Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

INDUSTRI HIJAU

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Green Economy And Trade

Dosen Pengampu : Dewi Tradena, S.E, M.E

Disusun Oleh :

Fitri Delia Nur Imani 2151010217

Harzhakiyansyah ArRhazzak 2151010222

Jeni Saputri 2151010234

PRODI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu hanya kepada Allah, yang tiada hentinya memberikan semua
nikmat dalam kehidupan. Shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi besar Nabi
Muhammad saw.
Makalah yang berjudul “Industri Hijau” ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Green Economy And Trade oleh dosen pengajar mata kuliah Bu Dewi Tradena, S.E,
M.E. Diharapkan makalah ini dapat menjadi salah satu sumber yang dapat menambah
pengetahuan tentang Industri Hijau atau biasa disebut Eco Industry. Kami sebagai penyusun
menyadari bahwa penjelasan Industri Hijau yang telah dijabarkan masih kurang dari kata
cukup karena melihat Industri Hijau merupakan program yang dapat dikatakan baru sehingga
referensi-referensi yang membahas tentang hal ini juga sangat terbatas. Oleh karena
itu,diharapkan bagi para pembaca untuk mencari referensi-referensi yang lebih banyak lagi
tentang Industri Hijau.
Demikian sedikit kata pengantar dari saya, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
terima kasih atas perhatiannya.

Bandar Lampung, 14 Mei 2023

Kelompok 9

2
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 5
C. Tujuan ............................................................................................................................. 5
BAB II........................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6
A. Pengertian Industri Hijau ................................................................................................ 6
B. Sejarah Perkembangan Industri Hijau ............................................................................ 7
C. Implementasi Kegiatan Dalam Industri Hijau ................................................................ 8
D. Pembiayaan Industri Hijau ................................................................................................ 9
E.Dampak Industri Hijau...................................................................................................... 10
BAB III .................................................................................................................................... 12
PENUTUP................................................................................................................................ 12
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai bentuk perhatian akan hal ini pemerintah Indonesia melalui Undang-undang
No 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (perubahan atas Undang-Undang No 5 Tahun
1984 tentang Perindustrian) mengamanatkan bahwa sumber daya alam yang diolah oleh
industri harus dimanfaatkan secara efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.
Undang-undang tersebut mengatur segala bentuk pengendalian kegiatan industri yang
berfungsi agar kegiatan industri meskipun dalam proses produksi selalu berhubungan dan
bergantung pada lingkungan, namun tetap dapat menyeimbangkan dan dapat memberikan
manfaat dalam prosesnya sesuai tujuan yang diharapkan. Pembaharuan undang-undang
tersebut juga terdapat pasal yang menjelaskan bahwa hal itu akan tercapai apabila industri
mampu menerapkan konsep hijau dalam produksinya atau yang disebut sebagai Industri
Hijau.
Secara umum pelaksanaan Green Industry dapat diterapkan melalui reduce, recycle,
reuse dan recovery pada proses produksi; penggunaan intensitas energi yang rendah;
penggunaan intensitas air yang rendah; penggunaan SDM yang kompeten; minimalisasi
limbah; dan penggunaan teknologi rendah karbon. Sementara standar Green Industry
yang tetapkan pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang No 3 Tahun 2014 adalah
melalui (1) penggunaan bahan baku, bahan penolong, dan energi; (2) proses produksi; (3)
produk yang dihasilkan; (4) manajemen pengusahaan; (5) pengelolaan limbah. Lima
standar yang telah ditetapkan digunakan sebagai bahan penilaian pemerintah kepada
industri dan dibuktikan melalui pemberian sertifikat industri hijau yang dilakukan oleh
lembaga sertifikasi industri hijau yang ditunjuk oleh Kementerian. Meskipun secara
yuridis konsep Green Industry baru disahkan pada tahun 2014, penilaian Green Industry
sudah mulai diberlakukan pemerintah Indonesia sejak tahun 2011 dengan mengacu pada
standarsasi green industry ada Peraturan Kemenperind NOMOR : 05/M-IND/PER/1/2011
tentang Program Penganugerahan Penghargaan Industri Hijau,yang direalisasikan melalui
pemberian penghargaan kepada perusahaan yang mampu menerapkan konsep hijau dalam
proses produksinya.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Industri Hijau?
2. Bagaimana sejarah perkembangan Industri Hijau?
3. Bagaimana implementasi kegiatan dari Industri Hijau?
4. Bagaimana pembiayaan Industri Hijau?
5. Apa saja dampak Industri Hijau?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Industri Hijau
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Industri Hijau
3. Untuk mengetahui implementasi kegiatan dari Industri Hijau
4. Untuk mengetahui pembiayaan Industri Hijau
5. Untuk mengetahui apa saja dampak dari Industri Hijau

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Industri Hijau
Industri hijau adalah industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya
efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu
menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat
memberi manfaat bagi masyarakat. Artinya, industri hijau merupakan suatu pendekatan yang
berorientasi pada peningkatan efisiensi melalui tindakan hemat dalam pemakaian
bahan/material, air dan energi; penggunaan energi alternatif; penggunaan material yang aman
terhadap manusia dan lingkungan; dan penggunaan teknologi rendah karbon dengan sasaran
peningkatan produktivitas dan minimisasi limbah yang menekankan pendekatan bisnis guna
memberikan peningkatan efisiensi secara ekonomi dan lingkungan.1
Industri hijau adalah komitmen untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan
melalui efisiensi penggunaan sumber daya secara terus menerus serta bersifat rendah karbon.
Di Indonesia industri hijau merupakan perwujudan penerapan konsep pembangunan
berkelanjutan dalam kegiatan ekonomi.
Amerika Serikat melalui US Bureau of Labor & Statistics mendefinisikan industri hijau
sebagai industri yang memproduksi baik barang maupun jasa yang bermanfaat bagi
lingkungan atau konservasi sumber daya atau yang melibatkan proses produksi ramah
lingkungan atau fokus pada efisiensi sumber daya alam yang dibagi menjadi 5 kategori, yaitu:
1. Penggunaan energi terbaru
2. Efisiensi energi
3. Pengurangan dan penghapusan polusi, pengurangan efek gas rumah kaca, dan
penerapan daur ulang
4. Onservasi sumber daya alam
5. Ketaatan, pelatihan, dan kesadaran akan lingkungan.
Sementara itu, UNIDO mendefinisikan industri hijau sebagai industri yang mendorong
pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan, yaitu efisiensi energi dan sumber daya,
rendah karbon dan rendah limbah, tanpa polusi serta aman, dan menghasilkan produk ramah
lingkungan.2

1
Viana, I. (2022). Penerapan Industri Hijau ( Green Industry ) Dalam.

2
Atmawinata, A. (2012). Efisiensi dan Efektivitas dalam Implementasi Industri Hijau. Jurnal Pendalaman
Struktur Industri Kemenperin, 1–136.

6
B. Sejarah Perkembangan Industri Hijau
Green Industry adalah sebuah istilah yang dikenal melalui International Conference on Green
Industry in Asia di Manila, Filipina tahun 2009, atas kerjasama antara United Nations Industrial
Development Organization (UNIDO), United Nations Economic and Social Commission for Asia and
the Pacific (UNESCAP), United Nations Environment Programme (UNEP), International Labour
Organization (ILO), dan dihadiri 22 negara termasuk Indonesia. Salah satu output dari pertemuan
tersebut adalah dokumen Manila Declaration on Green Industry in Asia. Deklarasi Manila tersebut
bersifat nonlegally binding, dan merupakan komitmen bersama negara-negara di Asia dalam upaya
penanganan masalah lingkungan hidup melalui efisiensi penggunaan sumber daya dan pengurangan
emisi gas karbon utamanya disektor industri. Efisiensi sumber daya dapat dilakukan dengan
menerapkan 3R (reduce, reuse, dan recycle) yang merupakan inti dari cleaner production, sedangkan
rendah karbon dapat dicapai dengan menerapkan CO2 emission reduction yang sejalan dengan Clean
Development Mechanism (CDM); effisiensi energi dan diversifikasi dalam rangka mendapatkan
energi terbarukan. Green Industry adalah komitmen setiap industri untuk mengurangi dampak
terhadap lingkungan akibat proses produksi dan produk yang dihasilkannya melalui efisiensi
penggunaan sumberdaya secara terus menerus serta bersifat rendah karbon yang diterapkan pada
pemilihan bahan baku, proses produksi, produk akhir, dan pelayanan di suatu kegiatan/industri.

Green industry merupakan konsep pengembangan industri yang berkelanjutan secara ekonomi,
lingkungan, dan sosial, dimana setiap jenis industri berpotensi untuk “green”. Dalam Rencana Aksi
Deklarasi Manila, telah dirumuskan langkah-langkah yang diperlukan untuk mereduksi intensitas
penggunanan sumberdaya alam dan emisi karbon dari sektor industri di Asia, serta memonitor upaya-
upaya dalam skala nasional. Dalam deklarasi tersebut, pilar-pilar yang tercakup dalam green industry
adalah produksi bersih produk dan layanan yang berwawasan lingkungan serta pertumbuhan dan daya
saing. Secara menyeluruh, konsep green industry merupakan cara pengembangan sektor industri yang
berkesinambungan, baik secara ekonomi, lingkungan, maupun social. Industri-industri yang dapat
menerapkan green industry adalah industri yang bergerak di sektor “environmental good” dan jasa,
meliputi : industri pendaur ulang, pengolah limbah, pemusnah limbah, pengangkut limbah, konsultan
lingkungan, industri pengolah air limbah, pengendali pencemaran udara, peralatan pengolah limbah,
industri manufaktur dan instalasi peralatan energi yang terbarukan, konsultan energi, laboratorium
khusus pengukuran dan analisa lingkungan, dan industri yang memproduksi teknologi bersih.

Menurut OECD, konsumsi sumber daya alam per kapita di wilayah Asia jauh lebih rendah
dibandingkan dengan negara-negara maju (OECD). Sedangkan dilihat dari intensitas konsumsi
sumber daya untuk menghasilkan satu satuan GDP sebesar dua kali dari intensitas konsumsi sumber
daya di Eropa dan Amerika Utara. Dengan demikian, masih ada peluang untuk meningkatkan efisiensi
sumber daya di Asia. Dengan melakukan efisiensi sumber daya terutama di sektor industri antara lain
melalui 3R dan penggunaan low carbon resources, maka akan menurunkan biaya produksi sehingga
mempercepat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing internasional serta mencapai target
di bidang lingkungan yaitu penurunan emisi CO2.3

3
Mathematics, A. (2016). 済無No Title No Title No Title. 1–23.

7
C. Implementasi Kegiatan Dalam Industri Hijau
Beberapa jenis kegiatan yang berkaitan menurut Djajadiningrat dkk (2014:183-185)
adalah sebagai berikut:

• Pengendalian Pencemaran
Pengurangan polusi dilakukan dengan kontrol produksi yang ketat, dimulai dari
pengurangan emisi gas dari industri pembangkit energi sampai dengan proses
pengurangan emisi gas yang keluar dari pipa knalpot mobil.
• Pengurangan Limbah
Salah satu contoh dari kegiatan pengurangan limbah adalah pada proses daur
ulang yang telah menjadi standar praktis dari banyak orang sejak lama. Dalam
kaitan ini, barang-barang yang dahulunya hanya dibuang dan ditumpuk di tempat
pembuangan, dengan adanya proses daur ulang tersebut pada akhirnya dapat
diubah menjadi barang yang berguna. Kebanyakan masyarakat melihat bahwa
sisa-sisa produk seperi kertas, metal, dan kaca akan dapat diproses menjadi barang
yang lebih berguna melalui proses recycling, tanpa kesadaran bahwa dengan
semakin besarnya kegiatan tersebut, jenis barang yang dikumpulkan (termasuk
minyak goring bekas, sisa batu batere, sayuran, dan lain sebagainya) akan semakin
menumpuk, dan akan terjadi perobakan fisik kimiawi yang akan membahayakan
kesehatan.
• Tanaman Organik
Pertanian organik adalah industri pembesaran tanaman tanpa menggunakan pupuk
dan pestisida yang mempunyai komposisi kimia tertentu. Dengan pembatasan
penggunaan pestisida organik dapat dikategorikan sebagai suatu kegiatan yang
mempraktikkan “sustainable development”, dan dapat mengurangi akibat
penggunaan pestisida dari tanaman tersebut. Dari fakor kesehatan, bahan makanan
dari tanaman organik akan lebih sehat dari makanan yang biasa disajikan dirumah
makan biasa.
• Pengembangan green folio
Dalam bidang keuangan, banyak kegiatan yang dapat dikaitkan dengan investasi
hijau, misalnya adalah mutual fund, exchange-traded funds, stocks, bonds, dan
juga money market fund, dengan syarat bahwa kegiatan tersebut memfokuskan
pada investasi yang memperhitungkan masalah dan dampak lingkungannya.

Kegiatan-kegiatan diatas merupakan beberapa contoh yang dapat dilakukan


dalam pengimplementasian kebijakan Industri Hijau. Pengimplementasian
kebijakan Industri Hijau akan berbeda pada setiap industri tergantung jenis produk
dan limbah yang dihasilkan.4
Kesadaran industri di luar dan dalam negeri dilandasi oleh pemahaman bahwa
penerapan konsep industri hijau secara berkelanjutan dapat menghasilkan
peningkatan margin usaha dan meningkatkan daya saing usaha. Konsep industri
hijau tersebut meliputi, antara lain, pemilihan dan subtitusi material serta energi
kearah penggunaan yang lebih efisien dengan tidak mengurangi mutu produk,
menjadi produk hijau sebagaimana direncanakan. Dengan pemahaman ini
pengertian industri hijau menckup berbagai aktivitas sejak perancangan produk,

4
Damayanti, A., Brawijaya, U., Administrasi, F. I., Ilmu, J., & Publik, A. (2015). IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN INDUSTRI HIJAU ( GREEN INDUSTRY ) BERBASIS PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN ( SUSTAINABLE DEVELOPMENT ) Allah is a Good Planner , So You Just Trust to
Him and Your Life Will Get Happiness .

8
penggunaan material, penggunaan sumber energi, pemilihan mesin, perancangan
proses produksi, penanganan produk (utama, sampingan, limbah), dan distribusi
atau logistik produk.5

D. Pembiayaan Industri Hijau


Berdasarkan data Capaian Kementerian ESDM (2021) investasi di sektor energi
mengalami fluktuasi selama tahun 2015-2020 dengan dominasi investasi pada sektor Minyak
dan Gas disusul oleh Listrik, Minerba, dan EBTKE. Masih stabilnya investasi di sektor energi
mungkin merupakan kabar baik namun sejatinya tidak, ini dikarenakan sektor EBTKE
tertinggal jauh dengan sektor energi lainnya serta masih besarnya sektor energi berbasis fosil
dalam memasok energi nasional tidak sesuai dengan kampanye Net Zero Emission, terlebih
Indonesia telah sepakat dalam agenda kesepakatan Paris Agreement.Regulasi dan pendanaan
menjadi salah satu hambatan dalam perkembangan sektor energi terbarukan di Indonesia.
Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Vita Puji Lestari (2021), setidaknya ada 3
masalah makro dalam program peningkatan kontribusi energi baru dan terbarukan dalam
bauran energi nasional 1) Permasalahan Kebijakan dan Regulasi, 2) Permasalahan Data dan
3) Permasalahan Insentif dan Pendanaan. Sejalan dengan studi tersebut, Climate Policy
Initiative (CPI) menyebutkan profil risiko pengembalian proyek energi terbarukan yang tidak
menarik, kebutuhan modal yang tinggi, terbatasnya produk finansial yang sesuai dengan
karakteristik proyek EBT, skala proyek yang kurang menarik serta minimnya ketertarikan
lembaga keuangan lokal menjadi faktor rendahnya investasi di sektor EBT. Selain itu jangka
waktu pengembalian yang lebih lama menjadi pertimbangkan investor untuk berinvestasi di
sektor batubara. The International Renewable Energy Agency (IRENA) juga berpendapat
bahwa biaya pendirian pembangkit EBT semakin menurun namun ini tidak sejalan dengan
minat investor karena harga jual listrik pembangkit EBT lebih tinggi dari pada pembangkit
konvensional. Selain itu regulasi yang belum mendukung pengembangan EBT serta masih
banyaknya insentif bagi pembangkit konvensional seakan kontraproduktif bagi komitmen
pemerintah dalam mengembangkan EBT.
Green Sukuk yang merupakan bagian dari obligasi hijau (Green Bonds) memiliki prinsip
yang sama, prinsip tersebut adalah Green Bond Principles (GBP). GBP merupakan salah satu
pedoman yang disusun untuk meningkatkan integritas di pasar green bond melalui prinsip
transparansi, pengawasan, dan pelaporan. GBP saat ini telah digunakan oleh rata-rata penerbit
green bond di dunia dan menjadi acuan bagi penerbitan regional/nasional. Selain itu, GBP
memberikan beberapa kategori proyek yang dapat didanai oleh green bond. Kategori tersebut
disebut dengan eligible green dan mencakup sektor energi, bangunan, transportasi,
pengelolaan air pengelolaan limbah, pengendalian polusi, aset berbasis alam (termasuk
penggunaan lahan, pertanian, dan kehutanan), industri komersial, serta teknologi komunikasi
dan informasi.6

5
Bimrew Sendekie Belay, Zahari, Sudirman, Hamidi Muhammad Pravest, Muhammad Anas Fadli, Y. W. W.,
Of, N. A. L., Ap, O., St, A. I. W. A. N., & Utama, aditia edy. (2017). Green Ekonomi. 7, ‫(הארץ‬8.5.2017), –1
156. file:///C:/Users/User/Downloads/77730-ID-green-economy-konsep-impelentasi-dan-per.pdf
6
Raihan, F. A., Supriyadi, I., & Syahtaria, I. (2022). Pembiayaan Hijau (Green Financing) dan Aturan
Kebijakan Pada Energi Terbarukan Dalam Rangka Mendukung Ketahanan Energi Nasiona. Jurnal Ketahanan
Energi, 8(2), 75–88.

9
E.Dampak Industri Hijau
Perkembangan industrialisasi yang diikuti dengan pembangunan fisik yang semakin
meningkat, jika tanpa didukung oleh usaha-usaha pelestarian lingkungan kesesuaian dan
ketepatan konversi lahan dan tata ruang, akan mempercepat proses kerusakan alam dan
berkurangnya fungsi lingkungan dan sumberdaya. Antara lain berkurangnya biota darat
maupun laut, berkurangnya keanekaragaman hayati, terjadinya pencemaran akibat limbah
dan lain-lain. Pencemaran maupun akibat akibat sampingan lain yang diakibatkan oleh
industri ini akan mengurangi daya dukung lingkungan.
Untuk mengurangi dampak industri terhadap lingkungan, dibutuhkan komitmen semua
pihak yang terlibat dengan kegiatan industri untuk menjaga kelestarian lingkungan. Hal ini
tidak lain agar generasi yang akan datang tidak mewarisi kerusakan lingkungan yang
diakibatkan oleh tindakan manusia saat ini, dalam mengembangkan industri. Dan agar upaya
menaikkan tingkat sosial ekonomi masyarakat melalui industrialisasi, tidak justru
menyebabkan kesulitan di masa mendatang. Maka perlu dirumuskan suatu strategi dan pola
kebijakan pengelolaan. penataan maupun pengembangan suatu kawasan industri untuk
mewujudkan kawasan industri berwawasan lingkungan dan berkelanjutan (eco-industrial
park) dan pengembangan konsep industri hijau (green industry).
Sejak isu lingkungan global muncul dan adanya kesepakatan konsep pembangunan
berkelanjutan (sustainable development), dunia industri dituntut untuk berkontribusi dalam
pencapaian hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan antara kegiatan industri
dengan ekosistem pendukung di sekitarnya. Lahirnya konsep "Industri berwawasan
lingkungan" atau "industri hijau (green industri), merupakan salah satu respon dunia industri
terhadap perubahan lingkungan global, yang secara umum direspons dunia dengan konsep
pembangunan berkelanjutan tersebut.
The World Commission on Environment and Development (WCED) pada tahun 1987.
dalam laporannya yang bejudul Our Common Future merumuskan konsep pembangunan
berkelanjutan yang mencakup pengertian bagaimana menyelenggarakan pembangunan yang
memenuhi kebutuhan umat manusia saat ini, tanpa mengurangi kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.7

7
Green Industri Paradigma.pdf. (n.d.).

10
Contoh Industri Hijau Penerapan industri hijau dilakukan dengan penggunaan bahan
baku atau proses yang ramah lingkungan, penggunaan kembali material atau limbah dalam
proses lain, penggunaan kembali bahan atau sumber daya dalam proses yang sama,
pengumpulan limbah untuk digunakan sebagai bahan bakar, dan dalam arti luas adalah
penghematan energi dalam proses pembuatannya, dan penggunaan teknologi yang ramah
lingkungan atau teknologi rendah karbon.8 Contoh teknologi yang ramah lingkungan, antara
lain biofuel, biogas, panel surya, pembangkit listrik tenaga air, pembangkit listrik tenaga
angin, tenaga nuklir, carbon capture and storage, dan smart grids. Penerapan industri hijau
merupakan salah satu penerapan yang disarankan oleh Kementerian Perindustrian untuk
diterapkan oleh sektor industri. Langkah ini tidak hanya untuk industri yang ramah
lingkungan, tetapi juga untuk berdaya saing di kancah global. Industri hijau menerapkan
reduce, recycle, reuse, dan recovery pada proses produksi. Manfaat lain dari menerapkan
industri hijau adalah peningkatan keuntungan melalui peningkatan efisiensi sehingga dapat
mengurangi biaya operasi, penghematan energi, dan air.9

8
. A., & . Y. (2018). Upaya Pemenuhan Komitmen Penurunan Gas Rumah Kaca Melalui Industri Hijau. Bina
Hukum Lingkungan, 3(1), 63–80. https://doi.org/10.24970/jbhl.v3n1.5
9
ARIFIN, D. (2012). Universitas negeri medan. Tematik Universitas Negeri Medan, 11(1), 26–36.
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/

11
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Green Industry atau Industri Hijau adalah yang dalam proses produksinya
mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan
sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan
hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyrakat. Green industry merupakan konsep
pengembangan industri yang berkelanjutan secara ekonomi, lingkungan, dan sosial, dimana
setiap jenis industri berpotensi untuk “green”. Green Industry juga dapat dikatakan komitmen
setiap industri untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan akibat proses produksi dan
produk yang dihasilkannya melalui efisiensi penggunaan sumberdaya secara terus menerus
serta bersifat rendah karbon yang diterapkan pada pemilihan bahan baku, proses produksi,
produk akhir, dan pelayanan di suatu kegiatan/industri.
Dengan melakukan efisiensi sumber daya terutama di sektor industri antara lain melalui
3R dan penggunaan low carbon resources, maka akan menurunkan biaya produksi sehingga
mempercepat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing internasional serta
mencapai target di bidang lingkungan yaitu penurunan emisi CO2. Sehingga pengembangan
Industri Hijau membutuhkan dukungandari semua pihak, yaitu pelaku industri, pemerintah
dan masyarakat.
B. Saran
Sangat diharapkan setelah membaca dan menerapkan makalah ini masyarakat awam
terutama mahasiswa yang belum mengetahui dan memahami apa itu Industri Hijau. Terlepas
dari itu semua, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis
miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis
bisa lebih baik lagi kedepannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

. A., & . Y. (2018). Upaya Pemenuhan Komitmen Penurunan Gas Rumah Kaca Melalui
Industri Hijau. Bina Hukum Lingkungan, 3(1), 63–80.
https://doi.org/10.24970/jbhl.v3n1.5
ARIFIN, D. (2012). Universitas negeri medan. Tematik Universitas Negeri Medan, 11(1),
26–36. https://jurnal.unimed.ac.id/2012/
Atmawinata, A. (2012). Efisiensi dan Efektivitas dalam Implementasi Industri Hijau. Jurnal
Pendalaman Struktur Industri Kemenperin, 1–136.
Bimrew Sendekie Belay, Zahari, Sudirman, Hamidi Muhammad Pravest, Muhammad Anas
Fadli, Y. W. W., Of, N. A. L., Ap, O., St, A. I. W. A. N., & Utama, aditia edy. (2017).
Green Ekonomi. 7, ‫(הארץ‬8.5.2017), 156–1. file:///C:/Users/User/Downloads/77730-ID-
green-economy-konsep-impelentasi-dan-per.pdf
Damayanti, A., Brawijaya, U., Administrasi, F. I., Ilmu, J., & Publik, A. (2015).
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN INDUSTRI HIJAU ( GREEN INDUSTRY ) BERBASIS
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN ( SUSTAINABLE DEVELOPMENT ) Allah is a
Good Planner , So You Just Trust to Him and Your Life Will Get Happiness .
Green Industri Paradigma.pdf. (n.d.).

Mathematics, A. (2016). 済無No Title No Title No Title. 1–23.

Raihan, F. A., Supriyadi, I., & Syahtaria, I. (2022). Pembiayaan Hijau (Green Financing) dan
Aturan Kebijakan Pada Energi Terbarukan Dalam Rangka Mendukung Ketahanan
Energi Nasiona. Jurnal Ketahanan Energi, 8(2), 75–88.
Viana, I. (2022). Penerapan Industri Hijau ( Green Industry ) Dalam.

13

Anda mungkin juga menyukai