Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU

AKUNTANSI SOSIAL DAN LINGKUNGAN

OLEH

NAMA : I NYOMAN GALIH SURYA UTAMA


NPM : 202033121338
KELAS : D5

FAKULTAS EKONOMI DAN

BISNIS UNIVERSITAS

WARMADEWA DENPASAR

2023
A. Definisi Green Economy
Dalam konteks definisi, memang tidak ada definisi yang universal tentang ekonomi
hijau. Namun sebagai acuan, umumnya digunakan definisi yang dikembangkan oleh
UNEP yang mendefinisikan ekonomi hijau sebagai ―One that results in improved
human well being and social equity, while significantly reducing environmental risks and
ecological scarcities. It is low carbon, resource efficient, and socially inclusive (UNEP,
2011).
Definisi UNEP ini menekankan pentingnya efisiensi dalam penggunaan sumber daya
alam, pengurangan risiko ekologis, ekonomi yang rendah karbon dan mampu
mengurangi kemiskinan. Dalam konteks Indonesia, Delegasi Indonesia pada pertemuan
Global Ministerial Forum di Bali mengusulkan pengertian yang relatif sama, namun
menekankan pada pengurangan kemiskinan dan internalisasi biaya lingkungan.
Definisi ekonomi hijau menurut Indonesia adalah : a development paradigm that
based on resource efficiency approach with strong emphasizes on internalizing cost of
natural resource depletion on environmental degradation, efforts on alleviate the poverty,
creating decent jobs, and ensuring sustainable Economic growth (Indonesian
Delegation/DELRI, UNEP 11th GSS, February, 2010).
Posisi Indonesia terkait dengan ekonomi hijau menekankan pula pada aspek
internalisasi biaya lingkungan karena sesuai dengan Undang-Undang No 32 tahun 2009
tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup, dan Indonesia memiliki
instrumen untuk mengendalikan lingkungan melalui penggunaan instrumen ekonomi
seperti instrumen fiskal dan instrumen perencanaan lainnya untuk menginternalisasi
biaya lingkungan. Indonesia juga menekankan pentingnya ekonomi hijau yang inklusif
dengan memperhatikan aspek pengentasan kemiskinan. Dengan demikian, ekonomi hijau
tidak diposisikan untuk mengerem laju pertumbuhan ekonomi, namun bagaimana
pertumbuhan ekonomi tersebut sejalan dengan perlindungan lingkungan dan dapat
menciptakan pertumbuhan-pertumbuhan baru melalui pemanfaatan sumber daya alam
dan lingkungan yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi
kemiskinan. Berbagai organisasi atau kelompok kelompok ekonom mempunyai definisi
yang dikembangkan berdasarkan pemahaman dan “mazhab” yang dianut masing-masing,
akan tetapi susbtansinya tetap mencakup definisi sebagaimana yang dianut oleh UNEP.

B. Tujuan Green conomy


Green Economy adalah ekonomi yang bertujuan untuk mengurangi risiko lingkungan
dan kelangkaan ekologi, dan bertujuan untuk pembangunan berkelanjutan tanpa merusak
lingkungan. Secara rinci, program ini bertujuan untuk melakukan trasformasi sistem
ekonomi Indonesia menuju ekonomi yang menghasilkan emisi gas rumah kaca yang
lebih rendah, tetap mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Terdapat tiga
paket kerja utama dalam melakukan program ini yaitu:
a. Transisi bahan bakar fosil
Transisi ini bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dan urganisasi, untuk
beralih dari bahan bakar fosil dalam sistem energi Indonesia. Penerapan ini juga
bertujuan untuk mendorong pengembangan sektor ekonomi hijau seperti: energi
terbarukan, trasportasi berkelanjutan, pertanian organik, dan pariwisata ramah
lingkungan.
b. Oplimalisasi efisiensi energi
Hal ini berujuan untuk mengoptimalkan penerapan sistem energi yang mengarah
pada sistem dekarbonasi energi Indonesia, serta mempromosikanpenggunaan energi
terbaru.
c. Mitigasi perubahan iklim
Berujuan untuk memperkuat kebijakan mitigasi perubahan iklim dalam negeri. Paket
ini berkaitan dengan upaya mengurangi polusi dan dampak lingkungan negatif dari
sektor industri.
Dengan adanya konsep green economy atau Ekonomi hijau diharapkan mampu
permasalahan ekonomi global secara komprehensif, melalui penempatan material dan
energi. Konsep ekonomi hijau berguna sejauh melibatkan pembuat kebijakan, ekonom,
dan pelaku bisnis dalam dialog kritis dengan pemangku kepentingan lain yang bertujuan
membandingkan jalur alternatif untuk pembangunan. Perbandingan tersebut kemudian
harus mempertimbangkan kriteria ekonomi di samping kriteria sosial, politik, budaya,
dan ekologi yang berkelanjutan. Kemudian, konsep ekonomi hijau sangat penting
sebagai pedoman untuk kebijakan pembangunan berkelanjutan, karena konsep ini
menjadi inti permasalahan maupun mengatur ekonomi dengan cara yang sesuai dengan
prasyarat ekologis lokal dan global serta dinamika jangka panjang. Ekonomi hijau
diharapkan mampu mengatasi permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat
dalam beberapa dekade mendatang yaitu perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman
hayati, meningkatnya ketidaksetaraan, dan permasalahan lainnya.

C. Prinsip – Prrinsip Green Economy


Konsep Ekonomi Hijau menurut UNEP, memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:
 Mengakui nilai dari dan investasi pada sumber daya alam,
 Mengurangi kemiskinan,
 Meningkatkan lapangan pekerjaan dan kesetaraan sosial,
 Mengalihkan penggunaan bahan bakar fosil ke energi terbarukan danrendah
emisi,
 Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dan energi,
 Mendorong pola hidup yang rendah emisi dan berkelanjutan,
 Bertumbuh lebih cepat sembari melestarikan sumber daya alam.
Sedangkan menurut para pakar lainnya, sepuluh prinsip Ekonomi Hijau, sebagai berikut:
 Mengutamakan nilai guna, nilai intrinsik dan kualitas,
 Mengikuti aliran alam,
 Sampah adalah makanan (keluaran suatu proses menjadi asupan untuk proses
yang lain),
 Api dan keragaman fungsi,
 Skala tepat guna/skala keterkaitan,
 Keanekaragaman,
 Kemampuan diri, organisasi diri dan rancangan diri,
 Partisipasi dan demokrasi yang langsung,
 Kreativitas dan pengembangan masyarakat,
 Peran strategis dalam lingkungan buatan, lanskap dan perancangan spasial.

D. Strategi Green Economy


Saat ini, ekonomi hijau digambarkan sebagai ekonomi yang berupaya meningkatkan
kesejahteraan manusia dan mencapai keadilan sosial dengan mengurangi risiko
lingkungan secara signifikan dan menggunakan layanan ekologi berkelanjutan. Ekonomi
mengupayakan pembangunan dengan emisi rendah karbon, sumber daya yang efisien,
dan inklusif secara sosial. ekonomi hijau bergantung pada tiga strategi utama:
pengurangan emisi karbon, efisiensi energi yang lebih besar dan penggunaan sumber
daya alam, serta mencegah hilangnya keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem.
Untuk mencapai transisi menuju ekonomi hijau, delapan sektor utama ekonomi perlu
dipertimbangkan dengan kapasitas untuk: mengurangi kemiskinan, berinvestasi dalam
modal alam dan pemulihannya, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan
kesetaraan sosial, serta mendorong energi terbarukan dan efisiensi energi. Berdasarkan
dokumen UNEP, "menuju ekonomi hijau," dapat diamati melalui tujuan energinya,
mobilitas, dan keberlanjutan perkotaan yang ringkasan sektor-sektor tersebut dapat
dilihat dibawah ini.
 Kehutanan : Mengurangi deforestasi, meningkatkan reboisasi, sertifikasi produk dari
hutan, dan pembayaran untuk jasa lingkungan.
 Pertanian : Mengubah praktik pengelolaan pupuk, air; biji; manajemen komprehensif
pestisida dan nutrisi.
 Sumber Air : Menghemat sumber air tanah dan air permukaan dengan penggunaan
sumber daya yang efisien, untuk menghasilkan kondisi kualitas hidup yang dapat
diterima oleh penduduk.

E. . Kekhawatiran terhadap Green Economy (Tantangandan Peluang)


Tantangan Menuju Ekonomi Hijau yang Berkelanjutan :
1. Perubahan pola konsumsi dan produksi Salah satu tantangan utama dalam
mencapai ekonomi hijau yang berkelanjutan adalah mengubah pola
konsumsi dan produksi adalah 14 salah satu tantangan utama dalam
mencapai ekonomi hijau yang berkelanjutan. Pola konsumsi dan produksi
saat ini cenderung berpusat pada eksploitasi sumber daya alam yang
terbatas, dan transisi menuju ekonomi hijau memerlukan pergeseran
paradigma di mana penggunaan sumber daya yang efisien, daur ulang, dan
konsumsi berkelanjutan menjadi prioritas utama.
2. Ketergantungan pada energi fosil Banyak industri masih bergantung pada
ekonomi berbasis fosil. Mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil
dan mempercepat pengembangan energi terbarukan, yang merupakan
alternatif yang lebih ramah lingkungan, adalah masalah besar yang
dihadapi. Untuk mencapai transisi ini, kendala kebijakan, ekonomi, dan
teknis harus diatasi
3. Kesenjangan akses dan kapasitas Akses dan kapasitas juga menjadi
kendala dalam mencapai ekonomi hijau yang berkelanjutan. Akses
terhadap teknologi hijau dan sumber daya finansial yang diperlukan untuk
investasi dalam infrastruktur berkelanjutan adalah masalah utama bagi
negara-negara berkembang. Untuk mengatasi perbedaan ini, diperlukan
kerja sama dan dukungan internasional.
4. Ketidakpastian kebijakan Ketidakpastian kebijakan terkait peraturan dan
insentif ekonomi hijau dapat menghalangi investasi dan inovasi.
Perubahan kebijakan yang terlalu sering atau tidak konsisten juga dapat
menghambat stabilitas dan keberlanjutan jangka panjang dalam
pengembangan ekonomi hijau.

Peluang Menuju Ekonomi Hijau yang Berkelanjutan


1. Peningkatan efisiensi sumber daya Menggunakan teknologi hijau,
menerapkan praktik produksi yang lebih efisien, dan menerapkan prinsip
daur ulang dan limbah nol dapat memberikan peluang besar untuk
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan
produktivitas ekonomi.
2. Inovasi dan teknologi hijau Investasi dalam riset dan pengembangan
teknologi hijau dapat membantu pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan dan menciptakan lapangan kerja baru. Kemajuan teknologi
yang berkelanjutan memungkinkan solusi baru yang ramah lingkungan
dan ekonomis.
3. Peningkatan kesadaran dan partisipasi public Ketika kesadaran
masyarakat akan pentingnya keberlanutan lingkungan meningkat, ada
peluang untuk perilaku konsumen yang berubah, yang menghasilkan
peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa yang ramah
lingkungan. Untuk mendorong perubahan menuju ekonomi hijau yang
berkelanjutan, partisipasi publik dalam pengambil kebijakan sangat
penting. Partisipasi publik yang aktif dan inklusif dalam proses
pengambilan keputusan dapat memastikan bahwa kebijakan yang dibuat
memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat.
4. Peningkatan investasi dan peluang bisnis Selain itu, ekonomi hijau
menawarkan peluang investasi yang besar. Investasi swasta dapat
didorong untuk mendorong pertumbuhan ekonomi hijau yang
berkelanjutan melalui pembangunan infrastruktur berkelanjutan, energi
terbarukan, dan teknologi hijau
5. Keuntungan jangka panjang Mengadopsi ekonomi hijau yang
berkelanjutan memiliki keuntungan ekonomi dalam jangka panjang
selain meningkatkan stabilitas lingkungan dalam jangka panjang.
Penggunaan sumber daya yang efisien, pengurangan biaya energi, dan
pengurangan risiko lingkungan dapat meningkatkan daya saing bisnis
dan meningkatkan ketahanan ekonomi.

F. Isu Tentang Green Economy

Ekonomi Hijau sebagai Langkah Keluar dari Krisis

Konsep Ekonomi Hijau bukanlah hal baru, pertama kali diperkenalkan pada tahun 1984
oleh Pearce, Markandya, dan Barbier dalam bukunya “Blueprint for a Green Economy”.
Dalam buku tersebut ekonomi hijau didefinisikan sebagai "sistem kegiatan ekonomi yang
terkait dengan produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa yang menghasilkan
peningkatan kesejahteraan manusia dalam jangka panjang tanpa membuat generasi mendatang
menanggung risiko lingkungan dan kelangkaan ekologis yang signifikan". Ekonomi dan
lingkungan saat ini mencapai tingkat interaksi yang tinggi karena masyarakat dengan
mempertimbangkan kerusakan yang ditimbulkan oleh kegiatan produktif terhadap lingkungan
alam. Kegiatan tersebut menyebabkan terjadinya proses pencemaran pada sumber daya air,
udara, tanah, dan keanekaragaman hayati yang mempengaruhi dinamika sosial. Kesadaran ini
memungkinkan untuk mencari alternatif yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab
terhadap lingkungan dalam arti mencapai serangkaian tindakan dan peraturan oleh negara dan
inisiatif sosial untuk mengendalikan, meminimalkan, memperbaiki, dan mencegah efek
berbahaya dari kegiatan ekonomi pada sistem alam. Proses kegiatan tersebut dikenal di media
sebagai ekonomi hijau. Konsep ekonomi hijau berkaitan dengan "ecological economy" sebuah
istilah yang muncul dari terjemahan bahasa Spanyol dari "green economy". Ekonomi hijau
dijabarkan oleh Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa - UNEP pada akhir tahun
2008 sebagai mekanisme kerja yang komprehensif dan praktis melalui analisis dan dukungan
kebijakan investasi untuk mendorong sektor hijau dan mengubah permusuhan sektor ekonomi
dengan lingkungan. Saat ini, ekonomi hijau

Jurnal Pajak dan Keuangan Negara Vol.4, No.1S, (2022), Hal.343-356

digambarkan sebagai ekonomi yang berupaya meningkatkan kesejahteraan manusia dan


mencapai keadilan sosial dengan mengurangi risiko lingkungan secara signifikan dan
menggunakan layanan ekologi berkelanjutan. Ekonomi mengupayakan pembangunan dengan
emisi rendah karbon, sumber daya yang efisien, dan inklusif secara sosial. ekonomi hijau
bergantung pada tiga strategi utama: pengurangan emisi karbon, efisiensi energi yang lebih
besar dan penggunaan sumber daya alam, serta mencegah hilangnya keanekaragaman hayati
dan jasa ekosistem. Untuk menerapkan strategi ini, dukungan melalui investasi di tingkat
publik dan swasta diperlukan dan reformasi politik serta perubahan peraturan. Oleh karena itu
penting untuk melestarikan, memperkuat, serta membangun kembali modal alam sebagai aset
ekonomi dan manfaat publik.

Salah satu tindakan utama yang diupayakan oleh ekonomi hijau dalam pembangunan
berkelanjutan adalah pengentasan kemiskinan sehingga kualitas hidup yang lebih baik
terjamin tanpa mempengaruhi sumber daya alam. Menyebarkan konsep ekonomi hijau tanpa
mempertimbangkan kebutuhan kelompok rentan dan kerusakan alam adalah suatu kesalahan
mengingat pemulihan dinamika lingkungan dan sosial tidak dijamin dalam waktu singkat,
menengah, dan jangka Panjang.

Dalam ekonomi hijau modal fisik-teknologi dan keuangan atau modal yang dibangun
dengan kekayaan dihasilkan dengan biaya ketergantungan yang berlebihan pada bahan bakar
fosil, penipisan sumber daya sumber daya alam, dan kerugian lingkungan. Di sisi lain
ekonomi hijau berukuran menuju modal alam, yang dapat mencapai pertumbuhan. Untuk
mencapai transisi menuju ekonomi hijau, delapan sektor utama ekonomi perlu
dipertimbangkan dengan kapasitas untuk: mengurangi kemiskinan, berinvestasi dalam modal
alam dan pemulihannya, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesetaraan sosial,
serta mendorong energi terbarukan dan efisiensi energi. Berdasarkan dokumen UNEP,
"menuju ekonomi hijau," dapat diamati melalui tujuan energinya, mobilitas, dan keberlanjutan
perkotaan yang ringkasan sektor-sektor tersebut.

G. Green Economy Dan Pembangunan Berkelanjutan


Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga pilar: ekonomi, lingkungan, dan sosial.
Keberlanjutan ekonomi adalah pertumbuhan tanpa merusak basis modal ekonomi.
Kelestarian lingkungan termasuk iklim yang stabil dan keanekaragaman hayati. Ada
kebutuhan untuk mengintegrasikan tiga dimensi. Berbagai alat penilaian tersedia untuk
memfasilitasi integrasi ini. Namun, dalam praktiknya lebih tentang rekonsiliasi daripada
integrasi dalam menangani hubungan sehingga konsep ekonomi hijau dapat membantu.
Ekonomi hijau didefinisikan sebagai rendah karbon, hemat sumber daya dan inklusif
secara sosial. Dalam ekonomi hijau, pertumbuhan lapangan kerja dan pendapatan
didorong oleh investasi publik dan swastake dalam kegiatan ekonomi, infrastruktur dan
aset yang memungkinkan pengurangan emisi karbon dan polusi, peningkatan energi dan
efisiensi sumber daya, dan pencegahan hilangnya keanekaragaman hayati dan jasa
ekosistem.

Konsep ekonomi hijau sangat penting untuk memandu kebijakan pembangunan


berkelanjutan, karena konsep ini menjadi inti permasalahan maupun mengatur ekonomi
dengan cara yang sesuai dengan prasyarat ekologis lokal dan global serta dinamika
jangka panjang. Umat manusia menghadapi tantangan serius dalam beberapa dekade
mendatang: perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, meningkatnya ketidak
setaraan, dan tantangan lain. Krisis global sistemik ini tidakdapat ditangani secara
terpisah, karena semuanya saling terkait.Tetapi sistem ekonomi kita tidak cukup cocok
untuk memberikan keseimbangan yang baik antara tujuan lingkungan dan sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Dr. I Dewa Ayu Eka Pertiwi, S.E., Ak., M.SA dan I Gusti Ayu Ratih Permata Dewi, SE.,
M.Si. 2022. Akuntansi Sosial dan Lingkungan.

Jurnal

Anwar, Muhkamat.2022. GREEN ECONOMY SEBAGAI STRATEGI DALAM


MENANGANI MASALAH EKONOMI DAN MULTILATERAL. Inspektorat Jenderal
Kementerian Keuangan

Anda mungkin juga menyukai