Anda di halaman 1dari 4

Esai Beasiswa Afirmasi Sobat Bumi Pertamina Foundation 2024

Tema: Kontribusiku untuk Pencapaian Net Zero Emission

Ditulis oleh: Yuangga

Instansi: Institut Teknologi Kalimantan

Pemanfaatan EBT (Energi Baru Terbarukan)


Guna Menuju Masa Depan Berkelanjutan
Istilah emisi nol bersih (NZE) pertama kali muncul pada tahun 2015 pada COP21 di Paris.
Perjanjian Paris atau Perjanjian Paris yang dihasilkan memuat permasalahan-permasalahan yang akan
dilaksanakan oleh masing-masing negara yang meratifikasi Perjanjian tersebut, serta kesepakatan mengenai
tujuan-tujuan utama yang harus dicapai dengan melaksanakan Perjanjian Paris. Perjanjian Paris sendiri
telah disetujui oleh 197 negara yang meratifikasi Konvensi tersebut dan diratifikasi oleh 191 negara. Tujuan
utama yang tercantum dalam Pasal 2.1 Perjanjian Paris adalah agar negara-negara yang meratifikasi
Perjanjian Paris sepakat untuk membatasi peningkatan suhu rata-rata global tidak lebih dari 2 derajat
Celcius dibandingkan dengan masa pra-industri, dan membatasi kenaikan suhu hingga tidak lebih dari 2
derajat Celsius dibandingkan dengan masa pra-industri, dan membatasi kenaikan suhu hingga tidak lebih
dari 2 derajat Celcius. sebisa mungkin lebih dari 2 derajat Celcius. lebih dari 1,5 derajat Celsius.

Emisi net-zero adalah situasi di mana sisa emisi karbon sama dengan jumlah karbon yang
tersimpan atau dikeluarkan dari atmosfer. Pencapaian emisi net-zero penting dalam upaya mengatasi
perubahan iklim dan pemanasan global. Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai emisi net-zero dan
mengurangi jejak karbon pada tahun 2060, dengan menerapkan lima prinsip utama, yaitu meningkatkan
penggunaan energi baru, mengurangi energi fosil, menggunakan kendaraan listrik dalam transportasi,
meningkatkan efisiensi energi, dan mengembangkan teknologi karbon negatif. . Pemerintah Indonesia saat
ini sedang mengembangkan peta jalan untuk mencapai emisi nol bersih untuk mengatasi berbagai
tantangan. Transisi energi merupakan persyaratan yang tidak dapat dihindari untuk mencapai tujuan emisi
gas rumah kaca nol bersih yang berkontribusi terhadap pemanasan global.

Emisi karbon berlebih merupakan salah satu penyebab gas rumah kaca yang masih menjadi
masalah hingga saat ini. Pada dasarnya emisi karbon merupakan hal yang wajar. Namun, penggunaan
berlebihan di banyak industri dan perusahaan telah berdampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Untuk
itu, semua pihak terus berupaya keras mengurangi dampak buruk gas rumah kaca terhadap kelangsungan
hidup hayati. Gas rumah kaca terbentuk karena sinar matahari tidak lagi memantulkan sinarnya secara
sempurna ke luar atmosfer bumi. Suhu bumi yang terus meningkat menyebabkan terjadinya pemanasan
global.
Efek rumah kaca awalnya disebabkan oleh pantulan sinar matahari yang kemudian menyebabkan
rusaknya lapisan ozon. Fungsi utama lapisan ozon adalah menghalangi sinar matahari masuk ke atmosfer.
Jika lapisan ozon rusak maka suhu bumi akan terus meningkat. Pemanasan bumi juga akan semakin parah
karena kadar karbon dioksida juga akan terus meningkat. Selain karbon dioksida, ada beberapa zat lain
yang berkontribusi terhadap pembentukan gas rumah kaca. Beberapa zat tersebut termasuk metana, sulfur
dioksida, dan banyak lagi.

Kehadiran zat-zat tersebut disebabkan oleh banyak proses seperti pembakaran bahan bakar minyak
di berbagai industri. Faktanya, bumi masih membutuhkan efek rumah kaca. Namun, tingkat gas rumah kaca
saat ini sudah berada di atas normal. Akibatnya suhu permukaan bumi menjadi semakin tidak stabil. Panas
bumi yang seharusnya dipantulkan dari atmosfer terperangkap di dalam bumi. Situasi ini diperparah dengan
penggunaan kendaraan bermotor dan gas buang industri, yang juga merupakan salah satu sumber emisi
karbon terbesar di dunia.

Beberapa kontribusi yang dapat dilakukan individu dalam mengurangi emisi antara lain adalah
dengan mengurangi penggunaan mobil pribadi dengan beralih ke angkutan umum atau sepeda, mengurangi
konsumsi listrik dengan menggunakan lampu hemat energi dan peralatan listrik berstandar tinggi, serta
mendukung sumber energi terbarukan seperti tenaga surya. atau tenaga angin. Selain itu, mengurangi
konsumsi daging, memilih produk lokal, dan mendaur ulang juga dapat membantu mengurangi jejak karbon
pribadi Anda. Menanam pohon dan mendukung inisiatif lingkungan juga merupakan langkah penting.
Semua kontribusi ini berkontribusi terhadap upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan
mitigasi perubahan iklim.

Teknologi ramah lingkungan merupakan suatu gagasan atau cara untuk mencapai suatu tujuan
tertentu yang melibatkan wawasan lingkungan atau perhatian terhadap aturan-aturan lingkungan sekitar
pada saat penerapannya. Pemahaman tersebut menginspirasi terciptanya berbagai teknologi terapan yang
aman dan ramah terhadap makhluk hidup di Bumi atau lingkungan alam di sekitarnya. Harus diakui bahwa
memperoleh teknologi ini cukup mahal dibandingkan membeli peralatan dengan teknologi tradisional.
Situasi ini tentu menjadi tantangan bagi pengembang untuk menciptakan teknologi yang ramah lingkungan
dan terjangkau (murah). Beberapa hal yang dapat diterapkan untuk mencapai teknologi ramah lingkungan
antara lain pengembangan dan penerapan teknologi yang efektif, efisien dan menghasilkan limbah minimal,
seperti panel surya, kincir angin, kendaraan listrik, dan pengolahan sampah organik.
Sumber energi baru terbarukan (EBT) berperan penting dalam upaya mencapai net zero emisi
(NZE). Indonesia memiliki potensi EBT yang sangat besar, yaitu sekitar 3.000 GW, dimana 24 GW
diantaranya adalah panas bumi. Pemanfaatan EBT diharapkan dapat mempercepat transisi energi menuju
lingkungan yang lebih bersih dan hijau. Peningkatan penggunaan EBT diharapkan dapat mendukung target
pengurangan karbon, dimana Indonesia bertujuan untuk mengurangi emisi karbon sebesar 29% pada tahun
2030. Selain itu, industri EBT diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru dan berkontribusi
terhadap pencapaian NZE.

Mengingat besarnya potensi EBT di Indonesia, pemanfaatan EBT juga diharapkan dapat
menciptakan lapangan kerja baru. Hasil riset International Renewable Energy Agency (IRENA) dan
International Labour Organization (ILO) menunjukkan jumlah pekerja di industri energi terbarukan global
akan mencapai 12,7 juta pada tahun 2021. Dengan besarnya potensi EBT yang mencapai 3.686 GW,
diharapkan industri EBT juga akan menciptakan besarnya kebutuhan akan tenaga kerja terampil. Mengingat
potensi EBT yang sangat besar, diharapkan pemanfaatannya menjadi salah satu pilar utama dalam mencapai
target net zero emisi (NZE) tahun 2060. Namun terdapat juga pandangan bahwa EBT perlu dievaluasi
secara komprehensif mengenai rencana dan tujuan pengembangan EBT untuk menjamin NZE.

Tantangan untuk mencapai emisi nol bersih (NZE) mencakup ketidaksesuaian antara permintaan
dan energi terbarukan, harga energi terbarukan yang relatif tinggi, kurangnya dukungan teknis untuk energi
surya, dan dominannya penggunaan bahan bakar fosil. Selain itu, pengurangan emisi karbon yang
diperlukan akan memerlukan investasi besar, begitu pula infrastruktur transmisi untuk menghubungkan
sumber energi terbarukan. Selain itu, penerapan sumber energi baru terbarukan (EBT) juga menghadapi
tantangan seperti kurangnya analisis potensi risiko dan ketahanan infrastruktur. Upaya untuk mengatasi
tantangan ini memerlukan langkah-langkah strategis, investasi yang signifikan, peraturan yang mendukung
dan partisipasi investor skala besar.

Pemerintah Indonesia telah menyusun strategi dan rencana aksi untuk mengoptimalkan energi
terbarukan. Salah satu strateginya adalah memaksimalkan penggunaan energi bersih/energi terbarukan
dengan membangun PLTP, PLTS, PLTM, PLTMH dan PLTB. Selain itu, pemerintah juga berupaya
meningkatkan akses energi masyarakat secara langsung melalui pendanaan PJU TS, biogas publik, dan
PLTS Atap melalui APBN. Beberapa daerah di Indonesia juga telah mengembangkan rencana aksi energi
terbarukan, seperti Nusa Tenggara Barat dan Kabupaten Indragiri Hillir. Strategi pemanfaatan energi
terbarukan yang benar adalah strategi konservasi (perbaiki diri).
Selain itu, strategi dan rencana aksi pengurangan penggunaan bahan bakar fosil adalah dengan
mempercepat penggunaan sumber energi terbarukan seperti B-30, B-50 dan B-100. Pemerintah juga akan
terus melakukan pembakaran bersama biomassa sebagai bahan bakar PLTU (pembangkit listrik tenaga
uap), dan peningkatan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) juga merupakan strategi utama untuk
mencapai tujuan net-zero emisi Indonesia. Mengurangi konsumsi bahan bakar fosil juga dapat dicapai
melalui penggunaan kendaraan listrik dan peningkatan angkutan umum secara besar-besaran. Pemerintah
juga akan mengembangkan teknologi untuk menjadikan batu bara lebih bersih. Melalui berbagai strategi
yang telah dikembangkan, pemerintah bertujuan untuk mengurangi emisi karbon sebesar 29% pada tahun
2030 melalui upayanya sendiri.

Mencapai emisi nol bersih merupakan komitmen yang tidak hanya menjadi tanggung jawab
pemerintah, namun juga dunia usaha dan individu. Individu mempunyai peran penting dalam mencapai
emisi nol bersih karena mereka dapat mengambil tindakan untuk mengurangi emisi karbon, seperti
mengurangi penggunaan mobil pribadi, menggunakan energi terbarukan, dan mengurangi konsumsi daging.
Selain itu, generasi muda juga berperan penting dalam agenda perubahan iklim, karena mereka akan
menjadi angkatan kerja di era transisi energi dan berupaya mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060.

Oleh karena itu, kesimpulannya adalah pemanfaatan EBT, termasuk melalui pengembangan
teknologi CCS, berperan penting dalam upaya mencapai emisi net zero. Potensi energi tak terbarukan yang
melimpah di Indonesia, termasuk energi panas bumi, merupakan aset berharga dalam transisi menuju energi
netral karbon. Pemuda memainkan peran yang sangat penting dalam mencapai emisi nol bersih melalui
penerapan teknologi penyimpanan penangkapan karbon (CCS). Generasi muda memiliki potensi besar
untuk mendorong perubahan dan inovasi, dan mereka juga memiliki semangat untuk menjadi agen
perubahan guna mengurangi emisi karbon.

Dukungan dan keterlibatan generasi muda dalam proyek lingkungan hidup, termasuk penggunaan
teknologi CCS, adalah kunci untuk mencapai target Net Zero Emissions (NZE) tahun 2060. Kaum muda
mempunyai peran penting dalam menjaga keberlanjutan planet kita dengan berpartisipasi aktif dalam
proyek-proyek inovatif dan mendukung implementasi CCS. Oleh karena itu, kami berharap para pembaca
akan berpartisipasi aktif dalam upaya pembangunan berkelanjutan, mendukung penerapan CCS,
mengeluarkan potensi dan semangat inovatif generasi muda, dan mencapai tujuan emisi nol bersih.

Anda mungkin juga menyukai