Anda di halaman 1dari 24

PROSEDUR PENCEGAHAN

KONTAMINASI-SILANG PCB
UNTUK KEGIATAN TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

i
Daftar Isi
1 TUJUAN . ………………………………………………………………………………………………1
2 RUANG LINGKUP ................................................................................................................. 1
3 DEFINISI DAN ISTILAH ......................................................................................................... 2
4 ACUAN .................................................................................................................................. 4
5 TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG .............................................................................. 5
6 URAIAN PROSEDUR ........................................................................................................... 5
6.1 Pencegahan Kontaminasi Silang PCB ............................................................................ 6
6.2 Pemantauan Kontaminasi Silang PCB ............................................................................ 9
6.3 Kontaminasi-Silang PCB ............................................................................................... 10
6.3.1 Penggunaan oli trafo .............................................................................................. 10
6.3.2 Proses purifikasi .................................................................................................... 10
6.3.3 Proses uji kualitas .................................................................................................. 12
6.4 Perlakuan terhadap Barang/Limbah yang Mengandung/Terkontaminasi PCB .............. 14

Lampiran

Lampiran 1 Merk Dagang Oli Trafo yang mengandung PCB

Lampiran 2 Logbook Limbah B3

Lampiran 3 Logbook Pemakaian Alat


1 TUJUAN
Prosedur ini disusun untuk mendukung kegiatan operasional dan pemeliharaan di fasilitas
jaringan transmisi dan distribusi di lingkungan PT PLN (Persero).

Kontaminasi-silang menjadi perhatian karena pemerintah Repulik Indonesia telah


berkomitmen untuk secara bertahap memusnahkan semua bahan dan limbah B3 yang
mengandung PCB ≥ 50 ppm (phase out) paling lambat akhir 2028. Sebuah Peraturan
Menteri tentang pengelolaan B3 dan LB3 berupa PCB sedang dalam penyusunan di
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Peraturan Menteri ini akan mengarahkan
PLN dalam pengelolaan limbah yang mengandung PCB dan pencegahan kontaminasi-
silang. Setiap unit dan gudang bertanggung-jawab dalam mematuhi peraturan tersebut, dan
prosedur ini.

Potensi terjadinya kontaminasi-silang PCB pada1 gudang unit-unit distribusi dan transmisi
PLN terdapat pada minimal tiga kegiatan di bawah ini:
1. Penggunaan oli trafo
a. Oli baru: apabila menggunakan baik untuk make up atau menyeluruh oli ke
dalam trafo menggunakan oli yang mengandung PCB, Perlu diperhatikan terkait
merk dagang sehingga dalam proses pembelian barang hanya membeli mineral
oil/oli diluar merk dagang sesuai Lampiran 1.
b. Oli Bekas: apabila menggunakan kembali (re-use) oli setelah dilakukan
purifikasi/penjernihan untuk meningkatkan kekentalan dan daya tembus sehingga
masih optimal mendinginkan mesin
2. Proses purifikasi
Potensi kontaminasi saat dilakukan purifikasi berasal dari alat pengujian ;
3. Proses uji kualitas oli
Uji karakteristik minyak/oli trafo (uji kadar air, asam, sedimen, dsb.) dan uji
kandungan PCB. Uji ini menggunakan alat uji yang harus bebas dari PCB.

Pencegahan kontaminasi-silang PCB mensyaratkan pemisahan antara benda/alat dan


limbah yang mengandung atau terkontaminasi PCB dengan benda/alat atau limbah yang
tidak terkontaminasi PCB. Tata-graha yang baik menjadi landasan pencegahan
kontaminasi-silang PCB.

2 RUANG LINGKUP
Prosedur ini mencakup materi sebagai berikut:

1. Pencegahan kontaminasi-silang PCB;

1
Penggunaan oli
2. Perlakuan terhadap limbah yang mengandung/terkontaminasi PCB.

3 DEFINISI DAN ISTILAH


Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan
hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lain.

Limbah
Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.

Limbah B3
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3 adalah sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3. Karakteristik limbah B3 meliputi:
mudah meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius, korosif dan beracun.

Lingkungan Hidup

Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan peri
kehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

MSDS
Material Safety Data Sheet (MSDS) atau Lembar Data Keselamatan Bahan, berisi informasi
tentang sifat kimia dan fisika dari bahan kimia tersebut, peringatan untuk aspek kesehatan
dan keselamatan, penyimpanan dan pembuangan limbah dan kemasan sehubungan
dengan penggunaan bahan tersebut.

Pengelolaan Limbah B3
Kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan,
pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan limbah B3.

Pengemasan Limbah B3
Kegiatan mengemas/memasukkan limbah B3 ke dalam wadah/kemasan yang diperuntukkan
untuk limbah B3 yang disesuaikan dengan sifat, karakteristik, dan jumlah/volume limbah B3
yang akan dikemas, sehingga limbah B3 dan kemasan yang digunakan saling cocok dan
dapat menjaga/mengamankan limbah B3 yang disimpan di dalamnya.

Penyimpanan Limbah B3
Kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil limbah B3 dengan maksud
untuk menyimpan sementara limbah yang dihasilkannya.

2
Pengangkutan Limbah B3
Kegiatan pemindahan limbah B3 dari satu lokasi sumber limbah maupun dari lokasi
pengelolaan ke lokasi pengelolaan lainnya.

Simbol Limbah B3

Gambar yang menunjukkan karakteristik limbah B3, sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Label Limbah B3

Keterangan berbentuk tulisan mengenai limbah B3 yang berisi informasi mengenai:


penghasil limbah B3, alamat penghasil limbah B3, waktu pengemasan, jumlah, dan
karakteristik limbah B3.

TPS Limbah B3
Suatu tempat/lokasi yang digunakan sebagai tempat penyimpanan dan/atau pengumpulan
limbah B3 untuk jangka waktu tertentu berdasarkan kategori limbah yang disimpan
(disesuaikan dengan peraturan yang berlaku), yang dalam pembangunannya mengikuti
ketentuan dan rancang bangun sebagai tempat penyimpanan limbah B3 yang diatur dalam
peraturan dan perundangan.

Pencemaran Lingkungan Hidup


Masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup yang diakibatkan oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

Sistem Tanggap Darurat


Sistem pengendalian keadaan darurat yang meliputi pencegahan, kesiapsiagaan, dan
penanggulangan kecelakaan serta pemulihan kualitas.

PCB
Polychlorinated biphenyls (PCB) adalah senyawa aromatis yang terdiri dari molekul biphenyl
dimana atom hydrogen pada biphenyl digantikan oleh dua hingga 10 atom Khlor (Cl). PCB
digunakan sebagai additif pada peralatan listrik, terutama pada trafo dan kapasitor listrik.
Sifatnya yang sangat stabil dan tahan-urai (persistent), serta potensi bioakumulasi
menjadikan PCB masuk kategori bahan berbahaya dan beracun. Pada manusia, PCB
diketahui menjadi penyebab berbagai penyakit, termasuk kanker. Secara internasional,
produksi dan penggunaaan PCB telah dilarang sejak 19792.

Kontaminasi-silang

2
Dirangkum dari artikel www.ecoverse.id.

3
Apabila PCB terdapat (ditemukan) dalam minyak trafo yang diproduksi setelah 1996 (tidak
mengandung PCB dari produsen), maka kemungkinan besar terjadi kontaminasi-silang
senyawa PCB. Kontaminasi-silang bisa terjadi pada tahap perawatan minyak atau trafo,
dan/atau karena penggunaan minyak bekas yang masih baik, tanpa sebelumnya ada uji
PCB pada minyak tersebut.

Tata-graha yang baik


Good housekeeping atau tata-graha adalah rangkaian upaya untuk menjaga kebersihan dan
kerapihan tempat kerja guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja maupun pencemaran.
Tata-graha disebut dalam Permen KLHK P.12/MENLHK/SETJEN/PLB.3/5/2020 pasal 31
sebagai salah satu butir yang harus dicakup dalam pengawasan penyimpanan LB3. PLN
sudah memiliki sistem tata-kelola pergudangan (2010), namun sistem ini belum secara rinci
menjelaskan tata-kelola/tata-graha terkait penanganan B3, limbah dan pencegahan
pencemaran. Secara keseluruhan tata-graha yang baik harus menjadi perhatian dan
membentuk perilaku kerja semua karyawan secara terus-menerus, sehingga terbentuk
budaya kerja yang aman dan memperhatikan perlindungan lingkungan hidup.

Ceceran dan Tumpahan


Kondisi tidak sesuai dengan kegiatan operasional yang menyebabkan terjadinya ceceran
atau tumpahan bahan atau material (B3 dan limbah B3) yang dapat berupa material cair
(minyak baru dan bekas, oli baru dan bekas, bahan kimia cair baru dan bekas lainnya) dan
material padat (grease, limestone, dll).

4 ACUAN
• Undang – undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
• Undang – undang No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;
• Undang – undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
• Undang-undang No. 19 tahun 2009 tentang ratifikasi Konvensi Stockholm tentang
Bahan Pencemar Organik yang Persisten (Persistent Organic Pollutants atau POPs);
• Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3);
• Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun;
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14 th 2013 tentang Simbol dan Label LB3;
• Peraturan Menteri KLHK No. P.10/MENLHK/SETJEN/PLB.3/4/2020 tentang Tata Cara
Uji Karakteristik dan Penetapan Status Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
• Peraturan Menteri KLHK No. P.12/MENLHK/SETJEN/PLB.3/5/2020 tentang
Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;

4
• Peraturan Menteri LHK No.P.95/MENLHK/SETJEN/KUM.1/11/2018 tentang Perizinan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Terintegrasi dengan Izin
Lingkungan melalui Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik; dan
• Peraturan Menteri LH No. 30 tahun 2009 tentang Tata Laksana Perijinan dan
Pengawasan Penglolaan Limbah B3 serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran
Limbah B3 oleh Pemerintah Daerah.3

5 TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG


Uraian tentang tanggung-jawab dan wewenang agar disesuaikan dengan struktur dan SOP
baku yang berlaku di unit masing-masing. Arahan dibawah ini agar dianggap sebagai acuan
umum saja:

1) General Manager, Pejabat Pengendali K3L dan Manager UPT PT PLN (Persero)
Unit Induk Transmisi
Personil ini bertanggung jawab atas kebijakan pengelolaan Limbah B3 dan Non-B3
yang dilaksanakan di wilayah kerja PT PLN (Persero) Unit Induk Transmisi. Setiap
unit dapat menyesuaikan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dibawah
ini, agar sesuai dengan struktur organisasi dan tugas pokok dan fungsi yang telah
ditetapkan. Penjelasan di bawah ini dapat digunakan sebagai referensi.
2) Pejabat Pengendali K3
bertanggung jawab memastikan impelementasi dari prosedur ini berjalan sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
3) Pejabat operasional K3L
bertanggung jawab memonitor implementasi dari Prosedur ini agar berjalan sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
4) Pejabat Pelaksana K3L
bertanggung jawab:
 Memonitor dan memastikan limbah B3 yang mengandung/ terkontaminasi PCB
disimpan dan dikelola sesuai Prosedur ini;
 Memastikan subkontraktor pengangkut, pengumpul atau pengolah limbah B3
harus memiliki izin dari instansi pemerintah yang terkait.
5) Setiap Bagian bertanggung jawab terhadap pengendalian pengelolaan limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3)
memastikan pemisahan limbah B3 yang bebas-PCB dari yang mengandung/
terkontaminasi PCB di kegiatan dan area kerja masing-masing.

6 URAIAN PROSEDUR
PCB merupakan senyawa yang tahan-urai (persistent organic pollutant) dan berpotensi
terakumulasi dalam tubuh hewan (yang dikonsumsi manusia) dan manusia (bio-

3
Permen ini dinyatakan tidak berlaku lagi oleh Permen LHK P. 12/ SETJEN/PLB.3/5/ 2020, kecuali ketentuan
tentang pengawasan pengelolaan LB3 dan pemulihan akibat pencemaran LB3.

5
accummulation). Sejak tahun 1970an, penelitian tentang bahaya PCB bagi kesehatan
manusia dilakukan di beberapa negara, dengan kesimpulan bahwa PCB berpotensi
menimbulkan penyakit, termasuk penyakit Yusho (kasus Jepang), fenomena black baby dan
berbagai jenis kanker. Pada tahun 1979, ada kesepakatan internasional yang melarang
produksi dan distribusi PCB berlaku secara global.

Peraturan perundangan Indonesia4 telah sepenuhnya melarang penggunaan PCB di


Indonesia. Proses phase-out (pemusnahan bahan dan limbah B3 yang mengandung PCB ≥
50 ppm secara bertahap) akan segera dimulai dengan target selesai paling lambat akhir
2028.

Suatu kajian yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan
PT PLN menyimpulkan bahwa PCBs ditemukan pada transformator (trafo), baik yang lama
(produksi sebelum 1980) maupun yang baru sekalipun (produksi setelah 1980). Selain
karena penambahan yang disengaja5, kontaminasi PCBs terhadap trafo baru diduga karena
kontaminasi-silang (cross-contamination). Bahkan, dokumen Rencana Tindak
Nasional (National Implementation Plan/NIP) Pengelolaan Bahan Pencemar Organik yang
Tahan-urai menyebutkan bahwa di Indonesia, diduga terdapat lebih dari 20.000 ton trafo
yang mengandung PCB.6

Bagian ini akan membahas kontaminasi-silang PCB dan beberapa tahap kerja yang diduga
menjadi sumber kontaminasi-silang tersebut. Kontaminasi-silang dipahami sebagai situasi
dimana minyak/oli trafo yang diproduksi setelah 1996 (atau bahkan 1980-an), didapati
mengandung PCB dengan konsentrasi melebihi batas 50 ppm.

6.1 Pencegahan Kontaminasi Silang PCB

Kontaminasi-silang PCB di gudang PLN berpotensi terjadi pada kegiatan perawatan trafo,
purifikasi minyak/oli, penggantian maupun pengujian minyak/oli. Penerapan prinsip-prinsip
pencegahan kontaminasi-ulang perlu mendapat perhatian pada setiap tahap.

Prinsip-prinsip pencegahan kontaminasi-ulang PCB:

1. Larang Pembelian Trafo dan Minyak/oli yang Mengandung PCB;


2. Larang Penggunaan Minyak/Oli dan Peralatan yang Terkontaminasi PCB;
3. Libatkan Semua Pihak:
4. Pisahkan Kemasan Limbah B3 “Bebas-PCB” dari Limbah B3 “Mengandung PCB”.

Di bawah ini diuraikan langkah-langkah yang perlu dilakukan:

4
Undang-undang No. 19 tahun 2009 tentang ratifikasi Konvensi Stockholm tentang Bahan Pencemar Organik
yang Persisten (Persistent Organic Pollutants atau POPs); Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 tahun 2001
tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan PP No. 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan
Limbah B3.

5
Yaitu penggunaan minyak/oli trafo yang masih dianggap layak, namun kandungan PCB di dalam minyak
tersebut tidak diperhatikan dan tidak diuji.
6
Sumber berbagai artikel dari www.ecoverse.id (PT Ecoverse Indonesia Lestari).

6
Larang Pembelian Trafo dan Minyak/oli yang Mengandung PCB:

Sertakan syarat ‘bebas-PCB’ pada semua pembelian/pengadaan trafo dan minyak/oli


trafo. Pemasok minyak/oli trafo yang tidak dapat menyertakan sertifikat ‘bebas-PCB’
(dari produsen) wajib melengkapi analisa laboratorium yang menyatakan kandungan
PCB berada di bawah nilai ambang batas.

Larang Penggunaan Minyak/Oli dan Peralatan yang Terkontaminasi PCB:

a. Umumkan peringatan pada seluruh unit bahwa minyak/oli yang terkontaminasi PCB
dilarang digunakan atau dimanfaatkan kembali. Minyak/oli tersebut harus disimpan
sebagai limbah B3 yang perlu dikelola secara khusus (lihat bagian 6.4.2);
b. Umumkan peringatan pada seluruh unit bahwa peralatan/perlengkapan yang
terkontaminasi PCB dilarang digunakan atau dimanfaatkan kembali tanpa
dibersihkan terlebih dahulu dan/atau dipastikan bebas-PCB melalui uji-PCB;
c. Rancang upaya untuk memantau pelaksanaan larangan tersebut, karena berkaitan
dengan phase-out PCB yang menjadi tanggung-jawab PLN; dan
d. Bahas dengan KLHK dan para ahli PCB prosedur yang aman untuk dekontaminasi
atau pembuangan bahan/limbah dan peralatan/perlengkapan yang terkontaminasi
PCB.

Libatkan Semua Pihak:

a. Semua pihak yang terlibat dalam proses uji dan/atau purifikasi minyak/oli, serta
dalam menggunakan minyak/oli bekas mutlak memahami dan menjalankan upaya
mencegah kontaminasi-silang PCB;
b. Cantumkan syarat terkait pencegahan kontaminasi-silang PCB dalam dokumen
tender dan kontrak dengan pihak ketiga (maupun sub-kontraktor) yang terlibat dalam
proses di atas;
c. Pilih peserta tender pengadaan yang berpengalaman dalam mencegah kontaminasi-
silang PCB dan melaksanakannya dalam praktik kerja (prosedur) baku;
d. Sebelum melaksanakan tugasnya, vendor agar menunjukkan bukti bahwa semua
peralatan/perlengkapan yang digunakan bebas-PCB. Jika vendor tidak dapat
memberikan bukti tersebut, maka unit berhak untuk menunda pelaksanaan tugas
vendor sampai dengan waktu dimana vendor menyerahkan bukti-bukti tersebut
diatas; dan
e. Lakukan pengawasan secara kontinyu baik terhadap vendor maupun staf PLN
sendiri.

Pisahkan Kemasan Limbah B3 “Bebas-PCB” darI “Mengandung PCB”:

a. Semua limbah yang mengandung PCB harus disimpan dalam wadah LB3 terpisah
dan diberi label “Mengandung PCB”, termasuk limbah minyak/oli yang sudah dikuras

7
dari trafo, limbah dari proses pembersihan/ pembilasan alat sebagaimana dijelaskan
di atas;
b. Limbah tersebut harus tercantum dalam inventaris limbah yang mengandung/
terkontaminasi PCB; dan
c. Wadah limbah B3 yang tidak mengandung PCB harus diberi label “Bebas-PCB”. Jika
minyak/oli dimanfaatkan kembali dalam trafo, harus dipastikan bahwa minyak/oli
diambil dari kemasan yang “Bebas- PCB”.

Karena peralatan/perlengkapan yang sering menjadi perantara kontaminasi-silang PCB,


harus ada perhatian khusus dalam menangani peralatan/perlengkapan yang digunakan
dalam proses perawatan trafo serta pengujian, purifikasi, penggantian minyak/oli trafo:

a. Semua peralatan termasuk APD yang bersentuhan dengan minyak/oli trafo harus
dibersihkan/dibilas setiap kali selesai pemakaian. Hal ini menjadi penting sekali bagi
peralatan yang digunakan untuk minyak/oli trafo yang mengandung atau
terkontaminasi PCB ≥ 50 ppm;
b. Memberikan label yang menunjukan bahwa peralatan termasuk APD tersebut
mengandung PCB.
b. Pembersihan/pembilasan ini harus tercatat dalam logbook pemakaian alat (Lampiran
3), agar diketahui oleh pihak/personil yang menggunakan peralatan tersebut
selanjutnya hanya untuk penanganan bahan yang mengandung PCB.
c. Jika tidak ada catatan pembersihan dalam logbook, maka personil yang
menggunakan peralatan wajib melakukan uji-PCB (rapid test atau Gas
Chromatograph) sebelum peralatan digunakan. Jika uji-PCB menunjukkan adanya
kontaminasi PCB pada peralatan, maka prosedur pembersihan/pembilasan wajib
dilakukan. Proses ini harus dicatat dalam logbook.
d. Semua peralatan/perlengkapan yang digunakan untuk proses
pembersihan/pembilasan dan limbah yang dihasilkan dari proses ini harus
diperlakukan sebagai Limbah B3 yang mengandung PCB.

Rangkuman Pencegahan Kontaminasi-Silang PCB:

Perawatan trafo dan/atau purifikasi


Penggantian Minyak/oli Trafo
minyak/oli trafo

Pastikan bahwa minyak/oli yang digunakan Tender pengadaan jasa perawatan trafo
bebas dari PCB. Jika ada keraguan, lakukan dan/atau purifikasi minyak/oli trafo
rapid-test PCB pada minyak/oli yang akan mencantumkan syarat bahwa vendor harus
digunakan, berpengalaman menganalisa kandungan PCB,
Jika melibatkan vendor/kontraktor, pastikan serta menjalankan pencegahan kontaminasi-
mereka telah berpengalaman menjalankan silang PCB sebagai bagian dari prosedur kerja
praktik pencegahan kontaminasi-silang PCB, baku. Hal ini termasuk, misalnya:

Pastikan peralatan yang digunakan untuk Menggunakan mesin purifikasi bebas-PCB,


penggantian minyak/oli bebas dari PCB, Menggunakan filter sekali pakai,
Bersihkan peralatan setelah digunakan.

8
Perawatan trafo dan/atau purifikasi
Penggantian Minyak/oli Trafo
minyak/oli trafo
Menguji kandungan PCB sebelum dan sesudah
proses purifikasi.
Kontaminasi-silang hanya bisa dicegah jika setiap unit mulai menguji kandungan PCB pada
bahan/ limbah tersebut di atas, dan mulai memperlakukan bahan/limbah yang mengandung
PCB sesuai dengan prosedur di bawah ini. Tata-graha yang baik dapat membantu proses
ini, dengan memastikan bahwa bahan/limbah yang mengandung PCB di atas nilai ambang
batas dikenali, diberi tempat khusus, dikelola dengan semestinya.

Prinsip-prinsip tata-graha yang baik diuraikan di bawah ini:

Elemen tata-graha yang baik beririsan dengan pengelolaan limbah yang sudah dikenal, yaitu:

Perawatan fasilitas: perawatan, pemeliharaan bangunan dan peralatan merupakan komponen


yang sangat penting dalam tata-graha yang baik. Jika ada bagian bangunan atau peralatan yang
rusak, maka harus segera diperbaiki.

Pengendalian tumpahan: Cara terbaik untuk mengendalikan ceceran atau tumpahan adalah
mencegah sebelum terjadi. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan pembenahan rutin dan
pemeliharaan terhadap peralatan kerja.

Pembuangan limbah: Tata-kelola yang baik mensyaratkan adanya pengumpulan, pemilahan dan
pembuangan limbah sesuai dengan jenis dan karakteristik limbah tersebut.

Penyimpanan: setiap jenis limbah perlu mendapat perlakuan yang berbeda, termasuk
penyimpanannya. Hal ini khususnya penting untuk limbah B3, sebagaiman diatur peraturan
perundangan.

Tata-graha yang baik diterapkan dengan membudayakan lima hal di bawah ini:

1. SEMUA ADA TEMPATNYA MASING-MASING

2. RAPIHKAN SEMUA BENDA/ALAT SELESAI DIGUNAKAN

3. SEGERA BERSIHKAN CECERAN/TUMPAHAN

4. PERIKSA, BENAHI, PERIKSA LAGI

5. CATAT DAN LAPORKAN KEJADIAN.

6.2 Pemantauan Kontaminasi Silang PCB


Semua inventarisasi, identifikasi dan logbook limbah B3 agar ditambah keterangan
mengenai status kandungan PCB. Contoh diberikan pada Lampiran 1 (Daftar Identifikasi
Limbah) dan Lampiran 2 (Form Logbook Limbah B3).

9
6.3 Kontaminasi-Silang PCB

6.3.1 Penggunaan oli trafo

Pengadaan oli baru perlu memperhatikan merk dagang oli yang diketahui mengandung PCB
di dalamnya. Daftar merk dagang oli yang diketahui mengandung PCB dapat dilihat pada
Lampiran 1. Jika merk dagang oli baru merupakan salah satu dari merk yang tertera dalam
daftar lampiran, maka Pengadaannya tidak dilanjutkan dan mencari vendor yang lain.

Sementara pemanfaatan Kembali oli bekas yang telah dipurifikasi perlu melakukan
pengujian kandungan PCB. Sebelum digunakan, kandungan PCB harus dipastikan
konsentrasi berada pada tingkat yang lebih rendah dari 50 ppm. Jika oli bekas mengandung
PCB dengan konsentrasi ≥50 ppm maka oli bekas tersebut tidak dapat digunakan dan akan
di perlakukan sebagai limbah B3.

Dibawah ini diagram alir mengenai aktivitas Pengadaan oli baru dan pemanfaatan kembali
oli bekas agar tidak mengalami kontaminasi silang PCB.

Ya Tidak digunakan
Pengadaan oli Tinjau merk Ada dalam
baru dagang daftar?
Tdk Digunakan

Figure 1 Menghindari Kontaminasi Silang PCB pada Penggunaan oli baru

Tdk Digunakan
Pemanfaatan oli Pengujian oli Konsentrasi ≥ 50
bekas bekas ppm?
Ya Tidak digunakan

Limbah B3

Figure 2 Menghindari Kontaminasi Silang PCB pada Pemanfaatan oli bekas

6.3.2 Proses purifikasi


Fungsi dari proses pemurnian oli yang bekerja pada trafo yaitu sebagai berikut.

 Menghilangkan kandungan uap air;


 Membersihkan kotoran-kotoran yang tercampur pada oli seperti karbon, debu,
sedimen dan unsur partikel lain;

10
 Meningkatkan tegangan tembus agar setelah di treatment sesuai dengan standar
PLN No. 49/1982 dan metode IEC 158 & 296 yaitu minimal 50 KV/2,5 mm;
 Mengoptimalkan kerja memperpanjang usia trafo.

Tahapan purifikasi oli trafo meliputi:

1) Pemanasan

Oli trafo dipanaskan secara terus menerus dengan temperatur yang konstan. Proses
ini dilakukan untuk memisahkan air dan minyak. Ketika dipanaskan, air akan berubah
menjadi uap sedangkan oli tetap pada komposisi semula. Pemanasan ini juga dapat
menguraikan asam yang terkandung dalam oli tersebut.

2) Pengkabutan

Setelah melalui proses pemanasan, maka oli trafo di kabutkan untuk memisahkan
antara oli dan uap air. Kemudian dilakukan pevakumkan dengan tekanan 0,8 bar
untuk memisahkan kandungan asam.

3) Penyaringan

Pada proses ini, oli trafo yang telah mengalami proses pengkabutan disaring dan
dipadatkan. Proses pemadatan untuk mencegah gelembung udara. Kemudian, oli
yang sudah bersih disalurkan lagi ke dalam trafo.

Proses purifikasi terhadap oli trafo dilakukan secara berulang-ulang. Menurut standar PLN
pada manual book product trafo, proses purifikasi untuk oli yang bekas membutuhkan 4-6
sirkulasi dan akan memerlukan waktu ± (68-102) menit.

Mengingat kontaminasi silang PCB pada proses purifikasi berasal dari peralatan yang
digunakan maka beberapa peralatan berikut ini harus dipastikan agar tidak membawa
kontaminan PCB di dalamnya.

 Tabung vacuum
Di tabung ini berisi heater atau alat pemanas untuk memanaskan oli sehingga
kontaminan seperti air dan gelembung gas akan menguap.
 Filter
Filter berfungsi untuk menyaring oli dari kontaminan pada oli trafo yang sudah
dipanaskan. Sehingga oli dapat mempercepat tegangan tembus.

Dibawah ini diagram alir mengenai aktivitas purifikasi oli trafo agar tidak mengalami
kontaminasi silang PCB.

11
Tdk Mencari vendor lain
Pengadaan vendor Pernyataan bahwa alat
purifikasi bebas PCB
Ya

Purifikasi dilanjutkan

Kandungan awal oli


dalam PCB <50 ppm

Figure 3 Menghindari Kontaminasi Silang PCB pada Purifikasi oli

6.3.3 Proses uji kualitas

Seperti disampaikan uji kualitas oli trafo dilakukan untuk mengetahui parameter sebagai
berikut:

 Pengujian tegangan tembus


Pengujian tegangan tembus dilakukan untuk mengetahui kemampuan minyak
isolasi dalam menahan stress tegangan. Tegangan tembus adalah besarnya
tegangan ketika tembus listrik terjadi diantara elektroda setengah bola yang terpisah
2,5 mm (IEC 60422).
 Kadar Air
Kandungan air dalam minyak isolasi berasal dari udara (atmosfir), diuji dengan
metoda Karl Fisher Coulometric dan mengacu pada standar IEC 60422.
 Keasaman
Kadar asam (angka kenetralan) dalam minyak isolasi menunjukan adanya
kontaminan hasiloksidasi yang bersifat asam, uji ini sangat dibutuhkan untuk
suatu penggantian minyak. Pengujian mengacu pada standar IEC 60422.
 Sedimen
Sedimen merupakan kontaminan pada minyak pakai dan terjadi karena proses
oksidasi, pengujian mengacu pada standar IEC 60422.
 Pengujian warna
Berdasarkan batasan rekomendasi (jernih dan tidak terlihat kontaminan).
 Pengujian tegangan antar muka (inter facial tension/ IFT)
Metode ini mencakup pengukuran pada kondisi ketidak seimbangan tegangan antara
permukaan minyak mineral yang berlawanan dengan air. Indikasinya ditunjukkan

12
dengan adanya kontaminasi hasil dari oksidasi minyak. Pengujian mengacu pada
standar IEC 60422.
 Kandungan PCB
Metode spesifik pendeteksian PCB menggunakan gas chromatography dengan
electron capture detection (GC ECD).

Paparan PCB dapat berasal dari alat pencuplik atau alat uji kualitas lainnya yang telah
terkontaminasi oleh PCB dan dipaparkan pada oli trafo.

Dibawah ini diagram alir mengenai aktivitas uji kualitas oli trafo agar tidak mengalami
kontaminasi silang PCB.

Tdk Mencari vendor lain


Pengadaan vendor uji Pernyataan bahwa alat
kualitas bebas PCB
Ya

Uji dilanjutkan

Kandungan awal oli


dalam PCB <50 ppm

Figure 4 Menghindari Kontaminasi Silang PCB pada Uji Kualitas

5.
6.
7.
8.

13
e.
f.
g.
h.

f.
g.
h.
i.
j.

d.
e.
f.

a.
b.
c.
d.

6.4

6.5 Perlakuan terhadap Barang/Limbah yang Mengandung/Terkontaminasi PCB


Barang/material atau limbah yang mengandung/terkontaminasi PCB di atas nilai ambang
batas harus dikelola dengan semestinya. Pengalaman di Indonesia dengan pengelolaan dan

14
pembuangan PCB masih sangat terbatas. Namun, dari informasi yang bisa dikumpulkan
saat ini, berikut ini diuraikan perlakuan yang tepat.8

Penanganan untuk trafo layak pakai yang terkontaminasi PCB ≥ 50 ppm ada dua pilihan,
yaitu:

• Retrofilling yaitu mengurangi kandungan PCB dalam trafo yang masih dioperasikan
atau akan dimanfaatkan kembali. Pilihan ini butuh waktu mingguan sampai bulanan
karena menyangkut penggantian minyak/oli secara bertahap, sehingga kandungan
PCB dalam minyak/oli dan seluruh komponen dalam trafo berada di bawah 50 ppm.
Retrofill disarankan untuk trafo yang usia-pakainya masih panjang.
• Penggantian trafo (‘retrofit’) disarankan untuk trafo yang usia-pakainya tidak panjang
lagi (misalnya sudah berada di akhir usia-pakai). Trafo diganti dengan trafo baru
yang bebas-PCB, dan penanganan dilakukan sesuai dengan ketentuan terkait
pembuangan/pemusnahan limbah PCB.
• Kedua proses ini melibatkan vendor yang berpengalaman dengan retrofilling dan
penggantian trafo yang bertujuan menurunkan kadar PCB dan mencegah
pelepasan/pembuangan ke lingkungan hidup.

Penanganan limbah yang mengandung/terkontaminasi PCB harus mengikuti langkah-


langkah berikut:

• Semua limbah disimpan dan diperlakukan sebagai Limbah B3 yang mengandung


PCB, dan ditempatkan pada wadah terpisah (dari wadah limbah B3 yang bebas-
PCB);
• Pastikan limbah tersebut sudah tercatat dalam inventaris limbah B3 yang
“mengandung PCB”; dan
• Pastikan petugas dan vendor tidak memiliki akses pada limbah tersebut (sehingga
tidak digunakan dalam proses operasional).

Pengelolaan limbah B3 yang mengandung/terkontaminasi PCB merupakan hal baru bagi


Indonesia. Saat ini, hanya ada PT. PPLI (PT. Prasadha Pamunah Limbah Industri) yang
mampu dan mempunyai izin untuk menerima dan mengolah limbah B3 yang mengandung
PCB.

Pada akhir tahun 2020, PPLI akan mengoperasikan suatu fasilitas baru untuk pengolahan
PCB (PCB Treatment Facility).9 Fasilitas ini memenuhi semua persyaratan internasional
dalam pengolahan dan pemusnahan limbah yang terkontaminasi PCB, dan akan berperan
dalam proses phase-out PCB di Indonesia.

8
Pedoman ini perlu diperbaharui setelah peraturan tentang pengelolaan PCB diterbitkan oleh pemerintah.
9
Selama ini, PPLI mengirimkan limbah mengandung PCB ke luar negeri karena tidak adanya fasilitas di
Indonesia. Hal ini menyebabkan harga yang sangat tinggi untuk pengelolaan limbah PCB. Dengan adanya
fasilitas PPLI yang baru, diharapkan proses pengolahan, pemusnahan, pembuangan limbah PCB dapat
dilakukan di dalam negeri.

15
16
LAMPIRAN

Lampiran 1

Merk Dagang Oli Trafo yang mengandung PCB


Nama Dagang

Aceclor Diaclor Orophene


Adkarel Dicolor
PCB
ALC Diconal
PCB's
Apirolio Diphenyl,
PCBs
Apirorlio chlorinated
Pheaoclor
Arochlor DK
Phenochlor
Arochlors Duconal
Phenoclor
Aroclor Dykanol
Plastivar
Aroclors Educarel
Polychlorinated
Arubren EEC-18
biphenyl
Asbestol Elaol
Polychlorinated
ASK Electrophenyl
biphenyls
Askael Elemex
Polychlorinated
Askarel Elinol
diphenyl
Auxol Eucarel
Polychlorinated
Bakola Fenchlor
diphenyls
Biphenyl, chlorinated Fenclor
Polychlorobiphenyl
Chlophen Fenocloro
Polychlorodiphenyl
Chloretol Gilotherm
Prodelec
Chlorextol Hydol
Pydraul
Chlorinated biphenyl Hyrol
Pyraclor
Chlorinated diphenyl Hyvol
Pyralene
Chlorinol Inclor
Pyranol
Chlorobiphenyl Inerteen
Pyroclor
Chlorodiphenyl Inertenn
Pyronol
Chlorphen Kanechlor
Saf-T-Kuhl
Chorextol Kaneclor

17
Nama Dagang

Chorinol Kennechlor Saf-T-Kohl


Chorinol Kenneclor Santosol
Clophen Leromoll Santotherm
Clophenharz Magvar Santothern
Cloresil MCS 1489 Santovac
Clorinal Montar Solvol
Clorphen Nepolin Sorol
Decachlorodiphenyl No-Flamol Soval
Delor NoFlamol Sovol
Delorene Non-Flamol Sovtol
Olex-sf-d Terphenychlore
Therminal
Therminol
Turbinol

18
LAMPIRAN 2

FORM LOGBOOK LIMBAH B3


Nama Perusahaan :

Jenis Limbah :

Nama Limbah :
JUMLAH LIMBAH KETERANGAN
NO TANGGAL DISIMPAN SATUAN MENGANDUNG BEBAS-
MASUK KELUAR
DI TPS PCB PCB

JUMLAH

(tempat/kota),…………… 20…..

Pejabat Pelaksana K3L

19
LAMPIRAN 3

LOGBOOK PEMAKAIAN ALAT10


(berlaku untuk peralatan/ perlengkapan yang bersentuhan dengan minyak/oli trafo, seperti
alat uji karakteristik minyak/oli, alat purifikasi minyak/oli trafo, dan atau alat untuk mengganti
minyak/oli trafo)

JENIS ALAT :

TIPE/ NOMOR INVENTARIS :

CATATAN :

Status
Nama (nomor Alat Digunakan Dibersihkan/dibilas
Tanggal/Jam Bebas-PCB12
pegawai) Pada11 thd residu PCB
Ya Tidak

Ttd:

Jam pembersihan:

Ttd:

Jam pembersihan:

Ttd:

Jam pembersihan:

Ttd:

Jam pembersihan:

Ttd:

Jam pembersihan:

10
Logbook ini dirancang untuk mencegah kontaminasi-silang PCB. Jika PLN sudah menggunakan logbook lain
untuk penggunaan alat purifikasi, pengujian dan penggantian minyak/oli trafo, bisa ditambahkan satu kolom
untuk mencatat pembersihan/pembilasan (dari residu PCB) alat setelah pemakaian. Tidak perlu mengelola dua
logbook dengan informasi yang hampir sama.
11
Sebutkan trafo atau drum/wadah minyak/oli dimana alat digunakan, dan letak trafo atau drum tersebut.
12
Sesuai dengan label pada trafo atau drum/wadah minyak/oli.

20

Anda mungkin juga menyukai