Anda di halaman 1dari 13

REVIEW 5

MATA KULIAH LABORATORIUM LINGKUNGAN

CHEMISTRY FOR ENVIRONMENTAL ENGINEERING AND SCIENCE

Disusun Oleh:

Jasminesia Sekarsrai Bayu 25322925

PROGRAM MATRIKULASI MAGISTER TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2023
Klorida

Klorida dapat ditemukan di semua air alami dengan konsentrasi yang beragam. Konsentrasi
klorida biasanya berjalan lurus dengan kandungan mineral yang ada di air. Semakin tinggi kandungan
mineral, semakin tinggi juga kandungan klorida yang dapat ditemukan. Konsentrasi klorida di tingkat
yang wajar tidak berbahaya bagi manusia. Standar konsentrasi klorida di air minum sebesar 250
mg/L karena apabila konsentrasinya lebih besar akan memberikan rasa asin pada air.
Metode yang relatif murah untuk mengetahui konsentrasi klorida dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu dengan metode argentometrik dan prosedur merkuri nitrat. Selain itu, metode
alternatif lainnya dapat menggunakan metode ferrisianida (kolorimetri) yang dapat digunakan untuk
sampel dalam jumlah banyak.
1) Metode Argentometrik (Metode Mohr)
Metode Mohr menggunakan larutan silver nitrat untuk titrasi dan menggunakan metode
standar dengan larutan 0.0141 N. selama proses titrasi, ion klorida akan berubah menjadi klorida
putih silver, seperti pada reaksi (1). Potassium kromat digunakan sebagai indikator kelebihan Ag +
guna mendeteksi end point. Reaksi (2) menunjukkan bahwa semua klorida sudah terpresipitasi dan
kelebihan Ag+ berubah menjadi Ag2Cro4(s).

(1)

(2)
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menggunakan metode ini agar dapat
menghasilkan nilai yang akurat, yaitu:
a. Jumlah sampel yang digunakan harus seragam yaitu sebanyak 100 mL, sehingga konsentrasi
ion yang dibutuhkan untuk mendapatkan end point tetap konstan
b. pH larutan harus berkisar antara 7-8 karena Ag + akan terprespitasikan menjadi AgOH(s) pada
pH tinggi, dan CrO42- akan diubah menjadi Cr2O72- pada pH rendah
c. Jumlah indikator CrO42- yang digunakan harus pasti, jika tidak pembentukan Ag 2Cro4(s) akan
tidak sesuai waktu
2) Metode Merkuri Nitrat
Metode merkuri nitrat lebih tidak mudah dipengaruhi karena titrasi dilakukan pada smapel
dengan pH yang sudah disesuaikan sebesar 2.5. Ion Hg 2+ akan beraksi dengan Cl- dan membentuk
kompleks HgCl2 yang akan larut di air (3). Ketika konsentrasi Cl - mendekati 0, konsentrasi Hg2+ akan
meningkat hingga menjadi indikasi penambahan merkuri nitrat. Diphenylcarbazone digunakan untuk
menunjukkan keberadan kelebihan Hg2+ yang akan ditunjukkan dengan warna ungu.
(3)
3) Metode Ferrisianida
Ion merkuri yang terkandung di pentrasi mercuric thiocyanate akan membentuk komplek
senyawa terlarut dengan klorida. Hal ini akan melepaskan thiocyanate untuk beraksi dengan ion
ferric yang akan memberntuk ferric thiocyanate berwarna merah.
Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut menjadi salah satu perhatian penting karena keberadaanya di air sangat
mempengaruhi kehidupan makhluk hidup yang ada di air. Kelarutan oksigen di air sangat
dipengaruhi oleh suhu (Gambar 1), semakin tinggi suhu, semakin banyak oksigen terlaurt yang
dibutuhkan, di mana semakin sulit larut oksigen di air.

Gambar 1. Kelarutan air dan nitrogen di air


DO dapat memberikan banyak informasi terutama pada pengolahan limbah. Pada limbah
cair, oksigen terlarut merupakan faktor yang menentukan apakah perubahan secara biologi
disebabkan oleh organisme aerobik atau anaerobik. Selain itu, penentuan nilai DO merupakan dasar
dari penentuan BOD yang akan berguna untuk dapat menentukan cara mengevaluasi kekuatan
polutan pada limbah domestic dan industri.
Menghitung nilai DO diawali dengan pengambilan sampel di lapangan kemudian dilakukan
titrasi menggunakan reagen (larutan thiosulfate 0.025 N) dan menggunakan agen pengoksidasi di
laboratorium. Agen pengoksidasi yang digunakan pada metode Winkler berupa Fe 3+ dan nitrat yang
akan dapat mengoksidasi I- dan I2.
Perhitungan DO juga dapat dilakukan secara in situ dengan menggunakan membrane
probes. Membran ini secara khusus digunakan untuk mengetahui profil DO di sumber air dan aliran
air, ataupun pada limbah cair. Nilai DO akan dapat diketahui dengan melihat hasil nilai BOD di mana
DO merupakan bagian dari BOD. Kalibrasi yang dilakukan menggunakan sampel air yang sudah
dianalisis nilai DO-nya menggunakan prosedur Winkler. Faktor yang perlu diperhatikan dalam
perhitungan secara in situ adalah suhu dan konduktivitas karena dapat mempengaruhi nilai DO yang
didapatkan.
Biochemical Oxygen Demand (BOD)

BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan bakteri untuk mendekomposisi bahan organic
pada kondisi aerobik. Dalam pengelolaan limbah, nilai BOD digunakan untuk menunjukkan kekuatan
polusi limbah domestik atau industri dalam hal kebutuhan oksigen yang digunakan untuk mengolah
limbah tersebut menjadi bebas limbah pada kondisi aerobik. Prosedurnya terdiri dari perhitungan
jumlah oksigen yang dibuthkan oleh organisme (kebanyakan bakteri) dalam memanfaatkan bahan
organik (sebagai sumber makanan) yang ada di limbah. Sampel yang diambil harus terlindungi dari
udara agar tidak terjadi reareaksi berupa adanya oksigen yang keluar atau masuk ke dalam air.
Penentuan nilai BOD dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan hanya menggunakan
perhitungan secara langsung, atau melewati proses dilusi (pengenceran). Pada sampel dengan nilai
BOD <7 mg/L, pencarian tidak diperlukan karena nilai DO yang terkandung dianggap hampir sama
dengan nilai saturasi pada awal tes. Sampel akan diaerasi pada suhu 20 oC untuk meningkatkan atau
menurukan kandungan gas terlarut agar mendekati nilai saturasi. Kemudian, botol BOD akan diisi
dengan sampel yang sudah diaerasi, di mana satu botol akan langsung dicek sedangkan botol
satunya akan didiamkan terlebih dahulu selama 5 hari. Perhitungan BOD secara langsung ini
menghasilkan nilai dalam kondisi semirip mungkin dengan kondisi aslinya. Namun sayangnya,
beberapa sampel akan mengalami kegagalan dalam perhitungannya.
Metode pengenceran dalam perhitungan BOD mengacu pada konsep dasar di mana laju
degradasi bahan organik secara biokimia secara langsung berkaitan dengan jumlah materi yang tidak
teroksidasi. Dalam perhitungan BOD, seluruh faktor yang memengaruhi laju degradasi BO harus
distabilkan dalam jumlah yang wajar yang meliputi bahan toksik, pH dan kondisi osmotik, kehadiran
nutrisi yang tersedia, suhu standar, dan kehadiran suatu populasi yang terduru dari berbagai macam
organisme.
Chemical Oxygen Demand (COD)

Chemical Oxygen Demand adalah pengukuran oksigen equivalen dari bahan organik dan
anorganik dalam sampel air yang mampu dioksidasi oleh bahan kimiawi pengoksidasi yang kuat
seperti misal bichromat. COD secara luas dipakai untuk mengukur bahan organik dan anorganik yang
mampu dioksidasi dalam perairan alami, limbah domestik dan industri. Dalam perhitungan COD,
bahan organik akan diubah menjadi karbondioksida dan air melalui asimilasi secara biologi, sehingga
nilai COD akan lebih besar dibandingkan BOD.
Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai agen pengoksidasi atara lain potassium
permanganate, ceric sulfate, potassium iodate, dan potassium dichromate. Sampai saat ini,
potassium dichromate dianggap sebagai agen pengoksidasi yang paling banyak digunakan karena
kemampuannya dalam mengoksidasi berbagai jenis senyawa organik menjadi karbondioksida dan air
hampir sempurnya. Terlebih lagi harganya yang murah dan dapat dihasilkan pada tingkat kejernihan
yang tinggi. Agar dapat mengoksidasi bahan organik secara sempurna, agen pengoksidasi harus
bersifat asam kuat .
Nilai COD menunjukkan jumlah O2 dalam satuan mg O2. Perhitungan nilai COD dari hasil
reaksi menggunakan agen pereaksi adalah sebagai berikut:
Nitrogen

Nitrogen merupakan senyawa yang sangat penting yang dapat ditemukan dalam berbagai
bentuk teroksidasi seperti ammonium (NH3), gas nitrogen (N2), dinitrogen monoksida (N2O),
nitrogen monoksida (NO), dinitrogen trioksida (N2O3), nitrogen dioksida (NO2), dinitrogen
pentaoksida (N2O5). Sedangkan bentuk terlarutnya dalam air dapat berupa ammonium, nitrit, dan
nitrat. Nitrogen yang ada di alam terbentuk dalam suatu siklus yang dinamakan siklus nitrogen
(Gambar 2).

Gambar 2. Siklus nitrogen


Meskipun nitrogen merupakan suatu senyawa penting bagi makhluk hidup, kelebihan suatu
bentuk nitrogen di lingkungan akan menimbulkan permasalahan yang besar pada atmosfer, daratan,
dan perairan.
1) Permasalah nitrogen di atmosfer
Permasalahan lingkungan yang menyangkut keberadaan nitrogen di atmosfer adalah
pembentukan smog, pemanasan global, dan rusaknya ozon. Smog terbentuk ketika bahan organik
yang teroksidasi Sebagian, NOx, dan sinar matahari bertemu pada kondisi meteorologi tertentu.
Smog dapat menyebabkan beberapa permasalahan yaitu iritasi mata, jarak pandang terbatas,
permasalahan ada tanaman budidaya, dan kesehatan manusia.
Bukan hanya berasal dari karbondioksida, pemanasan global dapat diakibatkan oleh gas
oksida nitrogen. Gas oksida yang terbentuk dari produksi bahan bakar, pembakaran biomassa,
denitrifikasi akibat peningkatan penggunaan pupuk menyumbang 6% terjadinya pemanasan global.
Meskipun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan karbondioksida di udara, satu molekul N 2O di udara
mampu menjerat panas sama dengan 200 molekul karbondioksida.
2) Permasalahan nitrogen di perairan
Nitrogen yang ditemukan di perairan kebanyakan dalam bentuk nitrogen organik dan
ammonia. Temuan tersebut menjelaskan bahwa air yang mengandung banyak ammonia dianggap
sebagai air yang baru tercemar dan memiliki potensi membahayakan. Sedangkan air yang tercermari
oleh nitrat dianggap sebagai air tercemar (sudah lama) yang hanya memiliki resiko kecil pada
kesehatan. Sedangkan dalam pengelolaan air limbah, kadar nitrogen yang dipantau untuk
mengetahui apakah air limbah mengandung nitrogen yang cukup untuk organisme.
Perubahan ammonia menjadi nitrit dan nitrit membutuhkan oksigen, sehingga berdampak
pada berkurangnya nilai DO di perairan. Bakteri nitrifikasi banyak dihasilkan dalam sistem
pengelolaan air limbah, sehingga ketika efluen dikeluarkan dan bakteri terbawa, akan menyebabkan
peningkatan proses nitrifikasi di perairan. Hal ini jelas akan berdampak pada nilai DO sehingga
mengganggu organisme lainnya.
Metode analisis untuk setiap bentuk nitrogen berbeda-beda, bergantung pada jenis nitrogen
yang akan dianalisis. Di air, nitrogen dapat ditemukan dalam bentuk ammonia, nitrit, nitrat dan
nitrogen organik, sehingga akan terdapat 4 metode analisis untuk menentukan nilai masing-masing
nitrogen tersebut.
1) Ammonia
Analisis untuk menentukan nilai ammonia dapat dilakukan dengan lima metode, yaitu:
a. Nesslerization yang sudah tidak banyak lagi digunakan karena reagennya mengandung
merkuri yang dapat memberikan dampak buruk bagi lingkungan
b. Direct Phenate Addition (penambagan fenat), dilakukan dengan cara menambahkan larutan
fenol alkalin dengan hipoklorit dan garam mangan yang dalam reaksinya akan menghasilkan
warna biru. Kekurangan dari metode ini adalah resiko terjadinya eror yang ebsar akibat
timbulnya warna asing dan kekerungan
c. Distilasi, berguna untuk memisahkan ammonia dari bahan-bahan lainnya. Selain itu
dilakukkan juga buffer berupa borat untuk menjaga pH larutan di angka 9.5 karena apabila
pH terlalu tinggi akar mengakibatkan ammonia terlepas dari sumber organik pada suhu didih
d. Analisis volumetrik, ketika sample mengandung >2 mg/L ammonia, konsentrasi dapat
diketahui dengan cara titrasi menggunakan larutan standar berupa asam sulfat setelah
dilakukannya pengenceran adan absorpsi ammonia pada asam borat
e. Ammonia-Selective Electrode, menggunakan membrane probe
2) Nitrogen organik
Semua nitrogen pada senyawa organik merupakan nitrogen organik, seperti asam amino,
asam nukleat, amines, amides, imides, dan lainnya. Secara spesifik, nitrogen organik yang terdapat di
limbah domestik kebanyakan dalam bentuk protein dan produk degradasinya seperti polipeptida
dan asam amino. Untuk mengetahui nilai nitrogen organik pada limbah dapat menggunakan metode
Kjeldahl dengan mengugnakan asam sulfat sebagai oagen pengoksidasi untuk membebaskan
nitrogen dalam bentuk ammonia.
3) Nitrit
Nitrit jarang ditemukan dalam konsetrasi lebih dari 1 mg/L pada efluen sekalipun, biasanya
memiliki nilai <0,1 mg/L. Karena nilainya yang sangat kecil, metode yang digunakan merupakan
metode yang sensitif agar dapat mendapatkan nilai yang terlampau kecil, berupa metode
Kolorimetri. Cara lain yang dapat digunakan adalah menggunakan ion kromatografi. Dari kedua
metode tersebut, metode Kolorimetri lebih banyak digunakan karena biaya yang lebih murah.
4) Nitrat
Metode yang dapat digunakan untuk menetukan konsentrasi nitrat yaiut:
a. Screening menggunakan Spektofotometri Ultraviolet, nitrat akan menyewat radiasi
ultraviolet dengan panjang gelombang 220 nm
b. Kromatografi ion dan elektroforesis kapilaritas ion, digunakan untuk analis nitrogen dengan
kadar >0.2 mg/L. Kekurangan dari metode ini adalah pembelian dan perawaran instrument
tang mahal
c. Elektroda nitrat, membran cair yang digunakan dapat mendeteksi kandungan nitrat sampai
nilai sekitar 1 mg/L
d. Reduksi cadmium, merupakan analisis nitrat paling sensitive menggunakan larutan NH 4Cl-
EDTA
5) Nitrogen total
Total nitrogen menggambarkan seluruh nitrogen yang ada di air yang meliputi ammonia,
nitrit, nitrat, dan organik nitrogen (tidak termasuk nitrogen dalam bentuk gas). Cara menghiutng
nitrogen total adalah dengan menjumlahkan semua nitrogen terlarut yang sudah didapatkan.
Padatan

Padatan atau solid merupakan bahan yang tersisa sebagai residu dari proses evaporasi dan
pengeringan pada suhu 103 sampai 105 oC. Padatan terdiri dari berbagai jenis yaitu padatan terlarut
dan tersuspensi, padatan tervolatilisasi, dan padatan yang menetap. Padatan terlarut dan
tersuspensi dapat digabungkan menjadi total padatan yang ada di larutan. Jenis padatan ini
merupakan padatan yang dapat lolos dari saringan 2.0 𝛍m. Sedangkan padatan tervolatilisasi
merupakan padatan yang didapatkan dari proses pembakaran di mana bahan organik akan diubah
menjadi gas karbondioksida dan air, dan kemudian tervolatilisasi. Padatan yang menetap adalah
jenis padatan yang menetap pada suspensi dalam keadaan tidak bergerak karena adanya pengaruh
gravitasi.
Penentuan jumlah padatan yang ada di larutan digunakan sebagai informasi dasar untuk
menentukan peruntukkan yang cocok dari air. Sebagai contoh air dengan kandungan padatan
terlarut yang tinggi dapat mengganggu proses irigasi tanaman. Oleh karena itu diperlukan
penentuan nilai jumlah padatan di air untuk penggunaan sehari-hari dengan beberapa cara, yaitu:
1) Total padatan, dapat dihitung dengan cara evaporasi dan pengeringan air yang biasnaya
menggunakan wadah platinum.
2) Specific Conductance, perhitungan padatan terlarut akan menunjukkan kapasitas dari sampel
untuk memuat arus listrik
3) Bahan terlarut dan tersuspensi, padatan tersuspensi dapat dihitung dengan menggunakan filtrasi
(penyaringan) dengan saringan yang berasal dari glass-fiber
Sedangkan berbagai jenis padatan yang ada dapat membantu dalam mengatasi
permasalahan limbah cair domestik. Masing-masing parameter tersebut dapat dihitung dengan cara
berikut:
1) Padatan yang menetap (settleable solid), padatan yang menetap dapat dihitung dengan Imhoff
cone (Gambar 3), di mana sampel akan didiamkan selama satu jam dalam kondisi yang tidak
berubah.
Gambar 3. Imhoff cone untuk mengukur padatan yang menetap

2) Total padatan, penetapan total padatan pada air limbah sedikit sulit karena susah
diinterpretasikan secara akurat, sehingga biasanya hanya diaplikasikan pada air limbah yang
mengandung proses sedimentasi
3) Padatan tersuspensi, digunakan untuk mengukur kekuatan air limbah dan menentukan efisiensi
dari unit pengelolaan air limbah.
Besi dan Mangan

Besi dan mangan dapat menyebabkan permasalahan serius pada ketersediaan air untuk
kegiatan sehari-hari. Keberadaan kedua senyawa tersebut di air sangat dipengaruhi oleh aktivitas
biologi serperti air tanah yang mengandung banyak ion besi dan mangan selalu mengandung banyak
karbondioksida yang diakibatkan oleh oksidasi bakteri pada kondisi anaerobik (DO rendah).
Perhitungan konsentrasi besi yang ada di larutan dapat menggunakan berbagai cara,
bergantung pada kuantitas dari larutan. Apabila larutan dalma jumlah banyak dapat menggunakan
metode presipitasi, sedangkan apabila jumlahnya relatif sedikit, metode kolorimetri jauh lebih baik.
Saat ini metode yang paling sering digunakan adalah metode Phenanthroline yang dapat
diaplikasikan ketika tidak tidak adanya fosfat ataiu logam berat di larutan. Senyawa 1,10-
phenanthroline akan mengikat Fe 2+ dan akan menghasilkan kompleks ion yang memiliki visual
berwarna orange-merah (Gambar 4). Larutan berwarna tersebut kemudian dapat dihitung
menggunakan perbandingan fotometrik (secara visual).

Gambar 4. Reaksi yang terjadi ketika dilakukan pemberian 1,10-phenanthroline


Konsentrasi mangan dalam larutan biasa dilakukan dengan metode kolorimetri berdasarkan
pada derajat oksidasi mangan yang akan membentuk ion permanganate yang sangat berwarna.
Warna yang dihasilkan akan secara jelas menunjukkan konsentrasi mangan yang ada dengan cara
melihat range warna secara visual menggunakan fotometrik. Namun, terkadang interfensi dari
klorida dapat mengganggu reaksi. Metode lain yang bisa digunakan untuk menghindari interfensi
klorida adalah dengan metode persulfate karena menggunakan ammonium persulfate sebagai agen
pengoksidasi. Selain itu membutuhkan Ag+ sebagai katalis untuk dapat mengoksidasi menangan
menjadi permanganate.

Anda mungkin juga menyukai