ACARA 1.
ANALISIS PROTEIN
Oleh
ERLINDA SULUNG PAMBUDI
221710301079
Asisten Praktikum :
1. Chantika Putri Nur A.
2. Erika Dwi Silawati
3. Alma Tsabita Kamilah
4. Rindi Mayang Sari
5. Zakia Nur Febrianti
1.2 Tujuan
Berat molekul dari Bovine Serum Albumin (BSA) adalah sekitar 66-67
kDa. Pada pH 5-7, Bovine Serum Albumin (BSA) mengandung 17 disulfida dan 1
gugus sulfhidril. Lalu dalam larutan, pH isoelektrik Bovine Serum Albumin (BSA)
adalah 4,5-4,9. Albumin mudah larut dalam air dan hanya dapat diendapkan oleh
garam netral seperti amonium sulfat berkonsentrasi tinggi. Stabilitas larutan
Bovine Serum Albumin (BSA) sangat baik. Albumin sering digunakan sebagai
penstabil untuk protein larut lainnya (Sulistiyowati, 2017).
2.2.4 Aquadest
Aquadest adalah air hasil penyulingan yang bebas dari zat-zat pengotor
sehingga bersifat murni dalam laboratorium. Aquadest berwarna bening, tidak
berbau, dan tidak memiliki rasa. Aquadest biasa digunakan untuk membersihkan
alat-alat laboratorium dari zat pengotor. Aquadest merupakan pelarut yang jauh
lebih baik dibandingkan hampir semua cairan yang umum dijumpai. Senyawa
yang segera melarut di dalam aquadest mencakup berbagai senyawa organik
netral yang mempunyai gugus fungsional polar seperti gula, alkohol, aldehida,
dan keton. Kelarutannya disebabkan oleh kecenderungan molekul aquadest untuk
membentuk ikatan hidrogen dengan gugus hidroksil gula dan alkohol atau gugus
karbonil aldehida dan keton (Safitri, 2021).
2.2.5 Biuret
Dalam suasana basa Ion Cu2+ dari pereaksi biuret akan bereaksi dengan
polipeptida atau ikatan peptida, sehingga membentuk senyawa kompleks
berwarna ungu atau violet. Reaksi ini positif terhadap dua ikatan peptida atau
lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida. Reaksi Biuret dapat
digunakan untuk menentukan konsentrasi protein karena ikatan peptide terjadi
dengan frekuensi yang sama per asam amino dalam peptide. Intensitas warna, dan
karena itu absorpsi pada panjang gelombang 520 nm berbanding dengan
konsentrasi, sesuai dengan hukum Beer-Lambert (Atma, 2018).
Konsentrasi dari kacang tanah dan kacang kedelai dalam sampel dapat
memengaruhi seberapa banyak kadar protein yang terdeteksi dalam suatu uji
protein. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi hasil dari uji protein tersebut
adalah konsentrasi protein dalam sampel, konsentrasi reagen biuret, konsentrasi
garam pada sampel, dan konsentrasi zat pengganggu (Hartono, 2018).
BSA
(Putih Telur)
Kurva
standart
Selesai
b) Preparasi Sampel
Mulai
Kacang tanah
dan kacang
kedelai
2
1
Kadar protein
kacang tanah dan
kacang kedelai
Selesai
a) Kurva Standart
Pada proses pembuatan kurva standart, langkah pertama yang dilakukan
adalah menyiapkan sampel BSA (putih telur). Langkah selanjutnya ialah
memasukkan sampel sebanyak 0,1 mL; 0,2 mL; 0,4 mL; 0,6 mL; 0,8 mL; dan 1
mL ke dalam tabung reaksi. Setelah dimasukkan ke dalam tabung reaksi, sampel
ditambahkan aquadest masing-masing 4 mL. Kemudian masing-masing tabung
reaksi ditambahkan pereaksi Biuret sebanyak 6 mL, lalu tutup tabung reaksi
dengan menggunakan alumunium foil. Langkah selanjutnya ialah melakukan
homogenisasi menggunakan vortex. Setelah homogen, tabung reaksi disimpan
pada suhu 30°C selama 30 menit. Langkah terakhir yaitu dilakukan pengukuran
absorbansi pada panjang gelombang 520 nm.
b) Preparasi Sampel
Pada proses preparasi sampel, langkah pertama yang dilakukan ialah
menyiapkan sampel dengan dihaluskan menggunakan blender. Langkah
selanjutnya ialah melakukan penimbangan sampel sebanyak 10 gram, kemudian
ditambahkan aquadest sebanyak 50 mL dan dilakukan pengadukan hingga larut.
Langkah selanjutnya ialah memasukkan sampel sebanyak 0,2 mL; 0,4 mL; 0,6 mL;
0,8 m; dan 1 mL ke dalam tabung reaksi dengan ditambahkan 4 mL aquadest dan
6 mL reagen biuret, lalu tabung reaksi ditutup menggunakan alumunium foil.
Langkah selanjutnya ialah melakukan homogenisasi menggunakan vortex. Setelah
homogen, tabung reaksi disimpan pada suhu 30°C selama 30 menit. Langkah
terakhir yaitu dilakukan pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 520 nm.
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
5.1 BSA
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum analisis protein adalah sebagai berikut:
1. Praktikan dapat melakukan analisa terhadap sampel kacang tanah dan
kacang kedelai dengan cara megukur kadar protein menggunakan metode
biuret.
2. Hubungan antara konsentrasi bahan dengan kadar protein dari sampel
tersebut adalah semakin tinggi konsentrasinya, semakin tinggi pula
absorbansinya. Namun, pada sampel kacang kedelai dengan konsentrasi
0,6 mL hasil absorbansinya tidak sesuai dengan prinsip tersebut. Nilai
absorbansi yang dihasilkan terlalu tinggi daripada konsentrasi di atasnya
(0,8 mL dan 1 mL). Absorbansi ini berkaitan dengan perubahan warna
pada sampel, karena adanya reaksi antara reagen biuret dengan ikatan
peptida yang ada pada protein sampel. Kemudian, konsentrasi sampel
berbanding lurus dengan nilai absorbansinya. Jika dilihat dari tabel hasil
perhitungan, absorbansi berbanding lurus dengan kadar protein. Karena
semakin tinggi nilai absorbansinya, semakin tinggi pula kadar proteinnya.
6.2 Saran
Adapun saran yang diberikan dari praktikum analisis protein ini yaitu
sebaiknya praktikan melaksanakan praktikum dilakukan dengan sungguh-sungguh
dan tetap fokus agar hasil praktikum sesuai dengan hasil yang diharapkan. Dan
sebaiknya selalu berhati-hati dalam melaksanakan praktikum agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Estiasih, T., Harijono, Waziiroh, E., dan Fibrianto, K. 2016. Kimia dan
Fisik Pangan. Bumi Aksara, Jakarta.
Gandy, J. W., Madden, A., & Holdsworth, M. (2014). Gizi & Dietetika.
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Rahayu, A., Rahayu, M. S., & Manik, S. E. (2020). Peran berbagai sumber
N terhadap pertumbuhan dan produksi berbagai varietas tanaman kacang tanah
(Arachis hypogaea L). Agriland: Jurnal Ilmu Pertanian, 8(1), 89-93.