Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH EKONOMI LINGKUNGAN

TENTANG
GREEN ECONOMIC

Disusun Oleh
Kelompok 8

1. Cantika Indah Permata Sari (20090035)


2. Diani Rahmi Sari (20090044)
3. Berlian Sahnaya Dewi (20090051)
4. Welnesa Zulaini (20090093)

Dosen Pembimbing
Jimi Ronald, M.Pd.E

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PGRI SUMATRA BARAT
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya yang telah memberikan kesempatan dan kesehatan kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Green Economic”.
Penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada
dosen pembimbing. Penulis menyadari sepenuhnya, di dalam penyusunan makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga segala bantuan, dorongan,
pemikiran, nasihat, dan ilmu yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. serta
hendaknya membawa berkat dan manfaat bagi penulis. Akhir kata penulis berharap
makalah ini dapat berguna bagi kita semua, khususnya bagi penulis sendiri.

Padang, 23 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 2
A. Konsep Ekonomi Hijau ................................................................................................ 2
B. Potensi Ekonomi Hijau................................................................................................. 5
C. Instrumen Ekonomi Hijau............................................................................................. 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 10
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Green Economy atau ekonomi hijau merupakan sebuah gagasan yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial tanpa adanya risiko
kerusakan alam.
Definisi green economy menurut surat penawaran diklat yang dikeluarkan
oleh Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional nomor 031/P.01/01/2003
Definisi green economy menurut surat penawaran diklat Nomor 0317/P.01/01/2003,
yaitu tatanan ekonomi baru yang menggunakan sedikit energi dan sumber daya alam.
Green Economy ialah menerapkan konsep ekonomi baru yang berorientasi pada
peningkatan aspek ekonomi dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan
hidup dalam kegiatan pembangunan. Green economy adalah suatu kegiatan ekonomi
yang bisa meningkatkan kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial, sekaligus
mengurangi risiko kerusakan alam secara signifikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Konsep Ekonomi Hijau
2. Bagaimana Potensi Ekonomi Hijau
3. Apa Instrumen Ekonomi Hijau

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Konsep Ekonomi Hijau
2. Untuk Mengetahui Potensi Ekonomi Hijau
3. Untuk Mengetahui Instrumen Ekonomi Hijau

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Ekonomi Hijau
Istilah green economy pertama kali dikenalkan oleh James Robertson dan
istrinya Alison Pritchard dalam bukunya the sane alternative yang dipublikasikan
pada tahun 1978. Setelah itu Hazel Henderson dalam bukunya The Politics of the
Solar Age: Alternatives to Economics, first published in 1988. Satu tahun setelahnya
menjadi Blueprint yang dikemukakan oleh Chernobyl dalam bukunya Blueprint for a
Green Economy yang diterbitkan pada tahun 1989. Masih terkait ekonomi yang
berhubungan dengan alam Richard Douthwaite, juga memberikan hasil pemikirannya
melalui The Growth Illusion: How Economic Growth Enriched the Few,
Impoverished the Many and Endangered the Planet, yang dipublikasikan tahun 1992.
Pada tahun 2010 UNEP mulai mempublikasikan green economy yang juga
merupakan satu kesatuan tujuan dengan SDGs. Di Indonesia pun menggunakan
konsep green economy atau biasa disebut Ekonomi Hijau. Green economy merupakan
konsep pembangunan bersama untuk memperbaiki kondisi lingkungan, ia mulai
digencarkan lagi di berbagai negara sendiri melalui UNEP. Green economy
didefinisikan sebagai suatu perekonomian yang mampu meningkatkan kesejahteraam
manusia secara merata dan signifikan, dengan memperkecil risiko kerusakan
lingkungan dan kelangkaan ekologi (ecological scarcities). Green economy memiliki
keutamaan dalam peningkatan investasi di sektor ekonomi, yang dibangun atas dasar
modal alami, tetapi sekaligus memperkuat modal alami (natural capital) itu sendiri.
Green economy memisahkan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan
pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan dan kerusakan lingkungan melalui
pengembangan produk-produk baru, proses produksi, jasa dan cara hidup. Pada
intinya green economy mendorong terjadinya produk rendah karbon termasuk saat
proses dan pendistribusiannya, sekarang green economy lebih banyak mencakup
perubahan penggunaan air, keaneragaman hayati, hutan, gaya hidup, pertanian serta
strategi penurunan emisi termasuk di dalamnya strategi mitigasi dan adaptasi terhadap
perubahan iklim. Wujud nyata penerapan elemen dalam konteks konsep green
economy terdapat di berbagai kebijakan, program atau kegiatan yang menuju kepada
peningkatan atau pertumbuhan ekonomi, memasukkan pertimbangan aspek
menciptakan lapangan kerja yang layak, pengentasan kemiskinan yang memiliki
dampak positif untuk lingkungan. Namun program dan kegiatan atau kebijakan yang

2
dilakukan untuk percepatan semangat green economy dipastikan selalu menimbulkan
biaya dan manfaat sebagai akibat dari kegiatan tersebut. Maka dari itu, diperlukan
suatu indikasi yang menunjukkan nilai atau rasio untuk bisa menyatakan kebijakan
atau kegiatan tersebut apakah layak atau tidak untuk kedepannya.
Ciri-ciri green economy, diantaranya:
1. Peningkatan investasi berkelanjutan;
2. Peningkatan dalam aspek kuantitas dan kualitas lapangan pekerjaan pada
sektor hijau
3. Penurunan energi/sumber daya yang digunakan dalam setiap unit produksi,
4. Penurunan CO2 dan tingkat polusi per gdp yang dihasilkan;
5. Penurunan konsumsi yang menghasilkan sampah (decrease in wasteful
consumption).

Faktor pendorong utama pertumbuhan green economy meliput:


1) Manajemen pengelolaan sumber daya alam dan jasa lingkungan yang baik
guna kemakmuran ekonomi jangka panjang dan berkualitas.
2) Investasi infrastruktur yang rendah karbon dan tahan iklim yang menyokong
pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
3) Menstimulasi investasi dan inovasi pada sektor swasta menggunakan
teknologi baru yang adaptif, untuk meningkatkan produktivitas SDA yang
penting bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
4) Fokus pada sumber daya manusia untuk menghasilkan tenaga kerja terdidik
dan terampil, dan diperlukan bagi ekonomi yang kurang bergantung pada
ekstraksi sumber daya, serta mendorong hasil sosial yang lebih baik.
5) Mengatasi kegagalan pasar dalam mencapai tujuan ekonomi, sosial maupun
lingkungan, karena pertumbuhan ekonomi dikatalisis oleh alokasi sumber
daya yang lebih efisien.

Green economy memiliki prinsip diantaranya:


1. Mengutamakan nilai guna yang berkualitas
Perlindungan lingkungan merupakan prinsip dasar dari green economy
sebagai ekonomi pelayanan. Uang juga harus dikembalikan pada status
sebagai sarana untuk memfasilitasi pembaharuan dari pertukaran, dari pada
hasil akhirnya. Apabila hal ini bisa dilaksanakan secara berkelanjutan pada

3
kegiatan ekonomi, maka kekuatan nilai uang pada seluruh kegiatan ekonomi
dapat dikurangi.
2. Mengikuti aliran alam
Ekonomi bergerak bagaikan kapal yang berlayar dengan tiupan angin
sebagai suatu proses yang alamiah. Tidak hanya solar dan energi yang
diperbaharukan, tetapi juga dengan siklus hidrologi yang alamiah, vegetasi
regional dan jaring-jaring makanan, serta dengan material lokal. Masyarakat
menjadi lebih peka terhadap aspek ekologi, sehingga batas politik dan
ekonomi akan menjadi seimbang dengan batas. ekosistem, dan mampu
menumbuhkan konsep dan kegiatan bioregional.
3. Makanan merupakan sampah
Alam tidak mengenal sampah sehingga setiap keluaran suatu proses
menjadi berguna bagi proses yang lain. Prinsip ini tidak hanya mempunyai
implikasi pada tingginya kelengkapan organisasi, tetapi juga produk
pendukung yang harus cukup baik dan tidak memiliki dampak merugikan
sehingga dapat menjadi asupan bagi kegiatan lainnya.
4. Rapi serta keragaman fungsi
Jaring-jaring makanan yang kompleks adalah implikasi berbagai
hubungan yang terintegrasi, dimana bertolak belakang dengan segmentasi dan
fragmentasi masyarakat industri. Dalam hal ini setiap strategi penyelesaian
masalah bertumpu pada kepentingan bersama serta bernilai positif bagi
kegiatan lain.
5. Skala keterkaitan dan skala tepat guna
Hal ini tidak mengandung arti bahwa "small is beautiful" (kecil itu
indah), tetapi mengandung arti bahwa setiap aktivitas produktif mempunyai
skala operasional yang paling tepat guna. Sekecil apapun aktivitas akan
mempunyai dampak lebih besar. Ini juga merupakan aktivitas ekologi yang
murni, yaitu suatu rancangan terintegrasi dalam skala berganda dan
merefleksikan pengaruh yang besar terhadap yang kecil dan sebaliknya.
6. Keanekaragaman
Dalam dunia yang mengalami perubahan secara terus menerus,
kesehatan dan stabilitas akan tergantung pada keanekaragaman. Hal ini
berlaku untuk semua tingkatan atau keanekaragaman (jenis tumbuhan,

4
binatang, ekosistem, dan regional), juga organisasi ekologis dan
keanekaragaman sosial. langsung

7. Partisipasi dan demokrasi langsung


Partisipasi masyarakat dalam proses pen 33/127 keputusan harus selalu
dilakukan agar mampu fleksibel dalam rancangan ekonomi yang berbasis
ekologi.
8. Kreativitas dan pengembangan masyarakat
Mengubah tempat sumber produksi menuju suatu produktivitas alam
yang spontan, mampu memasyarakatkan suatu kreativitas. Dibutuhkan
pengembangan manusia dengan wawasan luas, sehingga dibutuhkan juga
suatu perubahan yang berkualitas, yaitu kualitas dalam menyampaikan dalam
situasi yang sebenarnya, yang dipengaruhi oleh kondisi sosial dan psikologi
dari suatu sistem industrial. Dalam perubahan hijau, maka pribadi dan politik
sampai sosial dan ekologi berjalan seiring. Sosial estetika, dan kapasitas
spiritual menjadi pusat untuk mencapai efisiensi ekonomi dan merupakan
suatu tujuan yang penting.
9. Peran strategis dalam lingkungan buatan
Efisiensi yang besar mampu dilaksanakan melalui pengaturan spasial
dari sistem komponen suatu kegiatan. Rancangan terintegritas, kerapian,
pemanfaatan bersama, yang bergerak bersama alam merupakan landasan,
sehingga perbaikan konversi dan efisiensi pada 27 pengaturan spasial memberi
dampak positif pada seluruh kegiatan ekonomi.

B. Potensi Ekonomi Hijau


Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam ekonomi hijau (green
economy). Untuk itu, pemerintah perlu mulai menata ekonomi hijau tersebut karena
di masa depan negara-negara di dunia mulai meninggalkan barang-barang yang
berasal dari energi fosil.
Green Economy atau ekonomi hijau adalah suatu gagasan ekonomi yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan sosial masyarakat,
sekaligus mengurangi risiko kerusakan lingkungan secara signifikan .

5
Ekonomi Hijau ini dapat juga diartikan perekonomian yang rendah atau tidak
menghasilkan emisi karbondioksida terhadap lingkungan , hemat sumber daya alam
dan berkeadilan sosial.
Dalam rangka mewujudkan ekonomi hijau, pemerintah Indonesia telah bekerja
secara progresif dalam perencanaan Inisiatif Pembangunan Rendah Karbon (PRK)
sejak inisiatif tersebut dicetuskan pada UNFCC COP 23. Inisiatif PRK bertujuan
untuk secara eksplisit memasukkan pertimbangan-pertimbangan lingkungan – semisal
target pengurangan gas rumah kaca dan daya dukung- ke dalam kerangka
perencanaan pembangunan.
Saat ini Indonesia sudah mulai membangun Green Industrial Park di
Kalimantan Utara yang energinya dari green energy, berupa hydro power dari Sungai
Kayan.
Potensi energi hidro atau (hydro power) yang dimiliki oleh Sungai Kayan
diperkirakan bisa memproduksi 11-13 ribu megawatt. Selain Sungai Kayan, Indonesia
juga memiliki lebih dari 4.400 sungai sedang dan sungai besar yang juga memiliki
potensi untuk menghasilkan energi hijau. Salah satunya sungai Mamberamo yang bisa
menghasilkan 24 ribu megawatt. Di atas kertas, kalau 4.400 sungai ini dilarikan
ke hydro power, kita bisa bayangkan, potensinya.
Tak hanya lewat energi hidro, Indonesia juga memiliki energi hijau lainnya
dalam bentuk geotermal atau energi panas bumi yang berpotensi menghasilkan 29
ribu megawatt. Selain itu, Indonesia juga masih memiliki potensi energi dari angin
dan arus bawah laut.
Studi dari World Economic Forum 2020 memprediksi bahwa transisi hijau
dapat menghasilkan peluang bisnis dan akan ada banyak lapangan pekerjaan di
seluruh dunia yang diperkirakan akan beralih menjadi green jobs. Di mana, transisi
hijau dapat menghasilkan peluang bisnis senilai US$10,1 triliun dan 395 juta lapangan
pekerjaan pada 2030.
Terdapat beberapa sektor yang memiliki potensi untuk menjadi peluang green
jobs, salah satunya pada sektor pertanian yang cukup berpeluang untuk pekerjaan
yang ramah lingkungan.
Hal ini tercermin dari adanya pertumbuhan positif dari sektor pertanian selama
pandemi Covid-19 dan didukung oleh minat generasi milenial untuk terjun ke sektor
pertanian. Dengan demikian, dapat mendorong penyerapan tenaga kerja melalui green
jobs dengan lebih optimal.

6
Selain sektor pertanian, ada pula sektor pariwisata yang berpotensi untuk
menjadi peluang green jobs di Indonesia. Di mana, Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memprediksi bahwa produk ecotourism dan
wellness tourism akan lebih diminati masyarakat pasca pandemi.
Adapun, produk wellness tourism diproyeksikan mengalami pertumbuhan
yang signifikan pada 2022 menjadi US$919 miliar dengan pertumbuhan 7,5 persen
per tahun.
Kemudian, sektor energi juga menjadi peluang besar berdasarkan International
Renewable Energy Agency (IRENA) yang dipublikasikan pada 2021. Menurut data
tersebut, ada 12 juta realisasi pekerjaan di Energi Baru Terbarukan (EBT) pada 2020
dan ada sekitar 43 juta proyeksi pekerjaan di EBT sampai dengan 2050.
Adapun Survei Kementerian Koperasi dan UKM yang bekerja sama dengan
UNDP dan Indosat Ooredoo pada 2021 menunjukkan bahwa 95 persen UMKM
menyatakan minatnya pada praktik usaha ramah lingkungan. Hal ini berpotensi untuk
menyerap tenaga kerja melalui green jobs

C. Instrumen Ekonomi Hijau


Ekonomi hijau bertujuan agar kegiatan tidak mengorbankan keberlangsungan
hidup kedepannya yang ekonominya renda karbon, inklusif, dan efisien. Dalam
mewujudkan ekonomi hijau diperlukan adanya instrument ekonomi yang sejalan,
Djajadiningrat (2014) melanjutkan tujuan kebijakan itu sendiri adalah mempengaruhi
harga, mempengaruhi jumlah material yang diekstraksi, dan mempengaruhi teknologi
produksi. Adapun istrumen ekonomi yang dapat diterapkan dalam mendukung
ekonomo hijau adalah sebagai berikut:
1. Pajak lingkungan
Merupakan pungutan yang diwajibkan untuk masukan dan keluaran
yang berhubungan dengan dampak lingkungan. Tujuannya adalah mengurangi
produksi bahan pencemar dan penggunahan lahan yang berlebihan yang
berdampak terhadap lingkungan. Salah satu bentuk ini adalah dengan
diferensiasi pajak yaitu pajak yang dikenakan berbeda dengan dua bahan yang
bisa disubstansikan dengan maksud mendorong penggunaan barang yang
ramah lingkungan. Dalam penerapan ini terdapat hal yang harus diperhatikan
yaitu:

7
a. Penentuan pajak bersifat politis khususnya dalam penerapan tariff pajak
dan objek yang dikenakan;
b. Berpotensi menyebabkan ketidakmerataan;
c. Tidak ada jaminan dalam pemanfaaatan pajak untuk keperluan
masyrakat karena pajak bersifat menyeluruh.
2. Subsidi
Merupakan instrumen yang digunakan untuk tujuan sosial misalkan
subsidi BBM, pupuk.dll. Terdapat subsidi yang menimbulkan efisiensi
contohnya adalah subsisi pupuk yang menyebabkan penggunaan pupuk
berlebihan dan mencemarkan lingkungan. Dalam kaitannya dengan ekonomi
hijau, subsidi dapat berbentuk:
a. Hibah, bertujuan mendorong riset untuk kegiataan mengurangi
pencemaran dan menggunakan bahan ramah lingkungan, contohnya
hibah dalam pemanfaatan teknologi ramah lingkungan.
b. Pinjaman lunak, bertujuan untuk kegiatan ramah lingkungan dan
membeli sesuatu yang ramah lingkungan;
c. Insentif pajak, dapat berbentuk kredit pajak dan pengurangan pajak,
contohanya dalam pemanfaatan kredit pajak.
3. Deposit refund
Hal ini biasanya digunakan untuk produk daur ulang agar mendorong
konsumen mengembalikan sisa produk untuk didaur ulang.
4. Deposit recycling
Bertujuan mendorong konsumen agar mengembalikan produk kemasan
untuk didaur ulang.
5. Environment performance bond
Hal ini telah diterapkan di USA dengan mewajibkan penambang
menyerahkan dana lingkungan sebagai bentuk jaminan kegiatan pertambangan.
6. Retribusi pengguna
Ini digunakan khususnya untuk mengendalikan pemanfaatan SDA
seperti pertambangam, ikan, dll.
7. Liability insurance
Bertujuan menjamin industry dari pencemaran lingkungan, contohnya
kapal tanker yang diharuskan memiliki asuransi untuk menutu[ biaya jika
terjadi tumpahan minyak.

8
8. Retrisubi emisi
Merupakan pungutan yang harus dibayarkan industry untuk setiap
limbah yang dikeluarkan. Jum;lah diukur berdasarkan ketetapan dan berfungsi
mendorong industry mengurangi biaya yang harus ditanggung dalam
mengurangi limbahnya.
9. Tradable Emission Permits
Hal ini telah diterapkan di Singapura dengan mewajibkan lisensi bagi
pengendara mobil dan ditetapkan pertumbuhan mobil tidak boleh lebih dari
3% dengan usia maksimal 10 tahun, mengeluarkan lisensi dan jumlah mobil,
pemerintah menetapkan institusi pelelangan lisensi yang dimonitor, dan lisensi
hanya dapat diperjualbelikan melalui pelelangan resmi.
10. Progresive pricing
Bertujuan mendorong konsumen mengurangi pemggunaan sumber
daya misalkan tenaga dan air dan dibayarkan secara meningkat harganya oleh
konsumen.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Green economy merupakan konsep pembangunan bersama untuk
memperbaiki kondisi lingkungan, ia mulai digencarkan lagi di berbagai negara sendiri
melalui UNEP. Green economy didefinisikan sebagai suatu perekonomian yang
mampu meningkatkan kesejahteraam manusia secara merata dan signifikan, dengan
memperkecil risiko kerusakan lingkungan dan kelangkaan ekologi (ecological
scarcities). Green economy memiliki keutamaan dalam peningkatan investasi di
sektor ekonomi, yang dibangun atas dasar modal alami, tetapi sekaligus memperkuat
modal alami (natural capital) itu sendiri. Green economy memisahkan hubungan
antara pertumbuhan ekonomi dengan pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan
dan kerusakan lingkungan melalui pengembangan produk-produk baru, proses
produksi, jasa dan cara hidup. Pada intinya green economy mendorong terjadinya
produk rendah karbon termasuk saat proses dan pendistribusiannya, sekarang green
economy lebih banyak mencakup perubahan penggunaan air, keaneragaman hayati,
hutan, gaya hidup, pertanian serta strategi penurunan emisi termasuk di dalamnya
strategi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

10
DAFTAR PUSTAKA
Djajadiningrat, Surna Tjahja., Hendriani, Yeni., dan Melia Famiola. 2014. Green
Economy Revisi. Bandung: Rekayasa Sains.
Pujiati, Dwik. 2022. Penerapan Pilar Green Economy Dalam Pengembangan
Agrowisata Di Desa Ngringinrejo Bojonegoro. Ponorogo

11

Anda mungkin juga menyukai