No. Dok.
No. Rev.
Halaman
IK-AM-09-01-01
0
1
4. Ketentuan Umum
4.1. Variabel operasi harus berada dalam rentang (range) yang ditetapkan dalam Manufacturing Standard.
4.2. Nilai variabel operasi yang tercantum dalam instruksi kerja ini berlaku untuk operasi pabrik pada kapasitas
normal (rate 100 %)
4.3. Pengendalian proses operasi pabrik Ammonia harus sesuai dengan Rencana Mutu (Quality Plan) dan Instruksi
Kerja yang sesuai.
5. Tanggung jawab
Kegiatan pengoperasian pabrik Ammonia secara keseluruhan adalah tanggung jawab Kepala Dinas Ammonia dibantu
oleh Ass. Kepala Dinas, Kepala Seksi dan Pelaksananya dilakukan oleh operator.
PT PUPUK KUJANG
Jl. A Yani 39, Cikampek 41373
Indonesia
No. Dok.
No. Rev.
Halaman
IK-AM-09-01-01
0
2
b. Instruksi kerja ini dilakukan pada setiap awal bulan, setiap hari atau waktu tertentu berdasarkan :
c. Instruksi kerja ini dapat dilakukan secara lisan, tulisan, disposisi atau memo antar bagian.
Kepala seksi shift melakukan serah terima Pengendalian Proses operasi pabrik Ammonia kepada
Kepala Seksi berikutnya, dan ditulis dalam log book.
Kepala seksi shift mengadakan briefing dengan semua anggota operator shift mengenai program
kerja khusus dan pembagian tugas.
No. Dok.
No. Rev.
Halaman
PT PUPUK KUJANG
Jl. A Yani 39, Cikampek 41373
Indonesia
IK-AM-09-01-01
0
3
6.2.
Pelaksanaan
Pengoperasian Pabrik Ammonia dapat dibagi menjadi 8 tahapan proses yaitu :
I.
6.2.1.
6.2.2.
6.2.3.
6.2.4.
6.2.5.
Proses Methanasi
6.2.6.
6.2.7.
6.2.8.
H2 S
: 30 ppmv (max.)
RSH
: 5 ppmv (max.)
Sedangkan komposisi masing-masing sumber gas alam dapat dilihat pada tabel 1 dengan :
Gas 1
: Offshore
Gas 2
: L. Parigi
Gas
: Mundu
Tabel -1 Komposisi Sumber-sumber Gas alam
Komponen
Gas I (%mol)
Gas II (%mol)
N2
CO2
CH4
C2 H 6
C3 H 8
i-C4H10
n-C4H10
i-C5H12
n-C5H12
C6H14
1,0
3,0
88,36
5,0
2,0
0,24
0,20
0,07
0,04
0,03
0,06
1,5
5,0
90,0
2,5
0,75
0,10
0,10
0,02
0,01
0,01
0,01
1,0
1,0
70,0
12,0
10,5
2,0
2,2
0,6
0,3
0,3
0,1
No. Dok.
No. Rev.
Halaman
PT PUPUK KUJANG
Jl. A Yani 39, Cikampek 41373
Indonesia
IK-AM-09-01-01
0
4
100,00
100,00
100,00
Tetapi pada kenyataannya, gas alam yang masuk pabrik memiliki komposisi yang mendekati tabel berikut ini :
Komponen
Actual
Spesifikasi
CH4
C2 H 6
C3 H 8
(iso) C4H10
(iso) C5H12
CO2
N2
92,776
2,695
0,542
0,218
0,213
1,100
1,180
91 - 95
0,3 - 4,0
0,3 - 1,5
0,1 - 1,2
0,02 - 1,0
0,5 - 3
0,5 - 3
Sebelum dipakai untuk membuat gas sintesis, gas alam ini harus mengalami proses pemurnian lebih dulu yaitu
proses pemisahan debu dan fraksi berat, penghilangan merkuri dan penghilangan sulfur.
Analisa laboratorium untuk mengetahui komposisi gas dilakukan setiap hari oleh bagian labolatorium.
HgS
Reaksi diatas diselenggarakan di dalam Mercury Guard Chamber (109-D), dengan tekanan operasi (14-16)
kg/cm2 (PI-155), temperatur (30-40) 0C. (TI-1-59). Sulfur yang digunakan untuk mengikat Hg diimpregnasikan
pada karbon aktif. Tekanan Gas Alam yang keluar masih belum cukup tinggi agar gas dapat mengalir ke alat alat
berikutnya, maka gas ditekan dalam feed Gas compressor 102-J sehingga tekanannya mencapai (41-44) kg/cm 2.
(PIC-27) dan suhunya sekitar (140 - 150) 0C. (TI-1-55) Kompressor ini digerakkan oleh Turbin Uap 102-JT.
No. Dok.
No. Rev.
Halaman
PT PUPUK KUJANG
Jl. A Yani 39, Cikampek 41373
Indonesia
IK-AM-09-01-01
0
5
IV. Desulfurisasi
Belerang merupakan racun bagi katalis di primary Reformer dan Secondary Reformer. Penghilang belerang
dilakukan dua tahap, yaiut di Cobalt-Moly Hydrotreater (101-D) dan di Zinc Oxyde Guard Chamber (108-D).
Di Cobalt-Moly Hidrotreater, senyawa belerang direaksikan dengan gas hidrogen menjadi H 2S seperti reaksi
berikut ini :
RSH + H2
RH + H2S
RSR + H2
RH + RH + H2S
Hidrogen sebagai reaktan diperoleh dari Recycle gas Sintetis, yang dimasukan ke Cobalt-Moly Hidrotreater
bersama-sama dengan gas alam yang telah dipanaskan di Feet Preheat Coil Primary Reformer. Gas alam perlu
dipanaskan karena reaksi diatas dapat berjalan baik bila suhunya sekitar 400 0C. Cobalt Moly Hidrotreater terdiri
dari dua buah Packed Bed berisi Catalyst Cobalt-Molybdenum sebanyak 28,3 m 3. Kadar CO2 yang masuk tidak
boleh melebihi 5% karena dapat menyebabkan reaksi Eksotermis berikut ini :
CO2 + H2
CO + H2O + O
CO + 3H2
CH4 + H2O + O
Panas yang timbul dari reaksi tersebut dapat menaikan suhu dikatalis dan menyebabkan katalis rusak. Suhu gas
keluar sekitar (390-405) 0C (TI-1-51) dan tekanannya (35 - 43) kg/cm 2 (PI-209). Gas ini lalu dimasukan ke Zinc
Oxide Guard Chamber (108-D) yang berisi katalis ZnO sebanyak 28,3 M 3. Disini terjadi antara H2S dan ZnO
sebagai berikut :
H2S + ZnO
ZnS + H2O
Suhu gas keluar sekitar (390-405) 0C (TI-1-58) dan tekanannya (35-43) kg/cm2. (PI-154) gas ini diumpankan ke
Mixfeed primary Reformer.
Pemeriksaan dan pencatatan parameter operasi pada unit pemurnian gas alam ini dilakukan setiap dua jam
sekali di dalam Log sheet nomor 1 dan 12 oleh Field Operator BDR dan Operator Panel A. Pemeriksaan
kandunga Mercury dan Sulphur dilakukan setiap hari oleh bagian labolatorium. Start Up dan shut down
dilaksanakan sesuai dengan instruksi kerja Nomor IK-AM-09-07 dan Nomor IK-AM-09-48
V. Proses Steam Reforming
No. Dok.
No. Rev.
Halaman
PT PUPUK KUJANG
Jl. A Yani 39, Cikampek 41373
Indonesia
IK-AM-09-01-01
0
6
Tube-tube katalis terbuat dari campuran logam terdiri dari 25 % Chrome, 35 % Nickel, 1,225 Niobium dengan
diameter tube 3 Inch Katalis yang dipakai adalah Nickel Oxide reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
CH4 + H2O
CO + H2O
CO + H2 + 9,8 kcal/mol
Reaksi keseluruhan adalah endotermis. Panas yang dibutuhkan disuplai oleh panas pembakaran gas alam di luar
tube. Reaksi pembakaran tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
CH4 + 2O2
Burner-burner fuel gas ini terletak diantara dua baris tube katalis. Ada 10 baris burner, masing-masing terdiri dari
20 burner.
Gas alam dan steam yang akan masuk ke Primary reformer diatur supaya perbandingan mol H 2O (steam) :
Carbon = (3,4 : 1) s/d (3,7 : 1) karena jika steam kurang akan terjadi reaksi samping sebagai berikut :
CH4
C + 2H2
2CO
C + CO2
Karbon yang terbentuk dapat melapisi permukaan katalis sehingga keaktifannya berkurang, selain itu juga
mengganggu perpindahan panas pada tube yang dapat menyebabkan Overheating.
Gas yang bereaksi dalam tube akan keluar melalui bagian bawah tube dan disatukan dalam sebuah pipa besar
untuk masing-masing baris yang disebut Bottom header dan Riser. Dari Riser gas dikirim ke Secondary
Reformer (103-D) melalui suatu pipa besar yang disebut transfer line. Suhu gas keluar sekitar (780-820) 0C
(TI-1-117) dengan tekanan (32-35) kg/cm 2 (PI-8). Untuk melindungi Transfer Line, dipasang Jacket Water
sebagai pendingin. Gas CH4 yang lolos dari primary Peformer diharapkan (9-12) % mol.
Sedangkan gas hasil pembakaran (Flue Gas) yang suhunya masih tinggi diisap oleh Induced Draft Fan melalui
seksikonveksi, dimana panasnya dimanfaatkan untuk memanaskan umpan gas alam, udara untuk secondary
No. Dok.
No. Rev.
Halaman
PT PUPUK KUJANG
Jl. A Yani 39, Cikampek 41373
Indonesia
IK-AM-09-01-01
0
7
Pemanas pembakaran ini digunakan untuk reaksi reforming di bed katalis. Suhu gas di bed pertama sekitatr
1.000 - 1.200 0C (TI-1-118) dan tekanannya (31-32) kg/cm2. Kadar CH4 dalam gas yang keluar dari Secondary
Reformer ini tinggal kira-kira (0,2-0,5) %. Udara yang masuk ke Secondary Revormer berfungsi juga sebagai
pensuplai N2, maka perbandingan mol udara dan gas alam harus diatur supaya gas H 2 dan N2 yang keluar
mempunyai perbandingan mol yang cocok sebagai umpan ammonia converter yaitu ; 3:1. Gas panas yang keluar
dari Secondary Reformer dengan temperatur (930-950)0C (TI-1-85/90) dimanfaatkan untuk memproduksi steam
bertekanan tinggi (109 kg/cm2) di waste heat boiler (101-CA/CB) dan di (102-C) sehingga suhu gas keluar turun
menjadi (365-380)0C (TI-1-7). Temperatur ini adalah temperatur yang sesuai untuk reaksi di high temperatur
shift converter (104-D). Analisa komposisi gas keluar primary reformer dan Secondary Reformer dilakukan
setiap shift (8 jam) oleh Bagian Laboratorium, sedangkan pemeriksaan dan peralatan parameter operasi
dilakukan setiap 2 jam oleh Operator Panel A dan Operator Lapangan BDR. Hal ini dimaksudkan agar bila
terjadi penyimpangan segera dapat dinormalkan lagi.
VI. Proses Shift Conversion
Untuk memproduksi urea, diperlukan bahan baku NH3 dan gas CO 2, karena itu gas CO yang ada perlu diubah
menjadi menjadi CO2. Tugas untuk mengkonversi CO menjadi CO 2 ini dilakukan oleh alat yang disebut Shift
Converter 104-D.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
CO + H2O
PT PUPUK KUJANG
Jl. A Yani 39, Cikampek 41373
Indonesia
No. Dok.
No. Rev.
Halaman
IK-AM-09-01-01
0
8
a. Kalium Karbonat (K2CO3) yang berfungsi sebagai absorbent dan desorbent CO 2 dengan kadar (24-30)%
berat.
b. Diethanol amin (DEA) unutk membantu Absorbsi dan Desorbsi CO2 dan menurunkan tekanan.
c. Kalium vanadat (KVO3) sebanyak (0,9-1,3)% berat, sebagai V 5+ yang dapat melapisi permukaan menara
absorber dan menjadi corrosion inhibitor.
No. Dok.
No. Rev.
Halaman
PT PUPUK KUJANG
Jl. A Yani 39, Cikampek 41373
Indonesia
IK-AM-09-01-01
0
9
CO2 +
H2O
H2CO3
H2CO3 + CO2
2HCO3
2HCO3 +
CO2
K2CO3
H2O + K2CO3
+ 2KHCO3
2KHCO3
No. Dok.
No. Rev.
Halaman
PT PUPUK KUJANG
Jl. A Yani 39, Cikampek 41373
Indonesia
IK-AM-09-01-01
0
10
Setelah melewati bed kedua, larutan ditampung dalam trap out pan, dimana sebagian larutan dikeluarkan sebagai
larutan semi lean benfield yang menuju absorber melewati sebuah single stage flash drum (1116-F), sebagian lagi
mengalir ke bed ketiga untuk ditampung dalam trap out pan kedua. Larutan ini dialirkan ke reboiler (1105-C) dan
(1111-C), dan steam yang terbentuk dimasukan ke bagian bawah stripper. Steam dari reboiler 1113-C dan motive
steam untuk ejector berasal dari trap out pan di atas bed pertama.
Larutan lean benfield yang keluar dari dasar stripper dialirkan ke puncak absorber, sedangkan gas CO 2 keluar
dari puncak menara. Uap air yang teerkandung dalam gas ini cukup tinggi, yaitu sekitar 45 %, sehingga sebelum
masuk ke pabrik urea perlu dikurangi dulu kadar air dalam gas CO2, maka gas dimasukan ke CO 2 stripper
overhead condenser 110-C untuk didinginkan, kemudian dipisahkan kondensatnya dalam CO 2 stripper reflux
drum 1103-F. Kondensat ini dimasukan ke bagian atas stripper dengan pompa 1108-J dan 1108-JA, sedangkan
gas CO2 yang keluar siap dikirim ke pabrik urea. Pemeriksaan dan pencatatan para meter operasi dilakukan oleh
Operator Panel B dan Operator Field PMR. Analisa labolatorium
sedangkan start Up dan Shut down mengikuti instruksi kerja Nomor : IK-AM-09-05, IK-AM-09-09
dan
Nomor : IK-AM-09-45.
VIII. Pembentukan Methane (Methanasi)
Gas yang keluar dari absorber masih mengandung CO dan CO 2 sisa yang merupakan racun katalis di ammonia
converter, karena itu perlu diubah menjadi CH 4 dalam alat yang disebut Methanator 106-D. Methanator berisi
katalis nikel oksid sebanyak 19,8 M3.
Gas yang masuk Methanator dibatasi kadar CO dan CO 2-nya, yaitu maksimum 0,1 % untuk CO2 dan 0,3 % untuk
CO, karena secara teoritis 1 % CO2 mampu menaikan suhu sebesar 720C sedangkan reaksi pembentukan metana
adalah reaksi eksotermis. Kondisi operasi di Methanator adalah suhu (270-350) 0C (TCR-12 dan TI-1- 25 s/d
105), dan tekanan sekitar (23-26) kg/cm2 (PIC-4). Reaksi yang terjadi merupakan kebalikan reaksi di Primary
Revormer yang dapat dituliskan sebagai berikut :
CO + 3H2
PT PUPUK KUJANG
Jl. A Yani 39, Cikampek 41373
Indonesia
No. Dok.
No. Rev.
Halaman
IK-AM-09-01-01
0
11
Reaksi yang terjadi sangat eksotermis sehingga methanator dilengkapi dengan sistem interlock yang akan
menghentikan aliran gas bila terjadi kenaikan suhu sampai 399 0C, serta menghentikan aliran boiler feed water ke
114-C. Gas yang keluar dari methanator diharapkan mempunyai kadar CO dan CO 2 maksimum 10 ppm.
Pemeriksaan dan pencatatan parameter operasi dilakukan oleh operator pause B dan operator field PMR. Analisa
gas outlet methanator dilakukan setiap shift oleh labolatorium. Srart up dan shut down mengikuti instruksi kerja
Nomor : IK-AM-09-10 dan IK-AM-09-43.
C. Kondensat yang terbentuk dipisahkan dalan sync gas compressor first stage separator 105-F. Gas yang keluar
suhunya kira-kira 8 0C. Gas kering dari separator dimasukan ke HP case compressor bersama-sama dengan
recycle gas dari ammonia converter, dan keluar dengan tekanan sekitar (140-152) kg/cm 2 (PI-80) dan suhu 68 0C.
Gas ini mengandung ammonia karena bercampur dengan recycle gas dari ammonia converter.
Untuk memungut ammonia dalam gas, gas ini dilewatkan pada seksi pemisahan dan pemurnian, sehingga kadar
ammonianya turun dari 9 % menjadi 2 % mol. Gas ini kemudian dipanaskan dalam heat exchanger 121-C yang
memanfaatkan panas dari gas yang keluar dari ammonia converter , baru diumpankan ke ammonia converter.
Gas masuk ammonia converter pada dua tempat yaitu di bagian atas dan bagian bawah. Ammonia converter 105D ini terdiri dari 4 buah bed katalis promoted iron dengan dengan ukuran katalis 1,5 - 3 mm, dipisahkan oleh
ruang antar bed untuk keperluan quenching. Volume masing-masing bed tidak sama, makin kebawah makin
besar. Volume katalis di bed pertama sebanyak 8,3 M 3, bed kedua 11,0 M3 bed ketiga 17,2 M3, dan bed keempat
22,5 M3. Dinding ammonia converter dibuat rangkap dengan ruang antara (annulus).
Gas umpan yang masuk dari bagian bawah conerter mengalir dalam annulus menuju ke puncak converter dan
masuk dalam bed katalis melalui shell exchanger.
No. Dok.
No. Rev.
Halaman
PT PUPUK KUJANG
Jl. A Yani 39, Cikampek 41373
Indonesia
IK-AM-09-01-01
0
12
2NH3
Konversi yang dicapai saat kesetimbangan adalah 14,7 %. Dengan adanya quenching yang berulang
diharapkansuhu dapat dikontrol sesuai dengan yang diinginkan sehingga konversi dapat optimal.
Gas hasil reaksi keluar dari bed ke empat melalui pipa di tengah converter dan naik ke puncak converter. Suhu
gas ini sekitar 481 0C, dan dimanfaatkan untuk membangkitkan steam di 123 CA/CB untuk mengurangi kadar
inert yang berupa CH4 dan Ar. Sebagian gas umpan di purging sebelum direcycle melalui HP case compressor.
Inert ini dapat mempengaruhi kesetimbangan reaksi bila kadar terlalu tinggi.
PT PUPUK KUJANG
Jl. A Yani 39, Cikampek 41373
Indonesia
No. Dok.
No. Rev.
Halaman
IK-AM-09-01-01
0
13
XI.
7. Pengecualian
Tidak ada.
8. Lampiran
PT PUPUK KUJANG
Jl. A Yani 39, Cikampek 41373
Indonesia
No. Dok.
No. Rev.
Halaman
IK-AM-09-01-01
0
14