1
DAFTAR ISI
1. TUJUAN ........................................................................................................................ 1
2. RUANG LINGKUP ......................................................................................................... 1
3. DEFINISI DAN ISTILAH ................................................................................................. 1
4. ACUAN .......................................................................................................................... 3
5. TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG ...................................................................... 4
6. URAIAN PROSEDUR .................................................................................................... 4
6.1 PROSEDUR Invetarisasi
6.2 pengemasan
6.3 penyimpanan
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 18
1. TUJUAN
Prosedur ini disusun untuk mendukung kegiatan operasional dan pemeliharaan di
lingkungan kerja di PT PLN (Persero) dalam hal:
2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini mencakup materi sebagai berikut:
2. Limbah
Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
3. Limbah B3
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3 adalah sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3. Karakteristik limbah B3 meliputi:
mudah meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius, korosif, beracun melalui uji TCLP,
beracun melalui Uji Toksikologi LD50, beracun melalui uji total konsentrasi logam berat, dan
beracun melalui uji toksikologi sub-kronis.
4. Lingkungan Hidup
Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan peri
kehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
5. MSDS
Material Safety Data Sheet (MSDS) atau Lembar Data Keselamatan Bahan, berisi informasi
tentang sifat kimia dan fisika dari bahan kimia tersebut, peringatan untuk aspek kesehatan
dan keselamatan, penyimpanan dan pembuangan limbah dan kemasan sehubungan
dengan penggunaan bahan tersebut.
6. Pengelolaan Limbah B3
1
Kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan,
pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan limbah B3.
7. Pengemasan Limbah B3
Kegiatan mengemas/memasukkan limbah B3 ke dalam wadah/kemasan yang diperuntukkan
untuk limbah B3 yang disesuaikan dengan sifat, karakteristik, dan jumlah/volume limbah B3
yang akan dikemas, sehingga limbah B3 dan kemasan yang digunakan saling cocok dan
dapat menjaga/mengamankan limbah B3 yang disimpan di dalamnya.
8. Penyimpanan Limbah B3
Kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil limbah B3 dengan maksud
untuk menyimpan sementara limbah yang dihasilkannya.
9. Pengangkutan Limbah B3
Kegiatan pemindahan limbah B3 dari satu lokasi sumber limbah maupun dari lokasi
pengelolaan ke lokasi pengelolaan lainnya.
15. PCB
Polychlorinated biphenyls (PCB) adalah senyawa aromatis yang terdiri dari molekul biphenyl
dimana atom hydrogen pada biphenyl digantikan oleh dua hingga 10 atom Khlor (Cl). PCB
digunakan sebagai additif pada peralatan listrik, terutama pada trafo dan kapasitor listrik.
Sifatnya yang sangat stabil dan tahan-urai (persistent), serta potensi bioakumulasi
menjadikan PCB masuk kategori bahan berbahaya dan beracun. Pada manusia, PCB
2
diketahui menjadi penyebab berbagai penyakit, termasuk kanker. Secara internasional,
produksi dan penggunaaan PCB telah dilarang sejak 19791.
16. Kontaminasi-silang
Apabila PCB terdapat (ditemukan) dalam minyak trafo yang diproduksi setelah 1996 (tidak
mengandung PCB dari produsen), maka kemungkinan besar terjadi kontaminasi-silang
senyawa PCB. Kontaminasi-silang bisa terjadi pada tahap perawatan minyak atau trafo,
dan/atau karena penggunaan minyak bekas yang masih baik, tanpa sebelumnya ada uji
PCB pada minyak tersebut.
4. ACUAN
• Undang – undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
• Undang – undang No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;
• Undang – undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
• Undang-undang No. 19 tahun 2009 tentang ratifikasi Konvensi Stockholm tentang
Bahan Pencemar Organik yang Persisten (Persistent Organic Pollutants atau POPs);
• Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3);
• Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun;
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14 th 2013 tentang Simbol dan Label LB3;
• Peraturan Menteri KLHK No. P.10/MENLHK/SETJEN/PLB.3/4/2020 tentang Tata Cara
Uji Karakteristik dan Penetapan Status Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
• Peraturan Menteri KLHK No. P.12/MENLHK/SETJEN/PLB.3/5/2020 tentang
Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
1
Dirangkum dari artikel www.ecoverse.id.
3
• Peraturan Menteri LH No. 18 tahun 2009 tentang Tatacara Perijinan Pengelolaan
Limbah B3;
• Peraturan Menteri LH No. 30 tahun 2009 tentang Tata Laksana Perijinan dan
Pengawasan Penglolaan Limbah B3 serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran
Limbah B3 oleh Pemerintah Daerah.2
5.1 General Manager, Pejabat Pengendali K3L dan Manager UPT PT PLN (Persero) Unit
Induk Transmisi bertanggung jawab atas kebijakan pengelolaan Limbah B3 yang
dilaksanakan di wilayah kerja PT PLN (Persero) Unit Induk Transmisi. Setiap unit
dapat menyesuaikan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dibawah ini,
agar sesuai dengan struktur organisasi dan tugas pokok dan fungsi yang telah
ditetapkan. Penjelasan di bawah ini dapat digunakan sebagai referensi.
5.2 Pejabat Pengendali K3L bertanggung jawab memastikan implementasi dari prosedur
ini berjalan sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
5.3 Pejabat Operasional K3L bertanggung jawab memonitor implementasi dari Prosedur
ini agar berjalan sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
5.4 Pejabat Pelaksana K3L bertanggung jawab:
• Memonitor dan memastikan limbah B3 yang mengandung/ terkontaminasi PCB
disimpan dan dikelola sesuai Prosedur ini;
• Memastikan subkontraktor pengangkut, pengumpul atau pengolah limbah B3 harus
memiliki izin dari instansi pemerintah yang terkait.
5.5 Setiap Bagian bertanggung jawab terhadap pengendalian pengelolaan limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) yaitu memastikan pemisahan limbah B3, limbah non-B3
dan limbah domestic, serta pemisahan limbah B3 yang bebas-PCB dari yang
mengandung/terkontaminasi PCB di kegiatan dan area kerja masing-masing.
Sub bidang Lingkungan PLN Unit Induk Transmisi dan Unit Induk Distribusi Regional
bertindak untuk membimbing pelaksanaan pengelolaan limbah B3 di semua unit di
bawahnya dan melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan pengelolaan limbah B3
tindak lanjut terkait rekomendasi tindakan perbaikan yang diajukan terkait laporan triwulan
Kinerja Lingkungan yang telah disampaikan.
6. URAIAN PROSEDUR
Pengelolaan limbah B3 disesuaikan dengan tata cara pengelolaan limbah B3 yang telah
diatur pemerintah dalam peraturan dan perundangan yang.
Berikut ini diuraikan kegiatan-kegiatan dalam rangka pengelolaan limbah B3 (Lampiran 1):
1. Inventarisasi
2. Pengemasan
2
Permen ini dinyatakan tidak berlaku lagi oleh Permen LHK P. 12/ SETJEN/PLB.3/5/ 2020, kecuali ketentuan
tentang pengawasan pengelolaan LB3 dan pemulihan akibat pencemaran LB3.
4
3. Penyimpanan
4. Monitoring
5. Pengelolaan Berkelanjutan
6.1 Inventarisasi
Identifikasi Limbah B3 mengacu pada Lampiran I Peraturan Pemerintah (PP) Np. 101 Tahun
2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (LB3). Pejabat K3L dan
fungsi Logistic perlu menjalankan kerjasama yang baik.
a. Pejabat Operasional K3L melakukan identifikasi Limbah B3 (Sumber, Jenis dan Jumlah)
dengan mengacu pada Lampiran I Peraturan Pemerintah (PP) Np. 101 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (LB3) dan dituangkan ke
dalam fomulir Daftar Identifikasi Limbah B3 (Lampiran 2). Apabila limbah hasil
identifikasi terdapat kendala dalam penentuan kategorinya maka akan dilakukan
pengujian sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Lembaran MSDS agar
dipelajari juga, karena mengandung informasi tentang sifat-sifat/ karakteristik bahan,
resiko terhadap kesehatan bila terjadi paparan, anjuran tentang penyimpanan dan
kompatibilitas dengan bahan-bahan lain, serta untuk pembuangan (walaupun patut
diselaraskan dengan ketentuan peraturan yang berlaku di Indonesia).
b. Limbah bahan berbahaya dan beracun (Limbah B3) dibagi lagi menjadi 3 kelompok:
• Limbah B3 padat: Limbah yang berbentuk padat yang mengandung dan sudah
terkontaminasi bahan berbahaya dan beracun,
• Limbah B3 cair: Limbah yang berbentuk cair yang mengandung B3,
• Limbah yang mengandung/terkontaminasi PCB lebih dari nilai ambang batas (50
ppm). Lihat Prosedur tentang Pencegahan Kontaminasi-Silang PCB untuk
keterangan lebih lanjut.
Jenis limbah B3 yang lazim dijumpai di gudang unit transmisi/distribusi mencakup:
• minyak/oli trafo (baik yang sudah dalam kemasan LB3 maupun yang masih
tersimpan dalam trafo yang belum dikuras);
• cairan elektrolit baterai;
• sisa gas SF6 (jarang sekali);
• minyak/oli trafo dan barang lain yang terkontaminasi PCB.
Jenis limbah B3 lain yang dapat dihasilkan adalah:
d. Hasil identifikasi tersebut diserahkan kepada Pejabat Pengendali K3L untuk dilakukan
review kesesuaiannya;
5
e. Pejabat Pelaksana K3L dan Fungsi Logistik melaporkan hasil identifikasi limbah B3
(jenis dan jumlah) kepada Manager Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan atau Pejabat
yang ditunjuk.
6.2 Pengemasan
Secara umum limbah B3 harus diletakkan pada wadah dengan simbol dan label yang tepat
(lihat Lampiran 4). Lebih lanjut persyaratan pengemasan yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut:
a) drum;
b) jumbo bag;
c) tangki intermediated bulk container (IBC); dan/atau
d) kontainer.
6
Gambar 1 Contoh pola penyimpanan Limbah B3 menggunakan kemasan drum
2. Cara Penyimpanan Limbah B3 menggunakan Kemasan Jumbo Bag: Jumbo bag adalah
kantong besar dengan kapasitas tampung 500 kl -2.000 kl, untuk menyimpan dan
mengangkut berbagai produk yang berbentuk butiran, serbuk, atau serpih.
Pengangkutan dan pemuatan dilakukan pada palet atau dengan mengangkatnya
dalam bentuk loop. Cara penyimpanan Limbah B3 dengan jumbo bag dapat dilihat pada
Gambar 3.
7
Gambar 3 Penyimpanan Limbah B3 dengan menggunakan jumbo bag
8
Gambar 5 Penyimpanan Limbah B3 dengan menggunakan kontainer)
a) ditandai dengan simbol dan label yang sesuai dengan ketentuan mengenai penandaan
pada kemasan Limbah B3;
b) selalu dalam keadaan tertutup rapat dan hanya dibuka jika akan dilakukan penambahan
atau pengambilan Limbah B3 dari dalamnya;
c) disimpan di tempat yang memenuhi persyaratan Penyimpanan Limbah B3 serta
mematuhi tata cara penyimpanannya;
d) kemasan yang telah dikosongkan apabila akan digunakan kembali untuk mengemas
Limbah B3 lain dengan karakteristik yang sama, harus disimpan di fasilitas
Penyimpanan Limbah B3 dengan memasang label “KOSONG”.
9
Pemisahan Kemasan Limbah B3 “Bebas-PCB” darI “Mengandung PCB”:
a. Semua limbah yang mengandung PCB harus disimpan dalam wadah LB3 terpisah
dan diberi label “Mengandung PCB”, termasuk limbah minyak/oli yang sudah dikuras
dari trafo, limbah dari proses pembersihan/ pembilasan alat;
b. Limbah tersebut harus tercantum dalam inventaris limbah yang mengandung/
terkontaminasi PCB;
c. Wadah limbah B3 yang tidak mengandung PCB harus diberi label “Bebas-PCB”. Jika
minyak/oli dimanfaatkan kembali dalam trafo, harus dipastikan bahwa minyak/oli
diambil dari kemasan yang “Bebas- PCB”.
a. Semua peralatan termasuk APD yang bersentuhan dengan minyak/oli trafo harus
dibersihkan/dibilas setiap kali selesai pemakaian. Hal ini menjadi penting sekali bagi
peralatan yang digunakan untuk minyak/oli trafo yang mengandung atau
terkontaminasi PCB ≥ 50 ppm;
b. Memberikan label yang menunjukan bahwa peralatan termasuk APD tersebut
mengandung PCB.
c. Pembersihan/pembilasan ini harus tercatat dalam logbook pemakaian alat (Lampiran
3), agar diketahui oleh pihak/personil yang menggunakan peralatan tersebut
selanjutnya hanya untuk penanganan bahan yang mengandung PCB.
d. Jika tidak ada catatan pembersihan dalam logbook, maka personil yang
menggunakan peralatan wajib melakukan uji-PCB (rapid test atau Gas
Chromatograph) sebelum peralatan digunakan. Jika uji-PCB menunjukkan adanya
kontaminasi PCB pada peralatan, maka prosedur pembersihan/pembilasan wajib
dilakukan. Proses ini harus dicatat dalam logbook.
e. Semua peralatan/perlengkapan yang digunakan untuk proses
pembersihan/pembilasan dan limbah yang dihasilkan dari proses ini harus
diperlakukan sebagai Limbah B3 yang mengandung PCB.
6.3 Penyimpanan
Limbah B3 yang sudah diidentifkasi dan tercatat dalam Daftar Identifikasi Limbah perlu
disimpan dalam Tempat Penyimpanan Sementara LB3 (TPS LB3).
Setiap Limbah B3 yang disimpan pada Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) LB3
maka Pejabat Pelaksana K3L dan/atau petugas khusus yang ditunjuk wajib membuat
dokumen berita acara serah terima oleh unit kerja terkait dan selanjutnya dicatat pada
formulir transaksi limbah internal (Lampiran 5) dan melakukan pencatatan terhadap
jenis dan volume limbah B3 yang akan disimpan di Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) LB3 dan mendokumentasikannya pada log book penyimpanan yang telah
10
disediakan di depan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) LB3 sesuai jenis dan
karakteristik limbah B3.
Selanjutnya Pejabat Pelaksana K3L dan/atau petugas khusus yang ditunjuk sebagai
pengelola limbah B3 memonitor dan memastikan limbah B3 telah dilakukan pemisahan
yaitu limbah B3 padat dan limbah cair B3, serta limbah yang
mengandung/terkontaminasi PCB.
Pejabat Pelaksana K3L dan/atau petugas khusus yang ditunjuk sebagai pengelola
limbah B3 memonitor dan memastikan bahwa kemasan/wadah tidak rusak, dan diberi
simbol dan label yang sesuai, serta tertata secara rapi di dalam TPS LB3.
Pejabat Operasional K3L memastikan bahwa TPS LB3 di lokasi telah sesuai dengan
peraturan perundangan, meliputi:
11
fasilitas pertolongan pertama; peralatan komunikasi; tempat penyimpanan peralatan
dan perlengkapan; pintu darurat; alarm.
Tanda/papan nama yang jelas agar mudah dikenali. TPS LB3 diberi tanda sesuai
dengan jenis limbah yang disimpan, terutama jika ada jenis limbah yang tidak
kompatibel untuk disimpan berdekatan. Jika ada limbah yang
mengandung/terkontaminasi PCB, perlu ada label khusus untuk limbah
“Mengandung/Terkontaminasi PCB”.
Pejabat Pelaksana K3L dan Fungsi Logistik memastikan bahwa LB3 yang disimpan tidak
melampaui batas waktu penyimpanan LB3 yang diizinkan dalam peraturan perundangan
sbb:
6.4 Monitoring
Inspeksi
12
dilengkapi bukti/eviden (data dan foto dokumentasi pelaksanaan) sebagai bagian dalam
Laporan Kinerja Lingkungan, baik dalam kondisi ada atau tidak ada limbah B3 yang
dihasilkan.
Bila dari hasil pelaporan pengelolaan limbah B3 didapatkan koreksi dan rekomendasi
tindakan perbaikan, setiap unit UID dan UPT wajib segera melakukan perbaikan dengan
mengikuti alur administrasi yang telah ditetapkan di lingkungan PLN Unit Induk Transmisi
dan Unit Induk Distribusi Regional terkait dengan tetap berkoordinasi dengan Sub Bidang
Lingkungan PLN Unit Induk terkait dan BLH Kota/Kabupaten dimana unit berada.
13
Pihak ketiga yang menangani limbah yang mengandung/ terkontaminasi PCB
Pengelolaan limbah B3 yang mengandung/terkontaminasi PCB merupakan hal baru bagi
Indonesia. Saat ini, hanya ada PT. PPLI (PT. Prasadha Pamunah Limbah Industri) yang
mampu dan mempunyai izin untuk menerima dan mengolah limbah B3 yang mengandung
PCB.
Pada akhir tahun 2020, PPLI akan mengoperasikan suatu fasilitas baru untuk pengolahan
PCB (PCB Treatment Facility).3 Fasilitas ini memenuhi semua persyaratan internasional
dalam pengolahan dan pemusnahan limbah yang terkontaminasi PCB, dan akan berperan
dalam proses phase-out PCB di Indonesia.
6.5.2 Uji PCB
Oli bekas yang akan dimanfaatkan Kembali perlu di uji kandungan PCBnya. Metode spesifik
pendeteksian PCB dapat menggunakan gas chromatography dengan electron capture
detection (GC ECD). Apabila ditemukan oli dengan kandungan PCB ≥ 50 ppm maka oli
tersebut diperlakukan selanjutnya sebagai limbah B3.
6.5.3 Retrofiling
Retrofilling adalah mengurangi kandungan PCB dalam trafo yang masih dioperasikan atau
akan dimanfaatkan kembali. Pilihan ini butuh waktu mingguan sampai bulanan karena
menyangkut penggantian minyak/oli secara bertahap, sehingga kandungan PCB dalam
minyak/oli dan seluruh komponen dalam trafo berada di bawah 50 ppm. Retrofill disarankan
untuk trafo yang usia-pakainya masih panjang.
6.5.4 Tatagraha yang baik
Penyimpanan dan pengelolaan limbah B3 di pergudangan PLN harus lebih mendapat
perhatian dari manajemen unit maupun pelaksana lapangan. Pada sebagian besar areal
pergudangan PLN, terdapat limbah B3 (LB3) yang harus mendapat perlakuan khusus,
sesuai dengan peraturan perundangan serta berisiko kecelakaan/kebakaran dan
pencemaran lingkungan hidup
Tata-graha yang baik wajib diterapkan dan diawasi secara terus-menerus untuk memastikan
seluruh operasi berada dalam cakupan taat-peraturan (‘in compliance’).
Setiap unit wajib segera melakukan pembenahan tata-graha (housekeeping) segala limbah
B3 yang ada di areal pergudangan.
Tata-graha adalah landasan dari pelaksanaan sistem manajemen keselamatan kerja dan
pengelolaan lingkungan hidup. Tanpa penerapan tata-graha yang baik, sasaran-sasaran
program K3L dan upaya pentaatan peraturan sulit tercapai.
Ciri dari tata-graha yang baik adalah: a) bagian integral dari operasi rutin, bukan kegiatan
berkala atau insidentil; b) pembersihan dan pembenahan dilakukan setiap saat secara
kontinyu; c) semua mempunyai andil dalam menerapkan tata-graha yang baik.
Elemen tata-graha yang baik beririsan dengan pengelolaan limbah yang sudah dikenal, yaitu:
3
Selama ini, PPLI mengirimkan limbah mengandung PCB ke luar negeri karena tidak adanya fasilitas
di Indonesia. Hal ini menyebabkan harga yang sangat tinggi untuk pengelolaan limbah PCB. Dengan
adanya fasilitas PPLI yang baru, diharapkan proses pengolahan, pemusnahan, pembuangan limbah
PCB dapat dilakukan di dalam negeri.
14
Perawatan fasilitas: perawatan, pemeliharaan bangunan dan peralatan merupakan komponen
yang sangat penting dalam tata-graha yang baik. Jika ada bagian bangunan atau peralatan yang
rusak, maka harus segera diperbaiki.
Pengendalian tumpahan: Cara terbaik untuk mengendalikan ceceran atau tumpahan adalah
mencegah sebelum terjadi. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan pembenahan rutin dan
pemeliharaan terhadap peralatan kerja.
Pembuangan limbah: Tata-kelola yang baik mensyaratkan adanya pengumpulan, pemilahan dan
pembuangan limbah sesuai dengan jenis dan karakteristik limbah tersebut.
Penyimpanan: setiap jenis limbah perlu mendapat perlakuan yang berbeda, termasuk
penyimpanannya. Hal ini khususnya penting untuk limbah B3, sebagaiman diatur peraturan
perundangan.
Tata-graha yang baik diterapkan dengan membudayakan lima hal di bawah ini:
1. SEMUA ADA TEMPATNYA MASING-MASING
2. RAPIHKAN SEMUA BENDA/ALAT SELESAI DIGUNAKAN
3. SEGERA BERSIHKAN CECERAN/TUMPAHAN
4. PERIKSA, BENAHI, PERIKSA LAGI
5. CATAT DAN LAPORKAN KEJADIAN.
Tumpahan minyak dan bahan kimia akan ditangani oleh personel terlatih dengan
menggunakan kit tumpahan khusus yang disediakan di berbagai tempat di areal yang
berpotensi mengalami kejadi tumpahan. Areal tertentu seperti areal penyimpanan
minyak dan bahan kimia serta kendaraan yang mengangkut minyak atau bahan kimia
berbahaya harus dilengkapi dengan kit tumpahan. Areal areal tersebut dan kit
tumpahan yang ada harus diidentifikasi dan ditandai dengan jelas agar dapat dipelihara
secara teratur.
Jika terjadi keadaan darurat berupa insiden tumpahan, maka pengamanan areal
tumpahan dilakukan dengan memasang garis pita keamanan dan penanganan
tumpahan tersebut harus merujuk pada MSDS. Jika tumpahan tidak dapat ditangani
oleh personil di lokasi, maka Manager Gudang dan atau petugas yang ditunjukakan
menghubungi bantuan pihak luar mengikuti prosedur ERP yang ada.
Selain itu, perangkat pencuci mata darurat juga harus berada di tempat penyimpanan
bahan berbahaya utama.
Kendaraan (pick-up 4x4) dan pengemudi harus ada di areal kerja selama 24 jam
dengan dilengkapi alat komunikasi radio.
Penanganan tumpahan
Tumpahan atau ceceran oli trafo agar mengacu pada Prosedur Penanganan Ceceran
Minyak/ Oli Trafo untuk Kegiatan Distribusi dengan Pembiayaan Internasional.
15
Selain minyak/oli trafo, prosedur menangani tumpahan meliputi tindakan sebagai berikut:
Langkah pertama yang harus diambil jika terjadi tumpahan oli/minyak atau bahan kimia,
mengidentifikasi:
o Jenis zat;
o lokasi tumpahan;
o sumber tumpahan dan apakah dapat diisolasi;
o kemampuan personel untuk mengendalikan tumpahan; dan
o Persyaratan keselamatan dan APD.
Pengamanan Tumpahan
Tumpahan harus disolasi dan diinformasikan kepada personil yang bekerja di atau
dekat areal melalui alat komunikasi radio, telepon seluler atau melalui media
komunikasi lain. Areal ini harus diamankan dengan memasang garis pita pengaman
untuk mencegah personel mengakses arel tersebut.
Penanganan tumpahan bahan kimia setidaknya terdiri dari:
o Bantalan penyerap;
o Bahan penyerap;
o Beberapa drum kosong (210 liter);
o APD sesuai MSDS; dan
o Peralatan lain yang dibutuhkan seperti pompa.
Pengontrolan Tumpahan
Sumber tumpahan harus dihentikan untuk mencegah tumpahan semakin besar. Bahan
tumpahan harus dibatasi dengan membuat penampungan atau dengan mengelilingi
tumpahan dengan spill boom.
Sedapat mungkin, mencegah material tumpahan mencapai tanah atau sistem drainase
air hujan.
Jika material mencapai sistem drainase air hujan, melakukan penampungan material di
dalam saluran drainase situs dengan memasang penahan agar tumpahan tidak ke luar
areal kerja.
Menyerap Tumpahan
Berbagai bahan penyerap dapat disediakan dalam kit tumpahan agar digunakan oleh
personil terlatih dengan berbagai skenario tumpahan.
Pembuangan Bahan yang Tumpah
Bahan penyerap bekas harus dimasukkan ke dalam kantong sekali pakai, diikat, dan
ditempatkan di wadah limbah B3. Hal yang sama dapat dilakukan pada tanah dan APD
yang terkontaminasi B3. Pembuangan limbah tersebut mengikuti prosedur pada Sub
Bab 6.5.
Laporkan Tumpahan
Kejadian dan penanganan kejadian tumpahan harus dilaporkan oleh pekerja kepada
penyelia, agar dapat dilakukan penyelidikan lebih lanjut agar insiden serupa tidak
terulang kembali.
16
d.
e.
f.
17
LAMPIRAN 1 BAGAN ALIR PENGELOLAAN LB3
18
LAMPIRAN 2
(tempat/kota),………….……………20
19
Lampiran 3
JENIS ALAT :
CATATAN :
Status
Nama (nomor Alat Digunakan Bebas-PCB7 Dibersihkan/dibilas
Tanggal/Jam
pegawai) Pada6 thd residu PCB
Ya Tidak
Ttd:
Jam pembersihan:
Ttd:
Jam pembersihan:
Ttd:
Jam pembersihan:
Ttd:
Jam pembersihan:
Ttd:
Jam pembersihan:
5
Logbook ini dirancang untuk mencegah kontaminasi-silang PCB. Jika PLN sudah menggunakan
logbook lain untuk penggunaan alat purifikasi, pengujian dan penggantian minyak/oli trafo, bisa
ditambahkan satu kolom untuk mencatat pembersihan/pembilasan (dari residu PCB) alat setelah
pemakaian. Tidak perlu mengelola dua logbook dengan informasi yang hampir sama.
6
Sebutkan trafo atau drum/wadah minyak/oli dimana alat digunakan, dan letak trafo atau drum
tersebut.
7
Sesuai dengan label pada trafo atau drum/wadah minyak/oli.
20
LAMPIRAN 4
a. Simbol dipasang pada setiap pintu tempat penyimpanan limbah dan bagian luar dinding
yang tidak terhalang.
b. Simbol harus sesuai dengan karakteristik limbah yang disimpannya
c. Ukuran minimum 25 cm x 25 cm, dapat terlihat dari jarak 20 meter
d. Terbuat dari bahan yang tahan terhadap goresan dan bahan kimia.
21
No Simbol Keterangan
1 Simbol limbah B3 untuk limbah B3 yang mudah
meledak
22
No Simbol Keterangan
6 Simbol limbah B3 untuk limbah B3 korosif
23
LAMPIRAN 5
No Jenis Tanggal Sumber Jumlah Maksimal Tanggal Jumlah Tujuan Bukti Sisa Limbah
Limbah Limbah Limbah penyimpanans/d Keluar Limbah Penyerahan Nomor B3 yang ada
B3 B3 B3 tanggal:(t=0 + Limbah B3 Dokume di Tempat
Masuk Masu 90 hr) atau *(t=0 Penyimpanan
+ 365 hari)
(A) (B) (C) (D) (E) (G) (H) (I) (J) (K) (L)
24
LAMPIRAN 6
NERACA LIMBAH B3
Nama Perusahaan :
Bidang usaha :
Periode Waktu :
TOTAL A (+)
II JENIS LIMBAH
JUMLAH PERIZINAN LIMBAH B3
PERLAKUAN: YANG
(TON) DARI KLH
DIKELOLA
ADA TIDAK KADALUARSA
ADA
1. DISIMPAN 1………….
2………….dst
2. DIMANFAATKAN 1………….
2………….dst
3. DIOLAH 1……………
2…………..dst
4. DITIMBUN 1…………..
2…………..dst
5. DISERAHKAN KE 1…………...
PIHAK III
2…………..dst
6. EKSPORT 1..................
2..................dst
7.. PERLAKUAN 1...................
LAINNYA
2..................dst
TOTAL B
RESIDU * C (+)
25
JUMLAH LIMBAH
YANG BELUM D (+)
TERKELOLA**
TOTAL JUMLAH (C+D)
LIMBAH YANG
TERSISA
KINERJA
PENGELOLAAN
LB3 SELAMA {[A-(C+D)]/A} * 100%} = ..................%.
PERIODE
SKALA WAKTU
PENAATAN
KETERANGAN:
* RESIDU adalah jumlah limbah tersisa dari proses perlakuan seperti abu insenerator,
bottom ash dan atau fly ash dari pemanfaatan sludge oil di boiler, residu dari
penyimpanan dan pengumpulan oli bekas dll
** JUMLAH LIMBAH YANG BELUM TERKELOLA adalah limbah yang disimpan melebihi
skala waktu penaatan.
Data-data tersebut di atas diisi dengan sebenar benarnya sesuai dengan kondisi yang ada.
(tempat/kota) , .........................
26