OLEH
BISNIS UNIVERSITAS
WARMADEWA DENPASAR
2023
A. Definisi Green Economy
Dalam konteks definisi, memang tidak ada definisi yang universal tentang ekonomi
hijau. Namun sebagai acuan, umumnya digunakan definisi yang dikembangkan oleh
UNEP yang mendefinisikan ekonomi hijau sebagai ―One that results in improved
human well being and social equity, while significantly reducing environmental risks and
ecological scarcities. It is low carbon, resource efficient, and socially inclusive (UNEP,
2011).
Definisi UNEP ini menekankan pentingnya efisiensi dalam penggunaan sumber daya
alam, pengurangan risiko ekologis, ekonomi yang rendah karbon dan mampu
mengurangi kemiskinan. Dalam konteks Indonesia, Delegasi Indonesia pada pertemuan
Global Ministerial Forum di Bali mengusulkan pengertian yang relatif sama, namun
menekankan pada pengurangan kemiskinan dan internalisasi biaya lingkungan.
Definisi ekonomi hijau menurut Indonesia adalah : a development paradigm that
based on resource efficiency approach with strong emphasizes on internalizing cost of
natural resource depletion on environmental degradation, efforts on alleviate the poverty,
creating decent jobs, and ensuring sustainable Economic growth (Indonesian
Delegation/DELRI, UNEP 11th GSS, February, 2010).
Posisi Indonesia terkait dengan ekonomi hijau menekankan pula pada aspek
internalisasi biaya lingkungan karena sesuai dengan Undang-Undang No 32 tahun 2009
tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup, dan Indonesia memiliki
instrumen untuk mengendalikan lingkungan melalui penggunaan instrumen ekonomi
seperti instrumen fiskal dan instrumen perencanaan lainnya untuk menginternalisasi
biaya lingkungan. Indonesia juga menekankan pentingnya ekonomi hijau yang inklusif
dengan memperhatikan aspek pengentasan kemiskinan. Dengan demikian, ekonomi hijau
tidak diposisikan untuk mengerem laju pertumbuhan ekonomi, namun bagaimana
pertumbuhan ekonomi tersebut sejalan dengan perlindungan lingkungan dan dapat
menciptakan pertumbuhan-pertumbuhan baru melalui pemanfaatan sumber daya alam
dan lingkungan yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi
kemiskinan. Berbagai organisasi atau kelompok kelompok ekonom mempunyai definisi
yang dikembangkan berdasarkan pemahaman dan “mazhab” yang dianut masing-masing,
akan tetapi susbtansinya tetap mencakup definisi sebagaimana yang dianut oleh UNEP.
Konsep Ekonomi Hijau bukanlah hal baru, pertama kali diperkenalkan pada tahun 1984
oleh Pearce, Markandya, dan Barbier dalam bukunya “Blueprint for a Green Economy”.
Dalam buku tersebut ekonomi hijau didefinisikan sebagai "sistem kegiatan ekonomi yang
terkait dengan produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa yang menghasilkan
peningkatan kesejahteraan manusia dalam jangka panjang tanpa membuat generasi mendatang
menanggung risiko lingkungan dan kelangkaan ekologis yang signifikan". Ekonomi dan
lingkungan saat ini mencapai tingkat interaksi yang tinggi karena masyarakat dengan
mempertimbangkan kerusakan yang ditimbulkan oleh kegiatan produktif terhadap lingkungan
alam. Kegiatan tersebut menyebabkan terjadinya proses pencemaran pada sumber daya air,
udara, tanah, dan keanekaragaman hayati yang mempengaruhi dinamika sosial. Kesadaran ini
memungkinkan untuk mencari alternatif yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab
terhadap lingkungan dalam arti mencapai serangkaian tindakan dan peraturan oleh negara dan
inisiatif sosial untuk mengendalikan, meminimalkan, memperbaiki, dan mencegah efek
berbahaya dari kegiatan ekonomi pada sistem alam. Proses kegiatan tersebut dikenal di media
sebagai ekonomi hijau. Konsep ekonomi hijau berkaitan dengan "ecological economy" sebuah
istilah yang muncul dari terjemahan bahasa Spanyol dari "green economy". Ekonomi hijau
dijabarkan oleh Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa - UNEP pada akhir tahun
2008 sebagai mekanisme kerja yang komprehensif dan praktis melalui analisis dan dukungan
kebijakan investasi untuk mendorong sektor hijau dan mengubah permusuhan sektor ekonomi
dengan lingkungan. Saat ini, ekonomi hijau
Salah satu tindakan utama yang diupayakan oleh ekonomi hijau dalam pembangunan
berkelanjutan adalah pengentasan kemiskinan sehingga kualitas hidup yang lebih baik
terjamin tanpa mempengaruhi sumber daya alam. Menyebarkan konsep ekonomi hijau tanpa
mempertimbangkan kebutuhan kelompok rentan dan kerusakan alam adalah suatu kesalahan
mengingat pemulihan dinamika lingkungan dan sosial tidak dijamin dalam waktu singkat,
menengah, dan jangka Panjang.
Dalam ekonomi hijau modal fisik-teknologi dan keuangan atau modal yang dibangun
dengan kekayaan dihasilkan dengan biaya ketergantungan yang berlebihan pada bahan bakar
fosil, penipisan sumber daya sumber daya alam, dan kerugian lingkungan. Di sisi lain
ekonomi hijau berukuran menuju modal alam, yang dapat mencapai pertumbuhan. Untuk
mencapai transisi menuju ekonomi hijau, delapan sektor utama ekonomi perlu
dipertimbangkan dengan kapasitas untuk: mengurangi kemiskinan, berinvestasi dalam modal
alam dan pemulihannya, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesetaraan sosial,
serta mendorong energi terbarukan dan efisiensi energi. Berdasarkan dokumen UNEP,
"menuju ekonomi hijau," dapat diamati melalui tujuan energinya, mobilitas, dan keberlanjutan
perkotaan yang ringkasan sektor-sektor tersebut.
Buku
Dr. I Dewa Ayu Eka Pertiwi, S.E., Ak., M.SA dan I Gusti Ayu Ratih Permata Dewi, SE.,
M.Si. 2022. Akuntansi Sosial dan Lingkungan.
Jurnal