Anda di halaman 1dari 17

PRAPERLAKUAN LIMBAH CAIR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pengolahan Limbah

Dosen Pengampu : Sri Endah Suwarni, SKM, DWQM

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Anggie Melania Safitri 2019710065


2. Alfania Safitri Arifini 2019710109
3. Auliya Rahmah 2019710097
4. Fikri Rizkia Rahman 2019710017
5. Hafizh Akbar Bowo Laksono 2019710137
6. Mita Rizqi Inayah 2019710098
7. Nurul Zaviera 2019710107
8. Nur Sabita 2019710083
9. Shafira Sulistiani 2019710064

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Praperlakuan Limbah Cair’’ Sholawat serta salam tidak
lupa kita curahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang semoga kita selalu mendapatkan
syafaat-Nya di hari akhir nanti.

Adapun maksud dan tujuan kami membuat makalah ini adalah untu memenuhi tugas
matakuliah Manajemen Pengolahan Limbah. Kami mengucapkan terima kasih kepada Sri Endah
Suwarni, SKM, DWQM selaku dosen yang sudah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
wawasan dan pengetahuan kami. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam proses penyusunan makalah ini.

Kami berharap dengan makalah ini dapat memberi wawasan kepada pembaca khusunya
mengenai praperlakuan limbah cair. Akhir kata kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan dan sebagai bahan evaluasi kami untuk tugas tugas makalah kedepannya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan.............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2

A. Praperlakuan dengan proses fisika..................................................................................2

B. Praperlakuan dengan Proses Ekalualisasi.......................................................................4

C. Praperlakuan dengan Proses Flotasi................................................................................6

D. Praperlakuan pada Proses Netralisasi............................................................................10

BAB III PENUTUP................................................................................................................13

A. Kesimpulan...................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Saringan bar...............................................................................................................2


Gambar 2 Saringan Kasar..........................................................................................................3
Gambar 3 Praperlakuan dengan bak ekualisasi dilengkapi dengan aerasi.................................6
Gambar 4 Proses ekualisasi........................................................................................................6
Gambar 5 Praperlakuan pada pemisahan minyak, pelumas dan lemak dalam limbah cair
dengan menggunakan metode flotasi.........................................................................................7
Gambar 6 Praperlakuan pada flotasi udara terlarut dalam limbah cair......................................8
Gambar 7 Klarifikasi primer limbah cair..................................................................................9
Gambar 8 Bak netraslisasi dilengkapi dengan tangki asam dan basa, pengaduk, dan aliran gas
CO2...........................................................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industry yang
dibuang ke lingkungan dan diduga dapat mencemari lingkungan. Sumber pencemar
limbah cair berupa pencemar fisik dan pencemar senyawa kimia organik dan anorganik.
Pencemar fisik seperti suhu, nilai pH, warna, bau dan total padatan tersuspensi,
sedangkan pencemar senyawa kimia organik contohnya seperti karbohidrat, protein,
lemak, pelumas Biomedical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD),
Total Organic Carbon (TOC), TOD, dan alkalinitas, serta pencemar senyawa kimia
anorganik seperti logam berat, N, P, khlorida, sulfur, hydrogen sulfit, dan gas terlarut
dalam limbah cair. Sasaran utama perlakuan limbah cair yaitu untuk menerapkan
peraturan limbah cair dengan biaya seefektif mungkin, namun semuanya tergantung pada
limbah cair yang dibuang oleh industry. Perlakuan aerobic dan anaerobik pada limbah
cair bergantung pada nilai BOD limbah cair. Jika nilai BOD limbah cair sangat tinggi
yaitu lebih dari 4000 mg/L, maka digunakan perlakuan anaerobik. Jika nilai BOD kecil
yaitu kurang dari 4000 mg/L, maka digunakan perlakuan aerobik. Jika nilai BOD amat
tinggi, maka sebaiknya digunakan kombinasi perlakuan anaerobik dan aerobik. Limbah
cair diproses terlebih dahulu di masing-masing pabrik sampai ke tingkat parameter BOD,
COD, pH, dan lain-lain yang diizinkan, kemudian dialirkan ke IPAL dan hasil olahannya
dibuang ke sungai.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana praperlakuan limbah cair dengan proses fisika ?
2. Bagaimana praperlakuan limbah cair dengan proses ekualisasi ?
3. Bagaimana praperlakuan limbah cair pada proses flotasi ?
4. Bagaimana praperlakuan limbah cair pada proses netralisasi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mempelajari praperlakuan limbah cair dengan proses fisika.
2. Untuk mengetahui dan mempelajari praperlakuan limbah cair dengan proses
ekualisasi.
3. Untuk mengetahui dan mempelajari praperlakuan limbah cair pada proses flotasi.
4. Untuk mengetahui dan mempelajari praperlakuan limbah cair pada proses netralisasi.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Praperlakuan dengan proses fisika
Proses fisika, yaitu pengisahan kontaminan dalam limbah cair seperti zat padat,
lemak, sisa oli atau pelumas kendaraan, minyak.  kontaminan ini disaring  dengan
menggunakan Saringan tangki horizontal, Tangki tegak, dan tangki Radial. saringan yang
digunakan berwujud saringan bar, saringan kasar, dan saringan halus. Saluran limbah cair
dibuat dari tembok beton dengan tutup diatasnya  dan diberi pintu besi pengontrol dengan
ukuran tertentu misalnya 1,5 m x 1,5 m.
1. Praperlakuan  dengan saringan
Fungsi Saringan limbah cair adalah untuk memindahkan senyawa organik dan
anorganik berupa benda-benda padat yang melayang misal plastik, ranting daun,
batang kayu, botol gelas,  botol plastik serta  mencegah terekstraksinya  senyawa
organik dalam limbah cair terlarut sehingga tidak menambah nilai  BOD Limbah cair
dan mencegah rusaknya pompa.  saringan Diletakkan pada sumber limbah cair dan
awal perlakuan limbah cair untuk memindahkan benda kasar.  Adapun jenis saringan
adalah sebagai berikut :
a) Praperlakuan dengan saringan bar
Saringan bar, berfungsi untuk menahan dan menyaring benda-benda kasar dan
besar seperti ranting kayu, potongan kayu,  dan sampah dan mencegah rusaknya
saringan berikutnya . Jeruk antara cari member dibagi menjadi 50 mm sampai 150
mm  untuk  benda kasar; Jarak antara 20 mm sampai 50 mm Untuk benda
medium;  dan untuk benda halus 10 mm.  kereta dorong atau troli dan hoist Perlu
disediakan di sekitar unit saringan bar yang berfungsi untuk Memindahkan
potongan kayu, ranting kayu,  dan limbah padat lainnya. 

Gambar 1 Saringan bar

2
b) Praperlakuan dengan saringan bergerak
Saringan bergerak diletakkan di belakang saringan bar rak  kasar Dengan
lubang berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran antara  0,90 cm sampai
dengan 1,25 cm Untuk mencegah ranting daun, ikan mati, dan sisa batang kayu.
c) Praperlakuan saringan kasar
Saringan kasar berfungsi untuk menahan dan menyaring Benda padat keras
dengan ukuran lebih kecil yang mungkin lolos dari saringan bar. saringan kasar
digunakan pula untuk menyaring pasir dan kerikil agar tidak merusak pompa pada
proses selanjutnya.  saringan kasar terdiri atas Dua saringan dan Operasi
pembersihan saringan dilakukan secara manual. saringan kasar diusahakan dengan
panjang dan lebar saringan sekitar 1,25 cm x 1,25 cm .

Gambar 2 Saringan Kasar


d) Praperlakuan dengan saringan halus
Saringan halus berfungsi untuk menyaring benda-benda padat halus yang 
mungkin Masih terbawa oleh air dari Saringan kasar bisa pasir, batuan kecil,
kerikil.  saringan harus dibuat dua lapis saringan dan diatas saringan terdapat pintu
besi untuk mengeluarkan limbah padat atau sampah melalui operasi pembersihan
secara manual. ukuran lubang saringan antara 1,5 mm sampai 6 mm.
e) Praperlakuan dengan saringan mikro
Saringan mikro (microscreen) dengan lubang saringan ukuran 0,001 sampai
0,30 mm.
f) Praperlakuan dengan keranjang limbah
Keranjang sampah terbuat dari kawat Stainless steel dan untuk menampung
limbah padat.
g) Praperlakuan saringan pasir dan kerikil
Saringan pasir dan kerikil digunakan untuk mencegah limbah cair besar pasir
dan kerikil agar tidak mengganggu dan merusak bak penampung dan pompa
limbah cair.

3
2. Praperlakuan dengan bak penampung
Bak penampung digunakan untuk menampung limbah cair yang sudah
disaring. Bak penampung dibuat dari beton bertulang dengan kapasitas disesuaikan
dengan kebutuhan kapasitas limbah cair yang diinginkan.
B. Praperlakuan dengan Proses Ekalualisasi
Proses ekualisasi berfungsi untuk meminimumkan dan mengendalikan fluktuasi aliran
limbah cair baik kuantitas maupun kualitas yang berbeda dan menghomogenkun
konsentrasi limbah cair dalam bak ekualisasi. Proses pencampuran dan aerasi diperlukan
pada proses ekualisasi untuk menghindari kondisi septik. Limbah cair di bak ekualisasi
berasal dari berbagai sunber limbah misal:
a. Limbah air dari kanun,
b. Limbah air dari air proses produksi.
c. Limbah air dari air pendingin
d. Limbah air dari laboratorium uji mutu,
e. Limbah air dari bengkel pemeliharaan alat dan mesin industri serta kendaraan dan
toilet.
Pada proses ekualisasi, bak ekualisasi dilengkapi dengan aerasi dan pengadukan serta
pisau-pisau (blade) mencmpel pada dinding untuk meningkatkan gaya vortex yang
terjadi. Pengadukan digunakan untuk menjaga agar parlikel padat tidak mengendap.

1. Perlakuan pada pengendalian kondisi optimum ekualisasi


Mengatur beban pengolahan limbah cair sesuai dengan kapasitas bak ekualisasi :
a. Mengendalikan nilai pH dan meminimumkan penggunaan bahan kimia asam atau
basa,
b. Menjaga agar proses ekualisasi berjalan secara kontinu khususnya untuk umpan
proses biologi aerobik,
c. Menekan fluktasi perubahan kandungan senyawa organik dalam limbah cair untuk
melindungi proses biologi aerobik.
d. Menghindari kontaminan berupa bahan berbahaya dan beracun masuk ke dalam
bak ekualisasi, dan
e. Mengendalikan nutrient.
2. Tujuan ekualisasi
a. Mengendalikan aliran limbah cair agar tidak terjodi aliran bergelombang.
b. Menghomogenkan senyawa organik dalam limbah cair agar tidak terjadi fluktuasi,

4
c. Menyeragamkan nilai pH sekitar 6,50 sampai 8,50,
d. Ketepatan memasok limbah cair secara kontinu untuk proses berikutnya,
e. Ketepatan mengalirkan olahan limbah cair secara kontinu ke badan air,
f. Mengendalikan beban toksisitas yang tinggi, dan
g. Menurunkan nilai Biochemical Oxygen Demand (BOD) limbah cair.
Perlakuan fisika pada proses ekualisasi untuk memindahkan padatan tersuspensi atau
zat padat dan cair berdasarkan perbedaan densitasnya. Walktu tinggal kecepatan
aerasi dan pengadukan tergantung pada konsentrasi unsur-unsur dalam limbah cair
dan waktu tinggal karang lebih 50 menit. Bak ekualisasi yang digunakan terdiri atas
bak dengan kecepatan pengadukan (RPM) rendah agar tidak terjadi septik. Bak
ekualisasi dengan pengadukan cukup agar berfungsi sebagai unit praaerasi. Kedua
jenis bak ini sangat bermanfaat untuk proses sedimentasi primer dan proses biologi
selanjutnya.
3. Tujuan aerasi pada proses ekualisasi
Tujuan aerasi pada proses ekualisasi ialah mengurangi rasa dan bau tak sedap
limbah cair karena limbah cair sering mengandung kontmninan ammonia, senyawa
H2S berasal dari biodegradasi protein dari sisa makanan manusia dan hasil proses
anaerobik larut dalam air. Senyawa H2S merupakan senyawa toksik dan
menyebabkan rasa dan bau tak sedap dalam air. Dosis senyawa H2S dalam air kurang
dari 0,2 ppb [Droste, R.L., 1997]. Penyebab bau dan rasa air disebabkan oleh
bermacam-macam antara lain oleh senyawa organik, fenol dari bahan bakar fosil
misalnya minyak bumi, batu bara dan gas alam. Pada konsentrasi fenol rendah sudah
tercium bau taksedap dalam air, lebih-lebih jika fenol mengandung senyawa khlorin
yang dapat menyebabkan air menjadi beracun dan toksik.
Mikroba Actynomycetes juga menyebabkan bau dan rasa air menjadi tak
sedap. Senyawa kimia yang menyebabkan bau dan rasa air tak sedap antara lain etil
ester, merkaptan, butirat, alkene, eter, aldehida dan rasa asam.
Tujuan lainnya dari aeresi adalah untuk memindahkan komponen trelarut
mudah menguap antara lain senyawa organik mudah menguap bersifat toksik dan
memindahkan kandungan gas karbondioksida dalam limbah cair.

5
Gambar 3 Praperlakuan dengan bak ekualisasi dilengkapi dengan aerasi

Gambar 4 Proses ekualisasi


C. Praperlakuan dengan Proses Flotasi
Flotasi digunakan proses daya apung untuk memisahkan partikel padatan tersuspensi
dari limbah cair dan pemisahan lemak, pelumas dari industri olahan susu sapi dan juga
untuk memisahkan partikel padat rendah densitas. Pada industri roti , Olahan ikan dan
industri olahan unggas khususnya ayam, pemisahan protein dan lemak dilakukan dengan
menggunakan metode rotasi. pemisahan lemak dan pelumas dari limbah cair dilakukan
dengan menggunakan bak flotasi Dimana di dasar bak rotasi dialiri udara pada tekanan
rendah atau dengan menggunakan kompresor. Pada tekanan rendah, maka nitrogen dan
oksigen lebih mudah larut jika dibandingkan dengan tekanan atmosfer. Gelembung udara
yang timbul dalam limbah cair mengangkat lemak dan pelumas ke atas permukaan bak
flotasi sehingga lemak dan pelumas di permukaan limbah cair dapat dipisahkan dengan
menggunakan garpu pemisah .

6
Gambar 5 Praperlakuan pada pemisahan minyak, pelumas dan lemak dalam
limbah cair dengan menggunakan metode flotasi
Proses pemisahan limbah minyak dan oli bekas dalam limbah cair dilakukan dengan
menggunakan tangki flotasi dengan menggunakan prinsip-prinsip fluidisasi 2 atau 3 fasa
untuk memisahkan minyak dan air sehingga limbah cair yang diproses secara biologi
tidak terganggu . Pada penghilangan minyak dan lemak dalam limbah cair digunakan
aliran udara sehingga benda-benda ringan akan mengapung ke permukaan limbah cair.
Metode flotasi Digunakan jika kecepatan pengendapan limbah minyak lemak dan
pelumas dalam limbah cair sangat lambat dan hal ini tidak mengendap di bak
sedimentasi.
Pada industri Pertambangan mineral aerasi digunakan untuk memisahkan mineral
hasil tambang dan proses ini disebut benefisiasi (beneficiation). Lemak ada dipermukaan
limbah cair dan dipindahkan dengan metode/cara skimming pada industri Pertambangan
mineral aerasi digunakan untuk memisahkan mineral hasil tambang dan proses ini disebut
benefisiasi (beneficiation). Lemak ada dipermukaan limbah cair dan dipindahkan dengan
metode/cara Penarik minyak dan lemak. Minyak yang lebih ringan mengapung di
permukaan cairan kemudian ditampung dalam bak penampung seperti ditunjukkan pada
gambar 9 10 dan gambar 9.11

7
Gambar 6 Praperlakuan pada flotasi udara terlarut dalam limbah cair
1. Jenis- jenis metode flotasi
Jenis metode flotasi dibagi menjadi beberapa metode, yaitu :
a. Flotasi dengan prinsip gravitasi
Flotasi gravitasi digunakan pada limbah cair dari bengkel kendaraan mobil, kereta
api, pesawat terbang, dan kapal laut. Kecepatan aliran limbah cair sekitar 4 sampai
6 m/jam dan waktu tinggal hidraulik 30 menit [Kiely, G, 1997]
b. Flotasi dengan prinsip vacuum
Flotasi vacuum banyak digunakan pada limbah cair dari industry olahan buah-
buahan dan sayuran.
c. Flotasi dengan prinsip elektro
Flotasi elektro digunakan elektroda ditempatkan di dasar bak sehingga
menghasilkan gelembung-gelembung sangat halus jika limbah cair di bak
Dielektrolisis oleh arus searah. Gelembung oksigen timbul pada anode naik ke
atas dan mengangkat lemak, minyak dan pelumas selanjutnya terbentuk busa di
permukaan bak dan dipisahkan.
d. Flotasi udara
Flotasi udara digunakan untuk memisahkan padatan tersuspensi dan sebagai
alternatif sedimentasi, mengentalkan suspensi lumpur senyawa kimia organik. Di
samping flotasi tersebut di atas, dikenal pula flotasi elektro yang diikuti dengan
dissosiasi air oleh listrik dalam rangka tangki terbuka. Reaksi kimia dissosiasi air
yaitu :
2H2O + 4e 2 H2 + O2

8
Lumpur yang terbentuk pada perlakuan primer ini akan digabung dengan
lumpur sekunder. Pemindahan senyawa organik yang terbiodegradasi dengan
metode sedimentasi merupakan metode yang murah dibandingkan dengan metode
aerasi dalam bak aerasi.
2. Sedimentasi
Proses sedimentasi limbah cair untuk memisahkan zat padat dan cair digunakan
prinsip pengendapan gravitasi untuk :
a. Memisahkan padatan terlarut dalam klarifikasi primer sehingga mampu
menurunkan nilai BOD dengan rentan antara 30% sampai 75%
b. Menurunkan padatan terlarut sekitar 40% sampai 95%
c. Mereduksi mikroba sampai sekitar 40% sampai 75%
d. Memindahkan endapan biologi dalam klarifikasi akhir lumpur aktif
e. Memindahkan humus dalam perlakuan trickling filter
f. Perolehan lumpur padat dikirim ke lokasi penguburan limbah padat (landfill)
Pada sedimentasi dibedakan jenis klarifikasi, yaitu klarifikas primer dan klarifikasi
sekunder.
a. Klarifikasi primer
Klarifikasi primer atau dekantasi primer adalah unit proses yang dirancang untuk
memindahkan zat padat tersuspensi dan padatan lain yang ada di dasar bak atau
tangki klarifikasi sebelum dilakukan perlakuan biologi untuk senyawa organik
terlarut.

Gambar 7 Klarifikasi primer limbah cair

9
b. Klarifikasi sekunder
Klarifikasi sekunder adalah unit proses yang dirancang untuk memindahkan
senyawa biomassa yang terbentuk selama proses biologi dan zat padat lain yang
terbawa oleh limbah cair masuk ke unit proses biologi, dan juga untuk
mengentalkan lumpur biologi. Pada proses sedimentasi diperlukan sistem
perlakuan fisika dan kimia yang mengikuti proses koagulasi dan flokulasi. Metode
sedimentasi ini banyak digunakan pada proses :
1) Sedimentasi dengan penambahan bahan kimia koagulan dan filtrasi pasir cara
cepat
2) Sedimentasi dengan penambahan bahan kimia koagulan pada pelunakan air
dengan metode kapur-soda
3) Sedimentasi untuk menghilangkan ion besi dan ruangan dalam air
Pada proses fisika tidak semua digunakan namun hanya sedimentasi untuk
mengendapkan zat padat secara diskrit dengan prinsip-prinsip gravitasi dalam arti
zat padat dalam limbah cair tidak berubah bentuk dan jenisnya misalnya kerikil
dan pasir dalam limbah cair.
D. Praperlakuan pada Proses Netralisasi
Limbah cair dari industri pada umumnya bersifat alkali atau asam sehingga
diperlukan proses kimia netralisasi limbah cair. limbah cair yang bersifat basa, maka
proses netralisasi dilakukan dengan penambahan HCL, atau asam sulfat atau gas CO 2
sehingga dicapai nilai ph antara cara 6,50 sampai  8,50. 
Jika gas karbondioksida tidak tersedia, maka netralisasi dilakukan dengan
menggunakan asam sulfat Karena harganya jauh lebih murah jika dibandingkan dengan
asam khlorida. Reaksi kimia netralisasi berlangsung cepat, diperlukan pengadukan,
dilengkapi dengan sensor nilai pH dan alat pengendalian penambahan asam .
Jika gas karbondioksida tersedia maka netralisasi limbah cair bersifat basa dilakukan
dengan mengalirkan gas CO2 dilengkapi rotameter melalui Sparger yang terletak di dasar
tangki netralisasi sehingga timbul gelembung-gelembung gas karbondioksida dan
terbentuk asam karbonat, Kemudian asam karbonat bereaksi dengan limbah cair yang
bersifat basa. Netralisasi limbah cair bersifat basa dengan gas karbondioksida adalah
paling efisien dan efektif. Sumber gas karbondioksida dari flue gas yang berisi sekitar
14% gas CO2.

10
Limbah cair yang bersifat asam dinetralkan Penambahan bahan kimia air kapur
Ca(OH)2, Kostik soda atau NaOH, soda abu atau Na 2CO3 . Misal limbah asam sulfat dari
industri pembuatan polyester di pabrik tekstil dinetralkan dengan larutan basa berikut:
H2SO4 + Ca(OH)2  CaSO4 + 2H2O
H2SO4 + 2NaOH  NaSO4 + 2H2O

H2SO4 +NaCO3  Na2SO4 + H2CO3

Jika air kapur digunakan untuk menetralkan limbah cair yang mengandung residu
asam sulfat lebih dari 0,60% , Maka penggunaan air kapur tidak diperbolehkan sebab
akan terbentuk senyawa baru Gips atau CaSO 4 Sehingga mengurangi efisiensi proses
netralisasi limbah cair. Jika limbah cair mengandung residu asam sulfat lebih dari 0,60%
dan juga berisi logam ion AI+3 dan Fe+3, Maka akan terbentuk endapan yang mengurangi
efisiensi proses netralisasi.
Pada proses biologi diperlukan nilai pH mendekati Netral titik larutan asam dan basa
sangat mempengaruhi nilai pH limbah cair. asam adalah senyawa yang menghasilkan kan
Ion  H+ Sedangkan basa menghasilkan ion OH-.
HCL  H+ + CL-

NaOH  Na + OH-

Garam dihasilkan dari reaksi asam dan basa sedangkan air Sebagai hasil samping titik
asam adalah donor Proton sedangkan bahasa adalah penerima Proton. asam kuat misal
HCL sedangkan basa kuat misal NaOH

Gambar 8 Bak netraslisasi dilengkapi dengan tangki asam dan basa, pengaduk, dan aliran
gas CO2
1. Tujuan perlakuan kimia 
Tujuan perlakuan kimia ialah untuk memperoleh air limbah yang relatif lebih
bersih dan memisahkan pencemar bentuk padat seperti padatan tersuspensi .

11
2. Manfaat perlakuan kimia limbah cair
a. Memindahkan senyawa padatan terlarut melalui klarifikasi 
b. Memindahkan lumpur primer sehingga menghasilkan penurunan nilai BOD
c. Menurunkan bod sampai 70% sampai 80% dari nilai BOD awal,  namun nilai
BOD limbah cair rumah tangga dapat diturunkan antara 30% sampai 40% .

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam praperlakuan limbah cair, melibatkan perlakuan fisika dan kimia, yaitu
saringan, ekualisasi, pemisahan minyak dan lemak, dan perlakuan proses kimia netralisasi
asam atau basa limbah cair. Praperlakuan dengan proses fisika, yaitu pengisahan
kontaminan dalam limbah cair seperti zat padat, lemak, sisa oli atau pelumas kendaraan,
minyak. Perlakuan dengan proses ekualisasi berfungsi untuk meminimumkan dan
mengendalikan fluktuasi aliran limbah cair dan menghomogenkun konsentrasi limbah
cair dalam bak ekualisasi. Flotasi digunakan proses daya apung untuk memisahkan
partikel padatan tersuspensi dari limbah cair dan pemisahan lemak, pelumas dari industri
olahan susu sapi dan juga untuk memisahkan partikel padat rendah densitas. Dan limbah
cair dari industri pada umumnya bersifat alkali atau asam sehingga diperlukan proses
kimia netralisasi limbah cair.

12
DAFTAR PUSTAKA

Suharto. (2010). Limbah Kimia dalam pencemarann udara dan air. Yogyakarta: Penerbit
ANDI Yogyakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai