Anda di halaman 1dari 32

Teknologi

Pengolahan
Limbah B3
Identifikasi limbah B3
Pengidentifikasian limbah B3 digolongkan ke dalam
2 (dua) kategori, yaitu:
 Berdasarkan sumber
 Berdasarkan karakteristik

Golongan limbah B3 yang berdasarkan sumber


dibagi menjadi:
 Limbah B3 dari sumber spesifik;
 Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;
 Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan,
bekas kemasan dan buangan produk yang tidak
memenuhi spesifikasi.
Sedangkan golongan limbah B3 yang berdasarkan
karakteristik :
 mudah meledak;
 pengoksidasi;
 sangat mudah sekali menyala;
 sangat mudah menyala;
 mudah menyala;
 amat sangat beracun;
 sangat beracun;
 beracun;
 berbahaya;
 korosif;
 bersifat iritasi;
 Berbahaya bagi lingkungan;
 karsinogenik;
 teratogenik;
 mutagenik.
Sumber Limbah B3

 Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki


sedimentasi pada pemisahan awal dan banyak
mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan
mudah menguap
 Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari
proses koagulasi dan flokulasi
 Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal
dari proses pengolahan dengn lumpur aktif sehingga
banyak mengandung padatan organik berupa lumpur
dari hasil proses tersebut
 Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari
pengolahan biologi dengan digested aerobic maupun
anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan
cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik.
 Limbah B3 dikarakterisasikan berdasarkan beberapa
parameter yaitu
 total solids residue (TSR),
 kandungan fixed residue (FR),
 kandungan volatile solids (VR),
 kadar air (sludge moisture content),
 volume padatan,
 serta karakter atau sifat B3 (toksisitas, sifat korosif,
sifat mudah terbakar, sifat mudah meledak, beracun,
serta sifat kimia dan kandungan senyawa kimia).

 Contoh limbah B3 ialah logam berat seperti Al, Cr, Cd,


Cu, Fe, Pb, Mn, Hg, dan Zn serta zat kimia seperti
pestisida, sianida, sulfida, fenol dan sebagainya.
 Logam-logam berat pada umumnya bersifat racun
sekalipun dalam konsentrasi rendah
Fasilitas Pengolahan Limbah B3

Lokasi pengolahan
Pengolahan B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil
limbah atau di luar lokasi penghasil limbah.
Syarat lokasi pengolahan di dalam area penghasil harus:
 daerah bebas banjir;

 jarak dengan fasilitas umum minimum 50 meter;


Syarat lokasi pengolahan di luar area penghasil harus:
 daerah bebas banjir;
 jarak dengan jalan utama/tol minimum 150 m atau 50 m
untuk jalan lainnya;
 jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas
umum minimum 300 m;
 jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk
minimum 300 m;
 dan jarak dengan wilayah terlindungi (seperti cagar
alam,hutan lindung) minimum 300 m.
Fasilitas pengolahan
Fasilitas pengolahan harus menerapkan
sistem operasi, meliputi:
 sistem keamanan fasilitas;
 sistem pencegahan terhadap kebakaran;
 sistem penanggulangan keadaan darurat;
 sistem pengujian peralatan;
 dan pelatihan karyawan.
Alur Penanganan Limbah B3

Dalam penanganan limbah bahan berbahaya dan beracun


(B3) dari penghasil sampai ke pengolah atau pemanfaat ada
prosedur yang harus diketahui.
Prosedurnya adalah sebagai berikut:
 Contoh limbah dari penghasil dibawa oleh pengangkut
limbah ke pengolah atau pemanfaat limbah untuk
dianalisa
 Contoh limbah sebaiknya disertakan dengan hasil uji
laboratorium
 Pengolah atau pemanfaat menghitung biaya
pengolahan atau pemanfaatan
 Penawaran harga penanganan limbah dari pengangkut
limbah ke penghasil limbah
 Sesudah ada kesepakatan antara pengangkut dan
penghasil, penanganan segera dilaksanakan
 Pengolah atau pemanfaat menandatangani manifest,
berita acara serah terima limbah, dan menerbitkan
sertifikat pengolahan/pemanfaatan limbah
kepada pengangkut untuk diteruskan kepada penghasil
limbah. 
Teknologi Pengolahan
1. Physical Separation
Untuk memekatkan atau mengubah fase dari bahan
berbahaya yang ada pada limbah sehingga lebih mudah
untuk diolah lebih lanjut atau masuk ke pembuangan
 Gravity separation
 Gravity flotation
 Dissolved air flotation
 Air stripping
 Steam stripping
 Solvent extraction
 Sorption on activated carbon
 GRAFITY SEPARATION/SEDIMENTATION
memisahkan padatan atau cairan dari larutan jika
material yang akan dipisahkan memiliki densitas yang
berbeda dari air sebagai pelarut.
 GRAVITY FLOTATION
Flotasi melalui aliran gravitasi diam mirip dengan
sedimentasi. Pada gravity flotation, pembuangan lumpur
primer terjadi di permukaan tangki bukan di bagian
bawah.
 DISSOLVED AIR FLOTATION
Proses pemisahan fisik untuk menghilangkan cairan atau
padatan tersuspensi yang tidak tenggelam atau
mengapung pada kecepatan yang cukup tinggi. DAF
didasarkan pada perbedaan berat jenis antara larutan
dan bahan tersuspensi.
 AIR STRIPPING
Proses fisik yang biasa diterapkan pada air limbah
berbahaya dan industri untuk menghilangkan
kontaminan yang konsentrasinya rendah (<100 mg/L)
yang mudah menguap seperti pelarut organik atau
hidrogen sulfida. Air Stripping mentransfer kontaminan
dari fase air ke fase gas, yang kemudian dapat diolah
lebih lanjut dengan penyerapan oleh karbon aktif.
 STEAM STRIPPING
Proses perpindahan massa yang mirip dengan proses
Air Stripping. Penerapan Steam Stripping lebih sesuai
daripada Air Stripping untuk mengolah limbah dengan
konsentrasi bahan organik yang tinggi atau dengan
kontaminan yang kurang mudah menguap.
2. Chemical Conditioning
Tujuan utama dari chemical conditioning ialah:
 menstabilkan senyawa-senyawa organik yang
terkandung di dalam lumpur
 mereduksi volume dengan mengurangi kandungan
air dalam lumpur
 mendestruksi organisme patogen
 memanfaatkan hasil samping proses chemical
conditioning yang masih memiliki nilai ekonomi
seperti gas methane yang dihasilkan pada proses
digestion
 mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke
lingkungan dalam keadaan aman dan dapat
diterima lingkungan
Chemical conditioning terdiri dari beberapa
tahapan sebagai berikut:

 Concentration thickening
 Treatment, stabilization, and
conditioning
 De-watering and drying
 Disposal
3 . Solidification/Stabilization
Stabilisasi : proses pencampuran limbah dengan
bahan tambahan (aditif) dengan tujuan
menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari
limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah
tersebut.
Solidifikasi : proses pemadatan suatu bahan
berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua
proses tersebut seringkali terkait sehingga sering
dianggap mempunyai arti yang sama.
Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan
mekanismenya dapat dibagi menjadi 6 golongan,
yaitu:
 Macroencapsulation,
 Microencapsulation,
 Precipitation
 Adsorpsi,
 Absorbsi,
 Detoxification,
4. Incineration

 Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif


yang menarik dalam teknologi pengolahan limbah,
mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar
90% (volume) dan 75% (berat).
 Menghasilkan energi dalam bentuk panas.
 Sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat
dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat.
 Lahan yang relatif kecil.
 Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk
membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple
hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple
chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit.
Penanganan limbah B3 sebelum diolah
 Setiap limbah B3 harus diidentifikasi dan
dilakukan uji analisis kandungan guna
menetapkan prosedur yang tepat dalam
pengolahan limbah tersebut. Setelah uji analisis
kandungan dilaksanakan, barulah dapat
ditentukan metode yang tepat guna
 Tidak keseluruhan proses harus dilakukan
terhadap satu jenis limbah B3, tetapi proses
dipilih berdasarkan cara terbaik melakukan
pengolahan sesuai dengan jenis dan materi
limbah.
Hasil pengolahan limbah B3
 Memiliki tempat khusus pembuangan akhir
limbah B3 yang telah diolah dan dilakukan
pemantauan di area tempat pembuangan akhir
tersebut dengan jangka waktu 30 tahun setelah
tempat pembuangan akhir habis masa pakainya
atau ditutup.
 Keseluruhan proses pengelolaan, termasuk
penghasil limbah B3, harus melaporkan
aktivitasnya ke Kementerian Kehutanan dan
Lingkungan Hidup dengan periode triwulan
(setiap 3 bulan sekali).
Pengangkutan Limbah B3
 Peraturan pengangkutan yang diterapkan:
 Pemberian label, analisa karakter limbah, dan
pengemasan khusus.
 Kemasan : apabila terjadi kecelakaan dalam kondisi
pengangkutan normal, tidak terjadi kebocoran limbah
ke lingkungan dalam jumlah yang berarti.
 Kemasan harus memiliki kualitas yang cukup agar
efektivitas kemasan tidak berkurang selama
pengangkutan.
 Limbah gas yang mudah terbakar harus dilengkapi dengan
head shields pada kemasannya sebagai pelindung dan
tambahan pelindung panas untuk mencegah kenaikan
suhu yang cepat.
 Kelengkapan Material Safety Data Sheets (MSDS) yang
ada di setiap truk dan di dinas pemadam kebarakan.
Secured Landfill.
 Faktor hidrogeologi, geologi lingkungan,
topografi, dan faktor-faktor lainnya harus
diperhatikan agar secured landfill tidak
merusak lingkungan.
 Pemantauan pasca-operasi harus terus
dilakukan untuk menjamin bahwa badan
air tidak terkontaminasi oleh limbah B3.
Pembuangan Limbah B3 (Disposal)
 Tempat pembuangan akhir yang banyak
digunakan untuk limbah B3 ialah landfill (lahan
urug) dan disposal well (sumur pembuangan).
 Landfill untuk penimbunan limbah B3
diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu:
1. secured landfill double liner,
2. secured landfill single liner, dan
3. landfill clay liner dan masing-masing memiliki
ketentuan khusus sesuai dengan jenis limbah
B3 yang ditimbun.
Deep Injection Well.
 Pembuangan limbah B3 melalui metode ini masih menjadi
kontroversi dan perlu pengkajian yang komprehensif
terhadap efeknya.
 Limbah B3 diinjeksikan ke dalam suatu formasi berpori
yang berada jauh di bawah lapisan yang mengandung air
tanah. Harus terdapat lapisan impermeable (shale atau
tanah liat) yang cukup tebal sehingga cairan limbah tidak
dapat bermigrasi. Kedalaman sumur ini sekitar 0,5 hingga
2 mil dari permukaan tanah.
 Tidak memasukkan limbah yang dapat mengalami
presipitasi, memiliki partikel padatan, dapat membentuk
emulsi, bersifat asam kuat atau basa kuat, bersifat aktif
secara kimia, dan memiliki densitas dan viskositas lebih
kecil dari cairan alami dalam formasi geologi.
 Hingga saat ini di Indonesia belum ada ketentuan
mengenai pembuangan limbah B3 ke sumur dalam ( deep
injection well).
 Ketentuan yang ada di Amerika Serikat :
 Dalam kurun waktu 10.000 tahun, tidak boleh
bermigrasi secara vertikal keluar dari zona injeksi atau
secara lateral ke titik temu dengan sumber air tanah.
 Sebelum limbah yang diinjeksikan bermigrasi dalam
arah seperti disebutkan di atas, limbah telah
mengalami perubahan higga tidak lagi bersifat
berbahaya dan beracun.
Penyimpanan Drum Bekas
Tempat Penyimpanan Sementara Limbah Padat
Tempat Penyimpanan Sementara Limbah Padat
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai