Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH MANAJEMEN LIMBAH

TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH B3

Disusun Oleh :

NAMA : ARJUNA REKSADY YUGA KADENGANAN


NIM : 34221055
KELAS : 2C TKE

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KONVERSI ENERGI


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
TAHUN 2022
Teknologi Pengolahan Limbah B3

1 Pengertian Limbah

Menurut PP No. 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3),
yang dimaksud dengan Bahan Berbahaya dan Beracun atau disingkat B3 adalah bahan karena
sifatnya dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup
lainnya.

Sedangkan definisi menurut OSHA (Occupational Safety and Health of the United State
Government) B3 adalah bahan yang karena sifat kimia maupun kondisi fisiknya sangat berpotensi
menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia, kerusakan dan atau pencemaran lingkungan.

2. Pengelompokan Limbah B3 Berdasarkan Sumbernya

- Sumber Spesifik

Dari sumber spesifik adalah sisa suatu proses industri yang secara spesifik dapat ditentukan
dan berasal dari kegiatan utama industri terkait.

Contoh jenis ini adalah limbah rumah sakit dan limbah laboratorium.

Berdasarkan PP nomor 101 tahun 2014 dibagi lagi menjadi beberapa sebagai berikut :

a. Sumber spesifik umumBeberapa contoh limbah jenis ini adalah limbah proses tanning,
limbah karbon aktif, sludge proses produksi dan penyimpanan, asam kromat bekas, dll.
b. Sumber spesifik khususBeberapa contoh limbah jenis ini antara lain copper slag, nikel slag,
debu EAF, slag timah putih, dll.

- Sumber Tidak Spesifik

Limbah dari sumber tidak spesifik yang umumnya bukan berasal dari proses / kegiatan utama
industri, melainkan dari kegiatan lain seperti pemeliharaan dan pencucian alat, pencegahan
korosi, pengemasan, dan pelarutan kerak.

Contohnya antara lain aki / baterai bekas, kemasan bekas, limbah resin, limbah elektronik, Printed
Circuit Board, minyak pelumas bekas, dll.

- B3 Kedaluwarsa / Tumpah / Bekas Kemasan B3

Sesuai namanya, bahan beracun dan berbahaya yang kedaluwarsa, tumpah, ataupun sebagai
bekas kemasan digolongkan dalam kategori sendiri.

Contoh jenis ini antara lain adalah metanol, metapirilen, malonitril, maleat anhidrida, timbal
subasetat, dll.
3. Karakteristik B3

Secara konvensional terdapat tujuh kelas bahan berbahaya, yaitu:

1. Flammable (mudah terbakar), yaitu bahan padat, cair, uap, atau gas yang menyala dengan
mudah dan terbakar secara cepat bila dipaparkan pada sumber nyala, misalnya: jenis pelarut
ethanol, gas hidrogen, methane.
2. Materi yang spontan terbakar, yaitu bahan padat atau cair yang dapat menyala secara
spontan tanpa sumber nyala, mislanya karena perubahan panas, tekanan atau kegiatan
oksidasi.
3. Explosive (mudah meledak), yaitu materi yang dapat meledak karena adanya kejutan, panas
atau mekanisme lain, misalnya dinamit.
4. Oxidizer (pengoksidasi), yaitu materi yang menghasilkan oksigen, baik dalam kondisi biasa
atau bila terpapar dengan panas, misalnya amonium nitrat dan benzoyl perioksida.
5. Corrosive, bahan padat atau cair yang dapat membakar atau merusak jaringan kulit bila
berkontak dengannya.
6. Toxic, yaitu bahan beracun yang dalam dosis kecil dapat membunuh atau mengganggu
kesehatan, seperti hidrogen sianida.
7. Radioactive

4. Teknologi Pengolahan

Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling populer
di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization, dan incineration.

1. Chemical Conditioning

Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. Tujuan utama dari
chemical conditioning ialah:

- Menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur


- Mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur
- Mendestruksi organisme pathogen
- Memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih memiliki nilai ekonomi
seperti gas methane yang dihasilkan pada proses digestion
- Mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman dan dapat
diterima lingkungan

2. Solidification/Stabilization

Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/ stabilization juga dapat diterapkan


untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai proses
pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi
bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan
solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan
aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang
sama. Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi enam
golongan, yaitu:

a. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah dibungkus dalam
matriks struktur yang besar
b. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan pencemar
terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik
c. Precipitation
d. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada bahan
pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
e. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke bahan padat
f. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa lain yang
tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali

3. Incineration

Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam teknologi


pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90% (volume)
dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem pengolahan limbah padat
karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk
gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun,
insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat
dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang
relatif kecil.

5. Proses Kimia-Fisika

- Secara kimia

Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan


partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor,
dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan
tergantung jenis dan kadar limbahnya.

Proses pengolahan limbah B3 secara kimia yang umum dilakukan adalah stabilisasi/
solidifikasi. Stabilisasi/ solidifikasi adalah proses mengubah bentuk fisik dan/atau senyawa
kimia dengan menambahkan bahan pengikat atau zat pereaksi tertentu untuk
memperkecil/membatasi kelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun limbah,
sebelum dibuang. Definisi stabilisasi adalah proses pencampuran limbah dengan bahan
tambahan dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk
mengurangi toksisitas limbah tersebut.

- Secara Fisik

Penyaringan atau screening merupakan cara yang efisien dan murah untuk
menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah
mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain
yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu
detensi hidrolis di dalam bak pengendap.

6. Metode Thermal

Pengolahan Limbah B3 adalah proses untuk mengurangi dan/atau menghilangkan sifat


bahaya dan/atau sifat racun. Tujuan pengolahan limbah medis adalah mengubah karakteristik
biologis dan/atau kimia limbah sehingga potensi bahayanya terhadap manusia berkurang atau
tidak ada. Pengolahan Limbah B3 dilakukan secara termal dan non termal. Pengolahan secara
termal dilakukan oleh Penghasil Limbah B3 yang memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk
kegiatan Pengolahan Limbah B3; atau Pengolah Limbah B3 yang memiliki Izin Pengelolaan Limbah
B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 hanya dapat dilakukan menggunakan peralatan
insinerator. Pengolah Limbah B3 yang melakukan Pengolahan Limbah B3 secara harus memiliki
kerjasama dengan Penghasil Limbah B3.

Pengolahan Limbah B3 secara termal dilakukan menggunakan peralatan autoklaf tipe alir
gravitasi dan/atau tipe vakum; gelombang mikro; iradiasi frekwensi radio; dan/atau insinerator.
Pengolahan secara nontermal antara lain enkapsulasi sebelum ditimbun; inertisasi sebelum
ditimbun; dan desinfeksi kimiawi.

Pengolahan Limbah B3 secara termal harus memenuhi persyaratan lokasi dan peralatan dan
teknis pengoperasian peralatan Pengolahan Limbah B3 secara termal. Persyaratan lokasi
Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3 oleh Penghasil Limbah B3 meliputi:

a. Merupakan daerah bebas banjir dan tidak rawan bencana alam, atau dapat direkayasa dengan
teknologi untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan

b. Jarak antara lokasi pengelolaan limbah b3 untuk kegiatan pengolahan limbah b3 dengan lokasi
fasilitas umum diatur dalam izin lingkungan

7. Kombinasi Kimia-Fisika dan Thermal

* Secara fisika-kimia

a). Reaksi oksidasi-reduksi

Prinsip penggunaan metode lumpur aktif ini adalah terjadinya proses oksidasi pada
bahan atau zat-zat organik maupun anorganik, agar pada tahap selanjutnya dapat diolah
dengan mudah.

b). Netralisasi

Netralisasi dengan bahan kimia dilakukan dengan menambahkan bahan yang bersifat
asam kuat atau basa kuat. Air limbah yang bersifat asam umumnya dinetralkan dengan
larutan kapur (Ca(OH)2), soda kostik (NaOH) atau natrium karbonat (Na2CO3). Air limbah
yang bersifat basa dinetralkan dengan asam kuat seperti asam sulfat (H2SO4), HCI atau
dengan memasukkan gas CO2melalui bagian bawah tangki netralisasi.
c). Presipitasi

d. Evaporasi

Evaporasi pada umumnya dilakukan untuk menguapkan pelarut yang tercampur


dalam limbah, sehingga pelarut terpisah dan dapat diisolasi kembali. Evaporasi didasarkan
pada sifat pelarut yang memiliki titik didih yang berbeda dengan senyawa lainnya

e. Destilasi

* secara thermal/insinerasi

Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi


memiliki beberapa kelebihan dimana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat
dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan
yang relatif kecil. Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi
(heating value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan
berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang
dapat diperoleh dari sistem insinerasi.

8. Stabilisasi dan Solidifikasi

Stabilisasi/ solidifikasi adalah proses mengubah bentuk fisik dan/atau senyawa kimia dengan
menambahkan bahan pengikat atau zat pereaksi tertentu untuk memperkecil/membatasi
kelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun limbah, sebelum dibuang. Definisi stabilisasi
adalah proses pencampuran limbah dengan bahan tambahan dengan tujuan menurunkan laju
migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut.
Solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan
aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang
sama. Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah semen,
kapur, dan bahan termoplastik.

Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan bahan


termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing, in-situ mixing,
dan plant mixing.

Apabila konsentrasi logam berat di dalam air limbah cukup tinggi, maka logam dapat
dipisahkan dari limbah dengan jalan pengendapan menjadi bentuk hidroksidanya. Hal ini
dilakukan dengan larutan kapur (Ca(OH)2) atau natrium hidroksida (NaOH) dengan
memperhatikan kondisi pH akhir dari larutan. Pengendapan optimal akan terjadi pada kondisi pH
dimana hidroksida logam tersebut mempunyai nilai kelarutan minimum. Pengendapan bahan
tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai
muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid
tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor
dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali misalnya air kapur, sehingga terbentuk endapan
hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan
lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom
heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi
menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5).

9. Land Disposal

Disposal / pembuangan : Adalah pembuangan akhir limbah B3 , dan sebelum proses


pembuangan biasanya ada tahapan sebelumnya yakni pyrolysis , wet air oxidation , composting .
dan tempat disposal ini bisanya adalah sanitary landfill , crop land dan injection well .
DAFTAR PUSTAKA

https://sib3pop.menlhk.go.id/articles/view?slug=informasi-b3

https://www.universaleco.id/blog/detail/jenis-limbah-b3-berdasarkan-kategori-dan-sumbernya/
87

https://blog.ub.ac.id/yusriadiblog/2012/10/11/limbah-b3-bahan-berbahaya-beracun-makalah/

https://whe.co.id/metode-dan-tata-cara-pengolahan-limbah-b3-yang-benar/

https://bogorkab.go.id/post/detail/pengelolaan-limbah-bahan-berbahaya-dan-beracun-b3

https://alektogreen.co.id/teknologi-pengolahan-limbah-b3/

Anda mungkin juga menyukai