Anda di halaman 1dari 7

KONSEP, ISU, DAN TANTANGAN GREEN ECONOMY DAN

KAITANNYA DENGAN PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN

Oleh:

NAMA : NI KADEK SILVANI PURNAMA


PUTRI NPM 202033121232
KELAS : D5

Dosen:
Dr. I Dewa Ayu Eka Pertiwi, SE, MSA, Ak, CA,
CSRS

Fakultas Ekonomi & Bisnis


Universitas Warmadewa
2023
A. Definisi Green Economy
Green economy atau ekonomi hijau belum mempunyai definisi yang universal. Istilah
ekonomi hijau pertama kali dicetuskan sekelompok ekonom dalam laporan berjudul
“Blueprin for a Green Economy”, yang ditujukan kepada pemerintah inggis pada tahun
1989. Laporan ini berisikan saran bagi pemerintah Inggir untuk melakukan pembangunan
keberlanjutan. Istilah ekonomi hijau dimunculkan kembali pada tahun 2008 lewat diskusi
kebijakan terhadap berbagai krisis glogal. Saat itu United Nations Environment
Programme (UNEP) memperjuangkan gagasan stimulasi hijau dan menentukan area
spesifik sebagai wadah investasi publik berskala besar dapat memulai penerapan konsep
ekonomi hijau.Umumnya definisi yang digunakan sebagai acuan adalah definisi yang
dikembangkan oleh UNEP.
UNEP mendefinisikan green economy sebagai “One that results in improved human
wellbeing and social equity, while significantly reducing environmental risks and
ecological scarcities. It is low carbon, resource efficient, and socially inclusive”. Definisi
yang dikembangkan oleh UNEP menekankan pentinya efisiensi dalam menggunakan
SDA, pengurangan risiko ekologis, ekonomi yang rendah karbon dan mampu
mengurangi kemiskinan. Indonesia mengusulkan pengertian green economy yang relatif
sama, namun menekankan pada pengurangan kemiskinan dan internalisasi biaya
lingkungan. Definisi green economi menurut Indonesia adalah “a development paradigm
that based on resource efficiency approach with strong emphasizes on internalizing cost
of natural resource depletion on environmental degradation, efforts on alleviate the
poverty, creating decent jobs, and ensuring sustainable Economic growth”.
Posisi Indonesia terkait dengan ekonomi hijau menekankan pula pada aspek
internalisasi biaya lingkungan karena sesuai dengan Undang-Undang No 32 tahun 2009
tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup, dan Indonesia memiliki
instrumen untuk mengendalikan lingkungan melalui penggunaan instrumen ekonomi
seperti instrumen fiskal dan instrumen perencanaan lainnya untuk menginternalisasi
biaya lingkungan. Indonesia juga menekankan pentingnya ekonomi hijau yang inklusif
dengan memperhatikan aspek pengentasan kemiskinan. Dengan demikian, ekonomi hijau
tidak diposisikan untuk mengerem laju pertumbuhan ekonomi, namun bagaimana
pertumbuhan ekonomi tersebut sejalan dengan perlindungan lingkungan dan dapat
menciptakan pertumbuhan-pertumbuhan baru melalui pemanfaatan sumber daya alam
dan lingkungan yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi
kemiskinan. Berbagai organisasi atau kelompok kelompok ekonom mempunyai definisi
yang dikembangkan berdasarkan pemahaman dan “mazhab” yang dianut masing-masing,
akan tetapi susbtansinya tetap mencakup definisi sebagaimana yang dianut oleh UNEP.

B. Tujuan Green Economy


Green Economy adalah ekonomi yang bertujuan untuk mengurangi risiko lingkungan
dan kelangkaan ekologi, dan bertujuan untuk pembangunan berkelanjutan tanpa merusak
lingkungan. Secara rinci, program ini bertujuan untuk melakukan trasformasi sistem
ekonomi Indonesia menuju ekonomi yang menghasilkan emisi gas rumah kaca yang
lebih rendah, tetap mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Terdapat tiga
paket kerja utama dalam melakukan program ini yaitu:
a. Transisi bahan bakar fosil
Transisi ini bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dan urganisasi, untuk
beralih dari bahan bakar fosil dalam sistem energi Indonesia. Penerapan ini juga
bertujuan untuk mendorong pengembangan sektor ekonomi hijau seperti: energi
terbarukan, trasportasi berkelanjutan, pertanian organik, dan pariwisata ramah
lingkungan.
b. Oplimalisasi efisiensi energi
Hal ini berujuan untuk mengoptimalkan penerapan sistem energi yang mengarah
pada sistem dekarbonasi energi Indonesia, serta mempromosikanpenggunaan energi
terbaru.
c. Mitigasi perubahan iklim
Berujuan untuk memperkuat kebijakan mitigasi perubahan iklim dalam negeri. Paket
ini berkaitan dengan upaya mengurangi polusi dan dampak lingkungan negatif dari
sektor industri.
Dengan adanya konsep green economy atau Ekonomi hijau diharapkan mampu
permasalahan ekonomi global secara komprehensif, melalui penempatan material dan
energi. Konsep ekonomi hijau berguna sejauh melibatkan pembuat kebijakan, ekonom,
dan pelaku bisnis dalam dialog kritis dengan pemangku kepentingan lain yang bertujuan
membandingkan jalur alternatif untuk pembangunan. Perbandingan tersebut kemudian
harus mempertimbangkan kriteria ekonomi di samping kriteria sosial, politik, budaya,
dan ekologi yang berkelanjutan. Kemudian, konsep ekonomi hijau sangat penting
sebagai pedoman untuk kebijakan pembangunan berkelanjutan, karena konsep ini
menjadi inti permasalahan maupun mengatur ekonomi dengan cara yang sesuai dengan
prasyarat ekologis lokal dan global serta dinamika jangka panjang. Ekonomi hijau
diharapkan mampu mengatasi permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat
dalam beberapa dekade mendatang yaitu perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman
hayati, meningkatnya ketidaksetaraan, dan permasalahan lainnya.

C. Prinsip – Prinsip Green Economy


1. Prinsip – prinsip green economy menurut konsep UNEP:
a. mengakui nilai dari dan investasi pada sumber daya alam,
b. mengurangi kemiskinan
c. meningkatkan lapangan pekerjaan dan kesetaraan sosial,
d. mengalihkan penggunaan bahan bakar fosil ke energi terbarukan dan rendah emisi,
e. meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dan energi,
f. mendorong pola hidup yang rendah emisi dan berkelanjutan,
g. bertumbuh lebih cepat sembari melestarikan sumber daya alam.

2. Prinsip – prinsip green economy menurut pakar lainnya:


a. mengutamakan nilai guna, nilai intrinsik dan kualitas,
b. mengikuti aliran alam,
c. sampah adalah makanan (keluaran suatu proses menjadi asupan untuk proses yang
lain),
d. api dan keragaman fungsi,
e. skala tepat guna/skala keterkaitan,
f. keanekaragaman,
g. kemampuan diri, organisasi diri dan rancangan diri,
h. partisipasi dan demokrasi yang langsung,
i. kreativitas dan pengembangan masyarakat,
j. peran strategis dalam lingkungan buatan, lanskap dan perancangan spasial.

D. Tantangan Dan Peluang Green Economy


1. Tantangan
a. Perubahan pola konsumsi dan produksi:
Pola konsumsi dan produksi saat ini cenderung berpusat pada eksploitasi sumber daya
alam yang terbatas, dan transisi menuju ekonomi hijau memerlukan pergeseran
paradigma di mana penggunaan sumber daya yang efisien, daur ulang, dan konsumsi
berkelanjutan menjadi prioritas utama.
b. Ketergantungan pada energi fosil:
Banyak industri masih bergantung pada ekonomi berbasis fosil. Mengurangi
ketergantungan terhadap energi fosil dan mempercepat pengembangan energi
terbarukan, yang merupakan alternatif yang lebih ramah lingkungan, adalah masalah
besar yang dihadapi. Untuk mencapai transisi ini, kendala kebijakan, ekonomi, dan
teknis harus diatasi.
c. Kesenjangan akses dan kapasitas:
Akses terhadap teknologi hijau dan sumber daya finansial yang diperlukan untuk
investasi dalam infrastruktur berkelanjutan adalah masalah utama bagi negara-
negara berkembang. Untuk mengatasi perbedaan ini, diperlukan kerja sama dan
dukungan internasional.
d. Ketidakpastiaan kebijakan:
Ketidakpastian kebijakan terkait peraturan dan insentif ekonomi hijau dapat
menghalangi investasi dan inovasi. Perubahan kebijakan yang terlalu sering atau
tidak konsisten juga dapat menghambat stabilitas dan keberlanjutan jangka panjang
dalam pengembangan ekonomi hijau.

2. Peluang
a. Peningkatan efisiensi sumber daya:
Menggunakan teknologi hijau, menerapkan praktik produksi yang lebih efisien, dan
menerapkan prinsip daur ulang dan limbah nol dapat memberikan peluang besar
untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan
produktivitas ekonomi.
b. Inovasi dan teknologi hijau:
Inovasi dan pengembangan teknologi dapat membantu pertumbuhan ekonomi
berkelanjutan dan menciptakan lapangan pekerjaan. Kemajuan teknologi yang
berkelanjutan memungkinkan solusi baru yang ramah lingkungan dan ekonomis.
c. Peningkatan kesadaran dan partisipasi public:
Ketika kesadaran masyarakat akan pentingnya keberlanutan lingkungan meningkat,
ada peluang untuk perilaku konsumen yang berubah, yang menghasilkan
peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa yang ramah.
d. Peningkatan investasi dan peluang bisnis:
Menawarkan peluang investasi yang besar. Investasi swasta dapat didorong untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi hijau yang berkelanjutan melalui pembangunan
infrastruktur berkelanjutan, energi terbarukan, dan teknologi hijau.
e. Keuntungan jangka panjang:
Penggunaan sumber daya yang efisien, pengurangan biaya energi, dan pengurangan
risiko lingkungan dapat meningkatkan daya saing bisnis dan meningkatkan
ketahanan ekonomi.

E. Strategi Green Economy


Ekonomi hijau digambarkan sebagai ekonomi yang berupaya meningkatkan
kesejahteraan manusia dan mencapai keadilan sosial dengan mengurangi risiko
lingkungan secara signifikan dan menggunakan layanan ekologi berkelanjutan. Ekonomi
mengupayakan 4ocus4an4an dengan emisi rendah karbon, sumber daya yang efisien, dan
inklusif secara sosial. Ekonomi hijau bergantung pada tiga strategi utama: pengurangan
emisi karbon, efisiensi energi yang lebih besar dan penggunaan sumber daya alam, serta
mencegah hilangnya keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem. Untuk mencapai
transisi menuju ekonomi hijau, delapan sektor utama ekonomi perlu dipertimbangkan
dengan kapasitas untuk: mengurangi kemiskinan, berinvestasi dalam modal alam dan
pemulihannya, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesetaraan sosial, serta
mendorong energi terbarukan dan efisiensi energi. Berdasarkan dokumen UNEP,
“menuju ekonomi hijau,” dapat diamati melalui tujuan energinya, mobilitas, dan
keberlanjutan perkotaan yang ringkasan sektor-sektor tersebut yaitu:
1. Kehutanan: Mengurangi deforestasi, meningkatkan reboisasi, sertifikasi produk
dari hutan, dan pembayaran untuk jasa liingkungan.
2. Pertanian: Mengubah praktik pengelolaan pupuk, air; biji; manajemen
komprehensif pestisida dan nutrisi.
3. Sumber air: Menghemat sumber air tanah dan air permukaan dengan penggunaan
sumber daya yang efisien, untuk menghasilkan kondisi kualitas hidup yang dapat
diterima oleh penduduk
4. Penangkapan ikan: Menghasilkan peningkatan berkelanjutan dari kegiatan
produksi inovatif dan pembiayaan untuk mengurangi penangkapan ikan yang
berlebihan di seluruh dunia.
5. Ekowisata: Mengarah pada pengembangan ekonomi dengan peningkatan
partisipasi 5ocus dan kelompok rentan dalam rantai par
6. Energi terbarukan: Meningkatkan matriks energi dari sumber terbarukan,
berinvestasi dalam biofuel, serta fotovoltaik dan aplikasi agin.
7. Trasportasi: Mengubah transportasi pribadi menjadi umum mengingat mobilitas
bergantung pada penggunaan wilayah.
8. Industri manufaktur: Memperkuat produksi dengan memperpanjang masa manfaat
produk dengan desain ulang dan proses daur ulang serta meningkatkan efisiensi
penggunaan sumber daya alam dan energi.

F. Isu Green Economy


CEO Jejakin, Arfan Arlanda, berbicara tentang meningkatnya minat pelaku bisnis
terhadap ekonomi hijau (green economy) yang semakin mendapat perhatian. “Menarik
5ocus kita bicara 2 atau 3 tahun lalu sangat berbeda. Kita lihat di pasar sekarang semua
orang membicarakannya dalam setiap acara nasional maupun internasional, mungkin 80-
90% isinya terkait dengan isu perubahan iklim,” kata Arfan Arlanda setelah menghadiri
acara Indonesia Green Incorporated di Hutan Kota By Plataran, Rabu (13/9/2023).
Arfan melihat bahwa saat ini 5ocus5an besar pelaku bisnis sudah memahami isu
perubahan iklim dan 5ocus5an5an ekonomi berkelanjutan. Menurutnya, kebanyakan dari
mereka sudah memiliki rencana untuk mengarahkan tujuan bisnis mereka 5ocus5 tetap
peduli terhadap isu lingkungan. “Jauh lebih mudah 5ocus5 kita berbicara dengan bisnis,
5ocus5an besar dari mereka sudah mengerti terkait isu ini dan sudah memiliki rencana
juga tentang bagaimana mereka ingin mencapai tujuan terkait iklim sebagai bagian dari
bisnis mereka,” jelas Arfan.
Arfan juga menekankan bahwa platform Jejakin, sejak awal, bukan hanya berfokus
pada bisnis-ke-bisnis (B2B) atau transaksi antar-pelaku bisnis. Jejakin juga membantu
memberikan akses kepada konsumen, ritel, dan pasar untuk berpartisipasi langsung
dalam isu perubahan iklim. Di tempat yang sama, CEO Hutan Kota By Plataran, Yosua
Makes, juga mengatakan bahwa iklim bisnis ekonomi hijau dapat dibagi menjadi dua
jenis, yaitu sukarela (voluntary) dan diwajibkan (mandatory).
Menurut Yosua, isu perubahan iklim tersebut semakin menjadi perhatian beberapa
pelaku bisnis, terutama karena isu ini berkaitan dengan keberlangsungan hidup manusia.
“Saya melihat hal seperti ini sekarang sudah menjadi bagian dari perhatian manusia
karena ini menyangkut generasi berikutnya jika bumi kita rusak,” ujar Yosua.
Yosua juga menambahkan bahwa di satu sisi, penanganan isu ini memerlukan biaya,
tetapi di sisi lainnya, ada peluang bagi tempat-tempat seperti Indonesia yang memiliki
banyak hutan untuk mengubah hal ini menjadi sumber pendapatan baru bagi negara.
Peningkatan kesadaran dan 6ocus6an dalam mendukung ekonomi hijau semakin menjadi
6ocus bagi banyak pelaku bisnis dan pemangku kepentingan di Indonesia, seiring dengan
kebutuhan untuk menjaga lingkungan dan memastikan keberlangsungan hidup generasi
mendatang.

G. Kaitan Isu Dengan Pembangunan Berkelanjutan


Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga pilar: ekonomi, lingkungan, dan sosial.
Keberlanjutan ekonomi adalah pertumbuhan tanpa merusak basis modal ekonomi.
Kelestarian lingkungan termasuk iklim yang stabil dan keanekaragaman hayati.
Keberlanjutan sosial mengacu pada pemerataan kesejahteraan sosial, meliputi hak asasi
manusia, kesehatan, pendidikan, dan keadilan sosial. Keberlanjutan sosial juga berfokus
pada membangun masyarakat yang inklusif, berpartisipasi, dan terlibat dalam
pembangunan berkelanjutan. Kaitan isu diatas dengan keberlanjutan yaitu:
1. Ekonomi :
Dengan meningkatnya minat pelaku bisnis terhadap green economy akan membatu
meningkatkan perekonomian masyarakat. Seperti pelaku bisnis pada sektor pertanian
yang menggunakan green economy, dapat meningkatkan pendapatan petani serta
mengrurangi penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang berlebihan.
2. Lingkungan:
Dengan kesadaran para pelaku bisnis terhadap green economy dapat mengurarangi
dampak lingkungan yang sangat negatif saat ini, khusnya dengan meningkatkan
efisiensin dan beralih menuju sumber daya terbarukan. Selain itu dengan kesadaran
pelaku bisnis terhadap green economy mampu mengurangi limbah dan menuruni
estimasi gas rumah kaca.
3. Sosial:
Dengan kesadaran dan peningkatan green economy yang dilakukan oleh pelaku
bisnis berpengaruh positif terhadap lingkungan sosial. Hal ini disebabkan karena
semakin hijaunya lingkungan sekitar sehingga dapat mengurangi masalah lingkungan
seperti polusi. Karena lingkungan yang sehat masyarakat sosial menjadi lebih
nyaman dan sejahterah.
Referensi:
Berita Satu, (2023), Artikel: Isu green economy jadi perhatian pembisnis, Url: https://www-
beritasatu-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.beritasatu.com/ekonomi/1066804/isu-
green-economy-jadi-perhatian- pebisnis/amp?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQIUAKwASCAAgM%3D#
aoh=16958230292172&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.beritasatu.com%2Fekonomi%2
F1066804%2Fisu-green-economy-jadi-perhatian-pebisnis.
Dr. I Dewa Ayu Eka Pertiwi, S.E., Ak., M.SA dan I Gusti Ayu Ratih Permata Dewi, SE.,
M.Si.
2022. Akuntansi Sosial dan Lingkungan.
Koran Tempo, (2023), Artikel: Pengertian ekonomi hijau, konsep, tujuan dan manfaatnya,
Url: https://koran.tempo.co/read/ekonomi-dan-bisnis/483198/pengertian-ekonomi-
hijau- konsep-tujuan-dan- manfaatnya#:~:text=Tujuan%20Ekonomi
%20Hijau&text=Secara%20rinci%2C%20pr ogram%20ini%20bertujuan,kerja
%20utama%20dalam%20program%20ini.

Anda mungkin juga menyukai