Anda di halaman 1dari 5

DISCUSSION (PAIR HOMEWORK)

Anggota Kelompok:

1. Anis Qurotul Aini 20023002


2. Hanifah Hasnamuthia Ramadhani (20023007)
3. Rita Da Costa Pinto (20023006)

Disruptive innovation tidak merujuk pada definisi untuk membuat produk jauh
semakin lebih baik. Disruptive innovation bertujuan memperjelas dalam melihat market di
masa depan. Teori ini mengubah produk yang secara historis memiliki harga yang tinggi,
sehingga yang dapat mengaksesnya hanya orang-orang yang memiliki biaya dan
keterampilan tinggi. Disruptive innovation menjadikan hal tersebut jauh lebih terjangkau dan
mudah diakses oleh siapapun. Hal tersebut dilakukan karena saat ini perkembangan teknologi
yang cukup pesat membuat berbagai aspek telah berubah, sehingga perlu untuk dapat
mengikuti arus dan fleksible dalam perkembangannya agar tidak mengalami kemunduran.
Inovasi disruptif bukanlah proses memperbaiki atau meningkatkan produk untuk kelompok
sasaran yang sama, melainkan melibatkan teknologi yang digunakan untuk membuat produk
menjadi lebih mudah digunakan dan tersedia untuk pasar. Perusahaan yang gagal
mengintegrasikan inovasi disruptif ke dalam model bisnisnya, hal tersebut membuat
perusahaan lambat laun akan mengalami kemunduran. terdapat dua jenis inovasi disruptif
yaitu low – end dan new market. Low-End Disruption adalah ketika perusahaan
menggunakan model bisnis dan menawarkan produk dengan harga lebih rendah dengan
kinerja yang dapat diterima, sehingga berpotensi untuk mengklaim segmen pasar lebih luas.
Selanjutnya new market disruption, pada jenis disruptif ini, yaitu ketika perusahaan
menciptakan segmen baru di pasar yang sudah ada dengan versi berbiaya rendah. Peluang
tersebutlah yang akan menciptakan pasar baru dalam industri tersebut.

STUDI KASUS 1

Studi kasus yang diambil: penggunaan mobil listrik. Penerapan teknologi listrik
mengadaptasi dalam menciptakan infrastruktur energi berbasis fosil menjadi listrik. Pada
umumnya, bahan bakar fosil berdampak buruk bagi kesehatan manusia dan lingkungan dan
menyebabkan tingginya pencemaran udara. Selain itu, dapat meningkatkan gas emisi rumah
kaca dan pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim secara ekstrem. Maka dari
itu, diperlukan penggunaan energi alternatif, salah satunya pengalihan dalam menggunakan
kendaraan berbasis sumber energi terbarukan yaitu listrik

1. Dampak positif terhadap sustainability

a. Mendukung program ekonomi hijau yaitu upaya menciptakan produk dan layanan
yang lebih ramah lingkungan (green energy) dan mendukung pengurangan emisi
karbon
b. Pemerintah menambahkan isu untuk meningkatkan kualitas dan melestarikan
lingkungan dengan menerapkan SDGs atau Sustainable Development Goals. Hal ini
menunjukkan bahwa mobil listrik menjadi salah satu teknologi alternatif yang dapat
mengurangi emisi karbon
c. Peraturan terkait pengendalian kendaraan berbahan bakar fosil sudah diatur dalam
Perpres 55 Tahun 2019 yang dapat dijalankan secara bertahap untuk terus mendorong
masyarakat dalam menggunakan mobil listrik
d. Mobil listrik tetap dapat memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat namun memiliki
kelebihan dengan tidak menghasilkan emisi gas buang dan tidak menghasilkan polusi

2. Dampak negatif dalam penggunaan listrik sebagai sumber daya terbarukan:

a. Berdasarkan data dari Institute for Essential Service and Reform (IESR) menunjukkan
bahwa selama 10 tahun terakhir, 88% sumber energi listrik masih berasal dari
pembangkit listrik berbahan bakar fosil dengan kandungan batu bara masih 60% dan
sisanya berasal dari minyak dan gas. Dari hal tersebut menunjukkan bahwa energi
listrik yang digunakan masih menggunakan energi tidak terbarukan (fosil) dan
penggunaan sumber daya batu bara masih menimbulkan polusi baru. Maka
dibutuhkan sumber daya listrik alternatif seperti tenaga surya dan tenaga angin
b. Pada umumnya, inovasi teknologi berupa mobil listrik menggunakan baterai memiliki
waktu daya tahan antara 3 – 10 tahun. Setelah itu, baterai yang telah digunakan akan
menjadi sampah yang bersifat beracun dan berbahaya karena mengandung zat kimia
seperti merkuri, nikel, timbal, lithium, dan mangan. Zat-zat tersebut akan
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan
STUDI KASUS 2

Salah satu contoh inovasi disruptif yang berdampak positif pada pembangunan
berkelanjutan yaitu dibidang listrik dengan melakukan transisi energi dari energi fossil (bahan
bakar batubara) ke energi baru terbarukan (EBT). Hal ini berdampak positif karena bisa
mengurangi efek samping dari penggunaan batu bara yang dapat mencemari lingkungan
sekitar seperti asap sisa pembakaran batubara, karbon dioksida dll. Salah satu jenis EBT yang
potensinya besar ialah energi surya (panas matahari) dalam bentuk Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS). Perkembangan energi surya tumbuh cukup pesat. Jika pada tahun 2008
sebesar 23 GW, pada 10 tahun berikutnya melonjak menjadi 505 GW dan diprediksi masih
akan terus meningkat, sehingga jumlah kumulatifnya akan dapat melampaui kapasitas
Pembangkit berbahan bakar gas pada tahun 2026 Dan PLTU batu bara pada 2027.

Sebenarnya pada praktiknya, untuk dapat mengkonversi sebuah energi surya menjadi
energi listrik memerlukan lahan yang cukup untuk dapat meletakkan panel-oanel surya
ditempat yang teerekspos langsung oleh sinar matahari. Namun, dengan sudah hadirnya
teknologi-teknologi pembangkitan terdistribusi khususnya photovoltaic solar, yang
didalamnya ada potensi besar yaitu ketika panel surya dengan karakternya yang fleksible bisa
dengan mudah dipasang pada lahan-lahan sempit, atap-atap rumah maupun bangunan
bangunan komersil yang pada pembangunannya bisa dilakukan secara bertahap sehingga
akan lebih relatif terjangkau biaya pembangunannya dan masyarakat nantinya akan bisa
mendulang energi listrik sendiri tanpa harus bergantung pasokan energinya dari perusahaan
utilitas (prosumen listrik). Selain itu, pengoperasian panel surya ini bersih dan tanpa bising
sehingga menjadikan panel surya tidak mempunyai hambatan lingkungan atau polusi ketika
dipasang langsung ditempat pengguna listrik.

Karena Pembangkit Listrik Tenaga Surya ini merupakan contoh konkrit dari sebuah
inovasi disruptif, tentu memiliki konsekuensi apabila penerapan inovasi ini dilakukan secara
menyeluruh. Konsekuensinya yaitu, ketika masyarakat di rumah-rumahnya dan
bangunan-bangunan komersil lain mulai masif memasang panel surya di atap-atapnya, tentu
rekening listrik yang dibayarkan ke perusahaan penyedia listrik akan turun. Ketika sebuah
panel surya menyebabkan kapasitas pembangkit listrik tenaga konvensional (contoh: PLTU
Batubara) menjadi berlebih, yang berakibat pada biaya investasinya harus ditanggung oleh
pembangkit yang masih beropersi yang jumlahnya tentu semakin berkurang, maka nantinya
berakibat pada biaya operasional sebuah pembangkit listrik konvensional menjadi naik dan
semakin mahal. Ketika kenaikan tarif listrik dari sebuah pembangkit listrik konvensional
menjadi semakin mahal, tentunya masyarakat akan semakin melirik untuk memasang panel
surya dirumah tempat tinggal mereka atau bangunan komersil lainnya. Dengan semakin
meningkatnya pemasangan panel surya, maka semakin berkurang biaya langganan listrik
konvensional dan begitu seterusnya hingga terjadi sebuah "death spiral" bagi pembangkit
listrik konvensional.

STUDI KASUS 3

Salah satu disruptif inovasi yang berkembang hingga saat ini adalah e-market place. Konsep
dasar yang menjadi pertimbangan dalam menciptakan e-market place adalah waktu dan
tenaga yang harus dikeluarkan saat hendak berbelanja di pasar atau toko konvensional.
Dengan adanya e-market place konsumen dapat dengan mudah menjangkau pasar atau toko
guna membeli kebutuhan hidup sehar-hari tanpa harus ke pasar atau toko secara langsung
sambil mengerjakan pekerjaan lainnya sehingga waktu akan lebih efisien dan efektif.
E-market place ini juga memberikan kemudahan bagi produsen dalam menjual-belikan
barang dan/atau jasa tanpa menyediakan tempat atau gedung secara fisik. Jangkauan akan
pasar atau konsumen juga akan lebih luas mengingat e-market place terintegrasi di semua
platform.

Dampak positif yang dirasakan dari disruptif inovasi tergambarkan secara jelas saat pandemi
melanda dunia. Ketika semua orang takut untuk melakukan aktifitas di luar ruangan dan lebih
memilih menjaga diri di rumah sementara kebutuhan hidup tetap berjalan, maka e-market
place memberikan solusi untuk keresahan ini. Hanya dengan menggunakan ponsel dan
jaringan internet kita bisa membeli barang dan/atau jasa dari rumah. Lebih lagi produk yang
ditawarkan di e-market place sangat variatif dari jenis hingga harga sehingga konsumen dari
semua lapisan memiliki banyak pilihan dan bisa menjangkau sesuai dengan estimasi biaya
masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai