Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENGELOLAAN LIMBAH CAIR- B

“PRINSIP PENGELOLAAN LIMBAH CAIR B3”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Limbah Cair- B

Tahun Ajaran 2020-2021

Dosen Mata kuliah

Zulfia Maharani, ST., M.Si

Disusun Oleh :

Kelompok 1 2DIVA

1.Ahmad Hafiyan Nursyabana P21335118003

2.Alifia Putri Ramdhanty P21335118006

3.Annisa Rahmawati P21335118011

4.Bunga Sukma Cahyaningati P21335118015

5.Sisie Nuraeni Adhein P21335118064

6.Winra Nadeak P21335118076

7.Zahra Hanafa P21335118080

POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II

Jl. Hang Jebat III/F3 KebayoranBaru Jakarta Selatan 12120 Telp. 021-
7397641, 7397643 Fax. 021-7397769
Website :www.Poltekkesjkt2.ac.idEmail :Info@Poltekkesjkt2.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan Rahmat  dan Karunia-Nya. Sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini sebagai tugas dan bahan diskusi, yang diberikan

oleh dosen Mata Kuliah mengenai Prinsip Pengelolaan Limbah Cair B3.

kami menyadari  bahwa makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan

tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.

Oleh Karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan banyak

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan

makalah ini

Akhir kata penulis haturkan permohonan maaf atas segalah kekurangan,

bila penyusunan Makalah ini dianggap kurang berkenan, terutama oleh

pihak dianggap dirugikan dan lain-lain. Oleh karena itu keritikan yang

bersikap konstruktis senantiasa kami harapkan, baik dari pembimbing

maupun yang membaca Makalah ini agar kami dapat memperbaiki diri.

Oleh sebab itu akibat segalah kekurangan isi Makalah kami, kami ucapkan

banyak terimakasih jika ada segalah kritik dan saran dari berbagai pihak

pembaca. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa membalas kebaikan

yang telah diperbuat dan memaafkan setiap kekeliruan yang telah kami

lakukan.

Kami menyadari bahwah Makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh

sebab itu kamiakan sangat berterima kasih sekirahnya mendapatkan

masukan untuk menyempurnakan.

i
Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

PEMBAHASAN.....................................................................................................1

A. Pengertian Limbah Cair B3................................................................................1

B. Jenis dan Karakteristik Limbah Cair B3.............................................................1

C. Prosedur Penanganan Limbah Cair B3...............................................................5

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................13

iii
PEMBAHASAN
A. Pengertian Limbah Cair B3

Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung


bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lain. (PermenLH No. 03/2008 Tentang Tata Cara Perizinan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun).
Limbah cair B3 dapat berupa cairan oli bekas, sisa tumpahan
bahan kimia dan limbah bahan kimia sisa analisa dari
laboratorium (misal dari fasilitas Asphalt Mixing Plan dan proyek
lainnya) ditempatkan ke dalam drum khusus yang telah diberi
simbol dan label jenis limbah dan ditutup rapat.
Setiap Unit Usaha / Unit Kerja membuat catatan jumlah
limbah B3 yang dihasilkan dan membuat bukti serah terima
dengan Petugas yang ditunjuk. Limbah B3 akan diserahkan
kepada pihak yang mendapat ijin dari Pemerintah tetapi tidak
terbatas pada satu instansi saja, jika diperlukan.

B. Jenis dan Karakteristik Limbah Cair B3

Limbah industri sangat beragam sehingga RCRA dan EPA mengembangkan


metoda untuk menentukan tingkat bahaya limbah. Untuk keperluan yang praktis
model telah disederhanakan oleh tim peneliti Pola Pembuangan Limbah Industri,
Pusat Penelitian Sain dan Teknologi LP-UI untuk memudahkan pengelompokkan
tingkat bahaya limbah B3. Model tersebut dapat dilihat pada. Adapun
pengelompokan yang dimaksud oleh tim PPST-LPUI sebagai berikut :
1. Limbah yang sumbernya tidak spesifik,
2. Limbah yang sumbernya spesifik,
3. Limbah yang betul-betul berbahaya,
4. Limbah beracun (PPST-LPUI)

1
Selanjutnya menurut PP No. 12/1995, limbah B3 dikelompokkan
berdasarkan sumbernya dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu :
 Limbah dari sumber spesifik. Limbah B3 ini merupakan sisa proses suatu
industri atau kegiatan tertentu (kegiatan utama)
 Limbah dari sumber yang tidak spesifik. Untuk limbah B3 ini berasal bukan
dari proses utamanya, misalnya dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian,
inhibitor, korosi, pada perak, pengemasan dan lain-lain.
 Limbah B3 dari sumber lain. Limbah ini berasal dari sumber yang tidak
diduga, misalnya prodak kedaluwarsa, sisa kemasan, tumpahan, dan
buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditentukan atau tidak
dapat dimanfaatan kembali, sehingga memerlukan pengelolaan seperti
limbah B3 lainnya.

Greeners.co

2
Limbah B3 tidak saja hanya dihasilkan dari kegiatan industri namun juga
dari kegiatan rumah tangga yang kita hasilkan. Adapun beberapa contoh asal
Limbah B3 yang dihasilkan dari rumah tangga domestik seperti :
 Dapur : pembersih saluran air, soda kostik, semir, gas elpiji, minyak tanah,
asam cuka, kaporit / desinfektan, spiritus / alkohol dan cairan pencuci piring.
 Kamar mandi / tempat cuci baju : cairan setelah mencukur rambut, obat
kumur, shampoo, sbaun mandi, pembersih kamar mandi / toilet, desinfektan,
sabun cuci baju (deterjen).
 Kamar tidur : parfum, kosmetik, kamper, obat-obatan, hairspray,
airfreshener, pembasmi nyamuk.
 Ruang keluarga : korek api, alkohol, baterai, cairan pembersih lantai.
 Garasi / taman : pestisida dan insektisida, pupuk, cat dan solven/pengencer,
perekat, minyak pelumas mesin/mobil, aki bekas.

Karakteristik Limbah Cair B3

Suatu limbah tergolong sebagai bahan berbahaya dan beracun jika ia


memiliki sifat-sifat tertentu, di antaranya mudah meledak, mudah teroksidasi,
mudah menyala, mengandung racun, bersifat korosif menyebabkan iritasi, atau
menimbulkan gejala-gejala kesehatan seperti karsinogenik, mutagenik, dan lain
sebagainya.

1. Mudah meledak
Adalah limbah yang pada suhu dan tekanan standar (25°C,
760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia
dan/atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan
tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak
lingkungan sekitar
2. Mudah terbakar

3
Terbakar adalah limbah-limbah yang mempunyai salah
satu sifat-sifat: limbah berupa cairan yang mengandung
alkohol kurang dari 24% volume dan/atau pada titik nyala
tidak lebih dari 60°C akan menyala apabila terjadi kontak
dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada
tekanan udara 760mmHg.
3. Bersifat reaktif
Adalah limbah-limbah yang memiliki sifat:
 Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan
dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan
 Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air
 Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi
menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap atau
asap beracun dalam jumlah yang membayakan bagi
kesehatan manusia dan lingkungan

Contoh: limbah sianida, sulfida, atau amoniak

4. Beracun
Adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat
racun bagi manusia atau lingkungan yang dapat
menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila
masuk ke dalam tubuh melalui bernafasan, kulit atau
mulut.
5. Menyebabkan infeksi
Adalah limbah yang menyebabkan adanya infeksi, berasal
dari bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan
dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah dari
laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman
penyakit yang dapat menular.
6. Bersifat korosi
Adalah limbah yang menyebabkan iritasi (terbakar) pada
kulit.
7. Karsinogenik

4
Adalah sifat bahan penyebab kanker, yakni terjadinya
deferensiasi sel dalam tubuh manusia sehingga
menyebabkan kerusakan jaringan tubuh.
8. Mutagenik
Adalah sifat bahan yang menyebabkan perubahan
kromosom yang dapat merubah sel-sel geneik dalam
tubuh.

C. Prosedur Penanganan Limbah Cair B3


1) Definisi Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah B3 adalah serangkaian kegiatan yang mencakup
reduksi,penyimpanan,pengumpulan,pengangkutan, pemanfaatan pengelolaan
dan penimbunan limbah B3. Reduksi limbah B3 adalah suatu kegiatan pada
penghasil untuk mengurangi jumlah dan mengurangi sifat bahaya dan racun
limbah B3 sebelum dihasilkan dari suatu kegiatan (Peraturan Pemerintah No.
85 tahun 1999). Pengolahan limbah B3 adalah kegiatan yang menghasilkan,
mengangkut, mengedarkan, menyimpan, dan atau membuang B3 (Peraturan
Pemerintah No. 74 tahun 2001).

2) Tujuan Pengolahan Limbah


Pengelolaan limbah B3 bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi
pecemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan limbah B3
serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga
sesuai dengan fungsinya kembali (PP 85 tahun 1999).

3) Prosedur Pengelolaan Limbah


Identifikasi Limbah B3 yang dihasilkan :
a) Masing-masing penghasil Limbah B3 mengidentifikasi jenis dan jumlah
Limbah B3 yang secara periodik dihasilkan oleh Bidang tersebut.
b) Identifikasi tersebut ditulis dalam Formulir Identifikasi Limbah B3 oleh
masing-masing bidang penanggung jawab, kemudian diserahkan kepada
Bidang Produksi (Lingkungan Hidup).
Setiap orang yang melakukan usaha dan atau kegiatan yang menggunakan B3
dan atau menghasilkan limbah B3 wajib melaksanakan reduksi limbah B3,
mengolah limbah B3 dan atau menimbun limbah B3. Pengolahan dan atau
penimbunan limbah B3 dapat dilakukan sendiri oleh penghasil limbah B3 atau
penghasil limbah B3 dapat menyerahkan pengolahan dan atau penimbunan
limbah B3 yang dihasilkan itu kepada pengolah dan atau penimbun limbah B3
(PP No. 85 tahun 1999). Penghasil limbah B3 adalah orang yang usaha

5
dan/atau kegiatannya menghasilkan limbah B3.
a) Reduksi Limbah
Suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi jumlah dan mengurangi
sifat bahaya dan beracun limbah B3, sebelum dihasilkan dari suatu
kegiatan (Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999).

b) Pengemasan
Pengemasan B3 adalah kegiatan mengemas, mengisi atau memasukkan
B3 ke dalam suatu wadah dan atau kemasan, menutup dan atau
menyegelnya (PP No. 74 tahun 2001). Persyaratan Umum Pengemasan
adalah sebagai berikut:
(1) Kemasan limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak, dan bebas
dari pengkaratan serta kebocoran.
(2) Bentuk ukuran dan bahan kemasan limbah B3 disesuaikan dengan
karakteristik limbah B3 yang akan dikemas dengan
mempertimbangkan segi keamanan dan kemudahan dalam
penanganannya.
(3) Kemasan dapat terbuat dari bak kontainer atau tangki berbentuk
silinder vertikal maupun horizontal atau drum yang terbuat dari bahan
logam, drum yang terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP, atau PVC)
atau bahan logam dengan syarat bahan kemasan yang dipergunakan
tidak bereaksi dengan limbah B3 yang disimpan.
(4) Limbah B3 yang tidak sesuai karakteristiknya tidak boleh disimpan
secara bersama-sama dalam satu kemasan.
(5) Untuk mencegah resiko timbulnya bahaya selama penyimpanan,
jumlah pengisian limbah dalam kemasan harus mempertimbangkan
kemungkinan terjadinya pengembangan volume limbah,
pembentukan gas atau terjadinya kenaikan tekanan.
(6) Jika kemasan limbah B3 sudah dalam kondisi yang tidak layak
(misalnya terjadi pengkaratan atau terjadi kerusakan permanen) atau
jika mulai bocor, limbah B3 tersebut harus dipindahkan ke dalam
kemasan lain yang memenuhi syarat sebagai kemasan bagi limbah
B3.
(7) Terhadap kemasan yang telah berisi limbah harus diberi penandaan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan disimpan dengan
memenuhi ketentuan tentang tata cara dan persyaratan bagi
penyimpanan dan pengumpulan limbah B3 :
(a) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus sesuai
dengan karakteristik limbah yang dikemas.
(b) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus
mempunyai ukuran minimum adalah 10 cm x 10 cm atau lebih
besar.
(c) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus terbuat
dari bahan yang tahan terhadap goresan atau bahan kimia yang

6
mungkin mengenainya dan harus melekat kuat pada permukaan
kemasan.
(d) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus dipasang
pada sisi-sisi kemasan yang tidak terhalang oleh kemasan lain
dan mudah terlihat.
(e) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 tidak boleh
terlepas, atau dilepas dan diganti dengan simbol lain sebelu
kemasan dikosongkan dan dibersihkan dari sisa-sisa limbah B3.
(f) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 yang
kemasannya telah dibersihkan dan akan dipergunakan kembali
untuk pengemasan limbah B3 harus diberi label “KOSONG”.
(g) Label harus dipasang pada kemasan limbah B3 yang berfungsi
untuk memberikan informasi dasar mengenai kualitatif dan
kuantitaif dari suatu limbah B3 yang dikemas.

c) Penyimpanan Limbah
Limbah B3 harus disimpan secara tepat, bilamana ingin dicegah
kemungkinan bahaya-bahayanya. Fasilitas dan prosedur penyimpanan
harus menampung keselamatan dari seluruh kemungkinan bahayanya.
Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 tersebut belum
dapat diolah dengan segera. Kegiatan penyimpanan limbah B3
dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan
sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat
dihindarkan. Untuk meningkatkan pengamanannya, maka sebelum
dilakukan penyimpanan limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas.
Mengingat keragaman karakteristik limbah B3, maka dalam
pengemasannya perlu pula diatur tata cara yang tepat sehingga limbah
dapat disimpan dengan aman.

Penyimpanan limbah B3 adalah kegiatan menyimpan limbah B3 yang


dilakukan oleh penghasil, pengumpul, pemanfaat, pengolah dan/atau
penimbun limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara.

d) Bangunan Penyimpanan Limbah


Bangunan tempat penyimpanan kemasan limbah B3 harus:
(1) Memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan yang sesuai
dengan jenis, karakteristik dan jumlah limbah B3 yang
dihasilkan/akan disimpan,
(2) Terlindung dari masuknya air hujan baik secara langsung maupun
tidak langsung,
(3) Dibuat tanpa plafon dan memiliki sistem ventilasi udara yang
memadai untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruang
penyimpanan, serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah
masuknya burung atau binatang kecil lainnya ke dalam ruang

7
penyimpanan,
(4) Memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai
untuk operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika
menggunakan lampu, maka lampu penerangan harus dipasang
minimal 1 meter di atas kemasan dengan sakelar (stop contact) harus
terpasang di sisi luar bangunan,
(5) Dilengkapi dengan sistem penangkal petir,
(6) Pada bagian luar tempat penyimpanan diberi penandaan (simbol)
sesuai dengan tata cara yang berlaku,
(7) Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang,
kuat dan tidak retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun
kearah bak penampungan dengan kemiringan maksimum 1% pada
bagian luar bangunan, kemiringan lantai diatur sedemikian rupa
sehingga air hujan dapat mengalir kearah menjauhi bangunan
penyimpanan. Pengaturan tata cara penyimpanan dan lamanya
penyimpanan yang diatur diantaranya adalah sebagai berikut:
(a) Menyediakan tempat khusus limbah B3, yang terpisah dari
tempat penyimpanan bahan dan limbah lainnya. Desain dan
rancang bangun tempat penyimpanan diatur. Tempat
penyimpanan limbah B3 harus mendapat persetujuan dari pihak
terkait.
(b) Menyimpan semua limbah B3 sesuai dengan jenis dan
karakteristiknya, dan ditempatkan pada tempat yang sudah
ditentukan.
(c) Menghindari tumpahan dan ceceran dari limbah B3, khususnya
yang bersifat mudah terbakar atau meledak. Prosedur house
keeping yang baik harus dilaksanakan.
(d) Mencatat setiap terjadi perpindahan limbah B3, yang masuk dan
keluar tempat penyimpanan sesuai jenis dan jumlahnya ke dalam
lembar neraca limbah B3.
(e) Limbah yang disimpan tidak boleh melebihi jangka waktu 90
hari. Bila limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 (lima puluh)
kilogram per hari, penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah
B3 yang dihasilkannya lebih dari 90 (Sembilan puluh) hari
sebelum diserahkan kepada pemanfaat atau pengolah atau
penimbun limbah B3, dengan persetujuan instansi yang
bertanggung jawab sehingga limbah yang disimpan wajib
diupayakan, yaitu: Langsung diangkut oleh perusahaan
pengumpul yang berizin ke tempat pengolahan. Dilakukan upaya
3R atau reuse, recycle dan recycle untuk keperluan sendiri,
sesuai sifat dan karakteristik limbah tersebut, dengan mengacu
pada peraturan yang berlaku. Dimanfaatkan oleh pihak lain (yang
berizin) sebagai bahan baku dan pendukung kegiatan industri
tertentu.

8
(f) Pemasangan label dan simbol limbah B3 harus sesuai dengan
jenis dan sifat limbah B3.
(g) Menyediakan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
yang sesuai, termasuk pemadam kebakaran.
(h) Tidak diperkenankan menerima atau menyimpan limbah B3 dari
pihak lain.

e) Pengumpulan Limbah
Pengumpulan limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pengumpulan dengan tujuan untuk mengumpulkan limbah B3 sebelum
dikirim ke tempat pengelolaan dan/atau pemanfaatan dan/atau
penimbunan limbah B3 (Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999).
Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari
penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara sebelum
diserahkan kepada pemanfaat, pengolah, dan/atau penimbun limbah B3.
(a) Deputi Manajer terkait/ penghasil wajib mengumpulkan limbah B3
yang dihasilkan ditempat yang telah disediakan sebelum diserahkan ke
K2LH.
(b) Masing-masing Deputi Manajer melaporkan hasil limbah B3 kepada
sub bidang K2LH tentang jenis dan jumlah Limbah B3 yang akan
diserahkan dengan mengisi Formulir Laporan Bulanan Limbah B3.
(c) Penghasil Limbah B3 mengangkut Limbah B3 ke gudang
penyimpanan sementara Limbah B3.
(d) Limbah B3 berukuran kecil seperti cartridge printer, majun bekas,
sarung tangan bekas, masker bekas dibuang di tempat sampah
berwarna ORANGE, apabila sudah penuh maka staf K2LH
mengkoordinir pengangkutannya.
(e) Sub bidang K2LH memverifikasi jenis dan jumlah Limbah B3 yang
dihasilkan.
(f) Limbah B3 lainnya disimpan di dalam gudang penyimpanan
sementara Limbah B3, dipisahkan menurut sifatnya/ karakteristik
Limbah B3;
 Mudah terbakar (pelumas bekas, solar bekas, majun bekas, dll).
 Mudah meledak (kaleng bekas aerosol dll).
 Korosif dan Reaktif (bahan kimia tidak berlaku, bekas kemasan
bahan kimia, baterai bekas dll).
(g) Tim Limbah B3 memberikan simbol dan label.
(h) Masa simpan dalam Gudang TPS Limbah B3 maksimal selama 90 hari
sesuai persyaratan yang ditetapkan atau apabila Limbah B3 lebih dari
50 Kg / hari.
(i) Tim Limbah B3 mengisi inventori Limbah B3 yang ada di tempat
penampungan/ penyimpanan serta penimbunan menggunakan
Formulir Inventory Limbah B3. Tim Limbah B3 mengisi Neraca

9
Limbah B3 berdasarkan inventarisasi Gudang Limbah B3 Sementara.

f) Pengangkutan
Penyerahan limbah B3 oleh penghasil/pengumpul, pemanfaat, pengolah
kepada pengangkut wajib disertai dokumen limbah. Pengangkutan
dilakukan dengan alat khusus. Pengangkut limbah B3 adalah badan usaha
yang melakukan kegiatan pengangkutan limbah B3 (Peraturan Pemerintah
No. 85 tahun 1999).

g) Rekapitulasi Limbah
Menurut Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang pengelolaan
B3 pasal 11 bahwa Penghasil limbah B3 wajib membuat dan menyimpan
catatan, tentang:
(a) Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu dihasilkan limbah B3.
(b) Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu penyerahan limbah B3.
(c) Nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman kepada
pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun
limbah B3.

h) Reporting Limbah
Penyerahan limbah B3 kepada pemanfaat untuk diekspor, serta kepada
pengolah dan atau penimbun limbah B3 tidak mengurangi tanggung jawab
penghasil limbah B3 untuk mengolah limbah B3 yang dihasilkan.
Sehingga penghasil tetap bertanggung jawab dengan limbah B3 yang
dihasilkan (Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang pengelolaan
B3 pasal 9). Penghasil limbah B3 wajib menyampaikan catatan limbah B3
sekurang-kurangnya sekali dalam 6 bulan kepada instansi yang terkait dan
Bupati atau Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan.
Catatan limbah B3 dipergunakan untuk inventarisasi jumlah limbah yang
dihasilkan dan sebagai bahan evaluasi dalam rangka penetapan kebijakan
dalam pengelolaan limbah B3 (Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999
tentang pengelolaan B3 pasal 11). Pengumpul limbah B3 wajib
menyampaikan catatan limbah B3 sekurang-kurangnya sekali dalam 6
bulan kepada instansi yang terkait Bupati atau Walikotamadya Kepala
Daerah Tingkat II yang bersangkutan (Peraturan Pemerintah No. 85 tahun
1999 tentang pengelolaan B3 pasal 13). Penyimpanan, pengumpulan,
pemanfaatan, pengolahandan atau penimbunan limbah B3 wajib memiliki
izin operasi dari kepala instansi yang bertanggung jawab. Pengangkutan
limbah B3 wajib memliki izin pengangkutan dari Menteri Perhubungan
setelah mendapat rekomendasi dari Kepala Instansi yang bertanggung
jawab (PP No. 85 tahun 1999). Penyerahan limbah B3 oleh penghasil dan
atau pengumpul dan atau pemanfaat dan atau pengolah kepada
pengangkut wajib disertai dengan dokumen limbah B3. Setiap pengkutan
limbah B3 oleh pengangkut limbah B3 wajib disertai dengan dokumen

10
limbah B3. Pengangkut limbah B3 wajib menyerahkan limbah B3 kepada
pengumpul dan atau pemanfaat dan atau penimbun limbah B3 yang
ditunjuk oleh penghasil limbah B3 (PP No. 85 tahun 1999).

4) Pengelolaan Limbah B3 oleh Pihak Ketiga :


Setelah jumlah Limbah B3 di tempat penampungan mencukupi, Limbah B3
tersebut selanjutnya diserahkan kepada pihak ketiga:
(a) Pihak ketiga sebagai pengumpul/pengelola Limbah B3 harus mempunyai
ijin dari Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Ijin yang
dimaksud harus sesuai dengan jenis Limbah B3 yang akan dikelola/
dimanfaatkan. Staf LH bersama pihak terkait bertugas memverifikasikan
untuk kebenaran ijin tersebut.
(b) Pihak transportir harus mempunyai ijin dari Dirjen Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan Republik Indonesia dan mendapat
rekomendasi dari Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
Ijin sesuai dengan jalur transportasi yang akan dilalui Limbah B3. Tim
Limbah B3 bertugas memverifikasi kelayakan ijin pihak transportir
terkait.
(c) Staf K2LH mengusulkan surat penunjukkan pengelolaan Limbah B3
kepada Manajer Produksi.
(d) Pihak ketiga yang ditunjuk (pengumpul/ pengelola/ transportir) mengisi
Berita Acara Pemeriksaan Limbah B3 bersama Tim Limbah B3. Berita
Acara Serah Terima Limbah B3 diisi antara Pihak ketiga yang ditunjuk
dan Manajer produksi.
(e) Pihak ketiga yang ditunjuk berkewajiban memberikan Dokumen Limbah
B3 (manifes) yang sudah ditandatangani oleh penghasil dan transportir/
pengangkut:
1) Manifes ke-dua (warna kuning), Tim Limbah B3 berkewajiban untuk
mengirim manifes ini ke Bapedalda.
2) Manifes ke-tiga (warna hijau), untuk disimpan oleh pihak penghasil
(terdokumentasi oleh staf LH)
3) Manifes ke-tujuh (warna manifes ungu), yaitu dokumen Limbah B3
yang lengkap dari pengumpul/ pemanfaat selambat-lambatnya 120
hari sejak Limbah B3 diangkut oleh transportir ke pengumpul/
pemanfaat.

11
Sumber : www.google.com

Dokumen limbah B3 dibuat 7 (tujuh) rangkap apabila pengangkutan dilakukan


1 (satu) kali dan 11 (sebelas) rangkap dengan rincian :
1) Lembar asli (warna putih), disimpan oleh pengangkut limbah B3 setelah
ditandatangani oleh pengirim limbah B3.
2) Lembar kedua (warna kuning), yang sudah ditandatangani oleh
pengangkut limbah B3, oleh pengirim limbah B3 dikirimkan kepada
instansi yang bertanggung jawab.
3) Lembar ketiga (warna hijau), yang sudah ditandatangani oleh pengangkut
disimpan oleh pengirim limbah B3.
4) Lembar keempat (warna merah muda), setelah ditandatangani oleh
pengirim limbah B3 oleh pengangkut diserahkan kepada penerima limbah
B3.
5) Lembar kelima (warna biru), dikirimkan oleh penerima kepada instansi
yang bertanggung jawa setelah ditandatangani oleh penerima limbah B3.
6) Lembar keenam (warna krem), dikirim oleh pengangkut kepada
Bupati/Walikota yang bersangkutan dengan pengirim setelah
ditandatangani oleh penerima limbah B3.
7) Lembar ketujuh (warna ungu), setelah ditandatangani oleh penerima,
maka pengangkut mengirimkan kepada pengirim limbah B3.
8) Lembar kedelapan – sebelas dikirim pengangkut kepada pengirim limbah
B3 setelah ditandatangni pengangkut terdahulu dan diserahkan kepada
pengangkut berikutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA
https://eprints.uns.ac.id/8925/1/205021111201111321.pdf

https://balubu.com/pengolahan-limbah-b3/

https://www.kompasiana.com/arif.rachman/551b496c813311687f9de5fc/pengolahan-
limbah-b3-bahan-berbahaya-dan-beracun

https://logamjaya.co.id/pengertian-contoh-serta-sifat-dan-karakteristik-limbah-b3/

https://www.ecostargrp.com/PP%20Nomor%20101%20Tahun%202014%20tentang
%20Pengelolaan%20Limbah%20B3.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai