Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Industri tahu adalah salah satu industri kecil yang berpotensi
menyebabkan masalah lingkungan, hampir diseluruh daerah di
Tasikmalaya mempunyai industri pembuatan tahu dan banyak dari mereka
tidak memiliki instalasi pemanfaatan limbah dan pengolahan limbah.
Karena di butuhkan biaya yang cukup besar. Sehingga kebanyakan dari
industri tersebut membuang limbah langsung ke sungai atau kolam ikan
yang menyebabkan lingkungan disekitarnya tercemar dan masyarakat
sekitarpun merasa kurang nyaman dengan aroma yang ditimbulkan dan air
yang tercemar.
Air yang tercemar umumnya mempunyai bahan organik yang
tinggi sehingga banyak mengandung mikroorganisme. Bahan organik
dalam air erat hubungannya dengan terjadinya perubahan sifat fisika dari
air, terutama dengan timbulnya bau, warna rasa dan kekeruhan. Zat
organik ini sifatnya sangatlah mudah mengalami pembusukan oleh bakteri
dengan menggunakan oksigen terlarut. Nilai ambang batas zat organik
yaitu 10 mg/L. Penyimpangan terhadap standar ini adalah tumbuhnhya bau
yang tidak sedap dan menyebabkan sakit perut bila di konsumsi .
Penetuan zat organik bisa menggunakan 2 metode yaitu
spektrofotometri dan titrimetri . Pada metode titrimetri zat organik dapat
dianalisa dengan menggunakan metode permanganometri yaitu dengan
titrasi redoks yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh KMnO4 . Titrasi ini
melibatkan 2 tahapan yaitu titrasi analit dengan larutan KMnO4 dengan
asam oksalat . Walaupun KMnO4 sebagai oksidator yang di pakai tidak
dapat mengoksidasi semua zat organic yang ada, namun cara ini sangat
praktis, cepat pengerjaannya, lebih akurat dan teliti.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Berapakah zat organik yang terkandung dalam sampel?
2. Apakah limbah tersebut layak jika dibuang langsung ke
lingkungan?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Dapat mengetahui kadar zat organik yang terkandung dalam
sampel
2. Dapat menentukan layak atau tidaknya jika limbah tersebut
dibuang secara langsung ke lingkungan

2
BAB II

PELAKSANAAN LABORATORIUM

PENYUSUNAN KEGIATAN

HARI /
KEGIATAN HASIL KEGIATAN
TANGGAL

Senin, 11 Presentasi rencana


PPT
Oktober 2021 kegiatan

Kamis, 14 Presentasi rencana


PPT
Oktober 2021 kegiatan

 KMnO4 0,1N
Senin, 18
Pembuatan pereaksi  H2SO4 4N bebas zat
Oktober 2021
organik
 Kadar zat organik sampel
Senin, 25 daerah Indihiang
Praktikum
Oktober 2021  Kadar zat organik sampel
daerah Nagrog

Kamis, 28
Evaluasi Praktikum Jurnal akhir
Oktober 2021

3
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. LIMBAH CAIR TAHU


Limbah tahu berasal dari buangan atau sisa pengolahan kedelai
menjadi tahu yang terbuang karena tidak terbentuk dengan baik
menjadi tahu sehingga tidak dapat dikonsumsi. Limbah tahu terdiri
atas dua jenis yaitu limbah cair dan limbah padat. Limbah cair
merupakan bagian terbesar dan berpotensi mencemari lingkungan.
Limbah ini terjadi karena adanya sisa air tahu yang tidak menggumpal,
potongan tahu yang hancur karena proses penggumpalan yang tidak
sempurna serta cairan keruh kekuningan yang dapat menimbulkan bau
tidak sedap bila dibiarkan (Nohong, 2010).
Limbah cair pada proses produksi tahu berasal dari proses
perendaman, pencucian kedelai, pencucian peralatan proses produksi
tahu, penyaringan dan pengepresan atau pencetakan tahu. Sebagian
besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah
cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut air dadih.
Cairan ini mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera
terurai. Limbah ini sering dibuang secara langsung tanpa pengolahan
terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau bususk dan mencemari
lingkungan (Kaswinami, 2007)
B. KANDUNGAN LIMBAH CAIR TAHU
Limbah cair industri tahu mengandung bahan-bahan yang tinggi
terutama protein dan asam-asam amino. Adanya senyawa-senyawa
organik tersebut menyebabkan limbah cair industri tahu mengandung
BOD, COD, dan TSS yang tinggi (Husin, 2003).
Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam industri cair tahu pada
umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik tersebut dapat berupa

4
protein, karbohidrat dan lemak. Senyawa protein memiliki jumlah yang
paling besar yaitu 40% - 60%, karbohidrat 25% - 50%, dan lemak 10%.
Bertambah lama bahan-bahan organik dalam limbah cair tahu, maka
volumenya semakin meningkat (Sugiharto, 1994).
Gas-gas yang biasa ditemukan dalam limbah cair tahu adalah oksigen
(O2), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3), karbondioksida (CO2) dan
metana (CH4). Gas-gas tersebut berasal dari dekomposisi bahan-bahan
organik yang terdapat dalam limbah cair tersebut (Herlambang, 2005).
C. TITRIMETRI
1. Pengertian
Titrimetri atau volumetri adalah salah satu cara pemeriksaan
jumlah zat yang luas pemakainya. Pada analisa titrimetri sangat
menguntungkan karena cara ini lebih akurat dan teliti serta dapat
digunakan untuk menentukan konsentrasi zat lain.
Pada dasarnya cara titrimetri ini terdiri dari pengukuran volume
larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara stokiometri
dengan zat yang ditentukan. Larutan pereaksi itu biasanya diketahui
konsentrasinya dengan pasti dan disebut pentiter atau larutan baku.
Titrasi adalah proses penambahan peniter kedalam zat yang akan
ditentukan konsentrasinya dengan menggunakan bantuan alat yang
disebut buret.
Pada proses titrasi juga ditambahkan larutan untuk menunjukkan
titik akhir titrasi. Pada proses titrasi juga dikenal dua titik yaitu titik
kesetaraan (ekuivalen) dan titik akhir titrasi. Titik kesetaraan akan
dicapai bila jumlah zat peniter dan zat yang akan ditentukan telah
bereaksi secara stoikiometri. Sedangkan titik akhir titrasi adalah titik
dimana titrasi dapat dihentikan dengan adanya perubahan warna dari
larutan dengan adanya penambahan indikator. Agar proses titrasi dapat
berjalan dengan baik sehingga memberikan hasil

5
2. Penggolongan Titrimetri
Penggolongan titrimetri berdasarkan pertidaksamaan kimia dapat
dibedakan menjadi empat bagian, yaitu :
a. Titrasi asam basa
Titrasi asam basa adalah didasarkan pada reaksi perpindahan
proton antara senyawa yang mempunyai sifat asam basa.
Dengan metode ini berbagai senyawa organik dan anorganik
dapat ditentukan dengan mudah. Untuk titrasi basa digunakan
larutan baku asam kuat,misalnya HCl, H2SO4. Sedangkan asam
dititrasi dengan larutan baku basa kuat, misalnya NaOH, KOH.
Titik akhir titrasi ditetapkan dengan bantuan indikator asam-
basa yang sesuai, atau secara potensimetri.
b. Titrasi Kompleksiometri
Titrasi kompleksiometri adalah didasarkan pada reaksi zat-zat
pengkompeks organik tertentu dengan ion-ion logam,
menghasilkan senyawa kompleks yang mantap. Zat
pengkompleks yang paling sering digunakan adalah asam
etilendiaminatetra asetat (EDTA), yang membentuk senyawa
kompleks yang mantap dengan beberapa ion logam. Titik akhir
titrasi ditetapkan dengan indikator logam secara potensiometri
dan spektrofotometri.
c. Titrasi Pengendapan
Titrasi pengendapan adalah didasarkan pada reaksi
pembentukan endapan yang sukar larut, misalnya ion-ion
halida (kecuali flourida), sering ditentukan dengan cara titrasi
dengan larutan perak nitrat. Titik akhir titrasi ini juga
ditentukan dengan bantuan indikator khusus atau secara
potensiometri.
d. Titrasi Oksidasi – Reduksi
Titrasi oksidasi – reduksi merupakan titrasi yang didasarkan
pada proses perpindahan elektron antara zat pengoksidasi

6
dengan zat pereduksi. Zat pengoksidasi dititrasi dengan larutan
baku zat pereduksi kuat, misalnya Na2S2O3, asam
askorbat.Sebaliknya, zat pereduksi dititrasi dengan larutan baku
zat pengoksidasi kuat, misalnya KMnO4, KBrO3, K2Cr2O7.
Titik akhir titrasi ditentukan dengan indikator oksidasi reduksi
yang sesuai atau secara potensiometri. Sedangkan pada titrasi
iodometri (salah satu metode oksidasi reduksi) digunakan
larutan kanji sebagai indikator khusus (Rivai, 1995).
3. Permanganometri
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan
reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada
reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan
baku tertentu.
Kalium Permanganat (KMnO4) telah lama dipakai sebagai
oksidator padapenentuan konsumsi oksigen untuk mengoksidasi bahan
organik, yang dikenal sebagai parameter nilai permanganat atau sering
disebut sebagai bahan organik total atau TOM (Total Organic Matter).
Akan tetapi, kemampuan oksidasi oleh permanganat sangat bervariasi,
tergantung pada senyawa-senyawa yang terkandung di dalam air
(Effendi, 2003).
Uji coba ini dengan cepat menunjukkan kebutuhan langsung
oksigen yang di sebabkan oleh zat-zat anorganik yang dioksidasi,
seperti nitrit, sulfida, sulfit dan sebagainya, maupun oleh zat-zat
organik yang dapat dioksidasi dengan mudah. Uji coba permanganat,
yang dapat dikerjakan dengan cepat, dengan demikian, dapat
dipergunakan untuk memberikan gambaran kasar tentang BOD. Uji
coba permanganat selama empat jam merupakan uji coba kimia murni
dan mengukur jumlah zat pencemar yang dioksidasi secara kimiawi
oleh potasium permangananat. Uji coba permanganat menunjukkan
jumlah yang sesungguhnya dari pada kotorankotoran organik di dalam
suatu contoh (Mahida, 1993).

7
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. PRINSIP
Zat organik didalam air dioksidasi dengan KMnO4. Sisa
KMnO4 direduksi oleh asam oksalat. Kelebihan asam oksalat
dititrasi kembali oleh KMnO4. Sampai terjadi perubahan warna
dari tidak berwarna menjadi merah sangat muda. Hasil titrasi
ini menunjukkan berapa banyak kelebihan MnO4 sehingga nilai
permanganatnya bisa dihitung.
B. REAKSI
 Standarisasi
5C2O42- + 2MnO4- + 16H+  10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
 Penentuan kadar
o Reaksi oksidasi KMnO4 dalam kondisi asam
2 KMnO4 + H2SO4  2MnO4- + K2SO4 + 2H+
o Reaksi zat organik dapat dioksidasi dengan reaksi
C2H2O4 + Organik  2CO2 + H2O
o Reaksi titrasi
2MnO4- + 16H+ + 5C2O42-  2Mn2+ + 8H2O + 10CO2
C. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT :
 Neraca Analitik
 Kaca Arloji
 Spatula
 Labu Ukur 250ml
 Corong
 Erlenmeyer 250ml
 Beaker Glass 250ml
 Pipet Tetes

8
 Batang Pengaduk
 Pipet Volume 10ml dan 25ml
 Buret
 Klem dan Statif
 Bursen
 Kaki Tiga
 Kawat Kasa
 Tegel Putih
 Botol Semprot
2. BAHAN :
 H2SO4 4N bebas zat organik
 KMnO4 0,1N
 H2C2O4.2H2O 0,1N
 Sampel limbah tahu
 Aquadest
D. SAMPEL :
 Sampel 1 limbah dari industri tahu di daerah Indihiang
 Sampel 2 limbah dari komplek industri tahu di daerah
Nagrog
E. PROSEDUR
1. Persiapan sampel
o Kocok sampel uji dan pipet 50 ml secara duplo dan
masukkan kedalam erlemneyer 250ml
o Sampel siap uji
2. Standarisasi KMnO4
o Timbang + 1,575 gram H2C2O4.2H2O, bilasi kedalam labu
ukur 250ml
o Larutkan dengan aquadest dan encerkan hingga tanda batas
o Pipet 25,00ml larutan asam oksalat, masukkan kedalam
erlemeyer dan encerkan hingga tanda batas

9
o Pipet 25,00ml larutan asam oksalat, masukkan kedalam
erlemeyer 250ml
o Tambahkan 10ml larutan H2SO4 4N, lalu panaskan hingga
suhu + 70oC
o Titrasi dengan larutan KMnO4 yang akan ditentukan
konsentrasinya sampai terjadi perubahan warn dari tidak
berwarna menjadi merah sangat muda, pada akhir titrasi
suhu tidak boleh kurang dari 60oC
o Lakukan titrasi duplo sampai didapat berat yang konstan
o Hitung konsentrasi KMnO4
3. Penentuan Zat organik
o Pipet 50ml sampel dengan pipet volum secara duplo
kedalam erlenmeyer 250ml
o Tambahkan larutan baku kalium permanganat beberapa
tetes kedalam contoh hingga terjadi warna merah muda
o Tambahkan 10ml asam sulfat 4N bebas zat organik
o Masukkan 3 butir batu didih
o Panaskan diatas pemanas yang telah disiapkan pada suhu
103-105oC hingga mendidih selama 1 menit
o Tambahkan 10ml larutan baku kalium permanganat 0,1N
o Panaskan hingga mendidih selama 10 menit
o Tambahkan 10ml larutan baku asam oksalat 0,1N
o Titrasi dengan larutan baku kalium permanganat hingga
warna merah muda
o Lakukan titrasi duplo hingga diperoleh berat konstan
o Hitung nilai permanganatnya

10
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. DATA PERCOBAAN
 Asam oksalat yang ditimbang = 1,5360 gram
 Standarisasi KMnO4

Titrasi Vasam oksalat Vkalium permanganat Perubahan warna


Tidak berwarna-merah
1 25,00 23,30
muda
Tidak berwarna-merah
2 25,00 23,30
muda
Tidak berwarna-merah
Rata-rata 25,00 23,30
muda

 Penentuan sampel 1

Titrasi Vsampel Vkalium permanganat Perubahan warna


Tidak berwarna-merah
1 50,00 0,80
muda
Tidak berwarna-merah
2 50,00 0,80
muda
Tidak berwarna-merah
Rata-rata 50,00 0,80
muda

11
 Penentuan sampel 2

Titrasi Vsampel Vkalium permanganat Perubahan warna


Tidak berwarna-merah
1 50,00 9,50
muda
Tidak berwarna-merah
2 50,00 9,50
muda
Tidak berwarna-merah
Rata-rata 50,00 9,50
muda

B. PERHITUNGAN
 Asam oksalat (H2C2O4.2H2O) yang harus ditimbang
N × BE × mL
Gram =
1000
0 ,1 ×63 × 250
=
1000
6,3
= = 1,575 gram
4
 Rank 5%
5
×1,575 = 0,07875
100
(+) 1,575 + 0,07875 = 1,65375 gram
(-) 1,575 – 0,07875 = 1,49625 gram
 Normalitas asam oksalat yang sebenarnya
gram 1000
N= ×
BE mL
1,5360 1000
= ×
63 250
6,144
=
63
= 0,097523 = 0,0975 N
 Standarisasi KMnO4

12
V1 x N1 = V2 x N2
23,30 x N1 = 25 x 0,0975
2,4375
N1 =
23 , 30
= 0,104613 = 0,1046 N
 Kadar zat organik sampel 1
( 10+a ) ×b−( 10 × c ) 31 , 6 ×1000
Nilai permanganat =
d
( 10+0 , 80 ) ×0,1046−( 10 ×0,0975 ) 31 , 6 ×1000
=
50
= (10,8 x 0,1046 – 0,975) 31,6 x 20
= 0,071 x 31,6 x 20
mg
= 44,872
l
 Kadar zat organik sampel 2
( 10+a ) ×b−( 10 × c ) 31 , 6 ×1000
Nilai permanganat =
d
( 10+9 , 50 ) × 0,1046−( 10 ×0,0975 ) 31 ,6 × 1000
=
50
= (19,50 x 0,1046 – 0,975) 31,6 x 20
= 1,0647 x 31,6 x 20
mg
= 672,8904 = 672,89
l
C. DOKUMENTASI
D. PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, diketahui kadar zat organik dalam kedua
sampel sangatlah besar. Kadar zat organik tersebut diketahui dari
perhitungan nilai permanganatnya.
Sampel 1 mengandung lebih sedikit zat organik karena didaerah
tersebut hanya terdapat satu industri tahu dan satu tempat pembuangan
limbah, itu berbanding terbalik dengan sampel 2 yang diambil dari lokasi
yang banyak industri tahu dan hanya memiliki satu kolam tempat

13
pembuangan limbah sehingga tidak heran jika kadar zat organik yang
terkandung didalamnya jauh lebih besar.
Namun, meskipun kedua sampel memiliki kadar yang berbeda.
Teatp saja kedua limbah tersebut sangat tidak layak pakai karena batas
maksimum zat organik yang terkandung dalam air adalah 10 mg/L.
Dan sebisa mungkin untuk membuang limbah tersebut tidak
berdekatan dengan pemukiman warga dan sumber air seperti : sungai,
MCK, sumur, dll. Karena jika dibuang kedaerah yang berdekatan dengan
sumber air itu akan merusak kualitas air dilingkungan tersebut sehingga
bisa mengakibatkan masyarakat kesulitan air bersih dan jika memaksakan
untuk menggunakan air itu, maka masyarakat akan mengalami diare.
Kadar zat organik dalam air limbah bisa dikurangi dengan
memanfaatkan mikrobiologi atau tumbuhan air. Misalnya dengan
menggunakan proses lumpur aktif (activated sludge).

14
BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada penelitian ini, kadar zat organik yang terkandung dalam
sampel 1 yang berasal dari industri tahu daerah Indihiang adalah 44,872
mg/L. Sedangkan dalam sampel 2 yang berasal dari komplek industri tahu
Nagrog adalah 672,82 mg/L. Sehingga, kedua limbah tersebut tidak dapat
dibuang langsung ke lingkungan.
B. SARAN
Disarankan adar dalam analisis zat organik menggunakan alat yang
mempunyai tingkat efisiensi yang tinggi, waktu yang lebih singkat dan
tingkat keakuratan yang lebih besar.

15
16
DAFTAR PUSTAKA

Linda Yani, 2018 “ANALISA ZAT ORGANIK PADA AIR SUMUR GALIAN
DIWILAYAH LAU DENDANG DELI SERDANG SUMATERA UTARA DENGAN
METODE TITRASI PERMANGANOMETRI” skripsi. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara.

http://etheses.uin-malang.ac.id/1072/6/08620042%20Bab%202.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai