Dasar Hukum
Yang menjadi dasar hukum dari pembangunan berkelanjutan adalah UU 32 tahun 2009.
Undang-Undang yang satu ini menggantikan UU nomor 23 Tahun 1997 yang juga membahas
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
pemerintah Swedia, dijelaskan bahwa Swedia merupakan negara pertama yang mengesahkan
undang-undang perlindungan lingkungan sejak 1967. Negara Skandinavia itu mengelola
ekonominya secara substansial sembari mengikis emisi karbon dan polusi. Saat ini, lebih dari
setengah pasokan energi nasional Swedia berasal dari energi terbarukan. Di perkotaan,
Stockholm yang merupakan Ibukota Swedia, telah mengalami perkembangan jumlah
populasi yang signifikan. Pada 1950-an kota itu sudah padat penduduk, sementara jutaan
orang perlu disuplai dengan air, udara dan energi bersih. Di negara berkembang,
pembangunan perumahan di hutan dan lahan pertanian kerap jadi solusi untuk masalah
tersebut. Namun, Stockhlom justru mendirikan taman nasional di perkotaan untuk melindungi
ruang hijau. Ini merupakan yang pertama di dunia. Contoh lain dari praktik ekonomi hijau
adalah menggunakan bahan bakar non fosil yang tak menghasilkan banyak zat karbon. Pada
2030, Swedia menargetkan bebas bahan bakar fosil di sektor transportasi. Lalu, pada 2045,
negara itu berharap benar-benar lepas dari penggunaan bahan bakar fosil serta mewujudkan
keseimbangan iklim.
tuk mendorong kebijakan publik dalam menciptakan sistem perekonomian hijau yang ingin
menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan dengan
memperhatikan daya dukung lingkungan.
Ekonomi biru
Sejak diratifikasinya Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum
Laut melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi
Perserikatan Bangsa. Kebijakan pembangunan ekonomi kelautan sebagai pembangunan
ekonomi kelautan dengan model ekonomi biru demi terwujudnya Indonesia sebagai negara
kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasis kepentingan nasional. Ekonomi biru terus
berjalan dan selalu dikaitkan dengan pengembangan wilayah pesisir. Konsep ekonomi biru
sama dengan konsep ekonomi hijau yaitu ramah lingkungan dengan berfokus kepada negara
berkembang yang memiliki wilayah laut, yang biasa disebut dengan Small Island
Development States (SIDS). Dalam hal ini ekonomi biru diarahkan untuk menanggulangi
masalah kelaparan, mengurangi kemiskinan, menciptakan biota laut yang berkelanjutan,
mengurangi risiko bencana di wilayah pesisir, serta mitigasi dan adaptasi dalam perubahan
iklim.
1. Pengertian
Ekonomi biru adalah rancangan optimalisasi sumber daya air yang bertujuan untuk
peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui berbagai kegiatan yang inovatif dan kreatif
dengan tetap menjamin usaha dan kelestarian lingkungan
2. Tujuan
Ekonomi biru bertujuan untuk membuka peluang investasi, lapangan pekerjaan,
menjaga kesehatan laut, serta pemerataan pertumbuhan ekonomi nasional karena distribusi
pertumbuhan ekonomi perikanan cenderung ke wilayah Timur Indonesia, sehingga turut
meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah.
3.kesulitan penerapan
Akses modal, kepekaan terhadap lingkungan, pengolahan sumber daya yang belum
bisa di kontrol secara menyeluruh
4.contoh
Potensi laut Indonesia tak perlu diragukan. Indonesia berada di urutan kedua negara
penghasil ikan terbesar dunia setelah Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Dan, sebanyak 10
persen komoditas perikanan dunia diekspor oleh Indonesia. Nilai sektor perikanan Indonesia
mencapai US$ 29,6 miliar, setara dengan 2,6 persen PDB Indonesia.
Selain itu, laut Indonesia juga memiliki bagian terbesar Segitiga Terumbu Karang
yang menjadi habitat 76 persen dari seluruh spesies terumbu karang dan 37 persen dari
seluruh spesies ikan terumbu karang dunia.
Terdapat 2,8 juta rumah tangga yang terlibat langsung dalam industri maritim
Indonesia. Sektor perikanan dan kelautan juga berkontribusi positif bagi sektor pariwisata
dan ekonomi kreatif.
Lewat program ekonomi biru diharapkan terjadi pertumbuhan ekonomi wilayah dan
nasional, penyerapan tenaga kerja, peningkatan devisa negara, serta peningkatan penerimaan
pajak negara.