Pengembangan energi hijau tidak hanya menjadi tanggung jawab suatu negara, tetapi
juga harus melibatkan kerja sama internasional. Hal ini bertujuan untuk mempercepat
perkembangan teknologi dan penyebaran informasi tentang energi hijau ke seluruh dunia. Salah
satu upaya kerja sama internasional dalam pengembangan energi hijau adalah melalui KTT G20
Bali 2022. Para pemimpin negara dapat berdiskusi dan berbagi pengalaman tentang
pengembangan energi hijau di negara masing-masing, serta merumuskan strategi bersama untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan kelestarian lingkungan secara global.
Ada beberapa jenis teknologi bahan bakar hijau, termasuk tenaga surya, tenaga angin, tenaga air,
tenaga panas bumi, dan biofuel. Setiap teknologi memiliki kelebihan dan tantangan yang unik,
tergantung pada faktor-faktor seperti lokasi, iklim, dan infrastruktur. Misalnya, tenaga surya
sangat ideal untuk daerah cerah dengan banyak ruang untuk panel surya, sementara tenaga angin
cocok untuk daerah dengan angin yang konsisten dan medan terbuka. Tenaga air membutuhkan
akses ke sumber air seperti sungai atau danau, sedangkan tenaga panas bumi bergantung pada
ketersediaan sumber panas bawah tanah. Biofuel dapat diproduksi dari berbagai bahan organik
seperti jagung, kedelai, atau ganggang, tetapi membutuhkan tanah dan air dalam jumlah besar.
Bahan bakar hijau, juga dikenal sebagai energi terbarukan, menawarkan beberapa keuntungan
dibandingkan bahan bakar fosil. Itu bersih, berlimpah, dan tidak menghasilkan emisi berbahaya.
Ini juga mempromosikan kemandirian energi dan mengurangi ketergantungan pada minyak
asing. Selain itu, teknologi bahan bakar ramah lingkungan berkembang pesat, menjadi lebih
efisien dan hemat biaya. Hal ini menyebabkan peningkatan investasi dan penciptaan lapangan
kerja di sektor energi terbarukan, mendorong pertumbuhan ekonomi dan inovasi.
Penggunaan energi fosil dan energi terbarukan adalah dua jenis sumber energi yang paling
umum digunakan di Eropa. Sementara penggunaan energi terbarukan masih menjadi tantangan,
penggunaannya di Eropa telah meningkat selama beberapa tahun terakhir.. Pada tahun 2019,
sekitar 34% dari total konsumsi energi di Eropa berasal dari sumber energi terbarukan.Sementara
itu, pengurangan penggunaan energi fosil juga memiliki tantangan tersendiri, namun tetap
menjadi prioritas utama untuk mencapai tujuan global pengurangan emisi karbon dan
perlindungan lingkungan. Dengan penelitian dan pengembangan teknologi energi terbarukan
yang lebih baik dan lebih efisien, serta transformasi industri besar, diharapkan penggunaan
energi terbarukan di Eropa akan meningkat dan penggunaan energi fosil akan berkurang.Di
Eropa, penggunaan energi terbarukan telah meningkat selama beberapa tahun terakhir.
Perubahan Kebijakan
Transisi ke bahan bakar hijau memerlukan perubahan kebijakan yang signifikan di tingkat
nasional dan internasional. Pemerintah harus memberikan insentif untuk investasi energi
terbarukan, seperti kredit pajak, hibah, dan subsidi. Mereka juga harus mengatur emisi karbon
dan mempromosikan standar efisiensi energi. Selain itu, kerja sama internasional sangat penting
untuk mengatasi perubahan iklim global. Perjanjian Paris, yang ditandatangani oleh 196 negara
pada tahun 2015, bertujuan untuk membatasi pemanasan global hingga di bawah 2 derajat
Celcius di atas tingkat pra-industri dan mengejar upaya untuk membatasinya hingga 1,5 derajat
Celcius. Ini membutuhkan upaya kolektif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan beralih ke
sumber energi terbarukan.
Kurangi Limbah
Mengurangi limbah juga dapat membantu meminimalkan penggunaan bahan bakar fosil. TPA
menghasilkan metana, gas rumah kaca yang kuat, dan banyak produk membutuhkan bahan bakar
fosil untuk diproduksi dan diangkut. Untuk mengurangi limbah, pertimbangkan untuk membeli
produk dengan kemasan minimal, daur ulang dan pengomposan, dan gunakan tas, botol air, dan
wadah yang dapat digunakan kembali daripada yang sekali pakai.
Kesadaran masyarakat
Terakhir, transformasi ke bahan bakar ramah lingkungan juga membutuhkan kesadaran dan
keterlibatan publik. Individu dapat membuat perbedaan dengan menerapkan praktik hemat
energi, seperti menggunakan bola lampu LED, mematikan peralatan saat tidak digunakan, dan
mengendarai mobil listrik atau hibrida. Selain itu, program pendidikan dan sosialisasi dapat
meningkatkan kesadaran tentang manfaat energi terbarukan dan dampak negatif dari bahan bakar
fosil. Hal ini dapat meningkatkan dukungan publik untuk kebijakan dan inisiatif bahan bakar
ramah lingkungan, mendorong transisi menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Kesimpulan
Meminimalkan penggunaan bahan bakar fosil sangat penting untuk memerangi perubahan iklim
dan melindungi lingkungan. Dengan mengurangi konsumsi energi, beralih ke sumber energi
terbarukan, menggunakan transportasi umum atau carpooling, mengurangi limbah, dan membuat
pilihan yang berkelanjutan dalam kehidupan kita sehari-hari, kita semua dapat membuat
perbedaan. Mari bekerja sama untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi diri
kita sendiri dan generasi mendatang.