Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ECO INDUSTRIAL PARK:

SEBUAH SOLUSI MENUJU EKONOMI HIJAU

Diajukan untuk memenuhi tugas kuliah Green Economy Trade

Dosen Pengampu: Muhammad Irfan Pratama, SE.ME


Disusun oleh:

1. Fatiha Dalila Putri (2151040239)


2. Gista Widya Prameswari (2151040246)
3. Ilham Kurnia Chahya BM (2151040256)
4. Kharisma Aulia Putri (2151040266)
5. Latifah (2151040270)
6. M. Rizki Indar Harmansyah (2151040276)

MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Memahami Green Economy ini tepat waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pengampu pada mata kuliah
Green Economy Trade. Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak
Muhammad Irfan Pratama selaku dosen pengampu pada mata kuliah Green
Economy Trade yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
wawasan. Kami juga mengucapkan terma kasih kepada pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Bandar Lampung, 25 Maret 2023

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Apa yang Dimaksud dengan Eco-Industrial Park?......................................3
B. Prinsip-Prinsip Eco Industrial Park...............................................................5
C. Ekologi Industri.............................................................................................6
D. Metabolisme Industri....................................................................................7
E. Ekosistem Industri.........................................................................................9
F. Bagaimana Memulai Sebuah EIP...............................................................13
G. Wujud Nyata Eco-Industrial Park...............................................................16
BAB III PENUTUP.............................................................................................19
A. Kesimpulan.................................................................................................19
B. Saran............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Muncul konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) atau pun model ekonomi hijau (green economy) tidak lain
didasari pada berbagai dampak yang muncul terhadap lingkungan akibat
berbagai aktivitas manusia.
Sistem manufaktur yang diciptakan ketika revolusi industri di abad
kesembilan belas bagaikan sebuah kapal api yang sangat bergantung
dengan bahan-bahan baku dari fosil, reaktor nuklir, dan bahan-bahan
kimia, yang telah menumpahkan segala limbahnya ke air dan juga
menghembuskan asap-asapnya ke udara. Sistem yang sangat bertolak
belakang dengan sistem alam telah berjalan sendirinya yang kemudian
sebagai pemicu berbagai bencana di dunia ini.
Selama revolusi industri tersebut sumber daya dilihat sebagi suatu
hal yang tidak akan pernah habisnya dan alam dipandang sebagai sesuatu
yang mudah untuk dijinakkan dan telah membudaya Akibatnya, sekarang
baru dirasakan bahwa aktivitas yang selama ini yang telah dilakukan
tidaklah menjamin keberlanjutan untuk jangka panjang. Tidak Hanya
berkurangnya sumber daya alam tapi telah banyak terjadi kerusakan
lingkungan yang bahkan menjadi isu global.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Eco industrial Park
2. Apa tujuan Eco industrial Park
3. Apa prinsip Eco industrial Park
4. Apa komponen utama ekosistem industri
5. Bagaimana memulai Eco industrial Park dan

1
6. Apa program yang berkaitan dengan Eco industrial Park

C. Tujuan
1. Untuk memahami apa itu Eco industrial Park
2. Untuk mengerti tujuan dari Eco industrial Park
3. Untuk mengerti apa prinsip Eco industrial Park
4. Untuk mengerti apa komponen utama ekosistem industri
5. Untuk mengerti bagaimana memulai Eco industrial Park dan
6. Untuk mengerti apa program yang berkaitan dengan Eco industrial
Park

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Apa yang Dimaksud dengan Eco-Industrial Park?


Eco-Industrial Park (EIP) merupakan sekumpulan industri
(penghasil produk/jasa) yang berlokasi pada suatu tempat di mana para
pelak pelaku di dalamnya secara bersama menenta meningkatkan
performansi lingkungan, ekonomi dan sosialnya. Tujuan dari EIP ini tidak
lain adalah memperbaiki performansi ekonomi bagi dustri-industri di
dalamnya melalui minimalisasi dampak lingkungan. Dalam hal ini
pendekatan-pendekatan yang dilakukan akan diarahkan pada: desain hijau
(green design) infrastrukt perencanaan dan penerapan konsep produk
bersih, pencegahan polusi, efisiensi energi, dan hubungan antarperusahaan
(inter- company partnering). 1
Oktober 1996, hasil workshop yang diselenggarakan oleh United
States President's Council untuk Pembangunan Berkelanjutan
menyebutkan dua definisi penting untuk sebuah EIP. Pertama bahwa
sebuah EIP merupakan suatu komunitas bisnis yang bekerjasama satu
sama lain dan melibatkan masyarakat di sekitarnya untuk lebih
mengefisiensikan pemanfaatan sumber daya (informasi, material, air,
energi, infrastruktur, dan habitat alam) secara bersama-sama,
meningkatkan kualitas ekonomi dan lingkungan, serta meningkatkan
kualitas sumber daya manusia bagi kepentingan bisnis dan juga
masyarakat di sekitarnya. Definisi kedua adalah bahwa EIP merupakan
suatu sistem industri yang merencanakan adanya pertukaran material dan
energi guna meminimalisasi penggunaan energi dan bahan baku,
meminimalkan sampah, dan membangun suatu ekonomi berkelanjutan,
ekologi dan hubungan sosial.

1
Surna Djajadiningrat, dkk. Green Economy (Bandung, Rekayasa Sains, 2014) hlm. 140

3
Untuk menjadi sebuah EIP, sebuah kawasan industri yang
dikembangkan haruslah lebih dari hanya sekadar sebagai:
1. Sebuah jaringan-jaringan hasil samping (by-product) saja.
2. Sebuah daur ulang klaster bisnis (recycling business cluster)
3. Sebuah kumpulan perusahaan-perusahaan yang memiliki teknologi
ramah lingkungan.
4. Sebuah kumpulan perusahaan yang membuat suatu produk hijas
(green products).
5. Sebuah kawasan industri yang hanya menerapkan hanya satu tema
yang berhubungan dengan lingkungan, seperti kawasan industri yang
merupakan kumpulan perusahaan yang memanfaatkan tenaga
matahari, dan lain-lain.
6. Sebuah kawasan industri yang memiliki infrastruktur infrastruktur
yang ramah lingkungan.2

EIP merupakan evolusi dari konsep kawasan-kawasan industri


yang sudah ada. EIP mencoba mengkoreksi konsep kawasan-kawasan
industri yang sudah ada selama ini. Konsep kawasan industri yang selama
ini hanyalah merupakan kumpulan-kumpulan industri yang Jumpir sama
sekali tidak memiliki keterkaitan terutama dalam hal pengelolaan
lingkungan, atau dengan kata lain, konsep kawasa adstri tradisional
memiliki pertentangan dan mengindahkan Josep ko-lokasi (co-location)
dalam pengembangannya. Konsep kolokasi mengembangkan cara-cara
baru untuk meraih suatu kesinergisan dan efisiensi yang lebih besar lagi,
dengan memperkuat prospek-prospek peningkatan nilai tambah dalam
proses-proses industri yang diambil dari keuntungan yang diperoleh
karena pengelompokan industri pada suatu kawasan . dengan
mendorongan penerapan ko-lokasi dari suatu industry yang memiliki
hubungan atau saling ketergantungan baik dalam proses-proses produksi
yang dilakukan, hasil buangan/sampah atau energy sisa dari industry sisa

2
Surna Djajadiningrat, dkk. Green Economy (Bandung, Rekayasa Sains, 2014) hlm.142

4
dari industry ini dapat digunakan oleh industry-industri lain yang berada
pada lokasi yang sama atau berdekatan. 3

B. Prinsip-Prinsip Eco Industrial Park


Beberapa prinsip fundamental yang dibutuhakan dalam
mengembangkan sebuah eco industrial park (Lowe 2001) adalah sebagai
berikut :
1. Terintegrasi dengan sistem alam.
Memiliki keterkaitan dengan pengaturan alam dengan cara
memperkecil dampak-dampak terhadap lingkungan melalui
penghematan biaya operasi tertentu
2. Sistem Energi.
Penggunaan energi yang efisien adalah suatu strategi utama untuk
mengurangi biaya-biaya dan mengurangi beban terhadap lingkungan.
Contoh, dengan penggunaan aliran uap atau memanaskan air dari suatu
pabrik oleh pabrik lainnya
3. Aliran material dan manajemen sampah dalam kawasan.
Perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang sisa dari sisa
produksinya dan belum memahami bagaimana cara penggunaan
kembalinya secara internal atau menjual atau dapat dipakai oleh
perusahaan lain atau mungkin saja dimanfaatkan oleh industri lain di
luar kawasan.
4. Air.
Air buangan dari satu pabrik mungkin saja dapat digunakan lagi oleh
pabrik lain. Hal ini dapat dilakukan langsung atau bisa juga harus
melewati suatu pre-treatment
5. Kumpulan Pelayanan Manajemen dan Jasa Pendukung.

3
Surna Djajadiningrat, dkk. Green Economy (Bandung, Rekayasa Sains, 2014) hlm.143

5
Manajemen atau pihak ketiga yang memainkan peran mendukung
terjadinya pertukaran hasil samping antar perusahaan dan membantu
perusahaan untuk menyesuaikan perubahan
6. Disain dan Kontruksi yang Berkelanjutan.
Para pengembang eco industrial park harus mencari cara untuk
memperkecil dampak yang lebih besar terhadap ekosistem dengan
mempersiapkan lokasi dengan seksama dan mengembangkan kontruksi
yang sangat peka iterhadap lingkungan
7. Berintegrasi dengan Masyarakat Sekitarnya.
Dapat memberikan return value bagi masyarakat sekitarnya melalui
hal-hal seperti adanya institusi sebagai inkubator bisnis bagi bisnis-
bisnis baru atau hal-hal yang dapat mendorong masyarakat sekitarnya
untuk berpartisipasi atau berekspansi membangun masyarakat mereka
sendiri.4

C. Ekologi Industri
Gradel dan Allenby mengeluarkan textbook pertama tentang
ekologi industry, menyebutkan bahwa : "Ekologi industri berarti manusia
dapat dengan bebas (deliberately) dan secara rasional (rationally)
mendekati dan memelihara apa yang diingininya (desirable) sesuai
kemampuannya, memberikan keberlanjutan secara ekonomi, budaya, dan
perubahan teknologi. Konsep ini mengandung makna bahwa suatu sistem
industri jangan dipandang secara terpisah dari dari sistem yang ada di
sekitarnya, tetapi sebaliknya haruslah menyatu dengan sistem di
sekitarnya tersebut, dengan tujuan untuk menemukan cara-cara untuk
mengoptimalkan daur material (material cycle) dari material murni,
produk akhir, komponen-komponen produksi, sampah hingga penjualan

4
Djajadiningrat, Surna T dan Melia Famiola. Kawawasan Industri Berwawasan Lingkungan
(Bandung : Rekayasan Sains, 2004)

6
terakhir. Faktor-faktor yang dioptimalkan tersebut terdiri dari sumber
daya, energy dan modal (capital).”5
Ide ekologi industri dianalogikan dengan sistem ekologi alam,
yang hanya digerakkan oleh energi matahari, ekosistem, termasuk di
dalamnya hubungan mutualisme antarberbagai jasad renik dan Ingkungan
sekitarnya di mana terjadi pertukaran material melalui satu siklus besar.
Secara ideal, sistem yang dibangun dalam ekologi tri juga mengikuti siklus
seperti itu, di mana aliran energi, material, dan penggunaan sampah hasil
olahannya dapat dibentuk dalam suatu siklus tertutup, sehingga dapat
mengefisienkan penggunaan sumber daya alam, bahkan bisa
melengkapi/memperkaya amber daya alam itu sendiri.
Manufaktur/prosessor menggunakan material yang murni, biasanya adalah
tumbuh-tumbuhan (dari alam) yang diekstrak menjadi produk tertentu
yang kemudian digunakan oleh industri lain atau juga bisa langsung
dikonsumsi oleh konsumen. Produk sisa (waste) yang dihasilkan dari
proses produksi ini atau sisa konsumsi konsumen kemudian diproses ulang
sehingga nantinya juga dapat digunakan lagi untuk pertumbuhan material
murni. Semua tahapan yang dilalui ini terbentuk dalam suatu sistem, yang
disebut dengan sistem tertutup, di mana semua sisa produksi dipulihkan
kembali. Memang di setiap proses tidak semuanya selalu efisien, akan
selalu ada fliksi-fliksi dan hilangnya beberapa sumber daya selama proses
daur hidup tersebut. Tetapi sebenarnya tujuan utama ekologi industri tidak
lain adalah mengurangi penggunaan material murni, khususnya bahan
baku dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.6

D. Metabolisme Industri
Salah satu konsep yang mendasari ekologi industri adalah
fenomena metabolisme industri. Dalam konteks konsep ekologi industri,

5
Surna Djajadiningrat, dkk. Green Economy (Bandung, Rekayasa Sains, 2014) hlm.144
6
Surna Djajadiningrat, dkk. Green Economy (Bandung, Rekayasa Sains, 2014) hlm.145

7
metabolisme industri dianalogikan dengan metabolisme alami/biologi.
Ada tiga konsep metabolisme alami yang dibawakan dalam konsep
metabolisme industri.
1. Allenby dan Richards (1994), menyebutkan secara abstrack
metabolisme industri merupakan integrasi menyeluruh dari
sekumpulan proses fisik yang mengubah bahan baku dan energi, plus
tenaga kerja menjadi produk akhir dan limbah dalam suatu kondisi
yang study-state. Sisi produksi suplai), tidak bisa berjalan dengan
sendirinya. Harus ada yang mengontrol sistem yang dilakukan oleh
komponen manusia. Dalam proses metabolisme industri ini, manusia
memiliki dua peran utama, yaitu:
a. langsung, sebagai input tenaga kerja (labor input)
b. tidak langsung, sebagai konsumen output (contohnya sebagai
Penentu permintaan akhir). Sistem ini berlangsung minimal
dalam bentuk persaingan pasar yang desentralisasi, dengan
menyeimbangkan suplai dan permintaan, baik produk dan
tenaga kerja melalui mekanisme harga. Jadi, sistem ekonomi
adalah pakan hal yang pokok sebagai suatu mekanisme agar
bolisme tersebut berlangsung.
2. Dalam sistem biologi, metabolisme dipelajari di dalam banyak
tingkatan, mulai dari proses mokular kemudian hal-hal yang
berlangsung dalam sel-sel individu, hingga pada proses yang
kompleks yang berlangsung dalam organ suatu makhluk hidup. Sama
dengan metabolisme biologi, metabolisme industri dapat diuji sebagai
sebuah unit operasi secara individu dalam sebuah proses produksi
secara industri, pada level pabrik dan juga secara global. Dalam
pendekatan ekologi industri proses metabolisme industri harus
dipandang pada tingkat regional.
3. Hal yang dianalogikan antara metabolisme biologi dengan
metabolisme industri adalah konsep daur ulang (life circle). Daur
hidrogen, daur karbon, dan daur nitrogen merupakan suatu konsep

8
yang sudah umum kita kenal dalam dunia ilmuwan. Secara spesifik
memang metabolisme industri berbeda dengan metabolisme alam
yang tercipta secara sendirinya membentuk suatu sistem tertutup,
sedangkan daur industri sendiri bersifat terbuka. Dengan kata lain,
daur industri secara umum adalah daur yang tercipta di dalam sistem
industri yang terbuka, walaupun kalau kita lihat pada umumnya
bahan baku sistem industri juga berasal dari alam. Masalahnya, ketika
mereka dikembalikan ke alam, mereka sudah dalam bentuk yang
rusak, sehingga tidak mampu didaur secara alami lagi.7

E. Ekosistem Industri
Ada tujuh komponen utama dalam ekosistem industri yaitu:
1. Material utama dan produsen energy.
Produsen material utama dapat berasal dari satu atau beberapa
perusahaan yang dipilih untuk menyediakan material dasar untuk
keberlanjutan ekosistem industri. pada umumnya dalam ekosistem
industri yang nyata, biasanya yang menjadi material utama ini
merupakan material murni. walaupun ada dalam beberapa kasus,
material utama ini juga bisa berasal dari bahan-bahan yang sudah
didaur ulang. proses masuknya material murni ke dalam suatu sistem
dapat berasal dari berbagai jenis material, tetapi secara umum dapat
digali dalam beberapa langkah utama. langkah pertama adalah
pengekstraksian; proses ini didesain untuk memisahkan suatu
kandungan tertentu dari suatu bahan. biasanya proses ini
menghasilkan banyak buangan (waste) sebagai kasus pada saat
pemisahan suatu biji logam dari suatu logam, yang mungkin
persentasenya sangat kecil sekali dibandingkan dari total kandungan
logam itu sendiri. langkah-langkah untuk pemisahan ini biasanya
membutuhkan baik proses fisika maupun proses kimia sehingga

7
Surna Djajadiningrat, dkk. Green Economy (Bandung, Rekayasa Sains, 2014) hlm. 146-148

9
banyak bahan buangan yang akan dihasilkan.biasanya untuk bahan-
bahan seperti ini tahapan yang dikembangkan adalah penggunaan
kembali beberapa bahan yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi,
baik untuk proses pengekstraksian lainnya maupun bagi industri lain.

2. Pengolahan bahan-bahan dan sektor manufaktur.


Bahan baku yang dihasilkan dari penghasil bahan baku utama
biasanya diolah lanjut dalam pabrik dalam suatu proses manufaktur.
proses ini biasanya lebih kompleks karena melibatkan lebih banyak
bahan lainnya. biasanya proses pengolahan pada beberapa bahan
dalam proses manufaktur banyak memungkinkan untuk dapat didaur
ulang lagi, dalam hal ini ada dua bentuk pendaur ulangan yaitu:
a. Proses recycle streams: yaitu pendaur ulang material dalam
proses manufaktur itu sendiri
b. External recycle streams: pendaur ulangan material dari
manufaktur lain atau dari produk-produk hasil pakai dari
konsumen (post consumer products).

Kecocokan suatu material untuk didaur ulang sangat relatif.


biasanya material dalam suatu proses recycle streams akan lebih
mudah untuk didaur ulang, karena berasal dari bahan-bahan yang
sama bagi proses operasi manufaktur itu sendiri. sedangkan
pendaurulangan material dari luar, khususnya dari bekas pemakaian
konsumsi akan lebih membutuhkan variabel tertentu karena bahan-
bahan ini memiliki karakteristik tersendiri.

3. Sektor konsumen.
Pada sektor konsumen produk dijual pada konsumen yang akan
menggunakan produk-produk tersebut. lamanya penggunaan biasanya
bervariasi untuk tiap-tiap produk: kertas serbet misalnya hanya akan
digunakan sekali dan setelah itu dibuang berbeda dengan mobil
biasanya digunakan bertahun-tahun dalam banyak kasus biasanya

10
produk-produk yang sudah selesai dipakai akan dibuang atau didaur
Ulang

4. Sektor pengolahan sampah atau limbah.


Daur ulang mengandung arti yang sangat luas,yang sekarang ini
lebih cenderung diartikan sebagai suatu cara untuk memisahkan
antara berbagai sampah dan pengolahannya kembali dalam suatu
sistem industri. sistem terdiri dari perusahaan-perusahaan yang
melakukan aktivitas pengumpulan memisahkan dan mengolah hasil
buangan sehingga dapat digunakan kembali untuk kepentingan lain.8

5. Desain konstruksi yang berkelanjutan.


Penerapan prinsip-prinsip desain konstruksi yang berkelanjutan ini
dalam suatu proyek EIP harus dimulai dari semua tahap
pengembangan dimulai dari perencanaan, desain, konstruksi,operasi,
dan dekonstruksinya. untuk itu beberapa prinsip yang harus dilakukan
adalah
a. meminimalisasi penggunaan sumber daya
b. mendesain efisiensi energi dalam desain bangunan, dengan
penerapan sistem heating,ventilation dan air conditioning bagi
penerangan
c. memaksimalkan penggunaan sumber matahari terutama pada
siang hari

6. Desain fasilitas industry.


Para arsitek dan pengembang pertama kali memasukkan konsep
desain berkelanjutan dalam kurung (sustainable design) ini untuk
bangunan-bangunan komersial dan rumah hunian dan sekarang sudah
mulai digunakan sebagai pendekatan baru untuk mendesain
masyarakat perkotaan. membangun sebuah EIP berarti suatu

8
Surna Djajadiningrat, dkk. Green Economy (Bandung, Rekayasa Sains, 2014) hlm, 152-154

11
kesempatan baru pula untuk mengembangkan konsep konstruksi
berkelanjutan ini bagi desain fasilitas industri. proyek-proyek EIP
menawarkan suatu laboratorium bagi pembangunan inovasi-inovasi
dalam rangka mengintegrasikan konsep-konsep arsitektur dan
penataan fasilitas industri dengan pendekatan green infrastruktur
dalam perencanaan proses produksi dan perancangan alat-alat
industri.

Hahn,T dan RA,Sol source menyebutkan ada beberapa prinsip dari


penerapan konsep green design diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Bersifat minimalis; bangunan yang didesain haruslah sesuai
dengan fungsi dan kegunaan nantinya.
b. Sebaiknya didesain untuk multifungsi; bangunan tersebut dapat
digunakan untuk banyak keperluan.
c. Bangunan yang didesain selayaknya juga tidak mudah peka
terhadap perubahan iklim (didesain untuk bisa tahan terhadap
berbagai bentuk perubahan cuaca).
d. Tahan lama; bangunan yang dibuat harus memiliki sifat kokoh
dan tahan lama
e. Menggunakan bahan-bahan yang berasal dari produk-produk
yang telah minimalis menggunakan sumber daya.
f. Sebisa mungkin material untuk bahan bangunan berasal dari
bahan-bahan yang bisa didaur ulang kembali.
g. Bahan-bahan yang digunakan bukan bahan-bahan beracun baik
ketika pembuatan maupun bahan-bahan tersebut telah siap
pakai.

7. Partisipasi dan dukungan masyarakat dan para stakeholder lainnya.


Mendesain sebuah Eco-industrial Park tidak terlepas dari usaha-
usaha bagaimana mengintegrasikan EIP ini dengan masyarakat,
pemerintah dan para stakeholder lainnya di sekitarnya. selayaknya

12
pengembangan sebuah kawasan juga akan memberikan suatu
pertimbangan bagi pembangunan wilayah yang tidak lain bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.9

F. Bagaimana Memulai Sebuah EIP


Dari pengalaman beberapa negara, Lowe (2001) melihat hal-hal prinsip
yang dilakukan untuk memulai sebuah EIP, yaitu:
1. Berintegrasi dengan sistem alam.
EIP sangat konsen terhadap dampak lingkungan dari sebuah aktivitas
bisnis, sehingga upaya pertama yang biasanya dilakukan untuk
memulai industri ramah terhadap lingkungan dengan cara yang
memperkecil dampak-dampak terhadap lingkungan melalui
penghematan biaya operasi tertentu.

2. Konversi sistem energi.


Penggunaan energi yang efisien adalah suatu strategi utama untuk
mengurangi biaya-biaya dan mengurangi beban terhadap lingkungan.
Dalam EIP, perusahaan mencoba mencari jalan untuk memperoleh
efisiensi yang lebih besar secara individual dengan membangun dan
mendesain peralatan produksi. Sebagai contoh, dengan penggunaan
aliran uap air atau memanaskan air dari suatu pabrik oleh pabrik
lainnya, selain itu dapat juga dilakukan untuk sistem lain seperti pada
sistem pemanasan atau sistem penyejukan suatu kota/daerah. Intinya
dalam sistem ini bagaimana bisa menerapkan konsep penggunaan
kembali (reused) sumber daya yang ada terutama sumber daya alam
yang tidak dapat diperbarui.

3. Merancang ulang aliran material dan manajemen sampah dalam


kawasan.

9
Surna Djajadiningrat, dkk. Green Economy (Bandung, Rekayasa Sains, 2014) hlm. 155-158

13
Dalam suatu kawasan yang ramah lingkungan (eco-park),
perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang sisa (waste) dari
sisa-sisa produksinya mengusahakan pengurangan pembuangan
langsungnya ke alam dan mengoptimalkan upaya untuk dilakukan
penggunaan kembali atau mendaur ulang barang sisa tersebut. Barang
sisa itu juga dapat dijual kepada perusahaan lain yang dalam kawasan
tersebut untuk digunakan sebagai bahan bakarnya kembali. Kerja
sama antarperusahaan seperti ini kemudian dikembangkan dengan
mengembangkan infrastruktur agar bisa membantu
mentransformasikan hasil samping suatu industri/pabrik ke
industri/pabrik lainnya, mengumpulkan ata menggudangkan hasil
samping lain yang mungkin saja dapat dimanfaatkan oleh industri-
industri lain di luar kawasan, dan memfasilitasi proses-proses barang
sisa beracun.

4. Penghematan penggunaan air sebagai by product dalam kawasan.


Beberapa EIP memulai dengan meminimalisasi penggunaan air; tidak
hanya dengan mengunakan ulang atau mendaur ulangnya tapi dengan
melakukan pertukaran hasil samping antarperusahaan- perusahaan
yang berada dalam satu kawasan industri. Pendekatan "loop tertutup"
ini merupakan suatu faktor penting, bagaimana pun juga hal ini
menjadi salah satu unsur dalam mendesain suatu EIP. Contohnya,
limbah air yang sudah didaur ulang kemudian digunakan untuk
pencucian sanitasi/toilet dalam kawasan.

5. Kumpulan Pelayanan manajemen dan jasa pendukung.


Tahapan ini sudah masuk pada tahan lanjutan EIP. Untuk menunjang
kerja sama lebih erat antarperusahaan yang saling berhubungan
dalam EIP diperlukan manajemen dan sistem pendukung yang lebih
canggih dibanding kawasan industri tradisional. Manajemen atau
pihak ketiga yang memainkan peran dalam EIP ini haruslah

14
mendukung terjadinya pertukaran hasil samping antarperusahaan dan
membantu perusahaan-perusahaan tersebut untuk menyesuaikan
perubahan (seperti seorang penyalur atau pelanggan yang melakukan
mobilisasi dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya) sesuai dengan
tanggung- jawab yang diembannya.

6. Desain dan konstruksi yang berkelanjutan.


Khusus untuk industri baru atau pun saat melakukan renovasi pada
fasilitas produksi/pabrik dalam EIP, maka fasilitas tersebut
kemudianharus mulai didesaindengan konsep greendesign termasuk
juga dan infrastrukturnya dengan tujuan untuk mengoptimalkan
penggunaan sumber daya yang lebih efisien dan memperkecil
kemungkinan meluasnya polusi. Para pengembang EIP ini harus
mencari cara untuk memperkecil dampak yang lebih besar terhadap
ekosistem dengan mempersiapkan lokasi dengan seksama dan
mengembangkan konstruksi yang sangat peka terhadap lingkungan.
Keseluruhan kawasan harus dirancang untuk penggunaan jangka
panjang, mudah dikelola dan dipelihara, serta dapat direnovasi ulang
sesuai dengan kondisi dan kemungkinan perubahan yang terjadi. Pada
akhirnya, semua material dan sistem yang akan diterapkan dalam EIP
ini harus dapat dengan mudah didaur ulang atau digunakan kembali.

7. Berintegarasi dengan masyarakat sekitarnya.


Hubungan para pengembang EIP dengan masyarakat berdekatan
haruslah memberikan banyak manfaat bagi kawasan tersebut melalui
layanan pemerintah yang lebih baik, pengembangan sistem bidang
pendidikan, dan lain lain. Proyek ini harus dapat memberikan return
value bagi masyarakat sekitarnya melalui hal- hal seperti adanya
institusi sebagai inkubator bisnis bagi bisnis- bisnis baru atau hal-hal
yang dapat mendorong masyarakat sekitarnya untuk berpartisipasi
atau berekspansi membangun masyarakat mereka sendiri. Mungkin

15
saja di antara mereka bertindak sebagai jasa layanan yang dibutuhkan
dalam EIP tersebut. Melalui program pelatihan/training yang
dikembangkan akan memperkuat kemampuan dan keberadaan para
pekerja dalam masyarakat tersebut.10

G. Wujud Nyata Eco-Industrial Park.


Dalam lima dekade terakhir, kata-kata "industrial estate" atau
"industrial park" bukanlah suatu hal yang tidak asing lagi bagi para
pengembang, para pengambil kebijakan/pemerintah di sektor ekonomi,
dan para pelaku ekonomi. Kata-kata tersebut tidak lain adalah suatu upaya
atau pendekatan yang bertujuan untuk mengatur beberapa unit usaha atau
industri dan bisnis pada satu wilayah. Namun, baru beberapa dekade
belakangan kata-kata " eco" diselipkan di depan istilah "kawasan industri"
tersebut. Sebenarnya sudah cukup banyak juga para pemerhati industri
yang mencoba mengembangkan strategi dasar yang berhubungan dengan
sebuah kawasan industri yang berwawasan lingkungan ini, walau pun
mereka menyebutnya dalam istilah yang berbeda, di antaranya adalah
sebagai berikut.:
1. Kawasan Industri Hijau (Green Industrial Park).
Kawasan industri hijau (Green Industrial Park) merupakan sekumpulan
perusahaan/industri yang menerapkan teknologi produksi pembersih,
memproses banyak sampah yang mereka hasilkan dan/atau melakukan
usaha-usaha mengurangi emisi gas rumah kaca di dalam kawasan
tempat mereka beroperasi. Kawasan industri hijau yang dikembangkan
oleh berbagai pengembang dan pemerintah dianggap sebagai salah satu
contoh penerapan konsep sustainable industry. Hal-hal yang mereka
tonjolkan dalam mengembangkan bisnis mereka adalah dengan
menganggap bahwa bisnis yang mereka kembangkan pada suatu

10
Surna Djajadiningrat, dkk. Green Economy (Bandung, Rekayasa Sains, 2014) hlm. 159-162

16
kawasan hijau (green park) sebagai keunggulan bersaing mereka dalam
mempromosikan produk-produk.

Meskipun kawasan industri hijau menyokong secara nyata untuk


pengembangan industri yang berkelanjutan (sustainable industry), tetapi
industri yang ada di tidaklah selalu terklaster sebagai suatu bisnis yang
memiliki saling terkait. Industri-industri yang berkembang di dalam
kawasan ini dapat meningkatkan performansi lingkungan mereka karena
adanya suatu komitmen "bersih" dan memiliki rasa tanggung jawab besar
untuk menghasilkan produk-produk bersih. Nilai tambah potensial dari
kawasan hijau agak sedikit berkurang karena pada umumnya industri-
industri yang berkembang di dalam kawasan ini pada umumnya adalah
industri-industri tidak memiliki saling kebergantungan (independent) yang
tidak memiliki keterkaitan dalam rantai nilai. Akibatnya tidak banyak
manfaat co-location yang bisa diambil oleh perusahaan-perusahaan yang
berada di dalamnya. Sehingga untuk menerapkan kawasan industri yang
seperti ini akan membutuhkan biaya yang besar.

2. Pertukaran Hasil Samping (By-Product Exchange).


Konsep ekologi industri yang paling umum dikenal adalah pertukaran
hasil samping industri (Industrial by-product exchange). Perusahaan-
perusahaan dan para agen pengembang di seluruh dunia menyebut
BPX dalam banyak sebutan di antaranya adalah: ekosistem industri,
sinergi hasil samping (by- product sinergy), simbiosis industri, jaringan
industri daur ulang (industrial recycling network), Kembar hijau
(twinning green), dan jaringan nir-emisi (zero emission network), dan
banyak sebutan lainnya. Tujuan utamanya tidak lain adalah untuk
menciptakan suatu sistem perdagangan material, energi, dan hasil
samping antar perusahaan, di dalam suatu kawasan industri pada suatu
daerah. Para pelaku-pelaku industri yang ada dalam kawasan industri
tersebut diharapkan menggunakan terlebih dahulu semua sumber daya

17
sebelum dibuang, daripada memboroskan sumber daya tersebut untuk
mengurangi polusi. untuk menghemat biaya-biaya, dan bahkan tidak
jarang dengan sistem ini mereka memperoleh pendapatan baru. Dalam
beberapa kasus terkadang ada perusahaan tunggal yang membangun
jaringan pabrik mereka yang dirancang agar bisa juga memanfaatkan
hasil samping mereka sendiri. Sebagai contoh. suatu perusahaan gula
di negeri China Selatan yang menyalurkan ampas tebu mereka untuk
pembuatam kertas dengan membangun pabrik kertas sendiri dan juga
membangun instalasi penyulingan alkohol.

3. Integrated EIP/Estate.
Integrated EIP khususnya dirancang untuk mendorong
pengembangan konsep ekologi industri di pusat sebuah klaster
industri. Hal ini bisa saja terbentuk sebagai sebuah kompleks
beberapa fasilitas inti seperti pembangkit listrik dan fasilitas bahan
kimia utama. Informasi yang terperinci tentang aliran emisi dan
barang sisa (waste) dalam suatu regional atau lokal diperlukan untuk
mengoptimalkan proses-proses aliran energi dan material dalam
kawasan industri tersebut. Infrastruktur yang dikembangkan pada
sebuah kawasan yang disebut dengan IEIP ini merupakan
infrastruktur yang sangat khusus yang berguna untuk mendukung
pertukaran energi dan material dalam wilayah tersebut yang sifatnya
sangat spesifik sesuai kondisi klaster itu sendiri.11

11
Surna Djajadiningrat, dkk. Green Economy (Bandung, Rekayasa Sains, 2014) hlm. 163-165

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Eco-Industrial Park (EIP) merupakan sekumpulan industri (penghasil
produk atau jasa) yang berlokasi pada suatu tempat dimana para pelaku-
pelaku di dalamnya secara bersama mencoba meningkatkan performansi
lingkungan ekonomi dan sosialnya. tujuan dari Eco industrial Park adalah
untuk memperbaiki performansi ekonomi bagi industri-industri di
dalamnya melalui minimalisasi dampak lingkungan

B. Saran
Kita sebagai manusia hendaknya turut serta menjaga lingkungan agar tetap
bersih dan sehat, limbah industri tidak boleh dibuang di sembarangan
tempat seperti sungai karena akan mengakibatkan pencemaran lingkungan
dan dampaknya akan kembali kepada manusia itu sendiri.

19
DAFTAR PUSTAKA

Surna Tjahja Djajadiningrat, Yeni Hendriani, Melia Famiola, 2014 Green


Economy Ekonomi hijau Bandung, Rekayasa Sains

Kristanto, Philip. 2008. Ekologi Industri. Yogyakarta : Andi Publisher

Djajadiningrat, Surna T dan melia Famiola. 2004. Kawawasan Industri


Berwawasan Lingkungan Bandung : Rekayasan Sains

Yudha Adi Pradana,artikel Eco Industrial Park,diakses 19 maret 2023

20

Anda mungkin juga menyukai