I. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat melakukan proses
solidifikasi limbah berbahaya agar kontaminan dalam bentuk terlarut dapat larut
atau terekstrak kembali ke air dan tidak menyebar ke lingkungan.
- Karakteristik solidifikasi:
1. Solidifikasi logam murni
Logam murni membeku pada temperature konstan yaitu sama dengan
temperature pembekuannya / temperature leburnya.
2. Solidifikasi logam murni (alloy)
Logam padatan pada umumnya membeku pada daerah pembekuan
sebenarnya.
3. Solidifikasi logam panduan eutektik
Suatu panduan yang memiliki komposisi tertentu (komposisi eutentika)
bila mengalami pendinginan ssangat lambat maka pembekuan akan
berlangsung pada temperature konstan.
- Tiga hal yang umumnya dilakukan dalam proses solidifikasi, yaitu:
1. Fisika
Mencangkup kelembapan, kerapatan, kepadatan, kekuatan, dan daya tahan.
2. Kimia
Mencangkup Ph, reaksi redoks, kapasitas penetralan asam, kebasahan, dan
kandungan senyawa organic.
3. Peluluhan
Mencangkup TCID, prosedur ekstraksi peluluhan dinamis, prosedur
peluluhan pengendapan asam sintesis (SPLP) dan ekstraksi berurutan.
Keuntungan Kerugian
2. Identifikasi Limbah B3
Pengidentifikasian Limbah B3 digolongkan ke dalam 2 kategori, yaitu:
1. Berdasarkan sumber
2. Berdasarkan karakteristik
Golongan Limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi:
1. Limbah B Limbah B3 dari sumber spesifik;
2. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;
3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan
buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
Sedangkan golongan limbah B3 yang berdasarkan karakteristik ditentukan
dengan:
1. mudah meledak;
2. pengoksidasi;
3. sangat mudah sekali menyala;
4. sangat mudah menyala;
5. mudah menyala;
6. amat sangat beracun;
7. sangat beracun;
8. beracun;
9. berbahaya;
10. korosif;
11. bersifat iritasi;
12. berbahayabagi lingkungan;
13. karsinogenik;
14. teratogenik;
15. mutagenik.
Karakteristik limbah B3 ini mengalami pertambahan lebih banyak dari PP No. 18
tahun 1999 yang hanya mencantumkan 6 (enam) kriteria, yaitu:
1. mudah meledak;
2. mudah terbakar;
3. bersifat reaktif;
4. beracun;
5. menyebabkan infeksi;
6. bersifat korosif.
5. Teknologi Pengolahan
1. Chemical Conditioning
Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical
conditioning. Tujuan utama dari chemical conditioning ialah:
1. menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam
lumpur
2. mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur
3. mendestruksi organisme pathogen
4. memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioningyang masih
memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada
proses digestion
5. mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam
keadaan aman dan dapat diterima lingkungan
2. Solidification/Stabilization
Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai proses pencapuran
limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju
migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah
tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan
suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif.
Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi
menjadi 6 golongan, yaitu:
1. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah
dibungkus dalam matriks struktur yang besar
2. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi
bahan pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada
tingkat mikroskopik
3. Precipitation
4. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia
pada bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
5. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan
menyerapkannya ke bahan padat
6. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi
senyawa lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang
sama sekali
3. Incineration
Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam
teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa
limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat).
SAMPAH B3
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan sampah, sampah B3 merupakan sampah spesifik yang meliputi:
1. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun.
2. Sampah yang mengandung limbah B3.
3. Sampah yang timbul akibat bencana.
4. Bongkaran puing bangunan.
5. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah.
6. Sampah yang timbul secara periodik.
IV.PROSEDUR KERJA
1. Membuat larutan FeSO4 0,1 N dalam 250 ml.
2. Mengambil 200 ml FeSO 4 0,1 N dan memasukkannya ke dalam 1 wadah
sampel,masing masing 50 ml.
3. Mengambil 50 ml FeSO4 0,1 N dan memasukkannyake dalam 2 buah
erlenmeyer masing-masing 25 ml.
4. Menitrasi FeSO4 0,1 N di dalam erlenmeyer dengan KMnO 4 0,1 N,mencatat
volume KMnO4 setelah titrasi kemudian menghitung konsentrasi Fe.
5. Mencampur FeSO4 0,1 N di dalam wadah sampel dengan semen yang
bervariasi 25 gr , 50 gr , 75 gr , 100 gr.
6. Mengaduk campuran FeSO4 0,1 N dan semen lalu mendiamkannya selama 1
minggu.
7. Membersihkan bagian atas semen yang kotor lalu menambahkan aquadest
30 ml dan menunggu selama 50 menit darisetiap sampel.
8. Mengambil 25 ml air dari setiap sampel dan memasukkannya ke dalam
erlenmeyer kemudian melakukan titrasi dengan 0,1 N KMnO 4 dan mencatat
volume KMnO4.
V. DATA PENGAMATAN
Minggu ke 1
Minggu ke 2
A 25 50 ml 0,2 ml
B 50 50 ml 0,2 ml
C 75 50 ml 0,1 ml
D 100 50 ml 0,1 ml