Anda di halaman 1dari 2

Pembangunan berkelanjutan

Pemerintah sebaiknya belajar dari pengalaman kegagalan paradigma pertumbuhan, yang


merupakan ekspresi dari nuansa pembangunan elitis. Terbukti pembangunan telah menempatkan
golongan elit pada posisi dominan. Ternyata kebijakan pembangunan tersebut telah membawa
efek buruk secara nasional baik pada skala makro maupun mikro,maka Pemerintah perlu
melakukan reorientasi. Hasil-hasil pembangunan yang tidak dapat dinikmati secara merata oleh
seluruh lapisan masyarakat telah mengkondisikan ketimpangan dan ketergantungan
berkepanjangan. Kendati sudah sangat terlambat pemerintah mulai menengok paradigma baru,
yaitu paradigma pembangunan berkelanjutan. Konsep yang ditawarkan oleh paradigma ini
adalah konsep pembangunan bersifat ramah lingkungan titik pada dasarnya pembangunan
hendaknya memperhatikan masalah sumber daya yang bersifat renewable/ non-renewable .
Dengan demikian pemakaian segenap potensi dan sumber daya pembangunan akan disertai
dengan kebijakan pemeliharaan dan pemulihannya. Dengan kata lain proses pembangunan tidak
hanya sekedar eksploitatif terhadap potensi dan sumberdaya, akan tetapi memperhatikan
bagaimana proses pembaruannya.
Konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) pada awalnya
diketengahkan oleh the World Commission on Environment and Development, pada tahun 1987.
Komisi tersebut juga disebut Brudtland Commission sesuai dengan nama ketuanya yaitu NY Bo
Bruntland lain waktu itu menjabat sebagai Perdana Menteri Norwegia. Komisi tersebut
memaknai pembangunan berkelanjutan sebagai development that meets the needs of present
without commissioning the ability of future generation to meet their own needs.1 Boleh dikatakan
dengan pembangunan berkelanjutan adalah merupakan suatu daya upaya untuk memenuhi
kebutuhan generasi sekarang dengan tanpa mengorbankan kebutuhan generasi yang akan dating.
Sedangkan dalam Oxford Dictionary of Politics mengatakan bahwa pembangunan berkelanjutan
adalah merupakan konsep yang menekankan keseimbangan antara kepentingan pertumbuhan
ekonomi dan perlindungan/ pelestarian lingkungan. Dengan demikian pembangunan
berkelanjutan merupakan perpaduan antara bagaimana melakukan pemenuhan kebutuhan
kebutuhan masyarakat suatu negara dengan sumber daya yang dimiliki sekaligus
mempertimbangkan kelangsungan generasi berikutnya.
Permasalahan utama dalam pembangunan berkelanjutan adalah memikirkan secara
faktual pertentangan antara dua kutub. Di satu sisi adanya pernyataan kebutuhan masyarakat
miskin berkaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan dan keterbatasan sumberdaya,
teknologi dan kemampuan organisasi sebagai penopangnya di sisi yang lain. Sumber daya alam
atau (SDA) merupakan energi yang potensial untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
suatu negara namun memiliki keterbatasan. Menurut pendekatan pembangunan berkelanjutan
hedaknya potensi alam ini dipergunakan dengan memperhitungkan nilai keterbatasan tersebut
dan sudah semestinya pemakaian sumber daya dengan memperhatikan sumber daya yang dapat
diperbaharui (renewable) dan yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable). Akibat
pembangunan yang menekankan pertumbuhan ekonomi telah melakukan eksploitasi terhadap

1
The World Commission on Environment and Development, Brudtland Commission,1987,dalam Arup Shah,
Sustainable Development,www.globalissues,org
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui maupun tidak dapat diperbarui. Kenyataan
tersebut hendaknya segera diantisipasi dengan secara serius melakukan reorientasi pembangunan
yang berwawasan lingkungan.
Banyak fenomena pembangunan pertumbuhan yang telah menggoreskan permasalahan
jangka panjang titik dapat dicontohkan dalam hal tekanan pertambahan penduduk yang terjadi di
Pulau Jawa telah mengakibatkan terjadinya tanah kritis. Di sisi lain pengolahan lahan tidak
memperhatikan pengawetan tanah baik di Jawa maupun luar Jawa telah mengakibatkan
meluasnya kritis pada setiap tahun. Di sisi lain sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
seperti energi, berupa minyak dan gas yang dikonsumsi oleh dunia secara besar-besaran akan
mengancam dunia. Hal ini semakin mendesakkan pentingnya paradigma pembangunan
berkelanjutan untuk dijadikan sebagai pendekatan dalam pembangunan negara-negara di dunia
termasuk Indonesia. Lingkungan hidup dalam hal ini merupakan dimensi penting dalam setiap
pembangunan. Langkah ini ditempuh untuk menjaga stabilitas keamanan dan keseimbangan
ekosistem secara berkelanjutan titik tampaknya mulai disadari oleh dunia akan penting
pemaduan antara kepentingan pertumbuhan ekonomi dengan pemeliharaan lingkungan, yang
masing-masing merupakan dua segi yang saling melengkapi. Oleh karena itu pengelolaan
sumber daya alam hendaknya berlandaskan pada upaya pelestarian lingkungan hidup. Adapun
upaya pelestarian alam tersebut mengandung tiga unsur dimensi2:
1. Meningkatkan efisiensi pada penggunaan sarana produk yang mengurangi permintaan
terhadap berbagai jenis sumber daya alam di dalam proses produksi.
2. Mendorong dan memberi insentif terhadap penerapan teknologi yang mengurangi
dampak negatif terhadap lingkungan.
3. Melakukan investasi tambahan dalam hal pemeliharaan dan pengamanan sumber daya
alam secara berkelanjutan.
Kasus Indonesia upaya membendung pembangunan yang eksploitatif terhadap lingkungan
hingga kini belum menghasilkan sesuatu yang berarti. Terbukti penggerusan tanah untuk
kepentingan pengembangan kota, Kawasan Industri masih berjalan terus tanpa kendali titik lahan
pertanian semakin menciut hutan semakin gundul sungai sungai tercemar oleh limbah pabrik dan
bahkan sumber daya air tanah semakin berkurang. Bencana alam terjadi dimana-mana baik itu
banjir tanah longsor kebakaran hutan dsb. Aktivitas produksi dalam rangka menggenjot
perekonomian nasional tetap mengorbankan golongan lemah, dengan melakukan konversi tanah
pertanian menjadi kawasan industri. Tampak nyata bahwa produktivitas pertanian hanya
mengalami perkembangan rendah jika dibandingkan dengan sektor pertambangan dan industri.
pembangunan nasional yang berkelanjutan tampaknya hanya menjadi slogan kebanggaan dan
bukan menjadi realitas masih banyak pembangunan yang dilakukan dengan mengorbankan
ekologi dasar bekerja di seluruh penjuru tanah air, perusahaan asing beroperasi tanpa henti di
kawasan pertambangan. Dan dari semua itu merupakan praktik eksploitasi yang berkedok
pembangunan.3

2
Djojohadikusumo, Sumitro, 1994 Perkembangan Pemikiran Ekonomi Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan Dan
Ekonomi Pembangunan LP3ES,Jakarta,hlm. 314.
3
Dra Ambar Teguh sulistyani, M.Si, Kemitraan Dan Model-Model Pemberdayaan,hlm. 67

Anda mungkin juga menyukai