Anda di halaman 1dari 14

SOLIDIFIKASI

I. TUJUAN

Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat melakukan proses solidifikasi limbah
berbahaya agar kontaminan dalam bentuk terlarut dapat larut atau terekstrak kembali ke air dan
tidak menyebar ke lingkungan.

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

Alat yang digunakan:

1. Pengaduk

2. Wadah polytilen

3. Gelas piala 100 ml, 1000 ml, 2000 ml

4. Gelas ukur 100 ml, 500 ml

5. Alat uji tekan

6. pH meter

Bahan yang digunakan:

1. Lumpur dari limbah padat

2. Semen

3. Fly ash
III. DASAR TEORI

Solidifikasi adalah proses pemadatan limbah berbahaya sedimikian rupa sehingga mempunyai
sifat fisik, kimia yang stabil sehingga aman untuk penanganan. Proses selanjutnya mulai
pengangkutan, penyimpanan, sementara sampai penyimpanan lestarr. Bahan yang dapat
digunakan untuk proses solidifikasi adalah semen, semen fly ash.

TEORI TAMBAHAN

SOLIDIFIKASI

Mekanisme solidifikasi dengan menggunakan semen. Selama absorbsi air, senyawa mineral
terhidrasi membentuk substansi dispersi koloid yang disebut sol. Sol tersebut kemudian di
koagulasi dan dipresipitasi (pengkondisian akhir). Gel yang terbentuk kemudian dikristalisasi.
Solidifikasi menggunakan semen merupakan asalah satu alternative pengolahan limbah dengan
tujuan untuk mengurangi interaksi pencemaran lingkungan. Teknologi solidifikasi limbah
didasarkan pada interaksi limbah membentuk padatan limbah baik secara fisika maupun kimiawi.

- Karakteristik solidifikasi:

1. Solidifikasi logam murni

Logam murni membeku pada temperature konstan yaitu sama dengan temperature
pembekuannya / temperature leburnya.

2. Solidifikasi logam murni (alloy)

Logam padatan pada umumnya membeku pada daerah pembekuan sebenarnya.

3. Solidifikasi logam panduan eutektik

Suatu panduan yang memiliki komposisi tertentu (komposisi eutentika) bila mengalami
pendinginan ssangat lambat maka pembekuan akan berlangsung pada temperature konstan.
- Tiga hal yang umumnya dilakukan dalam proses solidifikasi, yaitu:

1. Fisika

Mencangkup kelembapan, kerapatan, kepadatan, kekuatan, dan daya tahan.

2. Kimia

Mencangkup Ph, reaksi redoks, kapasitas penetralan asam, kebasahan, dan kandungan senyawa
organic.

3. Peluluhan

Mencangkup TCID, prosedur ekstraksi peluluhan dinamis, prosedur peluluhan pengendapan


asam sintesis (SPLP) dan ekstraksi berurutan.

LIMBAH B3

1. Pengertian Limbah B3

Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan
atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.

Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu
kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat
(toxicity, flammability,reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia.
2. Identifikasi Limbah B3

Pengidentifikasian Limbah B3 digolongkan ke dalam 2 kategori, yaitu:

1. Berdasarkan sumber

2. Berdasarkan karakteristik

Golongan Limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi:

1. Limbah B Limbah B3 dari sumber spesifik;

2. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;

3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk yang
tidak memenuhi spesifikasi.

Sedangkan golongan limbah B3 yang berdasarkan karakteristik ditentukan dengan:

1. mudah meledak;

2. pengoksidasi;

3. sangat mudah sekali menyala;

4. sangat mudah menyala;

5. mudah menyala;

6. amat sangat beracun;

7. sangat beracun;

8. beracun;

9. berbahaya;

10. korosif;

11. bersifat iritasi;


12. berbahaya bagi lingkungan;

13. karsinogenik;

14. teratogenik;

15. mutagenik.

Karakteristik limbah B3 ini mengalami pertambahan lebih banyak dari PP No. 18 tahun 1999
yang hanya mencantumkan 6 (enam) kriteria, yaitu:

1. mudah meledak;

2. mudah terbakar;

3. bersifat reaktif;

4. beracun;

5. menyebabkan infeksi;

6. bersifat korosif.

Proses Pengolahan Limbah B3

Pengolahan Limbah B3

Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan kandungan limbah.
Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan dengan proses sbb:

1. proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi, pengendapan, stabilisasi,


adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.

2. proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan penyisihan komponen-
komponen spesifik dengan metode kristalisasi, dialisa, osmosis balik, dll.

3. proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi racun dan kandungan
limbah B3 dengan cara membatasi daya larut, penyebaran, dan daya racun sebelum limbah
dibuang ke tempat penimbunan akhir
4. proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah menggunakan alat
khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran harus mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika
suatu materi limbah B3 ingin dibakar (insinerasi) dengan berat 100 kg, maka abu sisa
pembakaran tidak boleh melebihi 0,01 kg atau 10 gr.

Teknologi Pengolahan

1. Chemical Conditioning

Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. Tujuan utama
dari chemical conditioning ialah:

1. menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur

2. mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur

3. mendestruksi organisme pathogen

4. memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioningyang masih memiliki nilai ekonomi
seperti gas methane yang dihasilkan pada proses digestion

5. mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman dan dapat
diterima lingkungan

Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Concentration thickening

2. Treatment, stabilization, and conditioning

3. De-watering and drying

4. Disposal

2. Solidification/Stabilization

Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan
tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta
untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses
pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif.

Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6 golongan, yaitu:

1. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah dibungkus dalam
matriks struktur yang besar

2. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan pencemar


terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik

3. Precipitation

4. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada bahan pemadat
melalui mekanisme adsorpsi.

5. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke bahan padat

6. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa lain yang
tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali.

3. Incineration

Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam teknologi


pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90%
(volume) dan 75% (berat).

SAMPAH B3

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan sampah,
sampah B3 merupakan sampah spesifik yang meliputi:

1. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun.

2. Sampah yang mengandung limbah B3.

3. Sampah yang timbul akibat bencana.

4. Bongkaran puing bangunan.


5. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah.

6. Sampah yang timbul secara periodik.

IV. PROSEDUR KERJA

1. Tahap awal melakukan pencampuran antara semen dan air.

2. Pencampuran dilakukan dengan variasi air (lumpur) dimulai dai 20 sampai 40% dari berat
semen. Mengambil pencampuran yang paling baik.

3. Kemudian menimbang semen dan lumpur dan dimasukkan ke dalam wadah 2 Liter dan
diaduk.

4. Setelah pencampuran semen dan limbah lumpur maka ditambahkan ke dalam campuran
tersebut dengan air lalu diaduk sehingga merata.

5.Kemudian hasil adukan tersebut dimasukkan ke dalam tabung politelien yang tersedia. Lalu
digetarkan lebih kurang 1 menit, setelah itu tabung ditutup dan diperam selama beberapa hari.

6. Setelah pemeraman selesai dilakukan pengujian terhadap kuat tekan, menguji permeabilitas
dan menguji lindi.

Standarisasi Larutan KMnO4

1. Membuat larutan 0,1 N KMnO4, 500 ml.

2. Natrium oksalat dikeringkan dalam oven pada suhu 105 110

C selama 2 jam setelah itu mendinginkan dalam desikator.

3. Menimbang natrium oksalat sebanyak 300 mg, memasukkan ke dalam Erlenmeyer.

4. Melarutkan 2,5 ml H2SO4 pekat dalam air 250 ml.

5. Memasukkan larutan H2SO4 tersebut ke dalam Erlenmeyer yang berisi natrium oksalat.
Menghomogenkan dan mendinginkan sampai 24 C.
6. Menitrasi dengan 0,1 N KMnO4 sampai volume 35 ml, lalu memanaskan sampai 55 60 C
dan melanjutkan titrasi setetes hingga berubah warna menjadi merah muda.

Penentuan Besi dengan KMnO4

1. Melarutkan 4 gr cuplikan (FeSO4.7H2O) dalam air demineral 100 ml.

2. Memipetkan 25 ml larutan cuplikan ke dalam Erlenmeyer berukuran 250 ml dan


menambahkan 25 ml 0,5 M H2SO4.

3. Menitrasi dengan larutan standar 0,1 N KMnO4 sampai warna merah muda tidak berubah lagi.

V. DATA PENGAMATAN

Standarisasi Larutan KMnO4


No. Garam Analit (Natrium Oksalat) Volume Titran (KMnO4)
1 300 mg 49 ml
2 300 mg 50 ml

Penentuan Besi dengan KMnO4


No. Volume Analit Volume Titran
1 25 ml 0,98 ml
2 25 ml 0,8 ml
3 25 ml 0,6 ml
4 25 ml 0,4 ml
5 25 ml 0,1 ml
VI. PERHITUNGAN
Standarisasi Larutan KMnO4
1. Menentukan Normalitas KMnO4

224
= 4 . 4
224

300
= 49,5 . 4
134 /
2

600
= 49,5 . 4
134

N KMnO4 = 0,0904565

Penentuan Besi Setelah Solidifikasi


V sampel cairan = 25 ml
gr semen = 50 gr
V titran (KMnO4) = 0,98 ml
4 4
% = 100 %

0,98 56
0,0904565 2
% = 1000 100 %
25
0,05
500
= 99,2850544 %
V sampel cairan = 25 ml
V titran = 0,8 ml
0,8 56
0,0904565 2
% = 1000 100 %
25
0,05
500
= 81,0489344 %
V sampel cairan = 25 ml
V titran = 0, 6 ml
0,6 56
0,0904565 2
% = 1000 100 %
25
0,05
500
= 60,7867008 %
V sampel cairan = 25 ml
V titran = 0, 4 ml
0,4 56
0,0904565 2
% = 1000 100 %
25
0,05
500
= 40,5244672 %
V sampel cairan = 25 ml
V titran = 0,1 ml
0,1 56
0,0904565 2
% = 1000 100 %
25
0,05
500
= 10,1311168 %
VI. ANALISA PERCOBAAN

Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan pada solidifikasi untuk limbah B3.
Dimana solidifikasi ini bertujuan untuk mencegah penyebaran limbah cair (berupa limah B3
yang mengandung Fe2SO4) yang berbahaya dengan mengubahnya dalam bentuk padat sehingga
akan lebih mudah untuk menanganinya. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah semen.
Hal ini dikarenakan semen memiliki komposisi yang konsisten beserta struktur fisiknya yang
kuat.

Dari hasil yang telah dilakukan, didapatkan masing masing 5 sampel berisi air limbah
B3 sebanyak 50 ml, dengan menambahkan semen sebanyak 50 150 gr variasinya. Setelah itu
sampel kami diamkan selama beberapa hari, dan setelah 3 hari kami pindahkan sampel yang
sudah mengeras ke dalam wadah yang baru serta ditambahkan air aquadest sebanyak 50 ml lalu
didiamkan kembali selama 5 hari.

Di hari ke lima, air sisa dari sampel tersebut kami pipet sebanyak 25 ml masing masing. Dan
ditambahakan H2SO4 lalu di titrasi. Dari hasil data pengamatan dapat diketahui bahwa semakin
sedikit volume titrannya.

Dan juga semakin banyak kandungan gram semennya makan semakin sedikit %
kandungan Fe (besinya). Hal ini dapat terjadi karena semakin banyak gram semennya, maka
sampel semakin kuat daya tekannya dan kekerasannya semakin tinggi pula sehingga daya
mengikat kandungan Fe nya akan semakin kuat juga.

VIII. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

Solidifikasi bertujuan untuk mencegah penyebaran limbah yang berbahaya dengan


mengubahnya dalam bentuk padat sehingga akan lebih mudah untuk menanganinya.
Semakin banyak kandungan gram semennya, maka semakin sedikit % nilai kandungan
besinya.
Dari 5 sampel, maka sampel dengan 150 gr semen yang paling optimal mengikat atau
menyerap kandungan Fe.
IX. TUGAS
1. Apa yang dimaksud dengan limbah B3 ?
Limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
dana tau beracun yang karena sifat dana tau konsentrasinya dana tau merusak
lingkungan hidup atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta mahluk hidup lain.

2. Apa tujuan solidifikasi ?


Solidifikasi bertujuan untuk mencegah penyebaran limbah cair ke lingkungan dengan
membentuk padatan sehingga lebih mudah ditangani.

3. Selain semen bahan apa saja yang digunakan untuk solidifikasi ?


Selain semen dapat digunakan fly ash, kaca , dan termoplastik.

4. Apa keuntungan solidifikasi dengan semen ?


Keuntungannya :
a. Mengandung komposisi yang konsisten.
b. Reaksi setting, pengerasan dan fiksasi berjalan lebih bagus dibandingkan bahan
lainnya.
c. Murah

5. Pada kondisi pH berapa solidifikasi dapat dilakukan dengan baik, jelaskan !


Pada kondisi pH = 7 (netral) karena jika proses pemadatan yang dilakukan oleh
semen berada pada pH yang asam maka hasil solidifikasi yang dilakukan gagal
karena memungkinkan bagi limbah cair keluar dari padatan tersebut.

6. Bagaimana kuat tekan dari hasil solidifikasi yang dilakukan ?


Pada sampel yang berisis 150 gr semen, paling optimal kuat tekannya mengikat
limbah.
X. DAFTAR PUSTAKA
http://limbahb3-limbahb3-blosspot.com/
Jobsheet . 2017 . Teknologi Pengolahan Limbah . Palembang : Politeknik Negeri
Sriwijaya.
http://banksampahbersih.blogspot.com/2013/02/sampah-b3-bahan-berbahaya-dan-
beracun.html.

Anda mungkin juga menyukai