Anda di halaman 1dari 19

METODE

PENGENDALIAN/PENGELOLAA
N LIMBAH B3
1
Disusun Oleh :
INTAN PRATAMA PUTRA
10318017
2 PENGERTIAN LIMBAH, B3, DAN LIMBAH B3

UU 32/2009
TENTANG
PERLINDUNGAN
DAN
PENGELOLAAN
LINGKUNGAN
HIDUP
[PASAL 1]
3 Sumber Limbah B3 :

Sumber Limbah B3 adalah setiap orang atau badan usaha yang


menghasilkan Limbah B3 dan menyimpannya untuk sementara waktu di dalam
lokasi sebelum Limbah B3 tersebut diserahkan kepada pihak yang bertanggung
jawab untuk dikumpulkan dan diolah.
Misalnya : Rumah Sakit, PLTN, Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Penelitian
4 Berdasarkan Karakteristiknya :

1. Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia yang dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan.
2. Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api,
percikan api, gesekn atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar
dan bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.
3. Limbah reaktif adalah Limbah yang menyebabkan kebakaran karena
melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak
stabil dalam suhu tinggi.
5 Berdasarkan Karakteristiknya :

4. Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi
manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit
bila masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.
5. Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi
penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh
manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.
6. Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada
kulit atau mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0
untuk limbah yang bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat
basa.
METODE PENGELOLAAN
LIMBAH B3
1. Chemical Conditioning
2. Solidification/ Stabilization
3. Incineration

6
7 1. Chemical Conditioning
Tujuan utama dari Chemical Conditioning adalah :
1. Menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur.
2. Mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur.
3. Mendestruksi organisme patogen.
4. Memanfaatkan hasil samping proses Chemical Conditioning yang masih
memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan dari proses
digestion.
5. Mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman
dan dapat diterima lingkungan.
8 Tahapan Chemical Conditioning :
1. Concentration Thickening
Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah
dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya digunakan
dalam tahapan ini adalah gravity thickener dan solid centrifuge. Tahapan ini
dasarnya merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada
tahapan de-watering selanjutnya.
9 Tahapan Chemical Conditioning :
2. Treatment, Stabilization and Conditioning
Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan
menghancurkan patogen. Proses stabilitas dapat dilakukan melalui proses
pengkondisian secara kimia, fisika dan biologi. Pengkondisian secara kimia
berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia
dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan
memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan
destruksi. Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses
destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi.
10 Tahapan Chemical Conditioning :
3. De-watering and drying
De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi
kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat
pada tahapan ini umumnya iyalah pengeringan dan filtrasi.
4. Disposal
Disposal adalah proses pembangunan akhir limbah B3. beberapa proses
yang terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wey air oxidation dan
composting. Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah sanitari
landfill, crop land atau injection well.
11 2. Solidification/Stabilization

Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai proses pencampuran


limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi
bahan pencemaran dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah
tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikn sebagai proses pemadatan suatu
bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali
terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama.
12 Proses Solidifikasi/Stabilisasi :
Proses Solidifikasi/Stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6
golongan, yaitu :
1. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah dibungkus
dalam matriks struktur yang besar.
2. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip Macroencapsulation tetapi bahan pencemar
terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik.
3. Precipitation, yaitu proses dimana bahan akan diendapkan.
4. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada bahan
pemadat melalui mekanisme adsorbsi.
5. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannyake bahan
padat.
6. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa lain yang
tingkat toksititasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali
13 3. Incineration
Teknologi pembakaran (incineratin) adalah alternatif yang menarik dalam
teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah
hingga sekitar 90 % (volume) dan 75 % (berat). Teknologi ini sebenarnya
bukan solusi final dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya
hanya memindahkan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan
limbah dari bentuk padat yang kasat mata kebentuk gas yang tidak kasat mata.
Proses insinerasi menghasilkan menghasilkan energa dalam bentuk panas.
Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana sebgian besar dari
komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat.
Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil.
14

Incineration
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi
(heating value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam
mempertahankan berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga
menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi.
15 Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar
limbah padat B3 :
1. Liquid Injection Incinerator
Hanya dapat menerima limbah dalam bentuk cair, gas, lumpur atau cairan
yang dapat dipompakan melalui nozzel.
2. Rotary Kilin Incinerator
Dapat dipaka untuk mengolah limbah dalam bentuk padat termasuk limbah
yang dimasukan dalam drum, gas, cair, lumpur pekat.
3. Fluid Bed Incenerator
Memakai media pasir sebagai penghantar panas. Kelebihannya
mempunyai turbulensi yang sangat tinggi, luas daerah transfer panas untuk
bercampurnya limbah, oksigen dan media lebih besar.
KESIMPULAN
16
17
1. Limbah atau sampah B3 rumah tangga adalah limbah “Bahan Berbahaya dan
Beracun” Rumah Tangga yang berada di rumah tangga merupakan hasil aktif
kegiatan sehari-hari manusia sehingga dapat membawa dampak yang sangat
berbahaya-baik dalam jangka pendek maupun panjang-bagi manusia itu
sendiri, hewan, tanaman maupun lingkungan pada umumnya.
2. Sumber Limbah B3 adalah setiap orang atau badan usaha yang menghasilkan
Limbah B3 dan menyimpannya untuk sementara waktu di dalam lokasi atau
area kegiatan sebelum Limbah B3 tersebut diserahkan kepada pihak yang
bertanggung jawab untuk dikumpulkan dan diolah.
3. Pengidentifikasian Limbah B3 dibagi menjadi berdasarkan sumber dan
karakteristiknya
18

4. Metode Pengolahan Limbah B3 ada tiga cara yaitu dengan cara Chemical
Conditioning, Solidification/Stabilization dan Incineration.
5. Tujuan pengelolaan Limbah B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh Limbah
B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar
sehingga sesuai dengan fungsinya kembali.
19

SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai