Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian P-ISSN:2476-8995

Volume 7 Nomor 1 (2021) : 117-128 E-ISSN:2614-7858

Pengaruh Penambahan Serbuk Biji Labu Kuning (Cucurbita moschata) dan Lama
Fermentasi Dalam Pembuatan Tempe

Effects Of Addition Of Pumpkin Seed Powder (Cucurbita moschata) and Fermentation Time
In Making Tempe

Firda Latifah Rahayu Mahfud, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian, Universitas
Negeri Makassar. Email: latifahfirda12@gmail.com
Dr. Andi Sukainah S.TP, M.Si., Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian, Universitas
Negeri Makassar. Email: andisukainah@yahoo.com
Prof. Lahming M.S., Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian, Universitas Negeri
Makassar. Email:

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan serbuk biji labu
kuning dan lama fermentasi terhadap mutu tempe. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial yang terdiri dari dua
faktor, yaitu: penambahan serbuk biji labu (Kontrol = 0%, B1 = 5%, B2 = 10%, dan B3 = 15%)
dan lama fermentasi (F1 = 28 jam, dan F2 = 32 jam) dengan 3 kali ulangan. Variabel yang
diamati meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, dan aktivitas antioksidan. Teknik analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis sidik ragam (ANOVA) dan dilanjutkan
dengan uji lanjut Duncan. Hasil penelitian menunjukkan penambahan serbuk biji labu dan lama
fermentasi berpengaruh nyata terhadap mutu tempe. Hasil uji penelitian ini menunjukkan
bahwa perlakuan terbaik yaitu perlakuan dengan penambahan 5% serbuk biji labu kuning dan
32 jam variasi lama fermentasi (B1F2). Karakteristik kimia tempe perlakuan ini adalah kadar
air 57,67%, kadar abu 0,98%, kadar protein 23,07%, aktivitas antioksidan 79,77% dan
memenuhi persyaratan mutu dan keamanan tempe (SNI 01-3144-1992).
Kata kunci: serbuk biji labu kuning, kedelai, pengeringan, fermentasi, tempe.

Abstract
This study aims to determine the effect of adding pumpkin seed powder and
fermentation time to the quality of tempe. This research is an experimental study using a
completely randomized design factorial pattern consisting of two factors, namely: addition of
pumpkin seed powder (Control = 0%, B1 = 5%, B2 = 10%, and B3 = 15%) and fermentation
time (F1 = 28 hours, and F2 = 32 hours) with 3 replications. The observed variables included
moisture content, ash content, protein content, antioxidant activity, and total yeast mold. The
analysis technique used in this study was analysis of variance (ANOVA) and continued with
Duncan's continued test. Results showed the addition of pumpkin seed powder and
fermentation time significantly affected the quality of tempe. The test results of this study
indicate that the best treatment is the treatment with the addition of 5% pumpkin seed powder
and 32 hours of fermentation duration (B1F2). The chemical characteristics of this treatment
tempe were 57.67% water content, ash content 0.98%, protein content 23.07%, antioxidant
activity 79.77%, total mold 5.48 Log cfu /g and total yeast 7.11 Log cfu/g and meet the quality
and safety requirements of tempe (SNI 01-3144-1992).
Keywords: pumpkin seed powder, soy, drying, fermentation, tempe.

117
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 7, 2021

Biji labu kuning yang selama ini


Pendahuluan
dimanfaatkan sebagai kuaci bahkan
Kedelai adalah tanaman yang terkadang dibuang begitu saja, ternyata
berasal dari Manchuria dan sebagian lagi mengandung senyawa fenolik yang dapat
dari China. Kedelai yang dikenal sekarang menjadi sumber antioksidan. Antioksidan
termasuk dalam famili Leguminosa, adalah komponen yang mampu
subfamili Papilonidae, genus Glycine dan menghambat proses oksidasi. Proses
spesies max sehingga nama latinya dikenal oksidasi dapat menyebabkan kerusakan sel
sebagai Glycine max. Kedelai merupakan dan ketengikan (Brown dalam Ningsih :
sumber protein yang paling murah didunia. 2007). Biji labu kuning dapat dimanfaatkan
Tanaman ini dapat tumbuh pada tanah untuk peningkatan aktivitas antioksidan dan
dengan pH 4,5 serta masih memberi hasil fenolik pada bahan pangan dalam hal ini
yang baik (Fachruddin : 2000). tempe, sehingga aktivitas antioksidan dan
Kedelai merupakan sumber protein fenolik pada tempe meningkat. Antioksidan
yang paling baik di antara jenis kacang- dapat menghambat oksidasi dengan cara
kacangan, 10% protein tersebut merupakan bereaksi dengan radikal bebas reaktif
albumin dan 90% lainnya berupa globulin. kemudian membentuk radikal bebas tak
Protein kedelai merupakan sumber asam reaktif yang relatif stabil (Pabesak : 2013).
amino esensial yang lengkap dan seimbang. Selain itu, labu kuning memiliki daya
Kedelai juga dimanfaatkan sebagai sumber simpan yang lama dan produksinya
vitamin, mineral, dan serat. Kedelai yang melimpah setiap tahunnya, sehingga mudah
terfermentasi atau biasa disebut tempe didapatkan dimana saja dan kapan saja.
diketahui memiliki kandungan nutrisi yang Dengan berbagai keunggulan dan
dibutuhkan manusia dalam memenuhi gizi yang terkandung dalam biji labu kuning,
kebutuhan asupan nutrisi (Darajat : 2014). diduga serbuk dari biji labu kuning ini
Tempe merupakan makanan yang sangat berpotensi sebagai bahan pengawet
terbuat dari kacang kedelai yang dalam pembuatan tempe yang cukup
difermentasi. Masyarakat luas menjadikan terjangkau. Selain keunggulan dari biji labu
tempe sebagai sumber protein nabati, selain kuning, perlu pula memperhatikan faktor
itu harganya juga murah. Tempe merupakan penting lain yang sangat mempengaruhi
produk fermentasi yang tidak dapat bertahan tempe yang dihasilkan seperti lama
lama. Setelah dua hari, tempe akan fermentasi atau variasi waktu yang
mengalami pembusukan sehingga tidak digunakan dalam proses fermentasi. Hal ini
dapat dikonsumsi oleh manusia. Tempe sejalan dengan pennelitian Widodo (2012)
mempunyai daya simpan yang singkat. yang menyimpulkan bahwa perlakuan
Tempe yang tidak dilakukan pengolahan variasi lama fermentasi pada tempe biji
atau penanganan lebih lanjut akan cepat nangka berpengaruh secara nyata terhadap
mengalami pembusukan (Nayla : 2012). kadar protein, kadar lemak, kadar air, dan
Salah satu cara untuk menekan besarnya kadar abu tempe biji nangka yang
kerugian yaitu dengan melakukan dihasilkan.
penanganan terhadap produk pangan untuk Lama waktu fermentasi sangat
meningkatkan daya awet atau masa simpan berperan penting dalam pembuatan tempe.
produk pangan tanpa mengurangi citarasa. Dalam proses fermentasi tempe yang
berbahan dasar kedelai biasanya diperam

118
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 7, 2021

pada suhu ruang selama 36 - 48 jam. atau semi otomatis, alat destruksi, neraca
Menurut Ali (2008) Proses fermentasi yang analitik dengan ketelitian 0,1 mg, buret 10
terjadi pada tempe berfungsi untuk ml, gelas kimia, labu ukur, pipet, aluminium
mengubah senyawa makromolekul foil, spektrofotometer visible, panci infusa,
kompleks yang terdapat pada kedelai kompor, kain flannel atau kain penyaring,
(seperti protein, lemak, dan karbohidrat) theriemometer, cawan, lampu bunsen, spoit
menjadi senyawa yang lebih sederhana 20 ml, tabung reaksi, mikropipet, inkubator,
seperti peptida, asam amino, asam lemak erlenmeyer, borang, piring kecil.
dan monosakarida. Selain itu tempe juga Sedangkan bahan-bahan yang
mengandung senyawa anti bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah
diproduksi kapang selama fermentasi kedelai, serbuk biji labu, ragi sebagai strater.
berlangsung. Oleh karena itu, lama Bahan yang digunakan untuk analisis antara
fermentasi dapat mempengaruhi mutu lain, asam sulfat, H2SO4 pekat bebas
tempe yang dihasilkan baik itu berupa nitrogen; Larutan katalis tembaga,
karakteristik kimia maupun sensori. CuSO4.5H2O bebas nitrogen 0,05g/ml
Dari masalah-masalah yang telah H2O; larutkan 5 g CuSO4. 5H2O dengan air
dijelaskan, ketertarikan untuk menam- suling menjadi 100 ml, lalu pindahkan ke
bahkan serbuk biji labu kuning dalam dalam botol bertutup gelas. Katalis selen;
pembuatan tempe untuk menambah masa campurkan 4 g serbuk SeO2, 150 g K2SO4
simpan tempe serta mengurangi kerugian atau Na2SO4 dan 30 g CuSO4.5H2O,
produksi tempe sehingga menjadi inovasi Kalium sulfat, K2SO4 bebas nitrogen, Batu
baru pada industri pembuatan tempe. Biji didih, Larutan indikator methyl red
labu kuning yang biasanya terbuang dan (MR)/bromocresol green (BCG), larutkan
tidak bernilai jual akan digunakan sebagai 0,2 g MR dengan etanol 95 % menjadi 100
bahan tambahan dalam pembuatan tempe. ml, Larutan 1,0 g BCG dengan etanol 95 %
Penelitian ini bertujuan untuk menjadi 500 ml, campuran 1 bagian larutan
mengetahui pengaruh konsentrasi MR dan 5 bagian larutan BCG dalam gelas
penambahan serbuk biji labu terhadap sifat piala lalu pindahkan ke dalam botol bertutup
kimia tempe yang dihasilkan dan untuk gelas, Larutan asam borat, H3BO3 4%,
mengetahui pengaruh waktu fermentasi larutkan 40 g H3BO3 dengan air suling
terhadap sifat kimia tempe yang dihasilkan. menjadi 1000 ml dan tambahkan 3 ml
larutan indikator MR/BCG, aduk, (larutan
Metode Penelitian
akan berwarna kuning terang) pindahkan ke
Alat dan Bahan dalam botol bertutup gelas, Larutan natrium
Alat-alat yang digunakan dalam hidroksida, NaOH 30 %, larutkan 600 g
penelitian ini meliputi : panci, wadah hablur NaOH dengan air suling menjadi
plastik, plastik pembungkus, lilin, korek api 2000 ml, simpan ke dalam botol bertutup
(gas), baskom, gas elpiji 3 kg, cabinet dryer, karet, Larutan indikator fenolftalein (PP)
peralatan tulis menulis, dan timbangan 1%, larutkan 1 g serbuk indikator PP dengan
analitik. Alat yang digunakan untuk analisis alkohol 95% dan encerkan menjadi 100 ml.
yaitu : cawan porselen, desikator, neraca Larutan asam klorida, HCl 0,1 N, dan pipet
analitik, cawan pengabuan, oven, desikator, dengan hati-hati 8,60 ml HCl pekat (36,5 %
tanur, alat destilasi Kjeldahl konvensional sampai dengan 38 %) ke dalam labu ukur 1
l dan encerkan dengan air suling sampai

119
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 7, 2021

tanda garis dan ditetapkan normalitasnya, bersih dicuci kembali dengan air bersih, lalu
batu didih, larutan DPPH 0,4 mm, methanol, direbus kembali selama 30 menit. Setelah
vitamin c sintetik, aquades, alkohol 70%, direbus, kedelai ditiriskan pada wadah dan
media PDA (Potato Dextrose Agar), dan didinginkan pada suhu ruang untuk
kloramphenicol. menghilangkan panas akibat rebusan.
Kedelai yang telah didinginkan inilah yang
Metode Pembuatan untuk Memperoleh
akan digunakan sebagai bahan baku pada
Serbuk Biji Labu Kuning
pembuatan tempe.
Pengolahan serbuk diawali dengan
Prosedur Pembuatan Tempe
pencucian biji labu kuning dengan air
bersih. Kemudian direbus selama 45 menit. Setelah kedua bahan telah disiapkan,
Proses perebusan biji labu kuning dilakukan bahan baku ditimbang sebanyak 250 gram
untuk memudahkan dalam melepaskan kulit tiap perlakuan disesuaikan dengan setiap
ari dari biji labu kuning. Kemudian tiriskan variasi penambahan serbuk biji labu yaitu
pada wadah dan didinginkan pada suhu sebesar 5% = 12,5 gram, 10% = 25 gram,
ruang untuk menghilangkan panas akibat 15% = 37,5 gram. Kemudian, masukkan ragi
perebusan.Biji labu kuning yang telah sebesar 10 gram dan dicampur secara merata
dikupas dari kulit ari dipisahkan pada wadah pada tiap perlakuan. Sampel-sampel yang
yang bersih untuk dikeringkan pada cabinet telah diberi ragi dibungkus menggunakan
dryer menggunakan suhu 60oC selama 2 jam plastik sebelum disimpan pada suhu ruang
30 menit. Biji labu yang telah kering di untuk pemeraman. Pemeraman dilakukan
timbang sebanyak 500 gram kemudian selama 28 jam dan 32 jam.
dihaluskan menggunakan blender lalu Pengamatan setiap sampel dilakukan
diayak menggunakan ayakan. secara observasi untuk melihat perbedaan
yang terjadi pada tiap-tiap sampel yang telah
Persiapan Bahan
diberikan kode-kode tertentu pada variasi
Setelah pembuatan serbuk biji, penambahan serbuk biji labu maupun lama
proses pembuatan tempe dimulai dengan fermentasi. Pengamatan dilakukan pada
mempersiapkan kedelai sebagai bahan baku awal fermentasi, pertengahan, dan hasil
dalam pembuatan tempe. Sebelum direbus akhir fermentasi. Kemudian diuji lanjut
kedelai dicuci dengan air bersih, kemudian dengan menggunakan analisis kadar air,
direbus selama 30 menit. Setelah direbus, analisis kadar abu, analisis kadar protein, uji
kedelai direndam selama 24 jam untuk aktivitas antioksidan, dan uji angka kapang
memudahkan pengupasan kulit ari kedelai. khamir pada tempe yang dihasilkan.
Penirisan kedelai dilakukan setelah cukup
Hasil dan Pembahasan
24 jam direndam lalu dicuci kembali dengan
air bersih. Uji Kadar Air
Pengupasan kulit biji (ari) kedelai Hasil analisis yang diperoleh
dilakukan dengan cara diremas-remas terhadap uji kadar air pada Gambar 1
secara perlahan untuk melepaskan kulit ari menunjukkan bahwa semua perlakuan yang
pada kedelai yang telah direbus. Kemudian digunakan masih memenuhi SNI tempe
kulit ari yang mengapung di permukaan air yaitu maks. 65% (b/b) berkisar pada 53,69–
pada wadah disaring dan dipisahkan dari 61,75 %. Perlakuan dengan kadar air
kedelai yang telah bersih. Kedelai yang telah tertinggi yaitu kontrol dengan lama

120
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 7, 2021

fermentasi 28 jam dan terendah pada kemungkinan karena daya ikat air (DIA) biji
penambahan 15% dengan lama fermentasi labu kuning lebih rendah dibandingkan
32 jam. Perlakuan dengan lama fermentasi kedelai. Daya Ikat Air (DIA) adalah
32 jam selalu lebih rendah dibandingkan kemampuan yang dimiliki protein untuk
lama fermentasi 28 jam. Perlakuan kontrol mengikat air tambahan selama aplikasi
memiliki kadar air yang lebih tinggi gaya-gaya, pemanasan, sentrifugasi,
dibandingkan perlakuan dengan ataupun tekanan (Zayas (1997) dalam
penambahan serbuk biji labu kuning. Hal ini Kartika, 2009). Semakin banyak
disebabkan karena kandungan protein yang penambahan serbuk biji labu pada tiap
ada pada serbuk biji labu menambah perlakuan membuat kadar air semakin
konsentrasi protein yang ada pada tempe rendah.
yang diberi perlakuan penambahan serbuk Penurunan kadar air ini juga terjadi
biji labu, sehingga daya ikat air pada tempe pada perbedaan lama fermentasi yang
yang diberi perlakuan penambahan serbuk digunakan. Semakin lama fermentasi
biji labu lebih besar daya ikat airnya dilakukan semakin membuat kadar air
dibanding perlakuan kontrol dan berkurang. Menurut Winarno (1980) kadar
menyebabkan kadar air perlakuan kontrol air sangat berpengaruh terhadap mutu bahan
menurun. pangan. Kadar air dalam bahan tersebut
Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan menentukan kesegaran dan daya awet bahan
pada uji kadar air tempe menunjukkan pangan tersebut, kadar air yang tinggi
bahwa analisis kadar air pada tempe mengakibatkan mudahnya bakteri untuk
berpengaruh nyata terhadap perlakuan berkembang biak sehingga akan terjadi
penambahan serbuk. Perlakuan dengan perubahan pada bahan pangan. Semakin
penambahan 15% serbuk biji labu kuning lama fermentasi dilakukan semakin
merupakan perlakuan yang memiliki kadar membuat kesegaran kedelai juga semakin
air terendah, sedangkan perlakuan yang berkurang karena proses fermentasi yang
tertinggi pada perlakuan kontrol tanpa membuat protein tempe akan semakin
penambahan serbuk biji labu kuning. Hal ini sederhana sehingga daya serap airnya juga
sejalan dengan penelitian Pabesak (2013) berkurang sehingga kadar air mengalami
yang mengatakan hal ini terjadi penurunan pada perlakuan fermentasi 32

Penambahan Serbuk Biji Labu Kuning


70,00 61,75 58,92 57,95 56,19
60,00
60,17
Kadar Air (%)

50,00 57,67 56,54 53,69 Lama Fermentasi 28 jam


40,00
30,00 Lama Fermentasi 32 jam
20,00
10,00
0,00
Kontrol 5% 10% 15%

Gambar 1. Pengaruh Penambahan Serbuk Biji Labu Kuning dan Lama Fermentasi
Terhadap Uji Kadar Air Tempe

121
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 7, 2021

jam jika dibandingkan dengan perlakuan karena didalam biji labu kuning terkandung
lama fermentasi 28 jam. banyak mineral. Biji labu kuning
mengandung magnesium sebanyak 47,7%
Uji Kadar Abu
dan fosfor sebanyak 39,7% di setiap 0,25
Hasil analisis yang diperoleh cangkir biji labu kuning (Indah, 2012).
terhadap uji kadar abu pada Gambar 2 Selain itu juga peningkatan kadar abu pada
menunjukkan bahwa semua perlakuan tempe kedelai yang ditambahkan serbuk biji
penambahan serbuk biji labu kuning labu ini diduga karena kadar abu bahan baku
memiliki kandungan kadar abu yang lebih kedelai yang digunakan tinggi. Semakin
tinggi dibandingkan perlakuan kontrol. banyak kandungan mineralnya, maka kadar
Perlakuan-perlakuan yang digunakan abu menjadi tinggi, begitu juga sebaliknya
memiliki kandungan kadar abu yang masih apabila kandungan mineral sedikit maka
memenuhi SNI tempe yaitu maks. 1,5% kadar abu bahan juga sedikit (Bakhrin et al,.
(b/b) berkisar pada 0,80-1,23 %. Perlakuan 2013).
dengan kadar abu tertinggi yaitu Peningkatan kadar abu pada
penambahan 15% serbuk biji labu kuning perlakuan lama fermentasi 32 jam terlihat
dengan lama fermentasi 28 jam dan terendah pada perlakuan kontrol, 5 %, 10 % tapi tidak
pada perlakuan kontrol 28 jam. Berdasarkan terjadi pada perlakuan 15 %. Peningkatan
hasil uji lanjut Duncan terhadap uji kadar kadar abu diduga berasal dari vitamin yang
abu diperoleh perlakuan terbaik dengan terbentuk oleh bakteri yang tumbuh selama
kadar abu tertinggi adalah perlakuan fermentasi tempe khususnya vitamin B12
penambahan 15% dengan lama fermentasi (Ferlina, 2009). Vitamin B12 adalah suatu
28 jam yaitu 1,23 % dan kadar abu terendah vitamin yang sangat kompleks molekulnya,
diperoleh pada perlakuan penambahan 5% yang selain mengandung unsur N juga
dengan lama fermentasi 28 jam yaitu 0,95 mengandung sebuah atom cobalt (Co) yang
%. Hal ini terjadi karena kandungan kadar terikat mirip dengan besi yang terikat dalam
abu tempe yang diberi perlakuan hemoglobin atau magnesium dalam klorofil
penambahan 15% serbuk biji labu kuning (Winarno, 2000). Hal ini yang menyebabkan
lebih tinggi dibanding dengan kontrol dan meningkatnya kadar abu tempe dengan
perlakuan lainnya. Penambahan serbuk biji perlakuan penambahan serbuk biji labu
labu kuning meningkatkan kadar abu tempe
2,00
1,80
1,60
Kadar Abu (%)

1,40 1,23
1,10
1,20 0,95
1,00 0,80 1,18 1,22
0,80 0,98 Lama Fermentasi 28 jam
0,60 0,81
0,40 Lama Fermentasi 32 jam
0,20
0,00
Kontrol 5% 10% 15%
Penambahan Serbuk Biji Labu Kuning

Gambar 2. Pengaruh Penambahan Serbuk Biji Labu Kuning dan Lama Fermentasi
Terhadap Uji Kadar Abu Tempe

122
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 7, 2021

karena kandungan mineral tempe yang dibanding perlakuan dengan lama


berasal dari kedelai yang telah difermentasi fermentasi 28 jam. Perlakuan-perlakuan
dan kandungan mineral dari serbuk biji labu yang digunakan masih memenuhi SNI
kuning. tempe yaitu kadar protein min. 20% (b/b)
Kadar abu tempe dengan perlakuan berkisar pada 20,07–23,24 %.
32 jam lebih tinggi dibandingkan 28 jam Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan
dikarenakan peningkatan vitamin B12 yang terhadap uji kadar protein tempe diperoleh
merupakan hasil dari fermentasi tempe. Hal perlakuan terbaik dengan kadar protein
ini sejalan dengan Erna (2010) yang tertinggi adalah perlakuan penambahan 5%
menyatakan selama fermentasi tempe dengan lama fermentasi 28 jam yaitu 23,24
kedelai/beras juga mengalami pembentukan % dan kadar protein terendah diperoleh pada
vitamin B12, sehingga kenaikan jumlah perlakuan penambahan 10% dengan lama
kadar abu diduga berasal dari nitrogen dan fermentasi 32 jam yaitu 22,14 %. Kadar
cobalt (Co pada vitamin B12) yang protein tempe yang dihasilkan dipengaruhi
terkandung dalam vitamin B kompleks oleh faktor penambahan serbuk biji labu dan
tersebut. lama fermentasi yang digunakan. Hal ini
terjadi karena kandungan kadar protein
Uji Kadar Protein
tempe yang diberi perlakuan penambahan
Hasil analisis yang diperoleh 5% serbuk biji labu lebih tinggi dibanding
terhadap uji kadar protein pada Gambar 3 dengan yang diberikan 10% dan 15 %
menunjukkan bahwa semua perlakuan serbuk biji labu dan lama fermentasi 28 jam
penambahan serbuk biji labu kuning lebih tinggi dibanding 32 jam.
memiliki kandungan kadar protein yang Frazier dan Westhoff (1983) dalam
lebih tinggi dibandingkan perlakuan kontrol. Irdawati (2007), menambahkan bahwa suatu
Perlakuan dengan kadar protein tertinggi produk fermentasi sangat bergantung pada
yaitu penambahan 5% serbuk biji labu jumlah starter, lama fermentasi, substrat,
kuning dengan lama fermentasi 28 jam dan enzim, suhu, pH, dan kandungan gula yang
terendah pada perlakuan 10% serbuk biji digunakan. Serbuk biji labu termasuk
labu kuning dengan lama fermentasi 32 jam. substart yang merupakan salah satu faktor
Perlakuan dengan lama fermentasi 32 jam yang mempengaruhi aktivitas kerja enzim
memiliki kadar protein yang lebih tinggi
25,00 23,24 22,25 22,44
21,14
23,07
Kadar Protein (%)

20,00 22,14 22,25


20,07
15,00

10,00 Lama Fermentasi 28 jam

5,00 Lama Fermentasi 32 jam

0,00
Kontrol 5% 10% 15%
Penambahan Serbuk Biji Labu Kuning

Gambar 3. Pengaruh Penambahan Serbuk Biji Labu Kuning dan Lama


Fermentasi Terhadap Uji Kadar Protein Tempe

123
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 7, 2021

dalam pembuatan tempe begitupun kedelai molekul yang lebih kecil oleh enzim-enzim
merupakan substart yang mempengaruhi yang dihasilkan kapang (Karmini, 2007).
kandungan protein tempe yang dihasilkan. Kadar protein pada tempe yang diberi
Penambahan serbuk biji labu kuning perlakuan lama fermentasi 32 jam lebih
meningkatkan protein tempe yang awalnya rendah dibandingkan dengan lama
berkisar pada 20,07-21,14% menjadi 23,07- fermentasi 28 jam dikarenakan proses
23,24%. Tetapi pada perlakuan penambahan terhidrolisisnya protein pada kedelai dan
serbuk biji labu kuning 10% dan 15% serbuk biji labu kuning semakin besar
peningkatan kadar protein ini lebih rendah karena lama fermentasi yang lebih lama. Hal
dibandingkan perlakuan penambahan 5% ini membuat kadar protein pada tempe
dikarenakan konsistensi protein serbuk biji mengalami penurunan karena protein pada
labu lebih banyak sehingga kadar protein tempe telah terurai menjadi senyawa-
serbuk labu kuning lebih dominan dan senyawa yang lebih sederhana.
mengurangi kadar protein tempe. Semakin Uji Aktivitas Antioksidan
banyak serbuk biji labu kuning yang
menyelimuti kedelai membuat kedelai dari Hasil analisis yang diperoleh
tempe yang diberi perlakuan 10% dan 15% terhadap uji aktivitas antioksidan pada
semakin sedikit sehingga protein dari Gambar 4 menunjukkan bahwa semua
kedelai yang harusnya menambah kadar perlakuan penambahan serbuk biji labu
protein tempe tidak terhitung. Hal ini yang kuning memiliki aktivitas antioksidan yang
membuat kadar protein pada perlakuan 5% lebih rendah dibandingkan perlakuan
penambahan serbuk biji labu kuning lebih kontrol. Aktivitas antioksidan pada tiap-tiap
tinggi dibandingkan dengan 10% dan 15%. perlakuan berkisar pada 61,94–89,37 %.
Fermentasi merupakan tahap Perlakuan dengan lama fermentasi 32 jam
terpenting pada tahap proses pembuatan memiliki aktivitas antioksidan yang lebih
tempe. Selama proses fermentasi terjadi tinggi dibandingkan dengan lama fermentasi
perubahan kimia pada kedelai. Perubahan 28 jam. Perlakuan dengan aktivitas
tersebut terjadi karena substrat kedelai antioksidan tertinggi yaitu perlakuan kontrol
(protein, lemak, karbohidrat, dan senyawa- dengan lama fermentasi 32 jam dan terendah
senyawa lainnya) didekomposisi menjadi

100,00 89,37
AKtivitas Antioksidan (%)

79,77 75,58
80,00 73,96
87,54
60,00 68,85
63,45 61,94
40,00 Lama Fermentasi 28 jam
Lama Fermentasi 32 jam
20,00

0,00
Kontrol 5% 10% 15%
Penambahan Serbuk Biji Labu Kuning

Gambar 4. Pengaruh Penambahan Serbuk Biji Labu Kuning dan Lama


Fermentasi Terhadap Uji Aktivitas Antioksidan Tempe

124
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 7, 2021

pada penambahan 15% serbuk biji labu prooksidan (Anggraini, 2007). Hasil
kuning dengan lama fermentasi 28 jam. penelitian juga menunjukkan bahwa
Perombakan protein menjadi semakin diberikan penambahan serbuk biji
senyawa-senyawa peptida menunjukkan labu kuning membuat penurunan pada setiap
peningkatan aktivitas antioksidan, karena perlakuan penambahan konsentrasi serbuk
sebagian besar gugus peptida memiliki sifat biji labu kuning. Penurunan yang terjadi
antioksidan (Bertrand et al., 2011: Nahariah pada perlakuan penambahan serbuk diduga
et al., 2014). Semakin lama fermentasi karena konsentrasi serbuk biji labu yang
dilakukan semakin meningkatkan aktivitas telalu tinggi sehingga fenolik yang ada pada
antioksidan pada tempe. Beberapa biji labu kuning lenyap dan membuat
penelitian telah membuktikan bahwa penuruna pada aktivitas antioksidan tempe.
fermentasi dapat meningkatkan antioksidan Keseimbangan menggunakan konsentrasi
dan mengurangi ketengikan (Yan, 2000). pada bahan yang berfenolik ternyata perlu
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian diperhatikan agar tidak menghilangkan
bahwa lama fermentasi 32 jam kadar fenolik tersebut pada saat fermentasi.
meningkatkan aktivitas antioksidan Simpulan
dibanding dengan perlakuan lama
fermentasi 28 jam. Berdasarkan hasil penelitian dan
Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan pembahasan yang telah diuraikan, maka
terhadap uji aktivitas antioksidan diperoleh dapat disimpulkan sebagai berikut :
perlakuan terbaik dengan aktivitas Penambahan serbuk biji labu kuning dalam
antioksidan tertinggi adalah perlakuan penelitian ini berpengaruh nyata terhadap
penambahan 5% dengan lama fermentasi 32 sifat kimia tempe yang dihasilkan.
jam yaitu 79,76 % dan aktivitas antioksidan Berdasarkan hasil penelitian variasi lama
terendah diperoleh pada perlakuan fermentasi dalam penelitian ini berpengaruh
penambahan 15% dengan lama fermentasi nyata sifat kimia tempe yang dihasilkan.
28 jam yaitu 61,94 %. Aktivitas antioksidan Berdasarkan hasil penelitian,
tempe yang dihasilkan dipengaruhi oleh perlakuan terbaik yaitu perlakuan dengan
faktor penambahan serbuk biji labu dan penambahan 5% serbuk biji labu kuning dan
lama fermentasi yang digunakan. Hal ini 32 jam variasi lama fermentasi (B1F2).
terjadi karena kandungan aktivitas Karakteristik kimia tempe perlakuan ini
antioksidan tempe yang diberi perlakuan adalah kadar air 57,67%, kadar abu 0,98%,
penambahan 5% serbuk biji labu lebih tinggi kadar protein 23,07%, aktivitas antioksidan
dibanding dengan yang diberikan 10% dan 79,77% dan memenuhi persyaratan mutu
15 % serbuk biji labu dan lama fermentasi dan kemanan tempe (SNI 01-3144-1992).
32 jam lebih tinggi dibanding 28 jam.
Menurut Gordon (1990) antioksidan Daftar Pustaka
dengan konsentrasi yang terlalu tinggi
Ali, I. 2008. Buat Tempe Yuuuuk.
khususnya untuk antioksidan golongan
http://iqbalali.com/2008/05/07/buat-
fenolik justru mengakibatkan terjadinya
tempe-yuuuuk/. Diakses pada tanggal
prooksidan atau lenyapnya kemampuan
27 Oktober 2016.
antioksidan. Pada konsentrasi tinggi,
Anggraini, A. 2007. Pengaruh Jenis dan
aktivitas antioksidan grup fenolik sering
Konsentrasi Antioksidan Terhadap
lenyap bahkan antioksidan tersebut menjadi

125
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 7, 2021

Ketahanan Oksidasi Biodiesel Dari P. Fakultas Sains dan Teknologi,


Jarak Pagar (Jatropa curcas). Skripsi. Universitas Airlangga. Surabaya.
Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Irdawati, E. 2007. Pengaruh Jumlah Starter
Teknologi Bogor. Bogor. dan Waktu Fermentasi Terhadap
Bakhrin, R. Zulhida, dan D. Seno. 2013. Kadar Alcohol dari Limbah Buah
Studi Pembuatan Tempe dari Biji Nenas (Ananas comosus (L). Nerr).
Karet. J. Agrium. 18 (2):108-111. Skripsi S1, Padang: Jurusan Biologi
Bertrand. T, C. Ting, Y. Mine, L.R. Juneja, Fakultas Matematika dan Ilmu
T. Okubo, S. F. Gauthier., Y. Pouliot. Pengetahuan Alam UNP.
2011. Comparative Composition and Karmini, Mien dan Djoko Sutopo. 2007.
antioxidant activity of peptide Aktivitas Enzim Hidrolitik Kapang
fractions obtained by ultrafiltration of Rhizopus Sp Pada Proses Fermentasi
egg yolk protein menzymatic Tempe. Center for Reseach and
hydrolysates. 1, 149-161: Development pf Nutrision and Food,
doi10.3390/membranes1030149. NIHRD.
Darajat, D. P., Susanto, W. H., & Kartika, Y. D. 2009. Karakterisasi Sifat
Purwantiningrum, I. 2014. Pengaruh Fungsional Konsentrat Protein Biji
Umur Fermentasi Tempe Dan Kecipir (Psophocarpus
Proporsi Dekstrin Terhadap Kualitas tetragonolobus L.). Fakultas
Susu Tempe Bubuk. Jurnal Pangan Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.
Dan Agroindustri, Vol. 2 No.1. Nahariah, A.M Legowo, E. Abustan, A.
Dwinaningsih, Erna Ayu. 2010. Hintono, p. Bintoro dan Y.B.
Karakteristik Kimia Dan Sensori Pramono. 2014. Endogeneous
Tempe Dengan Variasi Bahan Baku antioxidant activity in the egg whites
Kedelai/Beras Dan Penambahan of various types of local poultry eggs
Angkak Serta Variasi Lama in south sulawesi, Indonesia. Int. J.
Fermentasi. Skripsi. Fakultas Poultry science.13(1):21-25. ISSN:
Pertanian, Universitas Sebelas Maret. 1626-8356.
Surakarta. Nayla, Oktavia. 2012. Studi Pembuatan
Fachruddin, L. 2000. Budidaya kacang- Tepung Formula Tempe. Skripsi.
kacangan. Kanisius. Yogyakarta. Fakultas Pertanian, Universitas
Ferlina, F. 2009. Tempe. http://www. Hasanuddin. Makassar.
adln.lib.unair.ac.id/go.php. Diakses Ningsih, W. 2007. Evaluasi Senyawa
pada tanggal 20 Desember 2018. Fenolik (Asam Ferulat dan Asam p-
Gordon MH. 1990. The Mechanism of Kumarat) pada Biji, Kecambah dan
antioksidant activity in Vitro. Di Tempe Kacang Tunggak (Vigna
dalam: BJF Hudson (ed). Food unguiculata). Skripsi. Fakultas
Antioxidants. London: Elseviere Appl Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Sci. Bogor.
Indah, Nushiah. 2012. Tempe Biji Labu Pabesak. 2013. Aktivitas Antioksidan dan
Kuning (Cucurbita moschata), Inovasi Fenolik Total pada Tempe dengan
Makanan Bergizi, Bercita Rasa Penambahan Biji Labu Kuning
Tinggi, dan Merakyat. Makalah PKM- (Cucurbita moschata ex Poir).
Fakultas Sains dan Matematika,

126
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 7, 2021

Universitas Kristen Satya Wacana.


Salatiga.
Widodo, Wahyu. 2012. Pemanfaatan Biji
Nangka (Artocarpus heterophyllus)
Sebagai Substrat Pembuatan Tempe
Biji Nangka Dengan Variasi Kadar
Ragi dan Lama Fermentasi. Skripsi.
Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga. Yogyakarta.
Winarno, FG. 2000. Kimia Pangan dan Gizi.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Winarno, FG., S. Fardiaz, D.Fardiaz.1980.
Pengantar Teknologi Pangan. PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Yan, J., J. Mau, P. Ko, L.Huang. 2000.
Antioxidant properties of fermented
soybean broth. Food chemistry. 71:
249-254.

127
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 7, 2021

Halaman ini sengaja dikosongkan

128

Anda mungkin juga menyukai