:

1 Konsentrasi

 Reaksi dapat ditingkatkan dengan memperbesar konsentrasi bahan

pemutih.

 Penggunaan bahan kimia pemutih yang berlebih tidak akan meningkatkan

derajat kecerahanan karena derajat kecerahan yang dicapai telah

maksimal.

 Konsentrasi hidrogen peroksida yang dipakai untuk proses pemutihan

antara 1% hingga 10% b/v.

2 Waktu reaksi
Pada umumnya, perlakuan bahan kimia pemutih terhadap serat akan menjadi

lebih reaktif dengan memperpanjang waktu reaksi. Namun, waktu reaksi yang

terlalu lama akan merusak rantai selulosa dan hemisellulosa pada serat tersebut.

3 Suhu

 Peningkatan suhu dapat menyebabkan peningkatan kecepatan reaksi pada

reaksi pemutihan.

 Pemilihan suhu ditentukan pada penggunaan bahan kimia pemutih.

 Suhu pemutihan biasanya diatur berkisar antara 40-100.

4 Ph

 Nilai pH bergantung pada jenis penggunaan bahan pemutih (bleaching

agent).

 Pada proses pemutihan dengan hidrogen peroksida diperlukan suasana

basa antara pH 8 hingga 12.

5 Rasio bahan dan zat bleaching

 Semakin kecil perbandingan rasio bahan yang akan diputihkan dengan

bahan pemutih akan meningkatkan reaksi pemutihan. Tetapi dengan rasio

yang semakin kecil akan mengurangi efisiensi penggunaan zat pemutih.

 Pada proses pemutihan (bleaching) umumnya dipakai rasio bahan dengan

zat bleaching antara 8 : 1 hingga 20 : 1.

Kelima faktor tersebut berpengaruh terhadap kualitas produk serat yang dihasilkan

seperti :

 kecerahan (brightness),
 kuat tarik (tensile strenght),

 kelunakan (softness)

 daya mulur (elongation)

Pada dasarnya proses pemutihan (bleaching) dibagi menjadi dua, yaitu proses

pemutihan secara kimia dan proses pemutihan secara biologi (disebut juga dengan

proses bio-bleaching). Berikut ini adalah berbagai macam proses pemutihan, antara

lain :

1. Proses Pemutihan (Bleaching) secara Kimia.

1. Pemutihan dengan Gas Ozon

 Merupakan gas yang tidak stabil dan dapat berubah secara perlahan-lahan

pada temperatur ruangan dan tekanan atmosfir.

 Selektifitas gas ozon lebih tinggi apabila dilarutkan dalam asam asetat jika

dibandingkan dengan air.

 Keuntungan pemilihan dengan gas ozon di dalam air antara lain, bahan

pemutih yang lebih baik, waktu reaksi yang lebih pendek, temperatur

pemutihan yang rendah dan tanpa tekanan, serta tidak terjadi pencemaran

lingkungan.

 Kerugian pemutihan dengan menggunakan gas ozon adalah kerusakan

karbohidrat di dalam pelarut air relatif lebih besar, biaya produksi untuk

pembuatan generator ozon relatif mahal, mudah terurai menjadi oksigen di

dalam air (Batubara, 2006).

2. Pemutihan dengan Asam Perasetat


 Pemutihan pulp dengan asam perasetat dapat dilakukan pada semua jenis

pulp yang dimasak menggunakan metode yang berbeda seperti metode sulfit,

sulfat, acetosov dan lain-lain (Potucek and Milichovsky, 2000).

 Tujuan pemutihan pulp menggunakan asam perasetat adalah delignifikasi dan

peningkatan nilai derajat putih kertas pada media asam atau netral sampai

alkali/basa lemah.

 Semakin tinggi konsentrasi asam perasetat, maka semakin rendah sisa lignin

didalam pulp dan derajat putih kertas akan semakin meningkat. Lignin,

rendemen dan derajat polimerisasi selulosa akan semakin menurun seiring

dengan meningkatnya waktu pemutihan, dan sebaliknya derajat putih kertas

akan semakin meningkat (Van Daam, 2002).

3. Pemutihan dengan Klorin

 Merupakan gas berwarna hijau yang bersifat sangat beracun bagi manusia dan

bersifat iritasi terhadap pernapasan serta membakar kulit.

 Pada konsentrasi 3,53 dapat dideteksi sebagai bau dan pada konsentrasi 1000

ppm akan berakibat fatal jika terhirup. Akibat bahaya tersebut maka sekarang

gas klorin dilarang sebagai bahan pemutih.

 Penggunaan klorin dapat menghasilkan organoklorin seperti dioxin yang

sangat berbahaya karena beracun dan bersifat karsinogen, namun sekarang

klorin dioksida digunakan sebagai pengganti klorin pada proses pemutihan

pulp dapat mengurangi terbentuknya dioksin. Proses pemutihan dengan klorin

dapat diringkas dengan reaksi kimia sebagai berikut :


Cl2(aq) + H2O(l) → H+(aq) + Cl–(aq) + HClO(aq)

Ion H+ dari asam hipoklorit terlarut dalam larutan sehingga reaksi menjadi :

Cl2(aq) + H2O(l) → 2H+(aq) + Cl–(aq) + ClO–(aq)

Ion hipoklorit cenderung terdekomposisi menjadi klorida dan oksigen reaktif

2ClO– → 2Cl– + O2

Oksigen akan bereaksi sebagai bahan pemutih (bleaching agent).Bubuk

bleaching seperti Ca(ClO)2 atau dalam bentuk cairan seperti sodium hypochorite

(NaClO) umum digunakan.

4. Pemutihan dengan Sulfit

 Pada kondisi basah, sulfur dioksida adalah bahan pemutihan (bleaching

agent). Sulfur dioksida digunakan untuk memutihkan wol dan katun. Garam

dari sulfur dioksida juga digunakan sebagai bahan pemutih seperti kalsium

hidrogen sulfit Ca(HSO3)2 yang digunakan sebagai pemutih pada proses pulp

di industri kertas.

 Proses pemutihan dengan sulfur dioksida tidak permanen, lama kelamaan

dengan adanya udara dan cahaya maka warna akan kembali semula.

2. Proses Bleaching secara biologi (bio-bleaching)

Proses bio-bleaching meniru proses pembusukan kayu oleh jamur white rot. Dalam

proses ini menggunakan fungal treatment dengan menggunakan 2 enzim yaitu enzim

hemiselulase (xylanase dan mannase) yang dapat meningkatkan bleachability secara

tidak langsung dan enzim lignase yang dapat mendegradasi lignin secara langsung.
Sedikitnya ada dua penjelasan mengenai bagaimana xylanase mampu meningkatkan

akses dari bahan kimia bleaching ke serat dengan menghilangkan xylan yang

terendapkan. Serat yang terbuka ternyata lebih rentan terhadap bahan kimia pemutih

dan ekstraksi lignin. Tujuan utama penggunaan enzim dalam proses pemutihan adalah

tidak menghilangkan xylan secara keseluruhan, hanya melepaskan lignin. Proses bio-

bleaching berjalan lambat pada suhu dan tekanan operasinya sehingga proses ini

belum dapat diaplikasikan pada skala industri.

Hidrogen Peroksida (H2O2)

Hidogen peroksida berbentuk cairan tidak berwarna, sedikit lebih kental dari air dan

dapat bercampur dengan air dalam berbagai komposisi (Jones, 1999). Hidrogen

peroksida bersifat asam yang sangat lemah dan mempunyai kemampuan sifat

oksidator yang sangat kuat. Hidrogen peroksida (H2O2) merupakan bahan pemutih

yang bisa digunakan untuk proses pemutihan dengan konsep Totally Chlorine Free

(TCF).

Hidrogen peroksida ini memiliki suhu optimum yaitu 80-85 0C. Bila suhu pada saat

proses kurang dari 80 0C maka proses akan berjalan lambat, sedangkan kalau lebih

dari 85 0C hasil proses tidak sempurna (Karmayn dkk, 1978). Bila dipanaskan mudah

terurai dan melepaskan gas oksigen. Karena kemampuannya melepaskan oksigen

maka sangat efektif dipakai sebagai bahan pemutih.

H2O2 → H2O + O2

O2 yang terjadi akan bekerja sebagai oksidator untuk memutihkan bahan.


Pemutihan dengan H2O2 ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu :

 Waktu pengerjaannya singkat, karena pada saat proses pengerjaan dengan

menaikkan suhu hingga 85 0C secara konstan selama ± 1 jam, maka serat akan

lebih cepat diputihkan.

 Hasil pemutihan baik dan rata, dengan menggunakan proses pemanasan maka

warna asli pada serat dapat terurai dan bahan menjadi lebih putih dan rata.

Hasil derajat putih yang dihasilkan juga stabil, tidak mudah menjadi kuning.

 Kemungkinan kerusakan kecil, karena daya oksidasi Hidrogen peroksida lebih

kecil, kerusakan yang dihasilkan juga kecil. Demikian juga karena pengaruh

penggunaan Natrium silikat sebagai stabilisator yang memperlambat

penguraian dari Hidrogen peroksida sehingga kerusakan lebih kecil

(Karmayn, 1978).

 Sifatnya lebih ramah lingkungan dibandingkan oksidator lain karena

peruraiannya hanya menghasilkan air dan oksigen.

Pada proses pembuatan pulp dan paper, bahan baku yang digunakan adalah kayu.

Kualitas pulp sangat ditentukan oleh jenis kayu yang digunakan. Diharapkan jenis

kayu yang digunakan untuk menghasilkan kualitas pulp yang bagus adalah yang

mempunyai kandungan selulosa yang tinggi, lignin yang rendah, tidak rapuh, tidak

banyak getah dan tidak berkulit tebal.

Dalam proses pembuatan pulp digunakan dua jenis bahan baku, yaitu:

a. Bahan baku primer


Untuk memperoleh serat ini diperoleh dari tumbuh-tumbuhan dengan jenis kayu

(wood) atau bukan kayu (non wood).

 Kayu (wood)

Kayu dapat dibedakan berdasarkan ukuran daun yang dimiliki yaitu kayu berdaun

lebar (hard wood), dan kayu berdaun jarum (soft wood). Kayu berdaun lebar (hard

wood), umumnya menggugurkan daunnya pada musim kemarau seperti Albazia

falcatera, Euclyptus sp, dan Antochehalus candabia. Sedangkan kayu berdaun jarum

(soft wood), sering disebut kayu jarum adalah jenis daun yang bersal dari pohon

berdaun jarum. Jenis pohon ini selalu hijau sepanjang tahun dan tidak menggugurkan

daunnya pada musim kemarau, seperti Pinlis sp (tusam) dan Aganthis sp (dammar).

Analisis sifat pengolahan kayu digunakan untuk mengetahui jenis kayu yang cocok

sebagai bahan baku pulp. Analisis ini meliputi rendemen pulp, konsumsi alkali,

bilangan permanganate, panjang putus dan factor retak.

 Bahan Kayu (non wood)

Beberapa jenis tumbuhan bukan kayu merupakan sumber serat untuk bahan baku

pulp, baik itu yang berasal dari kulit batang, daun, tangkai, buah/biji dan bulu biji.

Berdasarkan sumber serat, tumbuhan bukan kayu dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

 Serat kulit batang : Fax, Jule, Hemo, Rami Kenaf, Haramay

 Serat daun : Manila, Abaca, Sisal, Palm, Nenas

 Serat bulu biji : Kapas, Kapuk


 Serat rerumpunan : Merang, Jerami, Baggase, Bambu, Gelaga

b. Bahan Baku Sekunder

 Guna penghematan atau efisiansi serat dari bahan baku primer, maka dewasa

ini telah diusahakan pemanfaatan kertas bekas (waste paper) dari berbagai

jenis kertas dan karton sebagai bahan baku pulp. Serat yang dihasilkan dari

kertas, karton bahkandario baju bekas yanh dikenal sebagia sebutan “serat

primer”.

 Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam dan merupakan

bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan

teknologi.

Komposisi kimia kayu terdiri dari:

1. Selulosa

 Bagian utama dinding sel kayu yang berupa polimer karbohidrat glukosa dan

mermiliki komposisi yang sama dengan pati. Beberapa molekul glukosa

membentuk suatu rantai selulosa. Selulosa juga termasuk polisakarida yang

mengidentifikasikan bahwa didalamnya terdapat berbagai senyawa gula.

 Selulosa berantai panjang dan tidak bercabang. Seklama pembuatan pulp

dalam digester, derajat polimerisasi akan turun pada suatu derajat tertentu.

Penurunan derajat polimerisasi tidak boleh terlalu banyak, sebab akan

memendekkan rantai selulosa dan membuat pulp menjadi tidak kuart. Selulosa

dalam kayu memilikib derajat polimerisasi sekitar 3500, sedangkan selylos


dalam pulp mempunyai derajat polimerisasi sekitar 600-1500. Rantai selulosa

yang lebih pendek akan menghasilkan pulp yang encer.

1. Hemiselulosa

Hemiselulosa juga adalah polimer yang dibentuk dari gula sebagai komponen

utamanya. Hemiselulosa adalah polimer dari senyawa gula yang berbeda seperti:

 Hexoses : Glukosa, Manosa dan Galaktosa

 Pentose : Xylose dan Arabinase

Hemiselulosa memilki derajat polimerisasi lebih kecil dari 300. Hemiselulosa adalah

polimer bercabang atau tidak linier. Selama pembuatan pulp hemoiselulosa bereaksi

lebih cepat dibandingkan dengan selulosa. Rantai hemiselulosa lebih pendek dari

rantai selulosa. Hemiselulosa bersifat hidrofilik (mudah menyerap air) yang

menyebabkan struktur selulosa menjadi kurang teratur sehingga air bisa masuk

kejaringan selulosa. Hemisolulosa akan memberikan fibrillasi yang lebih baik dari

pada selulosa dan meningkatkan kualitas kertas.

2. Lignin

Merupakan jaringan polimer fenolik tiga dimensei yang berfungsi merekatkan serat

selulosa sehingga menjadi kaku. Pulping ki8mia dan proses pemutihan (bleaching)

akan menghilangkan lignin tanpa mengurangi serat selulosa secara signifikan. Lignin

berfungsi sebagai penyusun sel kayu. Reaksi-reaksi lain seperti sulfonasi oksidasi,

halogenasi sangat penting terutama dalam proses pulping dan bleaching seperti dalam
proses soda menghasilkjan lignin terlarut, dimana terjadi pelepasan gugus metoksil

pada saat lignin berdifusi dengan larutan alkali.

3. Ekstraktif

Ekstraktif dapat dikatakan sebagai substransi kecil yang terdapat pada kayu. Ekstraksi

meliputi hormon tumbuhan, resin, asam lemak dan unsure lain. Komponen ini sangat

beracun bagi kehidupan perairan dan mencapai jumlah toksik akut dalam efluen

industry kertas. Dalam pembuatan pulp pada prinsipnya adalah mengambil sebanyak-

banyaknya serat selulosa (fiber yang ada dalam kayu dan menghilangkan lignin dan

eksraktif.
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

III.I Alat

a.Wadah tempat pemasakan berfungsi: untuk memasak bahan

Gambar 3.1.1 Wadah tempat pemasakan

b.Alat Potong berfungsi : untuk memotong bahan yang akan diproses

Gambar 3.1.2 Alat Potong

c. Alat pemasak berfungsi : Untuk menghangatkan dan memasak bahan

Gambar 3.1.3 Alat pemasak


d.Wadah Pencuci, berfungsi : Untuk mencuci bahan yang diproses

Gambar 3.1.4 Wadah Pencuci

e.Mesin penggiling, berfungsi : Untuk mengecilkan ukuran dan menghomogenkan

bahan

Gambar 3.1.4 Mesin penggiling

III.2 Bahan

a.NaOH, berfungsi : Untuk bahan tambahan

Gambar 3.2.1 NaOH


b. H2O2 berfungsi : Untuk memutihkan pulp

Gambar 3.2.2 H2O2

III.3 Cara Kerja

1. Untuk pembuatan pulp

 Timbang berat pulp dan tentukan kadar air

 Masak kembali pulp dengan menambahkan tetes demi tetes NaOH selama

satu jam pada temperature 100 C sampai berwarna putih.

 Setelah warna pulp berwarna putih hentikan pemanasan dan dinginkan pulp

tersebut.

2. Pembuatan pulp

 Pulp yang dihasilkan, diambil sesuai dengan temperature yang diinginkan

berdasarkan berat kering oven.

 Tambahkan pulp dengan kadar air hingga mencapai konsentrasi 0% atau

dengan cara mencampurkan dengan menggunakan blender

 Campuran tersebut dituang kedalam cetakan kertas saring

 Saring konsistensi tersebut dengan menggunakan saringan kertas, usahakan

agar endapan pulp tersebut dengan permukaan rapat.


 Balikan sarungan untuk menambahkan kertas pulp kepermukaan penutup

 Pulp yang sudah dipindahkan kekertas rapat tersebut lalu ditutup dengan

kertas yang sama.

 Kempa calon kertas beserta dengan penutup

 Masukan dalam oven suhu 100 C atau pengeringan lemari

 Bila lembaran kertas sudah kering maka lembaran kertas sudah dapat

diperoleh dari kertas penutupnya

 Buat lembaran kertas hingga dapat lembaran yang sama.

III.4 Skema Kerja

Di timbang
berat pul dan
tentukan
kadar airya.

Ditambahkan
larutan NaOH
dan H2O2
Pulp dipanaskan pada suhu
1000C dengan penambahan
NaOH dan H2O2 tetes demi
tetes
Pulp yang telah selesai
proses pemanasan
dilakukan pendinginan

Bubur Kayu
dihaluskan dengan
mengunakan blender

Pulp yang telah


halus di cetak dan
dikeringkan pada
udara terbuka
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

No. Berat Sampel Sebelum Berat Sampel Setelah Kadar air

Pemanasan Pemanasan sampel

1. 0.0420 gram 0.0302 gram 28.0952 gram

IV.2 Pembahasan

Pada percobaan proses bleaching ini pada pembuatan kertas bahan yang digunakan

dalam proses ini adalah hydrogen peroksida(H2O2) yang berfungsi sebagai bahan

pemutih kertas dan natrium hidroksida(NaOH) sebagai bahan pelunak pulp. Proses

pemotongan pada pulp dilakukan dengan pemotongan yang kecil-kecil supaya proses

reaksi pemutihan antara H2O2 dengan pulp berlangsung cepat serta agar proses

penghilangan lignin oleh larutan NaOH berlangsung sempurna.

Pada praktikum ini kita mencari kadar air yang terkandung dalam pulp. Hal ini

dilakukan bahwa sampel ampas tebu yang digunakan untuk membuat pulp tersebut

masih mengandung banyak kadar air. Selama proses esterifikasi berlangsung dalam

pemanasan terjadi proses penghilangan lignin yang masih terdapat didalam pulp oleh

larutan NaOH. Semakin banyak lignin yang hilang pada pulp tersebut maka semakin
bagus kualitas kertas yang dihasilkan. Selain penghilangan lignin, proses esterifikasi

juga terjadi proses pemutihan pulp oleh hydrogen peroksida.

Pada praktikum ini suhu poses yanag digunakan adalan 500C. Sehingga pengunaan

dari hidrogen peroksida tidak efektif dan berjalan lambat.dalam pratikum ini

penambahan natrium hidroksida dan hidrogen peroksida dilakukan tetes demi tetes,

ini dimaksud agar bahan yang diputihkan dapat terlihat ada perubahan warna menjadi

putih. Sedangkan pada pratikum ini natrium yang ditambahkan sekaligus dengan

volume sekitar 20 ml, sehingga bahan yang di putihkan lansung berubah warna

menjadi putih semua, sehingga penambahan bahan hidrogen peroksida setelah

penambahan natrium hidroksida tidak berarti lagi.

Bahan yang telah putih terus dipanaskan pada suhu 500C mengalami pembuihan atau

terbentuk seperti buih-buih, ini disebabkan karena bahan terus dipanaskan. Akibatnya

reaksi akan belansung dengan cepat. Pada proses pemutihan ini dengan penambahan

natrium hidroksida yang sekaligus sehingga menghasilkan derajat keputihan yang

ceapat. Setelah itu penambahan hidrogen peroksida dan natrium hidroksida tidak

berarti lagi. Karena derajat keputihan yang dicapai telah maksimal. Sehingga pada

proses ini waktu reaksi hanya berlansung sekitar 30 menit. Jika diteruskan tidak akan

meningkatkan derajat keputihan kertas lagi.


BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa bleaching pulp dengan menggunakan hydrogen peroksida

(H2O2) dan NaOH(suasana basa) bias meningkatkan derajat keputihan yang tinggi.

Suhu pada saat pemanasan pulp yaitu pada 100 C dengan waktu 1.2 jam. Kadar air

yang didapat dari pulp ialah sebanyak 28.09% H2O2 yang dibakar sebanyak 25 ml.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi bleaching pada proses ini adalah,

konsentrasi, reaksi dapat ditingkatkan dengan memperbesar bahan pemutihan.

Pengunaan bahan kimia pemutih yang berlebih tidak akan meningkatkan derajat

keputihan karena derajat kecerahan yang dicapai telah maksimal.

Kemudian waktu reaksi, bahan kimia pemutih menjadi lebih reaktif jika

memperpanjang waktu reaksi, namun waktu reaksi terlalu lama akan dapat merusak

rantai s4lulosa dan hemiselulosa. Yang terakhir pada proses ini yang dapat

mempengaruhi proses bleaching adalah suhu. Peningkatan suhu dapat meningkatkan

kecepatan reaksi pada pemutihan. Suhu yang digunakan adalah berkirarr antara 40-

1000C

V.2 Saran

Sebaiknya praktikan haruslah meneteskan hydrogen peroksida dan NaOH secara

merata dan tetes demi tetes secara bergantian supaya didapatkan hasil kertas yang

putih.
Lampiran Perhitungan

Sebelum pemanasan

Cawan kosong = 47.7802 gram

Berat sampel pulp = 0.0420 gram

Setelah pemanasan

Cawan + pulp kering = 47.8104 gram

Berat pulp kering = 0.0302 gram

Kadar air = Berat pulp basah – berat pulp kering X100%

Berat pulp basah

= 0.0420 – 0.0302 x100%

0.0420

= 28.0952%

Anda mungkin juga menyukai