PENDAHULUAN
2.2 Pati
Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu
sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian
(Poedjiadi, A. 1994). Senyawa pati tersusun atas dua komponen, yakni amilosa
dan amilopektin. Menurut Guilbert dan Biquet (1990), kestabilan edible film
dipengaruhi oleh amilopektin, sedangkan amilosa berpengaruh terhadap
kekompakannya. Pati dengan kadar amilosa tinggi menghasilkan edible film yang
lentur dan kuat (Lourdin et al. dalam Thirathumthavorn and Charoenrein 2007),
karena struktur amilosa memungkinkan pembentukan ikatan hidrogen
antarmolekul glukosa penyusunnya dan selama pemanasan mampu membentuk
jaringan tiga dimensi yang dapat memerangkap air sehingga menghasilkan gel
yang kuat (Meyer dalam Purwitasari 2001).
2.3 Plasticizer
Plasticizer merupakan bahan yang ditambahkan kedalam suatu bahan
pembentuk film untuk meningkatkan fleksibilitasnya, karena dapat menurunkan
gaya intermolekuler sepanjang rantai polimernya, sehingga film akan lentur ketika
dibengkokkan (Garcia et al. dalam Rodriguez et al. 2006). Menurut Damat (2008),
karakteristik fisik edible film dipengaruhi oleh jenis bahan serta jenis dan
konsentrasi plasticizer. Plasticizer dari golongan polihidrik alkohol atau poliol di
antaranya adalah gliserol dan sorbitol.
BAB III
METODOLOGI
4.2 Pembahasan
Edible film merupakan lapisan tipis yang berfungsi sebagai pengemas atau
pelapis makanan yang sekaligus dapat dimakan bersama dengan produk yang
dikemas (Guilbert and Biquet, 1990). Praktikum pembuatan edible film berbahan
dasar pati bertujuan untuk menjelaskan prinsip dan mempraktekkan cara
pembuatan edible film berbahan dasar pati beras dan pati ubi jalar.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain pati beras, pati ubi jalar, dan
gliserol. Gliserol yang digunakan untuk masing-masing bahan sebanyak 3 gram.
Gliserol merupakan plasticizer yang digunakan dalam pembuatan edible film
berbahan dasar pati. Menurut Damat (2008), karakteristik fisik edile film
dipengaruhi oleh jenis bahan serta jenis dan konsentrasi plasticzer. Gliserol
digunakan pada konsentrasi dan bahan yang berbeda akan menghasilkan
karakteristik yang berbeda pula.
Bahan pati yang hendak dibuat menjadi edible film dilarutkan dengan
aquades dan gliserol pada suhu 80oC menurut Shin dan Ahn (1983), suhu
gelatinisasi pati ubi jalar berkisar antara 65-80oC. Menurut Edi, H (2016), suhu
gelatinisasi pati beras berkisar antara > 74oC.
Berdasarkan data hasil pengamatan edible film yang berbahan dasar pati
diperoleh hasil pati beras memiliki plastisitas yang agak elastis sedangkan untuk
pati ubi jalar memiliki elastisitas yang elastis. Menurut Arriany (2009), bila kadar
plasticizer ditingkatkan dari 4 gram sampai dengan 7 gram akan menyebabkan
kekuatan tarik menurun, hal ini disebabkan karena titik jenuh telah terlampaui
sehingga molekul-molekul plasticizer yang berlebih berada dalam fase tersendiri
diluar fase polimer dan akan menurunkan gaya antar intermolekul antar rantai,
menyebabkan gerakan rantai lebih bebas sehingga fleksibilitas mengalami
peningkatan (semakin elastis). Hal ini juga berhubungan dengan pengamatan daya
tarikan edible film, untuk edible film dari pati beras daya tarikan mudah ditarik,
sedangkan untuk edible film dari pati ubi jalar agak susah ditarik/agak kuat.
Menurut Wu dan Bates (1973) dalam Suryaningrum dkk (2005), edible film
dengan kekuatan tarik akan mampu melindungi produk yang dikemasnya dari
gangguan mekanis dengan baik, sedangkan kekuatan tarik film dipengaruhi oleh
formulasi bahan yang digunakan.
Pengamatan edible film dari pati beras diperoleh rata-rata sebesar 0,1858
mm, sedangkan edible film dari pati ubi jalar memiliki rata-rata ketebalan sebesar
0,1576 mm. Menurut Syaiful, R (2016) ketebalan film dipengaruhi oleh
banyaknya total padatan dalam larutan dan ketebalan cetakan. Menurut Murdianto
(2005) menyatakan bahwa konsentrasi pati yang meningkat, menyebabkan kadar
padatan dalam film meningkat, akibatnya ketebalan edible film meningkat.
Menurut Park et al., (1996) ketebalan edible film dipengaruhi oleh luas cetakan,
volume larutan, dan banyaknya total padatan dalam larutan.
Sedangkan untuk pengamatan transparansi edible pati yang dihasilkan dari
pati beras yaitu tembus cahaya namun tidak terlalu transparan, untuk edible film
dari pati ubi jalar bening transparan sehingga dapat ditembus cahaya.
Transparansi berhubungan dengan ketebalan edible film yang berbeda antara
ketebalan edible film dari pati beras dan pati ubi jalar.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, edible film merupakan lapisan
tipis yang dapat digunakan untuk mengemas makanan. Edible film dibuat dari
bahan pati beras dan pati ubi jalar dengan penambahan gliserol dan aquades
melalui proses gelatinisasi dan selanjutnya melalui proses pengeringan
menggunakan oven. Diperoleh edible film dari pati beras dengan ketebalan 0,1858
mm, mudah ditarik, agak elastis / keras, dan tembus cahaya namun tidak terlalu
transparan. Sedangkan edible film dari pati ubi jalar memiliki ketebalan 0,1576
mm, agak susah ditarik / agak kuat, elastis, dan bening / transparan sehingga dapat
ditembus cahaya.
5.2 Saran
Dalam praktikum ini saran yang dapat disampaikan adalah ikutilah arahan
dan prosedur kerja yang telah diberikan oleh dosen atau asisten dosen yang ada di
laboratorium, dan partisipasi dalam kelompok perlu untuk diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arriany, F. 2009. Peranan Gliserol Sebagai Plasticizer Dalam Film Pati Jagung
Dengan Pengisi Serbuk Halus Bonggol Jagung. Tesis. Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Damat. 2008. Efek jenis dan konsentrasi plasticizer terhadap karakteristik edible
film dari pati garut butirat. Agritek 16(3): 333-339.
Edi, H. 2016. Analisis Karakteristik Fisikokimia Beras Putih, Beras Merah, Dan
Beras Hitam. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 15 No 1.
Guilbert, S. and B. Biquet. 1990. Edible films and coatings. In: G. Bureau and J.L.
Multon (eds.). Food packaging, volume I. VCH Publishers, New York.
Murdianto, W. 2005. Sifat Fisik Dan Mekanik Edible Film Ekstrak Daun
Janggelan. J. Agrosains. 18 (3).