Anda di halaman 1dari 32

ETIKA BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL -BB184505

KAJIAN PUSTAKA
BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN

Disusun oleh :

Muhammad Faizal Fikri 09111640000078


Maulana Yusuf Mahroby 09111740000025
Krisnayanti Aditasari 09111740000099
Salsabila Aufa Syahrani 09111740000109

Dosen Pembimbing
Dr. Soedarsono, M. Hum.

Departemen Manajemen Bisnis


Fakultas Bisnis dan Manajemen Teknologi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2019
ETIKA BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL -BB184505

KAJIAN PUSTAKA
BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN

Disusun oleh :

Muhammad Faizal Fikri 09111640000078


Maulana Yusuf Mahroby 09111740000025
Krisnayanti Aditasari 09111740000099
Salsabila Aufa Syahrani 09111740000109

Dosen Pembimbing
Dr. Soedarsono, M. Hum.

Departemen Manajemen Bisnis


Fakultas Bisnis dan Manajemen Teknologi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala


rahmatNya sehingga tugas makalah Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial
dapat terselesaikan. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam pembuatan tugas ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar


pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengundang pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang berifat membangun untuk kemajuan
ilmu pengetahuan ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan


manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Surabaya, 17 Maret 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 5
1.3 Tujuan .................................................................................... 5
1.4 Manfaat ................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 6
2.1 Permasalahan Lingkungan Dapat Menjadi Peluang Bisnis ............... 6
2.2 Nilai yang Menjadi Faktor dalam Pengambilan Kebijakan ............... 9
2.3 Kebijakan Lingkungan Market-Based dan Regulatory-Based ......... 10
2.4 Pendekatan Tanggung Jawab Bisnis Terhadap Lingkungan ........... 12
2.4.1 Pendekatan Pasar ............................................................. 13
2.4.2 Pendekatan Peraturan ....................................................... 14
2.4.3 Pendekatan Berkelanjutan ................................................. 15
2.5 Integrasi Manajemen Lingkungan dalam Pengelolaan Usaha ........ 16
2.5.1 Manajemen Lingkungan untuk Bisnis ................................... 18
2.5.2 Sistem Manajemen Lingkungan ........................................... 21
2.5.3 Integrasi SML dalam Manajemen Perusahaan ....................... 23
2.5.4 Bisnis Berkelanjutan ........................................................ 25
BAB III KESIMPULAN .................................................................. 29
3.1 Kesimpulan ............................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 30

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Di zaman sekarang ini, laju ekstraksi semakin cepat dan sudah jauh
melampaui kapasitas alam untuk memperbaharui. Demikian juga dengan
pembuangan sisa kegiatan ekonomis ke lingkungan sudah jauh di atas daya
dukung alam. Banyak perusahaan yang mulai meninggalkan kepedulian
dan kepekaan terhadap lingkungan yang ditinggali masyarakat
disekitarnya. Permasalahan ini erat hubungannya dengan etika bisnis dan
tangung jawab social perusahaan. Sebuah perusahaan sekarang
dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak triple bottom lines 3P yaitu
Profit, People, dan Planet. Profit yang dimaksud yaitu perusahaan juga haru
tetap mencari keuntungan sebanyak banyaknya agar perusahaan tersebut
dapat terus bejalan dan berkembang. Yang dimaksud People pada triple
bottom lines yaitu perusahaan juga harus memiliki kepedulian terhadap
kesejahteraan manusia, seperti mempekerjakan orang sehingga mereka
mendapatkan pekerjaan dan penghasilan, dan lain lain. Yang ketiga yaitu
planet yang berarti meskipun suatu perusahaan membuat bisnis, tetapi
mereka juga harus mempertimbangkan dampak apa yang akan terjadi
pada bumi karena bumi merupakan tempat tinggal manusia juga. Manusia
juga membutuhkan air bersih untuk minum, udara segar untuk bernafas,
tanah sebagai laham tempt tinggal, ekosistem yang baik untuk
keseimbangan kehidupan, dan masih banyak lagi. Tanah pun juga menjadi
salah satu jenis modal yang dimiliki perusahaan. Maka dari itu, suatu bisnis
harus memiliki tanggung jawab kepada lingkungan atau planet bumi ini.
Dalam makalah ini akan dibahas lebih rinci mengenai bisnis dan tanggung
jawab lingkungan.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana permasalahan lingkungan dapat menjadi peluang bisnis?

2. Bagaimana nilai yang menjadi faktor dalam pengambilan kebijakan

lingkungan?

3. Bagaimana kebijakan lingkungan market-based dan regulatory-based?

4. Bagaimana pendekatan tanggung jawab bisnis terhadap lingkungan?

5. Bagaimana integrasi manajemen lingkungan dalam pengelolaan usaha?

1.3 Tujuan

1. Untuk memahami apa saja permasalahan lingkungan yang dapat

menjadi peluang bisnis.

2. Untuk mengetahui nilai yang menjadi faktor dalam pengambilan

kebijakan lingkungan.

3. Untuk memahami kebijakan lingkungan market-based dan regulatory-

based.

4. Untuk memahami pendekatan tanggung jawab bisnis terhadap

lingkungan.

5. Untuk memahami integrase manajemen lingkungan dalam pengelolaan

usaha.

1.4 Manfaat

Manfaat dari penyusunan kajian pustaka ini adalah sebagai salah satu
media pembelajaran yang dapat digunakan untuk bidang pendidikan
maupun bidang penelitian kedepannya.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Permasalahan Lingkungan Dapat Menjadi Peluang Bisnis

Adanya kecenderungan bahwa permasalahan lingkungan dapat


menjadi masalah bagi ekosistem bisnis yang ada. Hal ini dikarenakan setiap
bisnis memerlukan sumber daya, salah satunya sumber daya alam sebagai
materialnya. Dengan berkurangnya sumber daya yang ada, maka
keberlangsungan dari bisnis akan terancam. Maka dari itu diperlukan
sebuah tindakan untuk menangani keterbatasan sumber daya yang ada
dan tetap menjaganya. Namun untuk menjaga lingkungan, secara
konvensional pelaku usaha bisnis memiliki pemahaman hal tersebuh akan
memakan biaya yang lebih tinggi sehingga mengurangi keuntungan.
Bahkan dalam skala yang besar akan mengakibatkan kerugian. Dengan
pemahaman dan permasalah yang seperti itu, dibutuhkan solusi sebuah
sistem yang suistanable serta dapat menguntungkan bagi pelaku bisnis.

Dalam siklus proses bisnis ekonomi traditional diketahui step dari


masing masing kegiatan adalah seperti itu, namun hasil akhir dari siklus
tersebut adalah waste/sisa yang akan dibuang dan menjadi sebuah
permasalah lingkungan jika dibiarkan. Disisi lain hal tersebut tidak
menambakan nilai ekonomis kepada pelaku ekonomi itu sendiri.

6
Dalam bentuk yang lebih modern dan memperhatikan kondisi
lingkungan, terdapat sebuah peluang bisnis dari adanya permasalah
lingkungan dalam siklus ekonomi. Dari gamnar tersebut kita mengetahui
pada step consumption yang akhirnya menjadi waste/sisa dalam siklus
konvensional. Dilanjutkan menjadi pengumpulan kembali dan dilanjutkan
untuk daur ulang, hal tersebut sangat membantu perekonomian dari suatu
bisnis dengan memperolah raw material dengan harga yang lebih murah,
serta akan membuka lapangan pekerjaan yang baru dengan bertambahnya
siklus kegiatan usaha.

Hingga pada akhirnya hal tersebut dapat mengatasi kebutuhan akan


sumberdaya yang ada dan meningkatkan potensi dari ketersediaan sumber
daya alam.

7
Sepertihalnya yang dicontohkan oleh eropa “ dengan menjaga
lingkungan serta merawatnya dari tangan ke tangan, kebijakan lingkungan
juga menjadi kunci dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan
menstimulus invenstasi” dari hal tersebut munculah yang disebut dengan
Green Growth, pengembangan dari kebijakan lingkungan yang menjadi
framework dari innovasi sebuah industry yang ada.

Dengan tujuan seperti itu, dibutuhkan beberapa alat untuk


emcapainya. Seperti yang dilakukan oleh eropa dengan “The circular
economy package 2014” yang isinya adalah misi untuk mewujudkan Zero

8
Waste Program for Europe. Serta dari program tersebut telah dapat
dibuktikan dampaknya.

Kemudian dalam melaksanakan dan menunjang melakukan misi dari


tujuan tersebut. Dibutuhkan kebijakan lingkungan yang mejadi penjaga
keberlangsungan peraturan.

2.2 Nilai Yang Menjadi Faktor Dalam Pengambilan Kebijakan

Lingkungan

• Aesthetic : aehsthetic/ estetika adalah nilai keindanhan suatuhal


yang menjadi harmoni. Yang dimaksudkan kedalam kebijakan
lingkungan adalah memperhatikan faktor estetika yang ada.

• Economics : selain mejadi nilai yang diperlukan untuk menjaga


keberlangsungan sistem kehidupan bermasyarakat. Dalam membuat
sebuah pengambilan kebijakan lingkungan, perlu ditinjau dalam segi
ekonomi sehingga akan mendukung kehidupan ekonomi.

• Environtmental : dalam membuat sebuah kebijakan lingkungan,


diperlukan nilai environtmental guna menjaga sumber daya alam
yang ada.

• Educational : edukasi menjadi faktor dalam mempertimbangkan


kebijakan lingkungan supaya dapat membuat sistem yang suistant
untuk generasi kedepannya.

• Ethical/moral : pembuatan kebijakan lingkungan haruslah sesuai


dengan etika/moral yang ada.

• Health : memperthaitkan faktor kesehatan dalam


membuat suebuah kebijakan lingkungan menjadi sangat penting
dalam keberlangsungan hidup.

9
• Recreational : menjadikan kebijakan lingkungan dengan
pertimbangan tempat rekreasi dapat menjadi nilai positif yang baik
untuk membuat sebuah keputusan.

• Scientific : dengan memperhatikan factor scientific akan membuat


potensi dari penelitian terwadahi di dalam mengambil sebuah
kebijakan lingkungan.

• Social/cultural : tentunya kebijakan lingkungan harus memikirkan


faktor social budaya sehingga dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat.

2.3 Kebijakan Lingkungan Market-Based dan Regulatory-Based

Kebijakan lingkungan adalah setiap tindakan sengaja diambil atau


tidak diambil untuk mengelola kegiatan manusia dengan maksud untuk
mencegah, mengurangi, atau mengurangi efek yang merugikan pada
sumber daya alam dan alam, dan memastikan bahwa buatan manusia
perubahan lingkungan tidak memiliki efek berbahaya pada manusia.
Sedangkan dalam melaksanaknnya dibutuhkan sebuah instrument.
instrumen kebijakan lingkungan adalah alat yang digunakan oleh
pemerintah untuk mengimplementasikan kebijakan lingkungan mereka.
Instrumen kebijakan Lingkungan adalah alat perlengkapan yang dibuat
pemerintah untuk mengimplementasikan kebijakan Lingkungan mereka.
Pemerintah dapat menggunakan beberapa jenis instrumen. Sebagai
contoh, insentif ekonomi dan instrumen berbasis pasar seperti pajak dan
pembebasan pajak, izin perdagangan, dan biaya efektif untuk mendorong
kepatuhan dengan kebijakan lingkungan. Instrumen dirumuskan untuk
mengatasi masalah lingkungan tertentu. Karena masalah lingkungan
sering memiliki banyak aspek yang berbeda, beberapa instrumen kebijakan
mungkin diperlukan untuk merespon masing-masing. Selain itu, instrumen
campuran memungkinkan perusahaan fleksibilitas yang lebih besar dalam
menemukan cara untuk memenuhi kebijakan pemerintah sekaligus
mengurangi ketidakpastian dalam biaya melakukannya.

10
Dalam kebijakan lingkungan, Market based instrument (MBIs) adalah
instrument yang menggunakan pasar, harga, keputusan ekonomi dan
insentif demi mengurangi dampak kerugian terhadap lingkungan. MBIs
biasanya lebih mengarah ke hal seperti polusi, limbah produksi, dan atau
kegiatan proses dalam pengambilan sumber daya yang ada. Perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu
yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah
terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,
pengawasan, dan penegakan hukum.

Contoh dari instrument kebijakannya adalah :

- Pajak yang berhubungan dengan lingkungan.

- Charges dan subsidi

- Emission trading

- Environtmental labeling laws

- Lisences

- Economic property right

Kebijakan lingkungan yang berdasarkan kepada sebuah peraturan


dibuat untuk Pelestarian fungsi lingkungan hidup. Yang dimaksudkan
adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup. Daya dukung lingkungan hidup adalah
kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia,
makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar keduanya.Daya tampung
lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap
zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke
dalamnya.

Contoh instrumentnya adalah:

- Area conservasi

11
- Penetapan flora fauna yang dilindungi

- Cagar alam

2.4 Pendekatan Tanggung Jawab Bisnis Terhadap Lingkungan

Banyak perusahaan yang mulai meninggalkan kepedulian dan


kepekaan terhadap lingkungan yang ditinggali masyarakat disekitarnya.
Permasalahan ini erat hubungannya dengan etika bisnis dan tangung
jawab social perusahaan. sebuah perusahaan sekarang dihadapkan pada
tanggung jawab yang berpijak triple bottom lines 3P yaitu Profit, People,
dan Planet. Profit yang dimaksud yaitu perusahaan juga haru tetap mencari
keuntungan sebanyak banyaknya agar perusahaan tersebut dapat terus
bejalan dan berkembang. Yang dimaksud People pada triple bottom lines
yaitu perusahaan juga harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan
manusia, seperti mempekerjakan orang sehingga mereka mendapatkan
pekerjaan dan penghasilan, dan lain lain. yang ketiga yaitu planet yang
berarti meskipun suatu perusahaan membuat bisnis, tetapi mereka juga
harus mempertimbangkan dampak apa yang akan terjadi pada bumi
karena bumi merupakan tempat tinggal manusia juga. Manusia juga
membutuhkan air bersih untuk minum, udara segar untuk bernafas, tanah
sebagai laham tempt tinggal, ekosistem yang baik untuk keseimbangan
kehidupan, dan masih banyak lagi. Tanah pun juga menjadi salah satu jenis
modal yang dimiliki perusahaan. Maka dari itu, suatu bisnis harus memiliki
tanggung jawab kepada lingkungan atau planet bumi ini. Ada beberapa
jenis pendekatan untuk tanggung jawab bisnis terhadap lingkungan, ada
pendekatan pasar, pendekatan peraturan, dan pendekatan berkelanjut.

12
2.4.1 Pendekatan Pasar

Maksud dari pendekatan ini, seorang manager bisnis yang


bertanggung jawab memiliki tugas untuk mendapatkan keuntungan
sebanyak banyaknya dan membiarkan pasar untuk mengalokasikan
sumberdaya secara efektif dan efisien. Hal ini merupakan salah satu upaya
bisnis untuk memenuhi perannya dalam suatu sistem pasar. Namun, pada
dasarnya masalah yang ada pada lingkungan menyebabkan alokasi dan
distribusi sumberdaya yang terbatas. Pasar yang efisien dapat menanggapi
tantangan lingkungan dalam menghadapi alokasi sumber daya yang tidak
dapat diperbaharui seperti minyak, gas, atau sumberdaya yang lainnya.
Salah satu tanggung jawab dari perusahaan sangat berhubungan erat
terhadap limbah dari hasil produksi yang perusahaan itu sendiri hasilkan.
Maka dari itu, sebagai perusahaan yang memiliki rasa tanggung jawab
terhadap masyarakat, perusahaan harus membuat masyarakat tidak
terganggu dengan limbah produksi yang mereka buat. Cara yang sebaiknya
dilakukan oleh perusahaan untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan
yaitu yang pertama menyediakan tempat pembuangan limbah sendiri agar
masyarakat tidak terganggu, seperti contohnya membedakan limbah yang
tidak berbahaya dan limbah berbahaya. Yang kedua yaitu membuang
limbah pada tempat yang benar sesuai jenis limbahnya. Yang ketiga yaitu
meminimalisir limbah perusahaan yang dapat mencemari lingkungan
sekitar. perusahaan dapat melakukan penelitian terus menerus untuk
produknya agar menghasilkakn produk dengan formula yang baik dan
menghasilkan limbah yang lebih sedikit. Yang keempat yaitu perusahan
dapt mendaur ulang limbah sehingga tidak semakin banyak limbah yang
dibuang secara percuma. Yang terakhir yaitu perusahaan dapat
memberdayakan masyarakat sekitar sebagai upaya meminimalisir
kesenjangan social antara perusahaan dan masyarakat. Banyak juga
berbagai kegagalan pasar yang terjadi seperti tidak memadainya solusi
pasar yaitu yang pertama adanya ekternalitas. Yang dimaksud adanya
eksternalitas yaitu adanya biaya yang harus dikeluarkan karena factor luar.

13
Maksud dari faktor luar yaitu seperti limbah yang dihasilkan, polusi udara,
hal tersebut dapat merugikan masyarakat yang menghirup udara yang
telah tercampur polusi yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Yang
kedua yaitu kegagalan pasar terjadi ketika tidak ada pasar yang
menciptakan harga untuk barang barang penting kebutuhan sosial.
Contohnya menjual barang dengan bahan dasar hewan yang terancam
punah. Hal tersebut dapat membuat pasar gagal untuk meyakinkan
konsumen bahwa hal tersebut layak untuk dipertahankan. Yang ketiga
kegagalan pasar yang terjadi yaitu ketika perusahaan membuat terjadinya
kerusakan lingkungan yang dapat melibatkan perbedaan antara keputusan
individu dan konsekuensi kelompok. Suatu perusahaan dapat kehilangan
pertanyaan etis dan kebijakan yang penting apabila perusahan
menyerahkan keputusan kebijakan semata mata hanya pada hasil dari
keputusan individu.

2.4.2 Pendekatan Peraturan

Masyarakat memiliki dua kesempatan untuk membuat tanggung


jawab lingkungan perusahaan. Sebagai konsumen, masyarakat dapat
menuntut untuk mendapatkan produk yang ramah lingkungan dipasar. Di
sisi lain, masyarakat yaitu sebagai warga negara Indonesia. Hal ini berarti
bahwa masyarakat juga dapat mendukung peraturan peraturan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Seorang filsuf bernama Bowie memiliki
argument yaitu selain perusahaan memiliki tugas untuk tidak
menyebabkan suatu kecelakaan terhadap manusia dan mematuhi undang
undang, perusahaan tidak memiliki tanggung jawab khusus terhadap
lingkungan. Argument lain Bowie juga mengatakan bahwa bisnis dapat
melakukan apa saja untuk melakukan hal hal yang berkenan sesuai etika
yang ada dengan lingkukan, tetapi itu bukan merupakan suatu kekwajiban
yang harus dilakukan oleh bisnis tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa
Bowie berpendapat bahwa bisnis dapat mengejar keuntungan sebanyak
banyaknya tanpa peduli dengan lingkungan sekitar. tetapi, pendapat Bowie
banyak ditentang oleh masyarakat karena pendapat Bowie kurang sesuai

14
dengan etika bisnis dan tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan
yang seharusnya. Maka kesimpulan yang sesuai yaitu bisnis yang
memenuhi tanggung jawab terhadap lingkungan yaitu ketika perusahaan
merespon permintaan konsumen tetapi juga memikirkan keadaan
masyarakat sekitar. Pendekatan peraturan ini, sebuah bisnis harus
bertanggung jawab pada lingkungan dengan mengikuti peraturan atau
undang undang yang telah dibuat oleh pemerintah. Maka dari itu sebuah
bisnis juga harus menaati peraturan pemerintah.

2.4.3 Pendekatan Berkelanjutan

Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh manusia pada dasarnya


dilakukan untuk melakukan penukaran sumberdaya yang dimiliki oleh
rumah tangga konsumen, rumah tangga perusahaan, dan rumah tangga
pemerintah. Keterkaitan antara pelaku pelaku kegiatan ekonomi yang
begitu kompleks dapat digambarkan dalam model arus sirkular sebagai
berikut :

Ada dua aspek dari model arus sirkular ini yaitu yang pertama model
ini tidak membeda bedakan sumberdaya alam dari factor produksi lainnya.
Model ini tidak menjelaskan darimana asal sumberdaya yang didapat.
Sumberdaya menurut model ini hanyalah hal yang dimiliki oleh rumah
tangga seperti modal, keahlian wirausaha, dan tenaga kerja. Yang kedua
yaitu model ini memperlakukan pertumbuhan ekonomi sebagai solusi

15
berbagai masalah social dan seakan akan tidak ada batasan. Untuk dapat
mengikuti pertumbuhan penduduk, ekonomi haru ikut tumbuh dan
menyediakan standar hidup yang lebih tinggi.

2.5 Integrasi Manajemen Lingkungan dalam Pengelolaan Usaha

Di zaman sekarang ini, laju ekstraksi semakin cepat dan sudah jauh
melampaui kapasitas alam untuk memperbaharui. Demikian juga dengan
pembuangan sisa kegiatan ekonomis ke lingkungan sudah jauh di atas daya
dukung alam. Dua batas maksimum alam sudah terlampaui maka proses
perusakan akan terjadi secara cepat (accelerated destruction) sehingga
sewaktuwaktu dapat menimbulkan “musibah” kemanusiaan tanpa
peringatan dan tanpa diperkirakan. Alam, pada saatnya, tidak lagi mampu
menyediakan input bagi ekonomi manusia sehingga kegiatan (ekstraksi)
terhenti bagi manusia. Dalam batas ini teori James Lovelock (1979) dapat
diterima yakni the mother of the nature will take care of any changes in
this world melalui pernyataan life maintains conditions suitable for its own
survival (walaupun teori ini telah dibantah sendiri oleh Lovelock dengan
beberapa bukunya dan yang terakhir terbit 2010). Perusahaan sebagai
bagian pokok dan penggerak dari sistem ekonomi adalah penentu kunci
sukses dari keberlanjutan. Bisnis harus dibangun berdasarkan prinsip
minimisasi limbah, optimalisasi ekstraksi (sustainable extraction), dan
pemeliharaan/ perbaikan lingkungan.

16
Bisnis sangat bergantung pada alam baik sebagai pemasok bahan
baku maupun sebagai tempat pembuangan sisa (limbah). Oleh karena itu,
dari perspektif jangka panjang, keberlanjutan bisnis dalam membentuk
keuntungan akan dibatasi oleh kemampuan alam dalam memberikan
fondasi bagi bisnis. Artinya, keberlanjutan bisnis akan terjadi jika didukung
oleh keberlanjutan ekosistem sebagai penopang sistem produksi. Dalam
perspektif inilah dimensi bisnis tidak dapat dilepaskan dari elemen
pembangunan berkelanjutan yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Bertolak dari komponen pembangunan berkelanjutan maka bisnis


diawali dengan memilih kegiatan yang maka terjadilah apa yang disebut
dengan tragedi kemanusiaan yang oleh Gerrett Hardin (1968) disebut
sebagai Tragedy of The Common. Manusia tidak dapat menciptakan alam
sehingga sangat bergantung pada bumi yang sangat terbatas ini. Namun,
manusia diberi kemampuan untuk memelihara dan memperbaiki alam
(nature cannot be created, but it can be recovered naturally). Oleh karena
itu sistem ekonomi harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam yang
sudah rusak melalui pembatasan ekstraksi, pembuangan sisa dan
perbaikan kerusakan. Jika hal ini dilakukan maka alam akan memperbaiki
diri dan menyediakan kenyamanan baru bersahabat dengan lingkungan.
Pertimbangan sosial menjadi penting karena bisnis yang menciptakan
ketimpangan sosial, terutama yang berbasis pada sumberdaya alam, akan

17
memperbesar potensi konflik (ini salah satu pertimbangan diadakannya
Social Corporate Responsibility). Perbedaan terbesar pada prinsip ini adalah
menempatkan keuntungan ekonomi sebagai pertimbangan akhir jika kedua
komponen lainnya terpenuhi. Inilah yang membedakan bisnis
berkelanjutan jangka panjang dengan bisnis berorientasi sesaat. Pola pikir
inilah yang akan diuraikan pada bagian berikut ini.

2.5.1 Manajemen Lingkungan untuk Bisnis

Manajemen selalu dimaknai dengan POAC yaitu Planning, Organizing,


Actuating, dan Controlling. POAC diterapkan pada obyek yang jelas misal
produksi, sumberdaya manusia, atau keuangan. Berbeda dengan itu semua
maka obyek dari manajemen lingkungan bukanlah lingkungan itu sendiri.
Secara singkat dapat disebutkan bahwa manajemen lingkungan bukanlah
mengelola lingkungan tetapi mengelola kegiatan manusia yang terkait
dengan lingkungan (environmental management is not management of
environment, it is a management of human being economic activities
toward enviornment). Dengan demikian, manajemen lingkungan berisi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan
manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan. Bisnis,
terutama yang memanfaatkan sumberdaya alam, merupakan kegiatan
yang banyak berhubungan dengan lingkungan. Perencanaan bisnis harus
mempertimbangkan aspek lingkungan sejak ide bisnis itu muncul.

18
Demikian juga dengan pengoganisasian harus sedemikian rupa sehingga
aktivitas bisnis dijalankan sesuai dengan kaidah sederhana pengelolaan
lingkungan yakni elimination, reduce, reuse, recycle, treat and dispose
(ER3TD). Pilihan teknologi, proses, mesin dan peralatan bahkan jenis dan
ukuran kemasan secara ketat menerapkan prinsip ini. Rancangan bisnis
berupaya meniadakan, mengurangi, dan mendaur ulang atau setidak-
tidaknya menangani limbah sebelum dibuang (di tempat yang
diperbolehkan dan dengan cara yang baik). Demikian juga dengan
penggunaan sumberdaya alam diupayakan pada tingkat yang sangat
efisien. Implementasi rancangan dan proses bisnis diawasi secara ketat
sehingga tidak keluar dari cetak biru berkelanjutan. Azas tersebutlah yang
menjadi penciri dari bisnis masa depan. Pendekatan kelembagaan
berdasarkan azas ini menjadi penekan sehingga manajemen lingkungan
mempunyai kedudukan yang sama pentingnya dengan bagian yang lainnya
(lihat Delmas dan Toffel, 2005). Dengan mengetengahnya (mainstream)
isu lingkungan maka ruang persaingan bisnis semakin meluas mencakup
area non-pasar seperti tanggungjawab korporasi. Penguatan dayasaing
tidak lagi hanya ditentukan oleh persaingan harga, mutu dan pengiriman
tetapi memadukan ekonomi, politik, hukum dan etika dalam mencermati
isu manajerial yang muncul dalam landscape bisnis (Baron, 2010). Bisnis
harus bersaing dalam arena pasar dan terlebih padaarena non-pasar.

Dalam perspektif inilah manajemen lingkungan berperan sangat


penting membantu perusahaan menuju bisnis berkelanjutan yang relatif
“abadi”.
Goldstein (2002) setelah mengkaji secara mendalam aspek teoritis dan
data empiris, mengajukan lima hubungan sebab-akibat antara manajemen
lingkungan stategik (MLS) dan daya-untung (profitability) yang akan
terjadi jika perusahaan menjalakan pengelolaan lingkungan dengan baik.
Secara garis besar hubungan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Dampak lingkungan adalah petunjuk (clues) terhadap limbah
ekonomi. Baik pencemaran maupun pengurasan sumberdaya dapat
dikurangi melalui penggunaan input yang lebih penuh (fully) dan
efisien. Mengutip pendapat De Simone dan Popoff (1997):
“produktivitas sumberdaya adalah mengerjakan lebih dengan sedikit”

19
atau doing more with less. Mengurangi limbah dan emisi berarti
menggunakan input lebih penuh bersamaan dengan pengurangan
pemakaian bahan dan energi - berarti peningkatan keuntungan.
2. MLS mengurangi banyak biaya lainnya, seringkali biaya tersembunyi.
Berhubungan dengan konsumen, masyarakat dan ketentuan
lingkungan akan sangat mahal, pengeluaran yang seringkali
dialokasikan melalui analisis akuntansi untuk pusat pembiayaan
korporasi mengaburkan asalmuasalnya. Kajian lapang, perizinan,
monitoring, remediasi, hubungan masyarakat, dan pelatihan pekerja
akan membentuk biaya yang akhirnya menghasilkan kinerja
lingkungan yang jelek. Pengeluaran untuk MLS memperbaiki kinerja
tersebut, mendorong penghematan lebih dari yang dapat dilakukan
dalam proses atau perubahan produk yang menetapkan target
penghematan.
3. MLS akan mendorong inovasi teknikal. Porter dan van der Linde
(1995) menggarisbawahi bahwa peraturan lingkungan mendorong
inovasi di bidang industri bahkan ekonomi secara luas. Perusahaan
yang secara sukarela menerapkan baku lingkungan yang tinggi akan
menstimulasi munculnya dan atau difusi dari cara baru melakukan
pekerjaan baik secara ekonomi lebih efisien dan secara lingkungan
lebih bersahabat (less harmful).
4. MLS dapat menangkap pasar baru. Perusahaan akan mendapatkan
keuntungan melalui pengenalan dan pemenuhan kriteria produk yang
ramah lingkungan (environmental impact - reducing products). Hal
ini dapat diperoleh dengan pengenalan produk baru atau publikasi
proses produksi yang lebih ramah lingkungan sehingga membentuk
hubungan yang lebih baik antara perusahaan dan konsumen (lihat
juga Piasecki, 1995).
5. MLS mendorong manajemen secara umum menjadi lebih baik. Dalam
logika yang sederhana, aspek inilah menjadi payung dari semua
bagian untuk saling terkait satu sama lain membentuk daya saing
melalui pengelolaan perusahaan yang lebih baik. Namun demikian,
jika daya-untung adalah sebuah fungsi kemampuan terhadap
perbaikan inefisiensi sumberdaya terbuang secara sistematik, lintas-
fungsi kapasitas penyelesaian masalah melalui integrasi
pertimbangan dari perancangan produk hingga produksi dan
penjualan, dan efektivitas insentif bagi pekerja yang terlibat dalam
proses, maka praktek MLS yang lebih baik dapat menjadikan
perusahaan lebih sempurna dalam melaksanakan bisnis secara
keseluruhan (lihat juga Petts et al., 1998).

20
Hubungan bisnis dan lingkungan yang nyata dapat ditransformasikan
menjadi bentuk fungsi laba rugi. Perusahaan yang menghemat biaya
penanganan limbah cair akan mencemari air dan lingkungannya.
Pencemaran ini akan meningkatkan biaya pengolahan air minum dan
industri. Akhirnya, perusahaan akan membayar biaya pengolahan atau
pembelian air. MLS memperbaiki hubungan ini sehingga lebih baik
mengeluarkan biaya untuk penanganan limbah cair dari pada membayar
biaya lebih untuk pengolahan air karena akan ada tambahan biaya tidak
terduga, biaya tidak langsung dan biaya yang tersembunyi yang secara
keseluruhan jauh lebih besar.

2.5.2 Sistem Manajemen Lingkungan

Semakin dalam dan luasnya kesadaran bisnis terhadap lingkungan


maka dibakukan berbagai pendekatan manajemen lingkungan untuk bisnis
yang kemudian dikenal dengan Environmental Management System (EMS)
atau Sistem Manajemen Lingkungan (SML). Sistem ini mencakup kumpulan
kebijakan, pengkajian, perencanaan dan aksi implementasi internal
perusahaan (Coglianese dan Nash, 2001). Penerapan SML mempengaruhi
satuan organisasi secara keseluruhan dan hubungannya dengan
lingkungan. Bentuk yang paling populer adalah ISO 14001 yang diakui
sebagai Baku Internasional yang memberikan ketentuan untuk SML dan
dilaksanakan melalui Sertifikasi (Peglau, 2005). Pengertian lebih rinci dan
petunjuk sederhana terkait dengan SML dapat dilihat pada US-EPA
(2002a).
Sebagai sebuah sistem maka penerapannya sangat lentur sehingga
berlaku juga untuk usaha kecil dan menengah (US-EPA, 2002b). SML
dikembangkan berorientasi pada aplikasi yang mudah dan sederhana
sehingga dapat dipadukan dalam pengambilan keputusan sehari-hari,
yakni:
a. Praktis, dapat digunakan, berguna,
b. Efektif biaya,
c. Saling mendukung dengan sistem lainnya,
d. Mendorong perbaikan berkelanjutan, dan Meliputi lima komponen
utama: penetapan
e. kebijakan, perencanaan, penerapan dan operasi, pemeriksaan dan
aksi perbaikan, dan telaah manajemen.

Penerapan ISO 14001 sebagai sistem manajemen mempunyai


struktur dan baku yang dikenal secara internasional. Artinya,
penerapannya secara benar akan mendapatkan pengakuan luas. Pedekatan
manajemen dengan struktur yang logis memungkinkan organisasi untuk
menetapkan dan menekankan efektifitas dari prosedur kebijakan dan
tujuan lingkungan, mencapai kesesuaian dengan tujuan tersebut, serta

21
menunjukkan kesesuaian yang dicapai. Pada akhirnya diharapkan dapat
mendukung perlindungan lingkungan dan menghindari pencemaran sejalan
dengan perkembangan kebutuhan sosial ekonomi. Sebagai sebuah sistem,
ISO 14001 adalah SML yang dilaksanakan atas insiatif di luar tuntutan
(bukan model perintah atau kendali, motivasi positif, dan menjangkau lebih
jauh dari sekedar tuntutan peraturan). Pencapaian tujuan dilakukan
melalui pembentukan budaya yakni pembagian tanggungjawab dari semua
pihak yang terlibat (manajemen, pemilik, pekerja dan pemerintah).
Pencapaian satu tujuan akan medapat respon positif dari konsumen dan
masyarakat luas sehingga mendapatkan keuntungan berupa kepercayaan,
peningkatan volume penjualan, perluasan pasar dan keuntungan. Hal ini
akan mendorong perubahan dan perbaikan yang berkelanjutan yang
akhirnya membawa perusahaan menjadi pembentuk keuntungan optimal
dan berkelanjutan. Kemanfaatan yang diperoleh dari penerapan ISO terus
berkembang maka perusahaan yang menerapkannya bertambah setiap
waktu. Pada akhir tahun 2008, total sertifikat ISO 14001 yang dikeluarkan
seluruh dunia adalah 188.815, naik 22% dibandingkan 2007 dengan total
hanya 154.572. Sertifikat telah diterbitkan di 155 negara dibandingkan 148
tahun sebelumnya. ISO 14001:2004 adalah edisi terakhir, versi perbaikan.

Manajemen lingkungan yang baik akan memberikan manfaat bagi


perusahan dan masyarakat luas, antara lain:
1) Konsisten dengan nilai mulia perusahaan yakni kepahlawanan,
kreatif, dan bersahaja dengan lingkungan,
2) Memperbaiki lingkungan dan pengelolaan resiko reputasi,
3) Penghematan biaya,
4) Menghemat konsumsi energi dan bahan,
5) Mengurangi biaya distribusi,
6) Memenuhi harapan pemangku kepentingan, usaha yang
bertanggungjawab,
7) Memastikan kepatuhan terhadap hukum, peraturan, dan kaidah
terkait,
8) Memperbaiki kesan (image) perusahaan, dan
9) Refleksi komitmen perusahaan terhadap prinsip global yakni baku
pekerja, hak manusia dan pemberantasan korupsi.

PBB telah menetapkan Prinsip Global Bersama (The UN Global


Compact Principles) terkait lingkungan yaitu
(i) bisnis harus dapat menerapkan dan mendukung prinsip preventif
terhadap tantangan dan persoalan lingkungan,
(ii) mengambil inisiatif untuk memperhatikan tanggungjawab
lingkungan yang lebih besar, dan

22
(iii) mendorong pengembangan dan penyebaran teknologi ramah
lingkungan. Dengan prinsip tersebut maka SML bersifat dinamis
yang secara terus menerus diperbaiki sesuai dengan dinamika
masalah, situasi dan peraturan lingkungan. Oleh karena itu setiap
perusahaan harus mempunyai paling tidak lima elemen inti yaitu:
1) Komitmen manajemen puncak dan mendefinisikan
tanggungjawab,
2) Identifikasi dampak lingkungan,
3) Mengkomunikasikan kebijakan lingkungan,
4) Menetapkan tujuan dan program/rencana lingkungan, dan
5) Audit dan telaah secara berkala.

2.5.3 Integrasi SML dalam Manajemen Perusahaan

Banyak langkah maju yang dilakukan oleh perusahaan untuk


meningkatkan pemaduan aspek dan pertimbangan lingkungan ke dalam
proses bisnis perusahaan. Berbagai program dikembangkan yang dapat
dikelompokkan menjadi katagori berikut:
i. Rancangan Untuk Lingkungan atau Design for Environment yaitu
suatu proses dimana isu lingkungan (demikian juga dengan
kriteria perancangan lainnya seperti kinerja dan biaya)
diperhatikan selama proses perancangan.
ii. Kelebihan Produk atau Product Stewardship sebagai komponen
dari kepedulian tanggungjawab. Hal ini mencakup hubungan
dengan konsumen dan pemasok tentang isu lingkungan dari
penggunaan produk.
iii. Perhitungan Biaya Penuh atau Full-Cost Accounting yakni proses
pengkajian biaya lingkungan yang terkait dengan produk atau
proses yang telah ditentukan. Hal ini berkaitan dengan sejumlah
biaya yang terkait dengan perizinan, pelaporan, alat kendali dan
lain sebagainya yang perlu dihitung, termasuk biaya tidak
langsung seperti biaya sosial yang terkait dengan kenaikan
pencemaran akibat polutan yang dihasilkan oleh perusahaan.
iv. Pengembangan SML formal dengan penerapan berbagai baku
dalam ISO 14001. SML digunakan untuk mengintegrasikan isu
lingkungan dalam proses bisnis melalui analisis rinci terhadap
semua aktivitas yang berdampak lingkungan, dan
v. Sistem Penapisan atau Screening Systems yang memilah semua
alternatif proses dan produk menurut potensi dampak lingkungan
sehingga dapat ditetapkan tata cara pelaksanaannya.
Yang, et al. (2011) membuktikan bahwa upaya pengurangan limbah
dan aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah (lean manufacturing/

23
LM) menghasilkan dampak yang sangat besar bagi perbaikan kinerja
perusahaan. Praktek LM dan manajemen lingkungan adalah sangat
berbeda namun keduanya mempunyai dampak secara berbeda pula
terhadap kinerja bisnis. Dari perspektif manajerial, LM dan Manajemen
lingkungan bersinergi pada fokus yang sama yakni pengurangan limbah
dan perbaikan efisiensi. Namun, LM secara sendiri tidak tidak akan
memperbaiki kinerja manajemen lingkungan karena kemungkinan
adanya konflik antara tujuan keduanya. Fokus LM pada proses internal
dan pengurangan limbah untuk meningkatkan efisiensi harus menjadi
fokus manajemen lingkungan. Hal ini mengisyaratkan bahwa
manajemen lingkungan dapat bersinergi dengan upaya peningkatan
efisiensi. Oleh karena itu integrasi SML dalam manajemen perusahaan
secara keseluruhan adalah keniscayaan.
Pemahaman kinerja manajemen lingkungan sangat kritikal karena
perbedaan bahkan perdebatan masih berlangsung antara tujuan
ekonomi dan lingkungan (Montabon et al., 2007). Berbagai kajian
menemukan bahwa kedua dampak negatif dan positif dari praktek
manajemen lingkungan dalam dua cara: (1) dampak langsung paraktek
manajemen lingkungan terhadap pasar dan kinerja keuangan negatif,
tetapi (2) penerapan manajemen lingkungan mempengaruhi secara
positif kinerja lingkungan yang kemudian berpengaruh positif terhadap
pasar dan kinerja keuangan. Oleh karena itu, dalam jangka pendek
manajemen lingkungan fokus pada menetapkan secara spesifik dan
pencapaian kinerja lingkungan seperti pengurangan bahan pencemar,
peningkatan pemakaian bahan atau bagian yang lebih ramah
lingkungan, pencatatan keselamatan lingkungan, dan efektivitas biaya
dari bahan dan bagian yang ramah lingkungan. nilai: pengadaan,
manufaktur, produksi, operasi, pemasaran dan distribusi. Perusahaan
memastikan mematuhi semua peraturan terkait lingkungan. Melalui CSR
bangun kedekatan emosional dengan masyarakat sekitar dan
masyarakat yang lain yang mempunyai ketertarikan tertentu di bidang
lingkungan.

24
Perusahaan mengawali semua kegiatannya dengan perencanaan
yang komprehensif dengan visi keberlanjutan yang tegas melibatkan
semua pemangku kepentingan di dalam maupun di luar perusahaan.
Dengan pendekatan ini, perusahaan memastikan bahwa semua
pertimbangan ekonomi, sosial dan lingkungan diperhatikan dengan
seksama sebagai basis pengembangan bisnis (Gambar 3). BB memperluas
produk dan jasa melalui ketertarikan yang luas dan mendalam dalam
koridor ekonomi, sosial dan linkungan. Pandangan yang menyatakan
bahwa penggunaan dimensi PB mempersempit bisnis harus dihilangkan
melalui visi dan wawasan bisnis jangka panjang yang lebih luas dan
menjanjikan.

2.5.4 Bisnis Berkelanjutan

Bertolak dari pengertian pembangunan berlanjut yakni


pembangunan yang membentuk pertumbuhan ekonomi dan sosial dengan
tetap mempertahankan, menjaga dan memperbaiki lingkungan maka dapat
dibangun pengertian bisnis berkelanjutan (BB). Tujuan bisnis adalah
mencapai keuntungan ekonomi secara optimal melalui pelaksanaan bisnis
yang bersahabat dengan sosial dan lingkungan. Setiap perusahaan harus
meyakini dan menerapkan akuntabilitas terhadap dampak yang
ditimbulkannya mulai dari pencemaran lingkungan, perubahan iklim,
kesehatan masyarakat, dan hak manusia. Pertimbangan ini tidak hanya
sebagai bentuk tanggungjawab tetapi lebih dari itu menjadi bagian dari
strategi bisnis inti. Uraian di atas mengarahkan bahwa perusahaan
mengadopsi strategi bisnis berkelanjutan sebagai upaya untuk
menciptakan peluang pasar, pengurangan biaya, serta minimisasi limbah
dan resiko protes kolega. Prinsip ER3TD di atas harus diikuti sedemikian
rupa sehingga mampu mengkapitalisasi pertumbuhan permintaan produk
dan jasa “hijau” dan “perdagangan adil”. Peniadaan limbah diupayakan
sepanjang rantai.
Weybrecht (2010) mengajukan Sepuluh Tren dalam bisnis
berkelanjutan. Tren ini dapat menjadi pertimbangan dalam pengembangan
bisnis berkelanjutan yang uraian secara ringkas adalah :
1. Pemahaman yang lebih mendalam tentang arti bisnis
berkelanjutan: praktek sederhana sudah mulai dijalankan yakni
menempatkan wadah (bin) daur ulang dan mencetak pada dua
dua sisi kertas dalam semua kegiatan perkantoran. Hal ini
mencerminkan dunia bisnis, terlepas dari ukuran perusahaan,
telah menjadikan pertimbangan lingkungan sebagai bagian
penting dari perusahaan.
2. Pekerja adalah senjata rahasia: strategi berkelanjutan tidak
terhitung caranya, misal yang sangat sederhana adalah

25
perusahaan dapat memanfaatkan seseorang menuliskan,
mencetak, dan menempelkan visi lingkungan perusahaan di kaca
jendela. Pekerja adalah kekuatan perusahaan, beri mereka
strategi dan tujuan agar mereka bersemangat serta cara
melaksanakannya. Pekerja tahu apa yang harus mereka lakukan,
tahu produknya melebihi siapapun juga sehingga peluang yang
terbesar untuk menerapkan bisnis berkelanjutan terletak pada
pundak mereka.
3. Berbicara dengan bukan kepada pelanggan: bisnis dewasa ini
telah mengkomunikasikan komitmen, prinsip dan praktek
berkelanjutan kepada semua pemangku kepentingan melalui web,
laporan tahunan, dan paparan. Perusahaan secara terus menerus
membangun komunikasi dua arah agar dapat menyampaikan
semua strategi berkelanjutan serta pada saat yang sama
menangkap dan melibatkan ekspektasi publik dan pemangku
kepentingan.
4. Dampak perusahan menjangkau jauh di luar kantor: setiap produk
dan jasa mempunyai cerita. Sebelumnya, orang hanya tertarik
pada harga, tapi kini setiap perusahaan harus mengetahui secara
rinci tentang sejarah hidup produk yang dijual, tidak cukup
sekedar tahu tetapi harus memahami. Artinya, perusahaan harus
mengetahui secara rinci tentang bagaimana produk dirancang,
bahan yang digunakan dan asal usulnya, produksinya,
penjualannya, penggunaannya oleh konsumen dan perlakuan
setelah digunakan, dan kemudian bagaimana menjadi produk
lainnya yang seterusnya menjadi sejarah dari produk baru.
5. Mengetahui dengan persis para pemasok: sebagai bagian dari
upaya pengembangan bisnis yang lebih berkelanjutan,
perusahaan perlu mengetahui dan berkunjung ke semua
pemasoknya. Hal ini untuk memastikan bahwa semua pemasok
sejalan dengan, atau mengetahui atau bahkan menghindari upaya
pengembangan bisnis berkelanjutan dari perusahaan. Demikian
seterusnya sampai pada pemasok dari pemasok perusahaan.
Akhirnya, perusahaan mengetahui bagaimana membantu para
pemasok untuk membantu perusahaan mengembangkan bisnis
lebih berkelanjutan.
6. Jurang pemisah semakin besar, dapat berarti baik atau buruk:
perbedaan antara pemimpin (leaders) dalam berkelanjutan dan
pencundang semakin jelas. Mereka yang lebih dahulu berpikir dan
memulai dengan menggunakan upaya, dana dan energi telah
memperoleh kemanfaatan dan keunggulan dari bisnis

26
berkelanjutan. Sebaliknya, mereka yang datang belakangan harus
mengejar dengan membangun pemikiran inovatif. Jika tidak maka
jurang semakin lebar dan akan semakin tertinggal dan tenggelam.
7. Semakin terbuka untuk mengembangkan keberlanjutan: semakin
banyak perusahaan yang bekerjasama dengan pesaing, industri
lain, LSM, dan pemerintah. Di sisi lain tuntutan transparansi
semakin besar sehingga wajah bisnis berkelanjutan semakin
terbuka. Bisnis harus dilakukan dengan keterbukaan.
8. Kasus bisnis jauh lebih luas dari yang diketahui: keberlanjutan
bukanlah sesuatu yang dapat diubah-ubah atau dijalankan dan
diberhentikan sebagaimana kuantifikasi keuntungan. Banyak
perusahaan mencari dan menjalankan strategi yang berbeda
mulai dari pekerja dan pelanggan kemudian kepada pemasok.
Proses ini harus terjadi secara berkesinambungan yang kemudian
akan berkembang dan meluas dengan sendirinya.
9. Rekrut pekerja baru untuk membawa perusahan lebih
berkelanjutan: perusahan mencari pekerja baru yang tidak hanya
mempunyai pengetahuan bisnis yang kuat, tetapi perhatian dan
pengetahuan tentang keberlanjutan. Disinilah, pendidikan
menengah dan tinggi, termasuk bidang studi manajemen harus
mengajarkan atau membekali siswa dan mahasiswa dengan visi
dan cara pandang berkelanjutan.
10. Bersenanglah dengan keberlanjutan: melalui banyak cara,
keberlanjutan adalah tentang inovasi. Sejalan dengan
pengalaman perusahaan mengembangkan keberlanjutan, maka
perusahaan senantiasa bergembira dengan keberlanjutan yang
diperoleh yang mendorong menjadi lebih inovatif, kreatif, dan
tidak takut melakukan percobaan (eksperimental).

Pemikiran bahwa persaingan bisinis masa depan tidak hanya terletak


pada pesaingan harga, kualitas dan pengahantaran tetapi masuk pada
sejauhmana perusahaan peduli dan punya nilai lingkungan. Bisnis
berkelanjutan telah menjadi pilihan bersama masyarakat dunia
karenanya telah dikembangkan banyak pendekatan manajemen
lingkungan perusahaan dan sistem manajemen lingkungan yang
disertifikasi. ISO 14001 adalah salah satu diantaranya. Perusahaan yang
disertifikasi telah mendapat kemanfaatan karenanya jumlahnya terus
bertambah. Pendidikan menengah dan tinggi dituntut untuk melahirkan
pekerja dan pemimpin perusahaan yang tahu dan paham bisnis
berkelanjutan. Sekolah dan Perguruan Tinggi harus memasukkan
pengajaran lingkungan terutama manajemen lingkungan ke dalam
bagian dari kurikulum. Dengan demikian akan lahir pelaku dan pengelola

27
bisnis yang peduli akan lingkungan dan penyelamat masa depan umat
manusia.

28
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

 Kebijakan lingkungan adalah setiap tindakan sengaja diambil atau


tidak diambil untuk mengelola kegiatan manusia dengan maksud
untuk mencegah, mengurangi, atau mengurangi efek yang
merugikan pada sumber daya alam dan alam, dan memastikan
bahwa buatan manusia perubahan lingkungan tidak memiliki
efekberbahaya pada manusia.

 Instrumen kebijakan lingkungan adalah alat yang digunakan oleh


pemerintah untuk mengimplementasikan kebijakan lingkungan
mereka. Instrumen kebijakan Lingkungan adalah alat
perlengkapan yang dibuat pemerintah untuk mengimplementasikan
kebijakan Lingkungan mereka.
 Bisnis berkelanjutan berawal dari pengertian pembangunan
berkelanjutan yang bersumber dari pemahaman dan keyakinan
masyarakat bahwa alam ini sangat terbatas. Jika batas alam
dilampaui maka manusia berada dalam bahaya tragedi kemanusiaan
yang sangat mengerikan.
 Bisnis berkelanjutan telah menjadi pilihan bersama masyarakat dunia
karenanya telah dikembangkan banyak pendekatan manajemen
lingkungan perusahaan dan sistem manajemen lingkungan yang
disertifikasi. ISO 14001 adalah salah satu diantaranya. Perusahaan
yang disertifikasi telah mendapat kemanfaatan karenanya jumlahnya
terus bertambah.

29
DAFTAR PUSTAKA

Goldstein, D. 2002. Theoretical perspectives on strategic environmental management. Journal of


Evolutionary Economics.
Tietenberg, T. 1996. Environmental and Natural Resources Economics 4th Edition. Harper Collins
College Publisher, New York.
Weybrecht, G. 2010. Top 10 trends in sustainable business. Environment Forum Global:
Environmental Challenges. Diunduh dari http:// blogs.reuters.com/environment/2010/04/28/ top-10-
trends-in-sustainable-business [7 Maret 2019]
Yang, M.G., P. Hong and S.B. Modi, 2011. Impact of lean manufacturing and environmental
management on business performance: An empirical study of manufacturing firms. Int. J. Production
Economics.

http://ec.europa.eu/environment/resource_efficiency/index_en.htm
http://ec.europa.eu/environment/circulareconomy/
http://ec.europa.eu/enterprise/policies/sme/public-consultation-green-
actionplan/index_en.htm
http://www.environnemententreprise.be/sites/uweenvironnement/files/Docs
/ppt/2014/colloque-20ansCCE/01_peter_czaga_colloque20ans.pdf
UU no 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Sumber :

30
https://studylibid.com/doc/123764/iii.-tanggung-jawab-lingkungan-
dari-bisnis--pendekatan-pe...

31

Anda mungkin juga menyukai