Disusun Oleh:
Klorida dapat ditemukan di semua air alami dengan konsentrasi yang beragam. Konsentrasi
klorida biasanya berjalan lurus dengan kandungan mineral yang ada di air. Semakin tinggi kandungan
mineral, semakin tinggi juga kandungan klorida yang dapat ditemukan. Konsentrasi klorida di tingkat
yang wajar tidak berbahaya bagi manusia. Standar konsentrasi klorida di air minum sebesar 250
mg/L karena apabila konsentrasinya lebih besar akan memberikan rasa asin pada air.
Metode yang relatif murah untuk mengetahui konsentrasi klorida dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu dengan metode argentometrik dan prosedur merkuri nitrat. Selain itu, metode
alternatif lainnya dapat menggunakan metode ferrisianida (kolorimetri) yang dapat digunakan untuk
sampel dalam jumlah banyak.
1) Metode Argentometrik (Metode Mohr)
Metode Mohr menggunakan larutan silver nitrat untuk titrasi dan menggunakan metode
standar dengan larutan 0.0141 N. selama proses titrasi, ion klorida akan berubah menjadi klorida
putih silver, seperti pada reaksi (1). Potassium kromat digunakan sebagai indikator kelebihan Ag +
guna mendeteksi end point. Reaksi (2) menunjukkan bahwa semua klorida sudah terpresipitasi dan
kelebihan Ag+ berubah menjadi Ag2Cro4(s).
(1)
(2)
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menggunakan metode ini agar dapat
menghasilkan nilai yang akurat, yaitu:
a. Jumlah sampel yang digunakan harus seragam yaitu sebanyak 100 mL, sehingga konsentrasi
ion yang dibutuhkan untuk mendapatkan end point tetap konstan
b. pH larutan harus berkisar antara 7-8 karena Ag + akan terprespitasikan menjadi AgOH(s) pada
pH tinggi, dan CrO42- akan diubah menjadi Cr2O72- pada pH rendah
c. Jumlah indikator CrO42- yang digunakan harus pasti, jika tidak pembentukan Ag 2Cro4(s) akan
tidak sesuai waktu
2) Metode Merkuri Nitrat
Metode merkuri nitrat lebih tidak mudah dipengaruhi karena titrasi dilakukan pada smapel
dengan pH yang sudah disesuaikan sebesar 2.5. Ion Hg 2+ akan beraksi dengan Cl- dan membentuk
kompleks HgCl2 yang akan larut di air (3). Ketika konsentrasi Cl - mendekati 0, konsentrasi Hg2+ akan
meningkat hingga menjadi indikasi penambahan merkuri nitrat. Diphenylcarbazone digunakan untuk
menunjukkan keberadan kelebihan Hg2+ yang akan ditunjukkan dengan warna ungu.
(3)
3) Metode Ferrisianida
Ion merkuri yang terkandung di pentrasi mercuric thiocyanate akan membentuk komplek
senyawa terlarut dengan klorida. Hal ini akan melepaskan thiocyanate untuk beraksi dengan ion
ferric yang akan memberntuk ferric thiocyanate berwarna merah.
Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut menjadi salah satu perhatian penting karena keberadaanya di air sangat
mempengaruhi kehidupan makhluk hidup yang ada di air. Kelarutan oksigen di air sangat
dipengaruhi oleh suhu (Gambar 1), semakin tinggi suhu, semakin banyak oksigen terlaurt yang
dibutuhkan, di mana semakin sulit larut oksigen di air.
BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan bakteri untuk mendekomposisi bahan organic
pada kondisi aerobik. Dalam pengelolaan limbah, nilai BOD digunakan untuk menunjukkan kekuatan
polusi limbah domestik atau industri dalam hal kebutuhan oksigen yang digunakan untuk mengolah
limbah tersebut menjadi bebas limbah pada kondisi aerobik. Prosedurnya terdiri dari perhitungan
jumlah oksigen yang dibuthkan oleh organisme (kebanyakan bakteri) dalam memanfaatkan bahan
organik (sebagai sumber makanan) yang ada di limbah. Sampel yang diambil harus terlindungi dari
udara agar tidak terjadi reareaksi berupa adanya oksigen yang keluar atau masuk ke dalam air.
Penentuan nilai BOD dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan hanya menggunakan
perhitungan secara langsung, atau melewati proses dilusi (pengenceran). Pada sampel dengan nilai
BOD <7 mg/L, pencarian tidak diperlukan karena nilai DO yang terkandung dianggap hampir sama
dengan nilai saturasi pada awal tes. Sampel akan diaerasi pada suhu 20 oC untuk meningkatkan atau
menurukan kandungan gas terlarut agar mendekati nilai saturasi. Kemudian, botol BOD akan diisi
dengan sampel yang sudah diaerasi, di mana satu botol akan langsung dicek sedangkan botol
satunya akan didiamkan terlebih dahulu selama 5 hari. Perhitungan BOD secara langsung ini
menghasilkan nilai dalam kondisi semirip mungkin dengan kondisi aslinya. Namun sayangnya,
beberapa sampel akan mengalami kegagalan dalam perhitungannya.
Metode pengenceran dalam perhitungan BOD mengacu pada konsep dasar di mana laju
degradasi bahan organik secara biokimia secara langsung berkaitan dengan jumlah materi yang tidak
teroksidasi. Dalam perhitungan BOD, seluruh faktor yang memengaruhi laju degradasi BO harus
distabilkan dalam jumlah yang wajar yang meliputi bahan toksik, pH dan kondisi osmotik, kehadiran
nutrisi yang tersedia, suhu standar, dan kehadiran suatu populasi yang terduru dari berbagai macam
organisme.
Chemical Oxygen Demand (COD)
Chemical Oxygen Demand adalah pengukuran oksigen equivalen dari bahan organik dan
anorganik dalam sampel air yang mampu dioksidasi oleh bahan kimiawi pengoksidasi yang kuat
seperti misal bichromat. COD secara luas dipakai untuk mengukur bahan organik dan anorganik yang
mampu dioksidasi dalam perairan alami, limbah domestik dan industri. Dalam perhitungan COD,
bahan organik akan diubah menjadi karbondioksida dan air melalui asimilasi secara biologi, sehingga
nilai COD akan lebih besar dibandingkan BOD.
Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai agen pengoksidasi atara lain potassium
permanganate, ceric sulfate, potassium iodate, dan potassium dichromate. Sampai saat ini,
potassium dichromate dianggap sebagai agen pengoksidasi yang paling banyak digunakan karena
kemampuannya dalam mengoksidasi berbagai jenis senyawa organik menjadi karbondioksida dan air
hampir sempurnya. Terlebih lagi harganya yang murah dan dapat dihasilkan pada tingkat kejernihan
yang tinggi. Agar dapat mengoksidasi bahan organik secara sempurna, agen pengoksidasi harus
bersifat asam kuat .
Nilai COD menunjukkan jumlah O2 dalam satuan mg O2. Perhitungan nilai COD dari hasil
reaksi menggunakan agen pereaksi adalah sebagai berikut:
Nitrogen
Nitrogen merupakan senyawa yang sangat penting yang dapat ditemukan dalam berbagai
bentuk teroksidasi seperti ammonium (NH3), gas nitrogen (N2), dinitrogen monoksida (N2O),
nitrogen monoksida (NO), dinitrogen trioksida (N2O3), nitrogen dioksida (NO2), dinitrogen
pentaoksida (N2O5). Sedangkan bentuk terlarutnya dalam air dapat berupa ammonium, nitrit, dan
nitrat. Nitrogen yang ada di alam terbentuk dalam suatu siklus yang dinamakan siklus nitrogen
(Gambar 2).
Padatan atau solid merupakan bahan yang tersisa sebagai residu dari proses evaporasi dan
pengeringan pada suhu 103 sampai 105 oC. Padatan terdiri dari berbagai jenis yaitu padatan terlarut
dan tersuspensi, padatan tervolatilisasi, dan padatan yang menetap. Padatan terlarut dan
tersuspensi dapat digabungkan menjadi total padatan yang ada di larutan. Jenis padatan ini
merupakan padatan yang dapat lolos dari saringan 2.0 𝛍m. Sedangkan padatan tervolatilisasi
merupakan padatan yang didapatkan dari proses pembakaran di mana bahan organik akan diubah
menjadi gas karbondioksida dan air, dan kemudian tervolatilisasi. Padatan yang menetap adalah
jenis padatan yang menetap pada suspensi dalam keadaan tidak bergerak karena adanya pengaruh
gravitasi.
Penentuan jumlah padatan yang ada di larutan digunakan sebagai informasi dasar untuk
menentukan peruntukkan yang cocok dari air. Sebagai contoh air dengan kandungan padatan
terlarut yang tinggi dapat mengganggu proses irigasi tanaman. Oleh karena itu diperlukan
penentuan nilai jumlah padatan di air untuk penggunaan sehari-hari dengan beberapa cara, yaitu:
1) Total padatan, dapat dihitung dengan cara evaporasi dan pengeringan air yang biasnaya
menggunakan wadah platinum.
2) Specific Conductance, perhitungan padatan terlarut akan menunjukkan kapasitas dari sampel
untuk memuat arus listrik
3) Bahan terlarut dan tersuspensi, padatan tersuspensi dapat dihitung dengan menggunakan filtrasi
(penyaringan) dengan saringan yang berasal dari glass-fiber
Sedangkan berbagai jenis padatan yang ada dapat membantu dalam mengatasi
permasalahan limbah cair domestik. Masing-masing parameter tersebut dapat dihitung dengan cara
berikut:
1) Padatan yang menetap (settleable solid), padatan yang menetap dapat dihitung dengan Imhoff
cone (Gambar 3), di mana sampel akan didiamkan selama satu jam dalam kondisi yang tidak
berubah.
Gambar 3. Imhoff cone untuk mengukur padatan yang menetap
2) Total padatan, penetapan total padatan pada air limbah sedikit sulit karena susah
diinterpretasikan secara akurat, sehingga biasanya hanya diaplikasikan pada air limbah yang
mengandung proses sedimentasi
3) Padatan tersuspensi, digunakan untuk mengukur kekuatan air limbah dan menentukan efisiensi
dari unit pengelolaan air limbah.
Besi dan Mangan
Besi dan mangan dapat menyebabkan permasalahan serius pada ketersediaan air untuk
kegiatan sehari-hari. Keberadaan kedua senyawa tersebut di air sangat dipengaruhi oleh aktivitas
biologi serperti air tanah yang mengandung banyak ion besi dan mangan selalu mengandung banyak
karbondioksida yang diakibatkan oleh oksidasi bakteri pada kondisi anaerobik (DO rendah).
Perhitungan konsentrasi besi yang ada di larutan dapat menggunakan berbagai cara,
bergantung pada kuantitas dari larutan. Apabila larutan dalma jumlah banyak dapat menggunakan
metode presipitasi, sedangkan apabila jumlahnya relatif sedikit, metode kolorimetri jauh lebih baik.
Saat ini metode yang paling sering digunakan adalah metode Phenanthroline yang dapat
diaplikasikan ketika tidak tidak adanya fosfat ataiu logam berat di larutan. Senyawa 1,10-
phenanthroline akan mengikat Fe 2+ dan akan menghasilkan kompleks ion yang memiliki visual
berwarna orange-merah (Gambar 4). Larutan berwarna tersebut kemudian dapat dihitung
menggunakan perbandingan fotometrik (secara visual).