PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Disusun oleh:
Ginanjar Atmaja
NIM: 14314696
A. Latar Belakang
Pembangunan
ekonomi
yang
berorientasi
pada
pertumbuhan
telah
dihimbau
memprakteknnya
lewat
untuk
menyebarkan
berbagai
macam
nilai-nilai
profesi
lingkungan
atau
jabatan
hidup
yang
dan
sedang
B. Tujuan
Tujuan dari topik ini adalah:
1. Untuk mengetahui konsep Ekonomi Hijau (Green Economy).
2. Untuk mengetahui peran Ekonomi Hijau (Green Economy) dalam pengelolaan
lingkungan.
C. Pembahasan
konsep Green Economy adalah komponen penting dari rencana pembangunan
ekonomi Indonesia. Konsep ini merupakan pendekatan yang komprehensif untuk
mencerminkan saling ketergantungan antara ekonomi dan ekosistem, dengan
mempertimbangkan dampak negatif dari kegiatan ekonomi terhadap lingkungan dari
sudut pandang pembangunan berkelanjutan. Implementasi Green Economy bukan
hanya tentang masalah lingkungan, melainkan bagaimana mengelola sumber daya
alam yang terbatas untuk meningkatkan kegiatan ekonomi secara berkelanjutan.
Hal ini sejalan dengan Kebijakan nasional jangka panjang dan menengah diarahkan
untuk mendorong pembangunan yang pro-poor, pro-jobs, pro-growth dan proenvironment. Selain itu, prioritas nasional untuk mencapai tujuan pembangunan
jangka panjang yang ditetapkan dalam rencana pembangunan nasional untuk 2005
- 2025 ( UU no 17/2007).
Konsep
ekonomi
pembangunan
hijau
berkelanjutan
(green
yang
economy)
penting
menjadi
dalam
paradigma
menanggulangi
dalam
dampak
perubahan iklim yang terjadi. Ekonomi hijau kurang lebih menjadi jawaban dari
ekonomi coklat, yaitu kegiatan ekonomi yang memproduksi banyak karbon. Ekonomi
coklat merupakan kegiatan ekonomi yang menggunakan energi secara tidak efisien
(boros) tetapi secara sosial tidak cukup inklusif, yaitu tidak melibatkan banyak orang
dalam proses pengambilan keputusannya. Dalam kaitannya dengan pengelolaan
dan pemanfaatan bahan tambang dan mineral batu bara misalnya, kegiatan ekonomi
coklat sangat dominan. Selain berdampak buruk pada kualitas lingkungan,
munculnya kasus-kasus pertambangan di Freeport atau Newmont menunjukan
bahwa secara sosial masih sangat eksklusif, tidak mewujudkan keadilan sosial.
Manfaat dari eksploitasi tambang tersebut sebagian besar dinikmati hanya oleh
sebagian kecil orang/kelompok dalam bentuk izin atau hak-hak pemanfaatan yang
diperolehnya. Padahal dampak negatif dari kegiatan pertambangan tersebut justru
ditanggung oleh masyarakat sekitar yang menanggung kerusakan lingkungan. Hal
inilah yang ingin diminimalisir/dihindari melalui pembangunan berparadigma ekonomi
hijau (green economy).
Dalam kaitannya dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam,
ekonomi hujau harus dapat merubah pola pemanfaatan sumber daya alam yang
eksploratif dan berjangka pendek ke pola pemanfaatan sumber daya alam yang
berorientasi jangka panjang, mengacu pada 3 pilar pembangunan berkelanjutan
(pilar ekonomi, pilar sosial dan pilar ekologis), serta bertumpu pada daya dukung
dan daya tamping lingkungan. Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam
pada pilar ekonomi, social dan ekologis merupakan syarat penting mewujudkan
pembangunan berkelanjutan, sebagaimana disepakati dalam KTT pembangunan
berkelanjutan di Johannesburg tahun 2002. Ketiga pilar tersebut harus dijalankan
secara terintegrasi dan saling memperkuat satu sama lain. Implementasinya
memang tidak mudah, karena yang saring terjadi adalah justru pertentangan
diantara ketiga pilar pembangunan tersebut. Dalam kaitan dengan implementasi
ketiga pilar tersebut, maka konsep ekonomi hijau melengkapinya, bahkan ekonomi
hijau menjadi motor penggerak pembangunan berkelanjutan.
Ekonomi hijau menurut Cato, mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
a. Suatu ekonomi hijau merupakan ekonomi yang berbasis local.
b. Dalam ekonomi hijau, orang orang akan berhubungan satu denga yang lain
lebih dahulu dan baru kemudian berdagang. Pasar dipandang sebagai
tempat bersosialisasi dan persahabatan yang menyenangkan dimana berita
dan pandangan politik dipertukarkan seperti halnya barang dan uang.
c. Ekonomi hijau sangat mungkin melibatkan distribusi asset dengan
menggunakan harta warisan yang ditingkatkan dan pajak capital gain.
d. Dalam ekonomi hijau, pajak kemungkinan digunakan juga secara strategis
untuk mempengaruhi kekuasaan dan perilaku bisnis. Dominasi neoliberal
dari pembuatan keputusan mengakibatkan pergeseran pajak dari korporasi
ke pendapatan dari penduduk swasta.
e. Ekonomi hijau akan dipandu oleh nilai keberlanjutan daripada oleh nilai
uang.
f.
g. Ekonomi hijau akan menjadi ekonomi yang ramah dimana hubungan dan
komunitas menjadi pengganti konsumsi dan teknologi.
h. Ekonomi hijau member peran yang lebih luas bagi ekonomi informal dan
system koperasi dan berbasis komunitas yang saling mendukung.
i.
j.
Ekonomi hijau akan menggantikan bahan bakar fosil dan system pertanian
intensif dengan pertanian organic dan berbagai system seperti pertanian
dengan dukungan komunitas, dimana manusia terhubung lebih dekat
dengan sumber pangannya.
Penerapan konsep ekonomi hijau (green economy) pada peraturan perundangundangan yang mengatur perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup saja
sebagaimana dikemukakan di atas, kiranya tidak cukup. Hal tersebut seyogianya
diterapkan pula pada seluruh sektor yang terkait dengan bidang dan/atau sektor
pembangunan, lebih khusus lagi pada kegiatan pembangunan yang menggunakan
sumber daya alam sebagai bahan dasar kegiatannya. Disinilah arti penting sinergi
ketiga pilar (ekonomi, sosial dan ekologi) dari pembangunan berkelanjutan. Di mana
kegiatan pembangunan ekonomi yang berbasis sumber daya alam dan lingkungan
selain ditujukan untuk mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi,
membawa dampak yang signifikan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat, tetapi
tetap mengedepankan upaya-upaya perlindungan dan pelestarian lingkungan.
Menurut The Global Green Economy Index, paling tidak ada 4 dimensi yang dipakai
untuk mengukur keberhasilan suatu negara mempromosikan model ekonomi hijau
dalam mendukung kegiatan pembangunannya. Keempat aspek itu adalah: komitmen
pemimpin nasional, kebijakan domestik yang ramah lingkungan, investasi yang
ramah lingkungan, dan kegiatan ekonomi seperti wisata yang berdimensi lingkungan
. Dengan demikian, konsep ekonomi hijau (green economy) harus menjadi
paradigma dalam pengaturan dan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan sumber
daya
alam.
Hal
ini
dikarenakan
pembangunan
ekonomi
nasional
masih
ekonomi hijau (green economy) dalam pengaturan dan kebijakan pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya alam, harus didasari oleh prinsip-prinsip pengelolaan
sumber daya alam yang terdapat dalam Ketetapan MPR No. IX/MPR/2001 tentang
Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, yaitu:
a. Memelihara dan mempertahankan keutuhan NKRI;
b. Menghormati dan menjunjung tinggi HAM;
c. Menghormati
supremasi
hukum
dengan
mengakomodasikan
demokrasi,
kepatuhan
hukum,
transparansi
dan
j.
D. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan yaitu upaya yang menyerasikan antara
pembangunan ekonomi dan lingkungan hidup.
2. Pola pemanfaatan sumber daya alam yang berorientasi jangka panjang, mengacu
pada 3 pilar pembangunan berkelanjutan (pilar ekonomi, pilar sosial dan pilar
ekologis).
3. Konsep ekonomi hijau perlu diinternalisasikan ke dalam berbagai peraturan
perundang-undangan yang mengatur pengelolaan dan pemanfaatan berbagai
sumber daya alam yang ada.
E. Daftar Pustaka
1. Nurmala, Ida, Konsep Ekonomi Hijau Dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumber
Daya Alam Di Indonesia Untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan. Diunduh
dari
http://www.academia.edu/6717553/Konsep_Ekonomi_Hijau_Green_Economic_dala
m_Pengelolaan_dan_Pemanfaatan_Sumber_Daya_Alam_di_Indonesia_untuk_men
dukung_Pembangunan_Berkelanjutan
2. http://www.fiskal.depkeu.go.id/2010/m/edef-konten-viewmobile.asp?id=20121025153808131280959
3. http://bappeda.kaltimprov.go.id/headlines/638-ekonomi-hijau.html
4. http://penomda.blogspot.com/2010/02/peranan-umat-islam-dalampembangunan_14.html
5. http://www.bappenas.go.id/files/9714/1213/9896/syntesa_dan_memulainya.pdf