Anda di halaman 1dari 5

Uji Parameter Fisik Kimia dan biologi Limbah Cair

Parameter Fisik Limbah Peternakan

1. Densitas
Adalah perbandingan antara berat (basah/kering) dengan volume sampel limbah. Satuannya
adalah g/cm3

Fungsi pengukuran densitas adalah untuk merencanakan fasilitas pemompaan dan penyimpanan.
Limbah padat brp pellet, densitasnya meningkat, tp bila diuapkan densitasnya menurun.

2. Viskositas
Menentukan fase limbah apakah padat atau cair.
≥ 95% air  limbah cair
Antara 75% sampai 95%  limbah semi padat
< 75%  limbah padat
3. Jumlah Limbah

Jumlah limbah dapat dihitung dengan mengalikan estimasi produksi/BB x BB ternaknya. Perhitungan
jumlah limbah ini berkaitan dengan perancangan pembuatan instalasi penampungan limbah dan
pengolahan limbahnya sehingga nantinya tidak terjadi overload limbah

4. Kandungan Padatan

Padatan Limbah dapat diketahui dengan berbagai parameter seperti Total solid (TS), Total Volatile Solid
(TVS), Total Fixed Solid (TFS), Total Suspended Solid (TSS), Volatile Suspended Solid (VSS), Folatile
Suspended Solid (FSS), ), Total Dissolved Solid (TDS), Volatile Dissolved Solid (VDS), Folatile Dissolved
Solid (FDS).

Persamaannya:

TS = TVS + TFS

TSS = VSS + FSS

TDS = VDS + FDS

a. Total solid (TS)


Diperoleh dengan mengoven sampel limbah pada suhu 105°C hingga diperoleh berat tetap.
Persentase total solid bisa diperoleh dengan perhitungan:
B/A X 100%
Ket : B adalah bobot sampel setelah dioven
A adalah bobot sampel sebelum dioven
b. Total Fixed Solid
Diperoleh dari proses pengabuan sampel. Sampel TS setelah dioven dipanaskan pada suhu
600°C dengan alan Muffle Fumance selama 6-8 jam atau higga terbentuk abu putih sempurna.
Lalu sampel abu masuk desikator dan ditimbang.
c. TVS (Total Volatile Solid)
Dieroleh dari penguranangan Total solid dengan Total fixed solid. Nilai TVS mencerminkan
bahan organik yang hilang atau menguap saat proses pengabuan.
d. TSS (Total Suspended Solid)
Jumlah total padatan yang tersuspensi. Diperoleh dari penyaringan sampel dengan kertas saring
khusus berukuran 0.3 µm. Hasil penyaringan lalu dikeringkan pada suhu 105°C selam 24 jam.
e. FSS (Fixed Suspended Solid)
Diperoleh dari sampel TSS diabukan pada suhu 600°C dengan alan Muffle Fumance selama 6-8
jam atau higga terbentuk abu putih sempurna. Lalu sampel abu masuk desikator dan ditimbang.
f. VSS
Diperoleh dengan pengurangan TSS dengan FSS, mencerminkan padatan tersuspensi berupa
bahan organic yang hilang saat proses pengabuan.
g. TDS (Total Dissolved Solid)
Padatan terlarut susah dipisahkan secar fisik dan kimia tetapi dapat dipisahkan dengan proses
mikrobiologis.

Parameter Kimia Limbah

1. Logam : Cu, Zn, Bo, Fe dan Mn.


Keberadaan logam dalam limbah dalam kadar tertentu bahkan jenis tertentu hanya sedikit
dapat membahayakan kehidupan karena sifatnya toxic.
2. Unsur Hara / Bahan Organik
Ada : - unsur hara primer, seperti N, P2O5, K2O
-unsur hara sekunder, seperti S, Mg dan Ca
- unsur mikro seperti Fe, Mn, Cl, Zn
Limbah segar mengandung tinggi bahan organic dan ammonia (NH 3) yang rendah. Jumlah NH3
dapat bertambah karena ammonia merupakan hasil dekomposisi bahan organic oleh
mikroorganisme. Amonia teroksidasi menjadi nitrit oleh bakteri. Nitrit dapat teroksidasi jadi
Nitrat. Nitrit juga dapat tereduksi menjadi ammonia kembali. Adanya nitrit menunjukkan bahwa
limbah tidak stabil.
3. Electrical Conductivity (EC)
Merupakan estimasi dari kkadar garam anorganik dalam limbah. Fungsi pengujian EC adalah
untuk membatasi seberapa banyak limbah yang dapat diaplikasikan ke tanah.
4. pH
Nilai pH berguna untuk pengontrolan proses pengolahan limbah.

Parameter Biologi Limbah

1. Biokimia
a. DO (Disolved oxygen)

dissolve oxygen (DO) menunjukkan jumlah oxygen yang terlarut dalam air/limbah tersebut yang dapat
diguakan sebagai dasar penilaian apakah air itu bersih atau kotor. DO juga menjadi dasar dalam menilai
kepekatan dari suatu limbah.

Nilai DO dapat ditentukan dengan :

- Metode Iodometri
- Metode Winkler (titrasi)
Prinsipnya oksigen dalam samel limbah akan mengoksidasi MnSO 4 yang ditambahkan dalam
larutan pada keadaan alkalis sehinga terjadi endapan MnO(OH) 2. Penambahan asam sulfat dan
kalium iodide maka akan membebaskan iodin yang ekuivalen dengan oksigen terlarut. Iodin
yang dibebaskan lalu dianalisa dengan titrasi iodometris oleh larutan standar sodium tiosulfat
dengan indicator kanji

b. BOD (Biochemical Oxygen Demand)

BOD menunjukkan jumlah oksigen yang diperlukan mikrooranisme untku mengoksidasi komponen
bahan organik limbah secara biokimiawi pada jangka wkt dan suhu tertentu dengan kondisi aerob.
Bahan organic yang dapat didekomposisi yang digunakan oleh bakteri sebagai bahan makanannya. BOD
juga digunakan sebagai parameter yang untuk mengukur beban pencemaran oleh limbah organik (cair)

Dalam hal pengolahan limbah BOD digunakan dalam penentuan ukuran fasilitas pengolahan limbah dan
untuk mengukur efisiensi beberapa proses pengolahan

Prinsip pengukuran BOD yaitu mengukur atau menghitung kandungan oksigen sebelum dan sesudah
inkubasi. Masa inkubasi yang digunakan biasanya lamanya 5 hari sehingga kadar DO akhir sering disebut
DO5. Selisih DOi-DO5 merupakan nilai BOD dalam miligram oksigen per liter (mg/L). Kandungan oksigen
terlarut awal (DOi) dari sampel limbah diukur segera setelah pengambilan sampel. Untuk pengukuran
DO5 diinkubasi selama 5 hari dengan suasana gelap dan suhu konstan (20oC). Prinsip dalam kondisi
gelap agar tidak terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen dan suhu yang tetap selama 5
hari diharapakan hanya terjadi proses dekomposisi oleh mikroorganisme yang terjadi hanya penggunaan
oksigen dan oksigen tersisa dihitung sebagai DO5. Inkubasi berlangsung selama 5 hari dengan anggapan
bahwa selama waktu itu persentase reaksi cukup besar dari total BOD. Nilai BOD 5 hari merupakan
bagian dari total BOD dan nilai BOD 5 hari merupakan 70 - 80% dari nilai BOD total.

Reaksi oksidasi hasilnya CO2, H2O, NH3

Semakin tinggi nilai BOD berarti kandungan bahan organic dalam aor semakin tinggi sehingga
mikroorganisme menghabiskan semua O2 terlarut untuk mengurai zat organic. Kejadian ini malah
berbahaya karena ketika O2 habis maka keadaan lingkungan menjadi anaerob dan kehidupan dalam air
sebagian besar mati.

Nilai BOD dipengaruhi oleh jenis limbah, derajad keasaman (pH) dan kondisi air secara keseluruhan.
Kandungan senyawa organik yang tinggi pada air limbah mengakibatkan terjadinya peningkatan nilai zat
padat tersuspensi. Sedangkan hasil uji penetapan COD nantinya bisa digunakan untuk penentuan beban
cemaran, besarnya kebutuhan oksigen total yang akan mengoksidasi bahan organik dalam limbah
menjadi CO2 dan H2O

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengukuran BOD :

1. bebas dari bahan racun yang dapat membunuh mikroorganisme

2. pH harus sesuai

3. temperatur harus sesuai


4. cukup tersedia nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme

5. terdapat sejumlah populasi organisme

c. COD (Chemical Oxygen Demand)

Mencerminkan jumlah oksigen dalam mg O2 dibutuhkan untuk oksidasi secara kimia bahan organik
limbah di bawah suhu tinggi, suasana asam dan adanya oksidator kuat. COD sebagai pengukuran
efisiensi pengolahan limbah

Kebutuhan oksigen secara kimiawi diukur dengan menggunakan uji COD yaitu suatu pembakaran kimia
secara basah dari bahan organik dalam sampel. Untuk mengoksidasi bahan organik pada suhu tinggi
digunakan larutan asam dikromat (K2Cr2O7). Prinsip pengukuran COD adalah penambahan sejumlah
tertentu kalium dikromat sebagai oksidator pada sampel (dengan volume tertentu) yang ditambahkan
perak sulfat sebagai katalisator kemudian dipanaskan beberapa waktu tertentu. Kelebihan kalium
dikromat dititrasi sehingga bisa diketahui banyaknya kalium dikromat yang dipakai untuk mengoksidasi
bahan organik dalam sampel sehingga nilai COD dapat dihitung.

HUBUNGAN BOD dan COD

Selisih nilai COD dan BOD memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit terurai yang ada di
perairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan COD tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari COD sehingga COD
menjelaskan jumlah total bahan organik yang ada. Untuk menurunkan nilai parameter COD limbah
laboratorium bisa menggunakan proses koagulasi (Yohana,2017) koagulasi merupakan peristiwa
destabilisasi dari partikel-partikel koloid dimana tolak menolak diantara partikel berkurang salah satu
bahan yang digunakan untuk proses koagulasi menggunakan tawas.

Syarat nilai yaratkan sebesar 50 mg/L, COD sebesar 110 mg/L untuk COD

d. TOC (Total Organic Carbon)

Merupakan jumlah senyawa organik biodegradable termasuk karbon organik yang terkandung di dalam
lignin, selulosa dan senyawa kimia lainnya

TOC digunakan untuk mengukur semua bahan yang bersifat organik. TOC diukur dengan konversi
karbon organic dalam air limbah secara oksidasi katalitik pada suhu 900°C menjadi karbon dioksida
selama 5-10 menit. Nilai TOC berkorelasi dengan uji BOD 5 dan COD. BOD dan COD menggunakan
pendekatan oksigen, TOC menggunakan pendekatan karbon. TOC sulit dilakukan karena membutuhkan
alat yang canggih.

Hubungan BOD dengan COD  BOD rendah ; COD tinggi  bahan organik yang tidak dapat diurai secara
biologis atau berupa bahan beracun

2. Parameter mikrobiologi
a. Total coliform

Sebagai parameter kebersihan. Metode untuk penentuan jumlah atau kadar coliform adalah dengan
berbagai metode seperti – Metode P-A (presence-absence)

-Membrane filter
-Multi tube fermentation (MTF)

b. Total count
Metode MPN perkiraan dengan metode statistic
TPC (total plate count)  dengan inkubasi bakteri pada suatu medium yang telah diencerkan
bertingkat (bakterinya). Nanti koloni dihitung

c. Bakteri Patogen seperti E. Coli, salmonella

Anda mungkin juga menyukai