Teknologi Terkini"
Oleh: Aghna Tsabbit
Energi terbarukan mengacu pada energi yang berasal dari proses alami yang
berkelanjutan yang dapat diisi ulang atau diperbarui secara alami dalam jangka waktu
tertentu. Sumber energi ini dianggap berkelanjutan karena hampir tidak pernah habis
dan memiliki dampak lingkungan yang minimal dibandingkan dengan bahan bakar fosil
konvensional. Teknologi energi terbarukan memanfaatkan dan mengubah energi dari
sumber-sumber seperti sinar matahari, angin, air (tenaga air), panas bumi, dan biomassa
(bahan organik) menjadi bentuk tenaga yang dapat digunakan, seperti listrik, panas, atau
energi mekanik.
Inovasi wirausaha untuk masa depan sangat penting untuk menghadapi tantangan yang
semakin kompleks dan dinamis di era digital ini.
Di era ketidakpastian iklim global dan kebutuhan akan sumber energi yang
berkelanjutan, teknologi pemulihan energi muncul sebagai solusi yang menjanjikan
untuk mendapatkan energi dari sumber daya yang tidak konvensional atau terbuang.
Teknologi ini tidak hanya memberikan potensi untuk mengurangi ketergantungan kita
pada bahan bakar fosil, tetapi juga memungkinkan penggunaan sumber daya yang ada
secara lebih efisien, serta mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Salah satu aspek kunci dari teknologi pemulihan energi adalah kemampuannya untuk
mengubah sumber daya yang sebelumnya dianggap sebagai limbah menjadi sumber
energi yang berharga. Sebagai contoh, teknologi pemulihan energi dapat memanfaatkan
gas metana dari tempat pembuangan sampah untuk menghasilkan listrik, atau mengubah
panas yang dihasilkan dari proses industri menjadi energi listrik yang dapat digunakan
kembali. Dengan pendekatan ini, sampah bukanlah sebuah masalah, melainkan sebuah
peluang untuk mendapatkan nilai tambah dalam bentuk energi.
Selain itu, teknologi pemulihan energi juga mengoptimalkan penggunaan sumber daya
alam yang melimpah.
Teknologi pemulihan energi juga dapat meningkatkan efisiensi energi dalam berbagai
proses industri dan komersial. Sebagai contoh, sistem kogenerasi memungkinkan
penggunaan panas sisa dari proses pembangkitan listrik untuk memanaskan atau
mendinginkan bangunan, sehingga mengurangi total konsumsi energi dan mengurangi
biaya operasional. Demikian pula, teknologi efisiensi energi mengoptimalkan
penggunaan energi dalam berbagai aplikasi, mulai dari transportasi hingga penerangan.
Namun, seperti halnya setiap teknologi baru, ada tantangan yang perlu diatasi dalam
menerapkan teknologi pemulihan energi secara luas. Salah satu tantangan terbesar
adalah tingginya biaya awal untuk mengembangkan dan mengimplementasikan
teknologi ini. Meskipun biaya operasional dapat berkurang dalam jangka panjang,
investasi awal yang besar sering kali menjadi penghalang bagi banyak organisasi dan
pemerintah.
Selain itu, masalah regulasi dan kebijakan juga perlu ditangani untuk menciptakan
lingkungan yang mendukung pengembangan dan adopsi teknologi pemulihan energi.
Insentif fiskal, subsidi, dan kebijakan pro-energi terbarukan dapat membantu
mendorong investasi dalam teknologi ini dan mempercepat transisi ke sistem energi
yang lebih berkelanjutan.
Adopsi teknologi terbarukan yang meluas memiliki implikasi yang luas bagi masa
depan produksi energi, kelestarian lingkungan, dan pembangunan sosial ekonomi. Dari
perspektif lingkungan, transisi ke sumber energi terbarukan menawarkan potensi untuk
secara signifikan mengurangi emisi gas rumah kaca, memitigasi perubahan iklim, serta
melindungi ekosistem dan keanekaragaman hayati.
Selain itu, desentralisasi produksi energi melalui sistem energi terbarukan yang
terdistribusi, seperti panel surya di atap rumah dan pembangkit listrik tenaga angin,
dapat meningkatkan ketahanan energi dan memberdayakan masyarakat setempat untuk
mengendalikan masa depan energi mereka. Pergeseran dari pembangkit listrik berbasis
bahan bakar fosil yang terpusat ini juga mengurangi kerentanan sistem energi terhadap
ketidakstabilan geopolitik dan volatilitas harga.
Secara ekonomi, sektor energi terbarukan memberikan peluang yang sangat besar untuk
penciptaan lapangan kerja, inovasi, dan pertumbuhan ekonomi. Perluasan infrastruktur
energi terbarukan yang cepat membutuhkan tenaga kerja yang terampil di berbagai
disiplin ilmu, mulai dari teknik dan konstruksi hingga manufaktur dan operasi. Seiring
dengan semakin matangnya industri ini, hal ini akan menarik lebih banyak investasi,
menekan biaya, dan merangsang inovasi di sektor terkait, seperti penyimpanan energi,
transportasi listrik, dan teknologi jaringan pintar.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2008), Potensi energi baru terbarukan,
diakses pada 8 Feberuari 2024 https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-
berita/potensi-energi-baru-terbarukan-ebt-indonesia.
Adi Ahdiat (2022), Potensi Energi Terbarukan Indonesia Baru Tergarap 0,3% sampai
2021, diakses pada 8 Feberuari 2024
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/10/25/potensi-energi-terbarukan-
indonesia-baru-tergarap-03-sampai-2021.
Hindun Mulaika (2012), Energi Terbarukan, Solusi Nyata untuk Indonesia, diakses
pada 10 Feberuari 2024 https://www.greenpeace.org/indonesia/cerita/3730/energi-
terbarukan-solusi-nyata-untuk-indonesia/?utm_term=&utm_campaign=GPTH-
Drive+Traffic+:+Dynamic+Ad&utm_source=adwords&utm_medium=ppc&hsa_acc=2
641717568&hsa_cam=18316300486&hsa_grp=136380207810&hsa_ad=62135566385
1&hsa_src=g&hsa_tgt=dsa-
19959388920&hsa_kw=&hsa_mt=&hsa_net=adwords&hsa_ver=3&gad_source=1&gcl
id=CjwKCAiA_aGuBhACEiwAly57MZtsYXAMhAbSQ5CK0zjSYfPEc6hE5TrlhBgc
E8H66wwUw4O1dKNaVxoC3wMQAvD_BwE
Adi Permana (2020), Prospek Cerah Bisnis Energi Terbarukan di Indonesia, diakses
pada 11 Feberuari 2024 https://www.itb.ac.id/berita/prospek-cerah-bisnis-energi-
terbarukan-di-indonesia/57580.