NIM : 21304241032
2021
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai proses pembuatan growol dan kajiannya
dalam MIPA, serta manfaatnya bagi masyarakat, perlu adanya kajian mengenai hal ini.
Oleh karena itu, saya bermaksud melakukan kajian literatur mengenai proses
pembuatan growol dalam kajian ke-MIPA-annya.
B. Identifikasi Masalah
Demi pembahasan yang lebih mendalam terhadap masalah yang akan dikaji,
penulis merasa perlu untuk memberikan identifikasi masalah yang berkaitan dengan
proses pembuatan growol dalam kajian ke-MIPA-an, Berdasarkan latar belakang di
atas, dapat diambil beberapa identifikasi masalah sebagai berikut:
2. Kandungan growol
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Kajian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari kajian ini adalah untuk:
E. Manfaat Kajian
Hasil dari kajian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan baru mengenai
proses-proses pembuatan growol kepada masyarakat pada umumnya, juga mengenai
proses-proses pembuatan growol dalam kajian ke-MIPA-an bagi mahasiswa pada
khususnya. Kajian ini juga dapat dijadikan sebagai referensi untuk kajian lebih lanjut
mengenai proses pembuatan growol serta kajiannya dalam bidang MIPA.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Growol
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/05/30/growol-khas-kulon-progo-
alternatif-makanan-pokok-yang-baik-untuk-kesehatan
Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dibuktikan bahwa growol memiliki
kandungan pati yang tinggi yaitu pada kisaran 79,82-83,84 persen. Kandungan airnya
juga cukup tinggi pada kisaran 59,73-62,19 persen. Selain itu, growol juga memiliki
kandungan lemak yang rendah yaitu pada kisaran 0,08-0,11 persen serta gula yang
hanya pada kisaran 0,029-0,10 persen.
B. MIPA
MIPA merupakan akronim dari Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, yaitu
gabungan dari dua rumpun ilmu pengetahuan yang terdiri dari Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Penggabungan dua rumpun ini bertujuan agar cabang-cabang ilmu
yang saling berkaitan itu dapat disatu-rumpunkan sehingga saling menunjang dalam
penyajiannya maupun dalam pengembangannya di dalam suatu wadah tersendiri yang
mengajarkan dan mengembangkan ilmu-ilmu tersebut. Rumpun Ilmu Pengetahuan
Alam membahas tentang sesuatu yang ada dan terjadi di alam sekitar kita, unsur-unsur
dan penyebab terjadinya serta penghitungan yang ada di dalamnya. Sedangkan
matematika mempelajari tentang angka serta hal lain yang berhubungan dengan simbol
yang ada dalam metematika.
Kajian ini dilaksanakan menggunakan metode kajian analitis dan kritis berdasarkan
fakta dan kajian referensial berupa jurnal-jurnal penelitian terbaru yang telah ada
sebelumnya
IV. PEMBAHASAN
Pada masa pandemi seperti saat ini, growol sangat baik dikonsumsi oleh penderita
diabetes, obesitas, ataupun penyakit-penyakit komorbid lain yang dapat berbahaya
apabila terpapar Covid-19. Kandungan karbohidratnya yang rendah dapat menjadi
alternatif pengganti nasi bagi penderita penyakit tersebut sehingga dapat menurunkan
resiko terpapar Covid-19.
Kandungan gizi dari growol sangatlah baik bagi tubuh. Berdasarkan penelitian
Gustati (1987), Hoa (1987), dan Suharni serta Sutarto (1988), growol memiliki
kandungan pati yang tinggi yaitu pada kisaran 79,82-83,84 persen. Kandungan airnya
juga cukup tinggi pada kisaran 59,73-62,19 persen. Selain itu, growol juga memiliki
kandungan lemak yang rendah yaitu pada kisaran 0,08-0,11 persen serta gula yang
hanya pada kisaran 0,029-0,10 persen.
Growol dibuat dari ubi kayu yang difermentasi, sehingga menghasilkan aroma
dan rasa yang khas yaitu asam (Bangsa, 2015). Tahap-tahap pengolahan growol
meliputi: pengupasan ubi kayu, pengirisan, perendaman (fermentasi spontan),
pencucian dan pemisahan serat ubi kayu, pengepresan, penggilingan dan pengukusan
(Wariyah dan Luwihana, 2015).
Singkong yang telah dikupas dan dipotong selanjutnya dicuci hingga bersih.
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan lendir yang masih melekat pada
singkong. Dalam kajian MIPA, proses ini dilakukan karena kotoran dan lendir yang
ada pada singkong dapat mengganggu proses fermentasi. Selain itu, kondisinya yang
kotor tentu tidak aman untuk dikonsumsi manusia.
Fermentasi pada proses pembuatan growol ini berlangsung secara spontan tanpa
pemberian perlakuan khusus sehingga berbagai macam mikroba hidup dalam
fermentasi tersebut. Adanya aktivitas mikroba secara simultan menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan fisika maupun biokimia. Menurut hasil penelitian Hoa (1987),
beberapa perubahan yang terjadi antara lain pelunakan ubi, timbul bau asam, cairan
fermentasi keruh, serta terbentuknya buih. Selama fermentasi 24 jam pertama,
terbentuk buih di permukaan cairan fermentasi. Buih ini akan terus bertambah hingga
pada jam ke 48, buih yang terbentuk terlihat mulai pecah. Pada fermentasi selanjutnya
buih membentuk lapisan tipis berwarna putih kecokelatan. Menurut Suharni (1975)
terbentuknya lapisan di permukaan cairan fermentasi disebabkan oleh pertumbuhan
Saccharomyces sp. dan Geoutrichum sp. yang bersifat fermentatif dan membentuk
tunas. Pati merupakan komponen dalam sel yang paling menentukan tekstur
(Pantastico, 1986). Oleh karena itu, terjadinya perubahan pati menjadi senyawa terlarut
akan menyebabkan terjadinya kelunakan pada singkong. Dalam kajian analisis kimia
menunjukkan adanya penurunan kadar pati, peningkatan kadar gula reduksi di awal
fermentasi, kemudian menurun sampai akhir fermentasi. Selain itu, terjadi penurunan
pH dan kadar serat kasar, sedangkan total asam mengalami kenaikan (Hoa, 1987). Gula
yang ada dalam singkong maupun gula hasil perombakan senyawa pati dan selulosa
akan diubah menjadi asam piruvat dan selanjutnya dimetabolismekan oleh mikroba.
Hasil metabolisme ini merupakan asam-asam organik. Asam-asam organik yang
berhasil dideteksi selama fermentasi growol merupakan asam asetat, asam laktat, asam
propionate dan asam butirat (Suharni, 1975).
Singkong yang telah lunak karena proses perendaman dan fermentasi selanjutnya
diremas menggunakan tangan. Peremasan singkong ini bertujuan agar serat-serat yang
ada menjadi mudah dipisahkan sehingga memudahkan proses pengolahan pada tahap
selanjutnya.
Langkah selanjutnya, growol mentah dicuci dengan tujuan untuk menghilangkan
bau masam serta melarutkan senyawa racun yang ada setelah proses fermentasi.
Pencucian dilakukan dengan penambahan air, lalu diaduk menggunakan tangan, lalu
didiamkan sejenak agar pati mengendap. Setelah itu, air kotor dibuang dan diganti
dengan air yang baru. Proses pencucian ini diulang hingga beberapa kali (Hoa, 1989
dan Epriliati, 1994).
V. KESIMPULAN
1. Pengupasan dan pemotongan singkong. Dalam kajian Biologi, hal ini agar sel
gabus (feloderm) pada kulit singkong tidak menghalangi jalannya fermentasi pada
singkong sehingga layak dikonsumsi manusia.
2. Pencucian singkong yang telah dikupas. Dalam kajian Biologi, proses ini
dilakukan karena kotoran dan lendir yang ada pada singkong dapat mengganggu
proses fermentasi. Selain itu, kondisinya yang kotor tentu tidak aman untuk
dikonsumsi manusia.
4. Peremasan ringkong. Dalam kajian Fisika, proses ini dilakukan agar serat-serat
yang ada menjadi mudah dipisahkan sehingga memudahkan proses pengolahan
selanjutnya.
5. Pencucian growol mentah. Dalam kajian Kimia, proses ini dilakukan untuk
menghilangkan bau masam serta melarutkan senyawa racun yang ada setelah
proses fermentasi.
6. Pemipitan atau pengepresan. Dalam kajian Fisika, proses ini bertujuan untuk
mengurangi kadar air karena berpengaruh terhadap tekstur growol masak yang
diperoleh
9. Pencetakan. Dalam kajian Fisika, langkah ini bertujuan agar growol mudah
didistribusikan untuk dikonsumsi manusia.
Pada masa kini, growol memiliki beberapa peran seperti sebagai alternatif sumber
karbohidrat bagi penderita diabetes dan obesitas. Selain itu, karena telah melalui
proses fermentasi yang sehat serta bakteri baik, growol dapat berperan melancarkan
pencernaan serta mengatasi maag.