I. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat melakukan proses solidifikasi limbah
berbahaya agar kontaminan dalam bentuk terlarut dapat larut atau terekstrak kembali ke air dan
tidak menyebar ke lingkungan.
1. Pengaduk
2. Wadah polytilen
6. pH meter
2. Semen
3. Fly ash
III. DASAR TEORI
Solidifikasi adalah proses pemadatan limbah berbahaya sedimikian rupa sehingga mempunyai
sifat fisik, kimia yang stabil sehingga aman untuk penanganan. Proses selanjutnya mulai
pengangkutan, penyimpanan, sementara sampai penyimpanan lestarr. Bahan yang dapat
digunakan untuk proses solidifikasi adalah semen, semen fly ash.
TEORI TAMBAHAN
SOLIDIFIKASI
Mekanisme solidifikasi dengan menggunakan semen. Selama absorbsi air, senyawa mineral
terhidrasi membentuk substansi dispersi koloid yang disebut sol. Sol tersebut kemudian di
koagulasi dan dipresipitasi (pengkondisian akhir). Gel yang terbentuk kemudian dikristalisasi.
Solidifikasi menggunakan semen merupakan asalah satu alternative pengolahan limbah dengan
tujuan untuk mengurangi interaksi pencemaran lingkungan. Teknologi solidifikasi limbah
didasarkan pada interaksi limbah membentuk padatan limbah baik secara fisika maupun kimiawi.
- Karakteristik solidifikasi:
Logam murni membeku pada temperature konstan yaitu sama dengan temperature
pembekuannya / temperature leburnya.
Suatu panduan yang memiliki komposisi tertentu (komposisi eutentika) bila mengalami
pendinginan ssangat lambat maka pembekuan akan berlangsung pada temperature konstan.
- Tiga hal yang umumnya dilakukan dalam proses solidifikasi, yaitu:
1. Fisika
2. Kimia
Mencangkup Ph, reaksi redoks, kapasitas penetralan asam, kebasahan, dan kandungan senyawa
organic.
3. Peluluhan
LIMBAH B3
1. Pengertian Limbah B3
Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan
atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.
Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu
kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat
(toxicity, flammability,reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia.
2. Identifikasi Limbah B3
1. Berdasarkan sumber
2. Berdasarkan karakteristik
3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk yang
tidak memenuhi spesifikasi.
1. mudah meledak;
2. pengoksidasi;
5. mudah menyala;
7. sangat beracun;
8. beracun;
9. berbahaya;
10. korosif;
13. karsinogenik;
14. teratogenik;
15. mutagenik.
Karakteristik limbah B3 ini mengalami pertambahan lebih banyak dari PP No. 18 tahun 1999
yang hanya mencantumkan 6 (enam) kriteria, yaitu:
1. mudah meledak;
2. mudah terbakar;
3. bersifat reaktif;
4. beracun;
5. menyebabkan infeksi;
6. bersifat korosif.
Pengolahan Limbah B3
Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan kandungan limbah.
Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan dengan proses sbb:
2. proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan penyisihan komponen-
komponen spesifik dengan metode kristalisasi, dialisa, osmosis balik, dll.
3. proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi racun dan kandungan
limbah B3 dengan cara membatasi daya larut, penyebaran, dan daya racun sebelum limbah
dibuang ke tempat penimbunan akhir
4. proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah menggunakan alat
khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran harus mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika
suatu materi limbah B3 ingin dibakar (insinerasi) dengan berat 100 kg, maka abu sisa
pembakaran tidak boleh melebihi 0,01 kg atau 10 gr.
Teknologi Pengolahan
1. Chemical Conditioning
Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. Tujuan utama
dari chemical conditioning ialah:
4. memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioningyang masih memiliki nilai ekonomi
seperti gas methane yang dihasilkan pada proses digestion
5. mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman dan dapat
diterima lingkungan
1. Concentration thickening
4. Disposal
2. Solidification/Stabilization
Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan
tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta
untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses
pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif.
1. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah dibungkus dalam
matriks struktur yang besar
3. Precipitation
4. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada bahan pemadat
melalui mekanisme adsorpsi.
5. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke bahan padat
6. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa lain yang
tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali.
3. Incineration
SAMPAH B3
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan sampah,
sampah B3 merupakan sampah spesifik yang meliputi:
2. Pencampuran dilakukan dengan variasi air (lumpur) dimulai dai 20 sampai 40% dari berat
semen. Mengambil pencampuran yang paling baik.
3. Kemudian menimbang semen dan lumpur dan dimasukkan ke dalam wadah 2 Liter dan
diaduk.
4. Setelah pencampuran semen dan limbah lumpur maka ditambahkan ke dalam campuran
tersebut dengan air lalu diaduk sehingga merata.
5.Kemudian hasil adukan tersebut dimasukkan ke dalam tabung politelien yang tersedia. Lalu
digetarkan lebih kurang 1 menit, setelah itu tabung ditutup dan diperam selama beberapa hari.
6. Setelah pemeraman selesai dilakukan pengujian terhadap kuat tekan, menguji permeabilitas
dan menguji lindi.
5. Memasukkan larutan H2SO4 tersebut ke dalam Erlenmeyer yang berisi natrium oksalat.
Menghomogenkan dan mendinginkan sampai 24 C.
6. Menitrasi dengan 0,1 N KMnO4 sampai volume 35 ml, lalu memanaskan sampai 55 60 C
dan melanjutkan titrasi setetes hingga berubah warna menjadi merah muda.
3. Menitrasi dengan larutan standar 0,1 N KMnO4 sampai warna merah muda tidak berubah lagi.
V. DATA PENGAMATAN
224
= 4 . 4
224
300
= 49,5 . 4
134 /
2
600
= 49,5 . 4
134
N KMnO4 = 0,0904565
Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan pada solidifikasi untuk limbah B3.
Dimana solidifikasi ini bertujuan untuk mencegah penyebaran limbah cair (berupa limah B3
yang mengandung Fe2SO4) yang berbahaya dengan mengubahnya dalam bentuk padat sehingga
akan lebih mudah untuk menanganinya. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah semen.
Hal ini dikarenakan semen memiliki komposisi yang konsisten beserta struktur fisiknya yang
kuat.
Dari hasil yang telah dilakukan, didapatkan masing masing 5 sampel berisi air limbah
B3 sebanyak 50 ml, dengan menambahkan semen sebanyak 50 150 gr variasinya. Setelah itu
sampel kami diamkan selama beberapa hari, dan setelah 3 hari kami pindahkan sampel yang
sudah mengeras ke dalam wadah yang baru serta ditambahkan air aquadest sebanyak 50 ml lalu
didiamkan kembali selama 5 hari.
Di hari ke lima, air sisa dari sampel tersebut kami pipet sebanyak 25 ml masing masing. Dan
ditambahakan H2SO4 lalu di titrasi. Dari hasil data pengamatan dapat diketahui bahwa semakin
sedikit volume titrannya.
Dan juga semakin banyak kandungan gram semennya makan semakin sedikit %
kandungan Fe (besinya). Hal ini dapat terjadi karena semakin banyak gram semennya, maka
sampel semakin kuat daya tekannya dan kekerasannya semakin tinggi pula sehingga daya
mengikat kandungan Fe nya akan semakin kuat juga.
VIII. KESIMPULAN