1
The World Commission on Environment and Development, Brudtland Commission,1987,dalam Arup Shah,
Sustainable Development,www.globalissues,org
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui maupun tidak dapat diperbarui. Kenyataan
tersebut hendaknya segera diantisipasi dengan secara serius melakukan reorientasi pembangunan
yang berwawasan lingkungan.
Banyak fenomena pembangunan pertumbuhan yang telah menggoreskan permasalahan
jangka panjang titik dapat dicontohkan dalam hal tekanan pertambahan penduduk yang terjadi di
Pulau Jawa telah mengakibatkan terjadinya tanah kritis. Di sisi lain pengolahan lahan tidak
memperhatikan pengawetan tanah baik di Jawa maupun luar Jawa telah mengakibatkan
meluasnya kritis pada setiap tahun. Di sisi lain sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
seperti energi, berupa minyak dan gas yang dikonsumsi oleh dunia secara besar-besaran akan
mengancam dunia. Hal ini semakin mendesakkan pentingnya paradigma pembangunan
berkelanjutan untuk dijadikan sebagai pendekatan dalam pembangunan negara-negara di dunia
termasuk Indonesia. Lingkungan hidup dalam hal ini merupakan dimensi penting dalam setiap
pembangunan. Langkah ini ditempuh untuk menjaga stabilitas keamanan dan keseimbangan
ekosistem secara berkelanjutan titik tampaknya mulai disadari oleh dunia akan penting
pemaduan antara kepentingan pertumbuhan ekonomi dengan pemeliharaan lingkungan, yang
masing-masing merupakan dua segi yang saling melengkapi. Oleh karena itu pengelolaan
sumber daya alam hendaknya berlandaskan pada upaya pelestarian lingkungan hidup. Adapun
upaya pelestarian alam tersebut mengandung tiga unsur dimensi2:
1. Meningkatkan efisiensi pada penggunaan sarana produk yang mengurangi permintaan
terhadap berbagai jenis sumber daya alam di dalam proses produksi.
2. Mendorong dan memberi insentif terhadap penerapan teknologi yang mengurangi
dampak negatif terhadap lingkungan.
3. Melakukan investasi tambahan dalam hal pemeliharaan dan pengamanan sumber daya
alam secara berkelanjutan.
Kasus Indonesia upaya membendung pembangunan yang eksploitatif terhadap lingkungan
hingga kini belum menghasilkan sesuatu yang berarti. Terbukti penggerusan tanah untuk
kepentingan pengembangan kota, Kawasan Industri masih berjalan terus tanpa kendali titik lahan
pertanian semakin menciut hutan semakin gundul sungai sungai tercemar oleh limbah pabrik dan
bahkan sumber daya air tanah semakin berkurang. Bencana alam terjadi dimana-mana baik itu
banjir tanah longsor kebakaran hutan dsb. Aktivitas produksi dalam rangka menggenjot
perekonomian nasional tetap mengorbankan golongan lemah, dengan melakukan konversi tanah
pertanian menjadi kawasan industri. Tampak nyata bahwa produktivitas pertanian hanya
mengalami perkembangan rendah jika dibandingkan dengan sektor pertambangan dan industri.
pembangunan nasional yang berkelanjutan tampaknya hanya menjadi slogan kebanggaan dan
bukan menjadi realitas masih banyak pembangunan yang dilakukan dengan mengorbankan
ekologi dasar bekerja di seluruh penjuru tanah air, perusahaan asing beroperasi tanpa henti di
kawasan pertambangan. Dan dari semua itu merupakan praktik eksploitasi yang berkedok
pembangunan.3
2
Djojohadikusumo, Sumitro, 1994 Perkembangan Pemikiran Ekonomi Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan Dan
Ekonomi Pembangunan LP3ES,Jakarta,hlm. 314.
3
Dra Ambar Teguh sulistyani, M.Si, Kemitraan Dan Model-Model Pemberdayaan,hlm. 67