PENDAHULUAN
Ubi jalar merupakan salah satu
komoditas pertanian Indonesia yang
memiliki angka produksi cukup tinggi di
samping padi dan jagung. Penanaman
yang relatif mudah dilakukan sekalipun di
lahan tandus serta pertumbuhan yang
tidak mengenal musim menjadikan
komoditas ini sebagai salah satu makanan
pokok yang dikonsumsi di beberapa
daerah di Indonesia khususnya daerah
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi
yang relatif rendah. Beberapa varietas
unggul ubi jalar telah dikembangbiakkan
seperti ubi jalar putih varietas Sukuh yang
memiliki kandungan pati yang cukup
tinggi, ubi jalar oranye dan ubi jalar ungu
varietas Ayamurasaki yang mengandung
pigmen serta antioksidan yang cukup
tinggi. Sisi lainnya ubi jalar merupakan
bahan pangan sumber karbohidrat yang
memiliki kelebihan dibanding sumber
karbohidrat yang lain seperti beras,
gandum dan ubi kayu, yaitu karena
kandungan vitamin dan komponen
antioksidannya yang cukup tinggi, serta
serat yang dapat dimanfaatkan sebagai
prebiotik.
Pemanfaatan ubi jalar di bidang
pangan hingga kini masih terbatas
sebagai bahan pangan yang diolah secara
tradisional
dan
dikonsumsi
secara
langsung dengan produk yang dihasilkan
berupa ubi rebus, ubi goreng, getuk dan
keripik. Pengolahan secara tradisional
akan menghasilkan produk akhir dengan
segmen pasar yang terbatas dan umur
simpan yang relatif singkat. Hal ini
menyebabkan
persepsi
masyarakat
terhadap produk olahan ubi jalar rebih
rendah dibandingkan dengan produk
olahan beras atau terigu. Potensi ubi jalar
dapat lebih dikembangkan lagi apabila
produk ini dapat diolah menjadi bahan
setengah jadi atau bahan baku bagi
industri lain.
Peningkatan
citra
ubi
jalar
sekaligus
pemanfaatannya
dapat
dilakukan dengan berbagai upaya. Salah
satu upaya tersebut adalah dengan
mengolah ubi jalar menjadi pati kering
mengingat kandungan utama dan terbesar
dari umbi ini adalah pati. Selain karena
kegunaannya yang lebih luas dan lebih
diminati industri pangan untuk diolah lebih
Alat
Peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi: timbangan analitik
Denver
Instrument
M-310,
pisau
stainless steel, sendok, baskom, electric
grater, kain saring, cabinet dryer
(pengering kabinet), blender kering
Philips, ayakan 80 mesh, kantong plastik
( kg), cawan petri, beaker glass, labu
ukur, gelas ukur, pipet tetes, pipet ukur,
bola hisap, corong, spatula, pengaduk,
tabung reaksi, erlenmeyer, kertas saring
halus,
termometer,
kompor
listrik,
penyaring vakum, oven kering, desikator,
colour
reader
Minolta
CR-100,
spektrofotometer Spectro 20 D Plus,
vortex LW Scientific Inc, kuvet, sentrifuse
Universal Model : PLC-012E, tube
sentrifuse, pH meter Ezodo.
Tahap Penelitian
Pelaksaan
penelitian
dilakukan
dengan tahapan identifikasi bahan baku
ubi jalar ungu, pembuatan pati ubi jalar
ungu
(perendaman
dan
HMT),
karakterisasi pati ubi jalar ungu analisis
pati.
pH
7.00
6.50
6.00
5.50
5.00
4.50
4.00
Fermentasi
0 Jam
6 Jam
12 Jam
0
HMT (Jam)
Fermentasi
0 Jam
6 Jam
12 Jam
0
HMT (Jam)
menyebabkan
warna
coklat
ketika
dilakukan
pemanasan.
Menurut
Mulyandari (1992), semakin murni proses
ekstraksi pati maka pati yang dihasilkan
akan semakin putih.
Dengan semakin lama HMT maka
semakin rendah derajat putih pati
modifikasi yang dihasilkan. Hal ini diduga
karena pada saat HMT terjadi proses
pemanasan yang dapat mengakibatkan
terjadinya reaksi Maillard. Reaksi Maillard
terjadi apabila bahan pangan dipanaskan
atau didehidrasi. Menurut Winarno (2002)
dalam Permata (2012), lama proses
pemanasan
dapat
mempengaruhi
terjadinya reaksi Maillard antara gula
pereduksi dari karbohidrat dengan asam
amino (gugus amino primer) dari protein
yang menghasilkan warna coklat.
Viskositas
Dari hasil penelitian diperoleh rerata
viskositas pati modifikasi berkisar antara
75 365 cP. Viskositas tertinggi dimiliki
oleh pati termodifikasi perlakuan 12 jam
perendaman dan 3 jam HMT, sedangkan
viskositas terendah dimiliki oleh pati
termodifikasi perlakuan 0 jam perendaman
dan 9 jam HMT. Pengaruh perlakuan lama
perendaman dan HMT terhadap viskositas
pati dapat dilihat pada Gambar 4.