KAJIAN PUSTAKA
BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN
Disusun oleh :
Dosen Pembimbing
Dr. Soedarsono, M. Hum.
KAJIAN PUSTAKA
BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN
Disusun oleh :
Dosen Pembimbing
Dr. Soedarsono, M. Hum.
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Di zaman sekarang ini, laju ekstraksi semakin cepat dan sudah jauh
melampaui kapasitas alam untuk memperbaharui. Demikian juga dengan
pembuangan sisa kegiatan ekonomis ke lingkungan sudah jauh di atas daya
dukung alam. Banyak perusahaan yang mulai meninggalkan kepedulian
dan kepekaan terhadap lingkungan yang ditinggali masyarakat
disekitarnya. Permasalahan ini erat hubungannya dengan etika bisnis dan
tangung jawab social perusahaan. Sebuah perusahaan sekarang
dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak triple bottom lines 3P yaitu
Profit, People, dan Planet. Profit yang dimaksud yaitu perusahaan juga haru
tetap mencari keuntungan sebanyak banyaknya agar perusahaan tersebut
dapat terus bejalan dan berkembang. Yang dimaksud People pada triple
bottom lines yaitu perusahaan juga harus memiliki kepedulian terhadap
kesejahteraan manusia, seperti mempekerjakan orang sehingga mereka
mendapatkan pekerjaan dan penghasilan, dan lain lain. Yang ketiga yaitu
planet yang berarti meskipun suatu perusahaan membuat bisnis, tetapi
mereka juga harus mempertimbangkan dampak apa yang akan terjadi
pada bumi karena bumi merupakan tempat tinggal manusia juga. Manusia
juga membutuhkan air bersih untuk minum, udara segar untuk bernafas,
tanah sebagai laham tempt tinggal, ekosistem yang baik untuk
keseimbangan kehidupan, dan masih banyak lagi. Tanah pun juga menjadi
salah satu jenis modal yang dimiliki perusahaan. Maka dari itu, suatu bisnis
harus memiliki tanggung jawab kepada lingkungan atau planet bumi ini.
Dalam makalah ini akan dibahas lebih rinci mengenai bisnis dan tanggung
jawab lingkungan.
4
1.2 Rumusan Masalah
lingkungan?
1.3 Tujuan
kebijakan lingkungan.
based.
lingkungan.
usaha.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penyusunan kajian pustaka ini adalah sebagai salah satu
media pembelajaran yang dapat digunakan untuk bidang pendidikan
maupun bidang penelitian kedepannya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Dalam bentuk yang lebih modern dan memperhatikan kondisi
lingkungan, terdapat sebuah peluang bisnis dari adanya permasalah
lingkungan dalam siklus ekonomi. Dari gamnar tersebut kita mengetahui
pada step consumption yang akhirnya menjadi waste/sisa dalam siklus
konvensional. Dilanjutkan menjadi pengumpulan kembali dan dilanjutkan
untuk daur ulang, hal tersebut sangat membantu perekonomian dari suatu
bisnis dengan memperolah raw material dengan harga yang lebih murah,
serta akan membuka lapangan pekerjaan yang baru dengan bertambahnya
siklus kegiatan usaha.
7
Sepertihalnya yang dicontohkan oleh eropa “ dengan menjaga
lingkungan serta merawatnya dari tangan ke tangan, kebijakan lingkungan
juga menjadi kunci dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan
menstimulus invenstasi” dari hal tersebut munculah yang disebut dengan
Green Growth, pengembangan dari kebijakan lingkungan yang menjadi
framework dari innovasi sebuah industry yang ada.
8
Waste Program for Europe. Serta dari program tersebut telah dapat
dibuktikan dampaknya.
Lingkungan
9
• Recreational : menjadikan kebijakan lingkungan dengan
pertimbangan tempat rekreasi dapat menjadi nilai positif yang baik
untuk membuat sebuah keputusan.
10
Dalam kebijakan lingkungan, Market based instrument (MBIs) adalah
instrument yang menggunakan pasar, harga, keputusan ekonomi dan
insentif demi mengurangi dampak kerugian terhadap lingkungan. MBIs
biasanya lebih mengarah ke hal seperti polusi, limbah produksi, dan atau
kegiatan proses dalam pengambilan sumber daya yang ada. Perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu
yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah
terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,
pengawasan, dan penegakan hukum.
- Emission trading
- Lisences
- Area conservasi
11
- Penetapan flora fauna yang dilindungi
- Cagar alam
12
2.4.1 Pendekatan Pasar
13
Maksud dari faktor luar yaitu seperti limbah yang dihasilkan, polusi udara,
hal tersebut dapat merugikan masyarakat yang menghirup udara yang
telah tercampur polusi yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Yang
kedua yaitu kegagalan pasar terjadi ketika tidak ada pasar yang
menciptakan harga untuk barang barang penting kebutuhan sosial.
Contohnya menjual barang dengan bahan dasar hewan yang terancam
punah. Hal tersebut dapat membuat pasar gagal untuk meyakinkan
konsumen bahwa hal tersebut layak untuk dipertahankan. Yang ketiga
kegagalan pasar yang terjadi yaitu ketika perusahaan membuat terjadinya
kerusakan lingkungan yang dapat melibatkan perbedaan antara keputusan
individu dan konsekuensi kelompok. Suatu perusahaan dapat kehilangan
pertanyaan etis dan kebijakan yang penting apabila perusahan
menyerahkan keputusan kebijakan semata mata hanya pada hasil dari
keputusan individu.
14
dengan etika bisnis dan tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan
yang seharusnya. Maka kesimpulan yang sesuai yaitu bisnis yang
memenuhi tanggung jawab terhadap lingkungan yaitu ketika perusahaan
merespon permintaan konsumen tetapi juga memikirkan keadaan
masyarakat sekitar. Pendekatan peraturan ini, sebuah bisnis harus
bertanggung jawab pada lingkungan dengan mengikuti peraturan atau
undang undang yang telah dibuat oleh pemerintah. Maka dari itu sebuah
bisnis juga harus menaati peraturan pemerintah.
Ada dua aspek dari model arus sirkular ini yaitu yang pertama model
ini tidak membeda bedakan sumberdaya alam dari factor produksi lainnya.
Model ini tidak menjelaskan darimana asal sumberdaya yang didapat.
Sumberdaya menurut model ini hanyalah hal yang dimiliki oleh rumah
tangga seperti modal, keahlian wirausaha, dan tenaga kerja. Yang kedua
yaitu model ini memperlakukan pertumbuhan ekonomi sebagai solusi
15
berbagai masalah social dan seakan akan tidak ada batasan. Untuk dapat
mengikuti pertumbuhan penduduk, ekonomi haru ikut tumbuh dan
menyediakan standar hidup yang lebih tinggi.
Di zaman sekarang ini, laju ekstraksi semakin cepat dan sudah jauh
melampaui kapasitas alam untuk memperbaharui. Demikian juga dengan
pembuangan sisa kegiatan ekonomis ke lingkungan sudah jauh di atas daya
dukung alam. Dua batas maksimum alam sudah terlampaui maka proses
perusakan akan terjadi secara cepat (accelerated destruction) sehingga
sewaktuwaktu dapat menimbulkan “musibah” kemanusiaan tanpa
peringatan dan tanpa diperkirakan. Alam, pada saatnya, tidak lagi mampu
menyediakan input bagi ekonomi manusia sehingga kegiatan (ekstraksi)
terhenti bagi manusia. Dalam batas ini teori James Lovelock (1979) dapat
diterima yakni the mother of the nature will take care of any changes in
this world melalui pernyataan life maintains conditions suitable for its own
survival (walaupun teori ini telah dibantah sendiri oleh Lovelock dengan
beberapa bukunya dan yang terakhir terbit 2010). Perusahaan sebagai
bagian pokok dan penggerak dari sistem ekonomi adalah penentu kunci
sukses dari keberlanjutan. Bisnis harus dibangun berdasarkan prinsip
minimisasi limbah, optimalisasi ekstraksi (sustainable extraction), dan
pemeliharaan/ perbaikan lingkungan.
16
Bisnis sangat bergantung pada alam baik sebagai pemasok bahan
baku maupun sebagai tempat pembuangan sisa (limbah). Oleh karena itu,
dari perspektif jangka panjang, keberlanjutan bisnis dalam membentuk
keuntungan akan dibatasi oleh kemampuan alam dalam memberikan
fondasi bagi bisnis. Artinya, keberlanjutan bisnis akan terjadi jika didukung
oleh keberlanjutan ekosistem sebagai penopang sistem produksi. Dalam
perspektif inilah dimensi bisnis tidak dapat dilepaskan dari elemen
pembangunan berkelanjutan yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan.
17
memperbesar potensi konflik (ini salah satu pertimbangan diadakannya
Social Corporate Responsibility). Perbedaan terbesar pada prinsip ini adalah
menempatkan keuntungan ekonomi sebagai pertimbangan akhir jika kedua
komponen lainnya terpenuhi. Inilah yang membedakan bisnis
berkelanjutan jangka panjang dengan bisnis berorientasi sesaat. Pola pikir
inilah yang akan diuraikan pada bagian berikut ini.
18
Demikian juga dengan pengoganisasian harus sedemikian rupa sehingga
aktivitas bisnis dijalankan sesuai dengan kaidah sederhana pengelolaan
lingkungan yakni elimination, reduce, reuse, recycle, treat and dispose
(ER3TD). Pilihan teknologi, proses, mesin dan peralatan bahkan jenis dan
ukuran kemasan secara ketat menerapkan prinsip ini. Rancangan bisnis
berupaya meniadakan, mengurangi, dan mendaur ulang atau setidak-
tidaknya menangani limbah sebelum dibuang (di tempat yang
diperbolehkan dan dengan cara yang baik). Demikian juga dengan
penggunaan sumberdaya alam diupayakan pada tingkat yang sangat
efisien. Implementasi rancangan dan proses bisnis diawasi secara ketat
sehingga tidak keluar dari cetak biru berkelanjutan. Azas tersebutlah yang
menjadi penciri dari bisnis masa depan. Pendekatan kelembagaan
berdasarkan azas ini menjadi penekan sehingga manajemen lingkungan
mempunyai kedudukan yang sama pentingnya dengan bagian yang lainnya
(lihat Delmas dan Toffel, 2005). Dengan mengetengahnya (mainstream)
isu lingkungan maka ruang persaingan bisnis semakin meluas mencakup
area non-pasar seperti tanggungjawab korporasi. Penguatan dayasaing
tidak lagi hanya ditentukan oleh persaingan harga, mutu dan pengiriman
tetapi memadukan ekonomi, politik, hukum dan etika dalam mencermati
isu manajerial yang muncul dalam landscape bisnis (Baron, 2010). Bisnis
harus bersaing dalam arena pasar dan terlebih padaarena non-pasar.
19
atau doing more with less. Mengurangi limbah dan emisi berarti
menggunakan input lebih penuh bersamaan dengan pengurangan
pemakaian bahan dan energi - berarti peningkatan keuntungan.
2. MLS mengurangi banyak biaya lainnya, seringkali biaya tersembunyi.
Berhubungan dengan konsumen, masyarakat dan ketentuan
lingkungan akan sangat mahal, pengeluaran yang seringkali
dialokasikan melalui analisis akuntansi untuk pusat pembiayaan
korporasi mengaburkan asalmuasalnya. Kajian lapang, perizinan,
monitoring, remediasi, hubungan masyarakat, dan pelatihan pekerja
akan membentuk biaya yang akhirnya menghasilkan kinerja
lingkungan yang jelek. Pengeluaran untuk MLS memperbaiki kinerja
tersebut, mendorong penghematan lebih dari yang dapat dilakukan
dalam proses atau perubahan produk yang menetapkan target
penghematan.
3. MLS akan mendorong inovasi teknikal. Porter dan van der Linde
(1995) menggarisbawahi bahwa peraturan lingkungan mendorong
inovasi di bidang industri bahkan ekonomi secara luas. Perusahaan
yang secara sukarela menerapkan baku lingkungan yang tinggi akan
menstimulasi munculnya dan atau difusi dari cara baru melakukan
pekerjaan baik secara ekonomi lebih efisien dan secara lingkungan
lebih bersahabat (less harmful).
4. MLS dapat menangkap pasar baru. Perusahaan akan mendapatkan
keuntungan melalui pengenalan dan pemenuhan kriteria produk yang
ramah lingkungan (environmental impact - reducing products). Hal
ini dapat diperoleh dengan pengenalan produk baru atau publikasi
proses produksi yang lebih ramah lingkungan sehingga membentuk
hubungan yang lebih baik antara perusahaan dan konsumen (lihat
juga Piasecki, 1995).
5. MLS mendorong manajemen secara umum menjadi lebih baik. Dalam
logika yang sederhana, aspek inilah menjadi payung dari semua
bagian untuk saling terkait satu sama lain membentuk daya saing
melalui pengelolaan perusahaan yang lebih baik. Namun demikian,
jika daya-untung adalah sebuah fungsi kemampuan terhadap
perbaikan inefisiensi sumberdaya terbuang secara sistematik, lintas-
fungsi kapasitas penyelesaian masalah melalui integrasi
pertimbangan dari perancangan produk hingga produksi dan
penjualan, dan efektivitas insentif bagi pekerja yang terlibat dalam
proses, maka praktek MLS yang lebih baik dapat menjadikan
perusahaan lebih sempurna dalam melaksanakan bisnis secara
keseluruhan (lihat juga Petts et al., 1998).
20
Hubungan bisnis dan lingkungan yang nyata dapat ditransformasikan
menjadi bentuk fungsi laba rugi. Perusahaan yang menghemat biaya
penanganan limbah cair akan mencemari air dan lingkungannya.
Pencemaran ini akan meningkatkan biaya pengolahan air minum dan
industri. Akhirnya, perusahaan akan membayar biaya pengolahan atau
pembelian air. MLS memperbaiki hubungan ini sehingga lebih baik
mengeluarkan biaya untuk penanganan limbah cair dari pada membayar
biaya lebih untuk pengolahan air karena akan ada tambahan biaya tidak
terduga, biaya tidak langsung dan biaya yang tersembunyi yang secara
keseluruhan jauh lebih besar.
21
menunjukkan kesesuaian yang dicapai. Pada akhirnya diharapkan dapat
mendukung perlindungan lingkungan dan menghindari pencemaran sejalan
dengan perkembangan kebutuhan sosial ekonomi. Sebagai sebuah sistem,
ISO 14001 adalah SML yang dilaksanakan atas insiatif di luar tuntutan
(bukan model perintah atau kendali, motivasi positif, dan menjangkau lebih
jauh dari sekedar tuntutan peraturan). Pencapaian tujuan dilakukan
melalui pembentukan budaya yakni pembagian tanggungjawab dari semua
pihak yang terlibat (manajemen, pemilik, pekerja dan pemerintah).
Pencapaian satu tujuan akan medapat respon positif dari konsumen dan
masyarakat luas sehingga mendapatkan keuntungan berupa kepercayaan,
peningkatan volume penjualan, perluasan pasar dan keuntungan. Hal ini
akan mendorong perubahan dan perbaikan yang berkelanjutan yang
akhirnya membawa perusahaan menjadi pembentuk keuntungan optimal
dan berkelanjutan. Kemanfaatan yang diperoleh dari penerapan ISO terus
berkembang maka perusahaan yang menerapkannya bertambah setiap
waktu. Pada akhir tahun 2008, total sertifikat ISO 14001 yang dikeluarkan
seluruh dunia adalah 188.815, naik 22% dibandingkan 2007 dengan total
hanya 154.572. Sertifikat telah diterbitkan di 155 negara dibandingkan 148
tahun sebelumnya. ISO 14001:2004 adalah edisi terakhir, versi perbaikan.
22
(iii) mendorong pengembangan dan penyebaran teknologi ramah
lingkungan. Dengan prinsip tersebut maka SML bersifat dinamis
yang secara terus menerus diperbaiki sesuai dengan dinamika
masalah, situasi dan peraturan lingkungan. Oleh karena itu setiap
perusahaan harus mempunyai paling tidak lima elemen inti yaitu:
1) Komitmen manajemen puncak dan mendefinisikan
tanggungjawab,
2) Identifikasi dampak lingkungan,
3) Mengkomunikasikan kebijakan lingkungan,
4) Menetapkan tujuan dan program/rencana lingkungan, dan
5) Audit dan telaah secara berkala.
23
LM) menghasilkan dampak yang sangat besar bagi perbaikan kinerja
perusahaan. Praktek LM dan manajemen lingkungan adalah sangat
berbeda namun keduanya mempunyai dampak secara berbeda pula
terhadap kinerja bisnis. Dari perspektif manajerial, LM dan Manajemen
lingkungan bersinergi pada fokus yang sama yakni pengurangan limbah
dan perbaikan efisiensi. Namun, LM secara sendiri tidak tidak akan
memperbaiki kinerja manajemen lingkungan karena kemungkinan
adanya konflik antara tujuan keduanya. Fokus LM pada proses internal
dan pengurangan limbah untuk meningkatkan efisiensi harus menjadi
fokus manajemen lingkungan. Hal ini mengisyaratkan bahwa
manajemen lingkungan dapat bersinergi dengan upaya peningkatan
efisiensi. Oleh karena itu integrasi SML dalam manajemen perusahaan
secara keseluruhan adalah keniscayaan.
Pemahaman kinerja manajemen lingkungan sangat kritikal karena
perbedaan bahkan perdebatan masih berlangsung antara tujuan
ekonomi dan lingkungan (Montabon et al., 2007). Berbagai kajian
menemukan bahwa kedua dampak negatif dan positif dari praktek
manajemen lingkungan dalam dua cara: (1) dampak langsung paraktek
manajemen lingkungan terhadap pasar dan kinerja keuangan negatif,
tetapi (2) penerapan manajemen lingkungan mempengaruhi secara
positif kinerja lingkungan yang kemudian berpengaruh positif terhadap
pasar dan kinerja keuangan. Oleh karena itu, dalam jangka pendek
manajemen lingkungan fokus pada menetapkan secara spesifik dan
pencapaian kinerja lingkungan seperti pengurangan bahan pencemar,
peningkatan pemakaian bahan atau bagian yang lebih ramah
lingkungan, pencatatan keselamatan lingkungan, dan efektivitas biaya
dari bahan dan bagian yang ramah lingkungan. nilai: pengadaan,
manufaktur, produksi, operasi, pemasaran dan distribusi. Perusahaan
memastikan mematuhi semua peraturan terkait lingkungan. Melalui CSR
bangun kedekatan emosional dengan masyarakat sekitar dan
masyarakat yang lain yang mempunyai ketertarikan tertentu di bidang
lingkungan.
24
Perusahaan mengawali semua kegiatannya dengan perencanaan
yang komprehensif dengan visi keberlanjutan yang tegas melibatkan
semua pemangku kepentingan di dalam maupun di luar perusahaan.
Dengan pendekatan ini, perusahaan memastikan bahwa semua
pertimbangan ekonomi, sosial dan lingkungan diperhatikan dengan
seksama sebagai basis pengembangan bisnis (Gambar 3). BB memperluas
produk dan jasa melalui ketertarikan yang luas dan mendalam dalam
koridor ekonomi, sosial dan linkungan. Pandangan yang menyatakan
bahwa penggunaan dimensi PB mempersempit bisnis harus dihilangkan
melalui visi dan wawasan bisnis jangka panjang yang lebih luas dan
menjanjikan.
25
perusahaan dapat memanfaatkan seseorang menuliskan,
mencetak, dan menempelkan visi lingkungan perusahaan di kaca
jendela. Pekerja adalah kekuatan perusahaan, beri mereka
strategi dan tujuan agar mereka bersemangat serta cara
melaksanakannya. Pekerja tahu apa yang harus mereka lakukan,
tahu produknya melebihi siapapun juga sehingga peluang yang
terbesar untuk menerapkan bisnis berkelanjutan terletak pada
pundak mereka.
3. Berbicara dengan bukan kepada pelanggan: bisnis dewasa ini
telah mengkomunikasikan komitmen, prinsip dan praktek
berkelanjutan kepada semua pemangku kepentingan melalui web,
laporan tahunan, dan paparan. Perusahaan secara terus menerus
membangun komunikasi dua arah agar dapat menyampaikan
semua strategi berkelanjutan serta pada saat yang sama
menangkap dan melibatkan ekspektasi publik dan pemangku
kepentingan.
4. Dampak perusahan menjangkau jauh di luar kantor: setiap produk
dan jasa mempunyai cerita. Sebelumnya, orang hanya tertarik
pada harga, tapi kini setiap perusahaan harus mengetahui secara
rinci tentang sejarah hidup produk yang dijual, tidak cukup
sekedar tahu tetapi harus memahami. Artinya, perusahaan harus
mengetahui secara rinci tentang bagaimana produk dirancang,
bahan yang digunakan dan asal usulnya, produksinya,
penjualannya, penggunaannya oleh konsumen dan perlakuan
setelah digunakan, dan kemudian bagaimana menjadi produk
lainnya yang seterusnya menjadi sejarah dari produk baru.
5. Mengetahui dengan persis para pemasok: sebagai bagian dari
upaya pengembangan bisnis yang lebih berkelanjutan,
perusahaan perlu mengetahui dan berkunjung ke semua
pemasoknya. Hal ini untuk memastikan bahwa semua pemasok
sejalan dengan, atau mengetahui atau bahkan menghindari upaya
pengembangan bisnis berkelanjutan dari perusahaan. Demikian
seterusnya sampai pada pemasok dari pemasok perusahaan.
Akhirnya, perusahaan mengetahui bagaimana membantu para
pemasok untuk membantu perusahaan mengembangkan bisnis
lebih berkelanjutan.
6. Jurang pemisah semakin besar, dapat berarti baik atau buruk:
perbedaan antara pemimpin (leaders) dalam berkelanjutan dan
pencundang semakin jelas. Mereka yang lebih dahulu berpikir dan
memulai dengan menggunakan upaya, dana dan energi telah
memperoleh kemanfaatan dan keunggulan dari bisnis
26
berkelanjutan. Sebaliknya, mereka yang datang belakangan harus
mengejar dengan membangun pemikiran inovatif. Jika tidak maka
jurang semakin lebar dan akan semakin tertinggal dan tenggelam.
7. Semakin terbuka untuk mengembangkan keberlanjutan: semakin
banyak perusahaan yang bekerjasama dengan pesaing, industri
lain, LSM, dan pemerintah. Di sisi lain tuntutan transparansi
semakin besar sehingga wajah bisnis berkelanjutan semakin
terbuka. Bisnis harus dilakukan dengan keterbukaan.
8. Kasus bisnis jauh lebih luas dari yang diketahui: keberlanjutan
bukanlah sesuatu yang dapat diubah-ubah atau dijalankan dan
diberhentikan sebagaimana kuantifikasi keuntungan. Banyak
perusahaan mencari dan menjalankan strategi yang berbeda
mulai dari pekerja dan pelanggan kemudian kepada pemasok.
Proses ini harus terjadi secara berkesinambungan yang kemudian
akan berkembang dan meluas dengan sendirinya.
9. Rekrut pekerja baru untuk membawa perusahan lebih
berkelanjutan: perusahan mencari pekerja baru yang tidak hanya
mempunyai pengetahuan bisnis yang kuat, tetapi perhatian dan
pengetahuan tentang keberlanjutan. Disinilah, pendidikan
menengah dan tinggi, termasuk bidang studi manajemen harus
mengajarkan atau membekali siswa dan mahasiswa dengan visi
dan cara pandang berkelanjutan.
10. Bersenanglah dengan keberlanjutan: melalui banyak cara,
keberlanjutan adalah tentang inovasi. Sejalan dengan
pengalaman perusahaan mengembangkan keberlanjutan, maka
perusahaan senantiasa bergembira dengan keberlanjutan yang
diperoleh yang mendorong menjadi lebih inovatif, kreatif, dan
tidak takut melakukan percobaan (eksperimental).
27
bisnis yang peduli akan lingkungan dan penyelamat masa depan umat
manusia.
28
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
29
DAFTAR PUSTAKA
http://ec.europa.eu/environment/resource_efficiency/index_en.htm
http://ec.europa.eu/environment/circulareconomy/
http://ec.europa.eu/enterprise/policies/sme/public-consultation-green-
actionplan/index_en.htm
http://www.environnemententreprise.be/sites/uweenvironnement/files/Docs
/ppt/2014/colloque-20ansCCE/01_peter_czaga_colloque20ans.pdf
UU no 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sumber :
30
https://studylibid.com/doc/123764/iii.-tanggung-jawab-lingkungan-
dari-bisnis--pendekatan-pe...
31