Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Pengelola limbah bahan berbahaya dan beracun

Dosen pengampu : Fathor Rahman,S.H.I,M.Sy.

Disusun oleh :

Akmal arief wijaya (204102020047)

Shabira (204102020045)

Program Studi Hukum Ekonomi Syariah

Fakultas Syariah

Universitas Islam Negeri KH. Ahmad Shidiq


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan hidayah serta rahmatNya
kepada kita, sehingga kita dapat menikmati kehidupan sekarang. Sholawat serta salam tetap
tercurah limpahkan kepada nabi kita Muhammad SAW, berkat beliau kita dapat menikmati
indahnya islam. Puji syukur kepada tuhan yang telah memberikan kita kesempatan dalam
menyusun makalah sebagai tugas kelompok mata kuliah Hukum lingkungan yang berjudul
“Pengelola limbah bahan berbahaya dan beracun.”

Dalam penyusunan makalah ini, kami kelompok 8 mengucapkan terimakasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Hukum lingkungan Dan tak lupa juga kepada teman teman sekalian yang
sudah membaca dan memberikan saran kepada kita.

Kami sadar dalam menyusun makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, maka dari
itu kami sangat mengharapkan saran dan masukan kepada pembaca makalah ini. Sekian dari
kami.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jember, 08 Mei 2022


COVER...............................................................................................

KATA PENGANTAR................................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................

B. Rumusan Masalah..................................................................................

1. Apa yang dimaksud Pengelola limbah bahan berbahaya dan


beracun ?..........................................................................
2. Bagaimana Kebijakan Pemerintah mengenai Pengelola limbah bahan berbahaya dan
beracun ?......................................................................

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengrtian Pengelola limbah bahan berbahaya dan beracun


2. Upaya Pengelolaan Limbah B3
3. Kebijakan Pemerintah Untuk Pengelola limbah bahan berbahaya dan beracun Pengaturan

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………..

A. Kesimpulan………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pencemaran laut merupakan suatu masalah yang sering terjadi, dan sering abaikan
ketika masalah perekonomian lebih penting untuk di kedepankan. Masalah pencemaran
laut di perairan nusantara sudah sering terjadi, seperti pembuangan limbah, pengambilan
ikan secara besar besaran dll.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud Pengelola limbah bahan berbahaya dan
beracun ?..........................................................................
2. Bagaimana Kebijakan Pemerintah mengenai Pengelola limbah bahan berbahaya dan
beracun ?......................................................................

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengrtian Laut, Pencemaran, Perusakan, Pengendalian dalamLingkungan Laut.


Penyimpanan, pengumpulan, penggunaan, dan pengolahan sampah B3, serta
penimbunan hasil pengolahan, merupakan bagian dari proses Pengelolaan Limbah B3.
Akibatnya, pelanggar pengelolaan limbah B3 antara lain:Penghasil Limbah B3
 Pengumpul Limbah B3
 Pengangkut Limbah B3
 Pemanfaat Limbah B3
 Pengolah Limbah B3
 Penimbun Limbah B3

Karena pabrik tidak menyadari bahwa sampah yang dihasilkannya tergolong B3,
maka sampah tersebut dibuang begitu saja ke saluran air tanpa diolah. Pengolahan limbah
pada dasarnya adalah upaya untuk mengekstrak kontaminan dari cairan atau padatan.
Meskipun volumenya terbatas, konsentrasi polutan yang dihilangkan cukup tinggi.
Hingga saat ini, polutan yang telah dipisahkan atau terkonsentrasi belum ditangani secara
memadai, sehingga setiap saat dapat menimbulkan risiko yang membahayakan kesehatan
manusia dan keselamatan lingkungan. Akibatnya, limbah B3 harus dikelola dengan
berbagai cara, termasuk melalui pengolahan limbah B3.

B. Upaya Pengelolaan Limbah B3


Berikut tahapan yang dapat digunakan untuk melakukan upaya pengelolaan
limbah B3:
1. Pengurangan limbah melalui peningkatan penyimpanan bahan baku selama operasi
atau pemeliharaan rumah, penggantian bahan, prosedur modifikasi, atau metode
pengurangan limbah lainnya.
2. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor:
Kep-05/Bapedal/09/1995, kegiatan pengemasan dilakukan dengan merepresentasikan
dan menandai ciri dan kategori sampah B3.
Pengemasan sampah B3 ditentukan oleh sifat-sifat sampah tersebut. Secara umum,
pengemasan limbah B3 harus dalam keadaan baik, tidak korosi dan bocor, serta tersusun
dari bahan yang tidak akan bereaksi dengan limbah yang dikandungnya. Untuk limbah
yang mudah meledak, diperlukan kemasan ganda, dengan kemasan dalam yang mampu
menahan material agar tidak bergerak dan menahan tekanan baik dari dalam maupun luar
kotak. Persyaratan kemasan untuk limbah reaktif sendiri dan peroksida organik juga unik.
Tempat sampah semacam ini harus dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar yang
tidak terurai atau terurai ketika bersentuhan dengan sampah. Jumlah totalnya

1. Lokasi penyimpanan dapat berada pada lokasi yang memenuhi persyaratan Sekretaris
Badan Pengendalian Dampak, Undang-Undang Nomor: Kep01l/Bapedal/09 1995.
Limbah yang dihasilkan dari unit produksi

Pabrik B3 harus diperlakukan dan disimpan secara khusus sebelum diolah oleh unit
pengolahan limbah. Penyimpanan harus dilakukan dalam sistem blok, dan setiap blok
terdiri dari paket 2x2. Limbah harus dibuang dan menghindari kontak limbah yang tidak
sesuai satu sama lain. Fasilitas penyimpanan limbah harus dibangun dengan kedap udara,
lantai tidak bergelombang dan kemiringan 1% atau kurang ke arah reservoir. Bangunan
juga harus berventilasi baik, terlindung dari air hujan, tanpa atap dan dilengkapi dengan
sistem penangkal petir. Limbah reaktif atau korosif membutuhkan bangunan
penyimpanan dengan dinding yang terbuat dari bahan konstruksi tahan api dan korosi
yang mudah dilepas untuk memfasilitasi keadaan darurat.
2. Pengumpulan dapat dilakukan dengan memenuhi persyaratan pada ketentuan Keputusan
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep-01/Bapedal/09/1995 yang
menitikberatkan pada ketentuan tentang karakteristik limbah, fasilitas laboratorium,
perlengkapan penanggulangan kecelakaan, maupun lokasi.
3. Kegiatan pengangkutan perlu dilengkapi dengan dokumen pengangkutan dan ketentuan
teknis pengangkutan.

Mengenai pengangkutan limbah B3, hingga tahun 2002, pemerintah Indonesia tidak
mengeluarkan peraturan tentang pengangkutan limbah B3. Pembatasan pengangkutan
yang dimaksud adalah pembatasan pengangkutan AS. Peraturan ini terkait dengan
pelabelan, analisis sifat limbah, pengemasan khusus, dan lainnya. Salah satu persyaratan
pengemasan adalah bahwa jika terjadi kecelakaan, dalam kondisi pengangkutan normal,
jumlah limbah yang terukur tidak akan terlepas ke lingkungan. Selain itu, pengemasan
harus cukup berkualitas sehingga efektivitas pengemasan tidak terganggu selama
pengiriman. Knalpot yang mudah terbakar harus dilengkapi dengan pelindung header
paket untuk perlindungan terhadap kenaikan suhu mendadak dan pelindung panas
tambahan. Di Amerika Serikat, rute transportasi khusus juga ditangani dan semua truk
dan pemadam kebakaran wajib mengisi Material Safety Data Sheets (MSDS).

4. Upaya pemulihan dapat dilakukan melalui daur ulang, pemulihan, penggunaan kembali,
atau bentuk lain dari pemulihan limbah B3 yang dihasilkan.
5. Pengolahan limbah B3 dapat berupa koagulasi termal, stabilisasi, fisika, kimia atau
biologis dengan menggunakan teknik bersih atau ramah lingkungan.
6. Kegiatan penimbunan limbah B3 harus memenuhi persyaratan Keputusan No. 18 Tahun
1999. 

C. Kebijakan Pemerintah Untuk Pengelola limbah bahan berbahaya dan beracun


Pengaturan
PP 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
ditetapkan sebagai aturan pelaksanaan UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 59 ayat (7).

1. Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3


yang dihasilkannya.
2. Dalam hal B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) telah kedaluwarsa,
pengelolaannya mengikuti ketentuan pengelolaan limbah B3.
3. Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan limbah B3,
pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain.
4. Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.
5. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota wajib mencantumkan persyaratan lingkungan
hidup yang harus dipenuhi dan kewajiban yang harus dipatuhi pengelola limbah B3
dalam izin.
6. Keputusan pemberian izin wajib diumumkan.
7. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan limbah B3 diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

Pasal 59, UU 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup
PP 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
mendefinisikan bahwa Bahan Berbahaya dan Beracun yang disingkat B3 adalah
zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
jumlahnya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat mencemari dan /atau
merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.

PP 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Pasal 258 menyatakan bahwa pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku,
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
31 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3815) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 190, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3910) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

PP 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
diundangkan di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 2014 oleh Presiden Dokter Haji
Susilo Bambang Yudhoyono. PP 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun telah diundangkan di Jakarta pada tanggal 17
Oktober 2014 oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Amir Syamsudin.
Agar setiap orang mengetahui PP 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 333. Uraian PP101 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun Tahun 2014 tercantum dalam Lampiran, Buletin
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5617.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengelolaan Limbah B3 merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang mencakup
penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3
termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan pelaku pengelolaan limbah B3 antara lain :
• Penghasil Limbah B3
• Pengumpul Limbah B3
• Pengangkut Limbah B3
• Pemanfaat Limbah B3
• Pengolah Limbah B3
• Penimbun Limbah B3
Mayoritas pabrik tidak menyadari, bahwa limbah yang dihasilkan termasuk dalam
kategori limbah B3, sehingga limbah dibuang begitu saja ke sistem perairan tanpa adanya
proses pengolahan.Secara umum dapat dikatakan bahwa kemasan limbah B3 harus
memiliki kondisi yang baik, bebas dari karat dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan
yang tidak bereaksi dengan limbah yang disimpan di dalamnya.
Untuk limbah yang mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap di mana kemasan
bagian dalam harus dapat menahan agar zat tidak bergerak dan mampu menahan
kenaikan tekanan dari dalam atau dari luar kemasan.
Pembantalan kemasan limbah jenis tersebut harus dibuat dari bahan yang tidak mudah
terbakar dan tidak mengalami penguraian atau dekomposisi saat berhubungan dengan
limbah.
Limbah yang bersifat reaktif atau korosif memerlukan bangunan penyimpan yang
memiliki konstruksi dinding yang mudah dilepas untuk memudahkan keadaan darurat
dan dibuat dari bahan konstruksi yang tahan api dan korosi.
Persyaratan yang harus dipenuhi kemasan di antaranya ialah apabila terjadi kecelakaan
dalam kondisi pengangkutan yang normal, tidak terjadi kebocoran limbah ke lingkungan
dalam jumlah yang berarti.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.jogloabang.com/lingkungan/pp-101-2014-pengelolaan-limbah-bahan-
berbahaya-beracun
https://bogorkab.go.id/post/detail/pengelolaan-limbah-bahan-berbahaya-dan-beracun-b3

Anda mungkin juga menyukai