Dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi
Dosen Pembimbing : Wira Ramashar, SE., M.Ak
Disusun oleh :
Mar’atul Azkiah (170301337)
Elisha Suherman (150301002)
RosaTama Togatorop (170301213)
Dwi Kanti (150301158)
Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami ucapkan puji syukur atas Rahmat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan
Kasih-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Etika Bisnis dan Lingkungan yang berjudul “Etika Lingkungan untuk Bisnis,
Pertarungan Kredibilitas, Reputasi, dan Keunggulan Kompetitif “.
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan
bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatannya. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua sumber yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap penulis dan pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama duapuluh lima tahun terakhir, telah terjadi peningkatan harapan
bahwa bisnis ada untuk melayani kebutuhan , baik para pemegang saham atau
masyarakat. Dukungan untuk sebuah bisnis dan bisnis pada umumnya bergantung
pada kredibiltas yang ditempatkan pemangku kepentingan dalam komitmen
perusahaan, reputasi perusahaan, dan kekuatan daya saingnya. Pemangku
kepentingan semakin berharap bahwa kegiatan perusahaan akan menghormati nilai
nilai dan interes mereka. Untuk sebagian besar penghormatan terhadap nilai nilai
dan inters pemangku kepentingan menentukan pendirian etika dan keberhasilan
perusahaan. Akibatnya , direktur perusahaan sekarang diharapkan untuk memimpin
perusahaan mereka dengan beretika , yang berarti bahwa mereka akan
memperhatikan apakah eksekutif , karyawan , dan agen perusahaan bertindak
secara etis. Selain itu perusahaan diharapkan semakin dapat bertanggung jawab
kepada para pemangku kepentingan secara transparan atau etis.
Akibatnya, tata kelola baru dan rezim akuntabilitas untuk bisnis dan profesi
jauh lebih peduli dengan interes pemangku kepentingan dan permasalahan etika
daripada yang terjadi dimasa lalu. Para direktur, eksekutif, dan akuntan
professional yang sering melayani pertentangan interes pemegang saham secara
langsung dan masyarakat secara tidak langsung harus menyadari harapan
masyarakat yang baru untuk bisnis dan organisasi sejenis. Demikian juga , mereka
harus mengelola resiko resiko yang muncul. Lebih dari sekedar untuk melayani rasa
ingin tahu intelektual , kesadaran ini harus dikombinasikan dengan nilai nilai
tradisional dan digabungkan dalam suatu kerangka kerja untuk pengambilan
keputusan etis dan tindakan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Apa sajakah Masalah Lingkungan dalam etika lingkungan ?
1
2. Apa sajakah Ekonomi dan Tekanan tekanan Kompetitif yang mungkin
terjadi ?
3. Bagaimana Skandal Keuangan: Jurang Harapan dan Jurang
Kredibilitas?
4. Apa sajakah Harapan Baru untuk Bisnis?
5. Bagaimana Tanggapan dan Perkembangan etika lingkungan ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui Masalah Lingkungan
2. Untuk mengetahui Ekonomi dan Tekanan tekanan Kompetitif
3. Skandal Keuangan: Jurang Harapan dan Jurang Kredibilitas
4. Untuk mengetahui Harapan Baru untuk Bisnis
5. Untuk mengetahui Tanggapan dan Perkembangan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masalah Lingkungan
Tidak ada yang membangkitkan opini public sebelumnya mengenai sifat
dari perilaku perusahaan yang baik lebih dari kesadaran bahwa kesejahteraan fisik
public dan kesejateraan sebagian pekerja sedang terancam oleh aktiviats
perusahaan. Awalnya kekhawatiran mengenai populasi udara berpusat pada
cerobonga asap dan knalpot pot pembuangan , yang menyebabkan iiritasi dan
gangguan pernapasan.
Dua masalah lain yang terkait dengan masalah polusi udara yang lebih
lambat untuk di sadari adalah hujan asam, yang menetralkan danau dan
menggugurkan dedaunan, serta disipasi/ menipisnya lapisan ozon. Pada kasus
pertama sulfur yang terkandung dalam gas buang “bergabung” dengan hujan dan
jatuh ketanah jauh dari sumbernya, seringkali jatuh diyuridiksi hukum daerah
lainnya. Akibatnya reaksi oleh politisi pada yurisdiksi di daerah sumber asal sulfur
tersebut diduga rendah dan banyak argument yang muncul mengenai siapa yang
bertanggung jawab dan apakah kerusakan yang terjadi merugikan atau tidak.
Baru baru ini disipasi lapisan ozon diakui sebagai ancaman serius bagi
kesejahteraan fisik kita semua. Pelepasan CFC (chloroflurocarbon) ke atmosfer
yang dahulu dianggap sebagai refrigerant (bahan pendingin ) perumahan dan
industry paling umum memungkinkan molekul CFC “menyedot” molekul
ozon.Pengakuan bahwa pencemaran air merupakan suatu permasalahan yang
memerlukan tindakan perlu disejajarkan dengan kepedulian terhadap menipisnya
lapisan ozon, sebagian karena terbatasnya kemampuan kita untuk mengukur
konsentrasi racun per menit, serta ketidakmampuan kita untuk memahami sifat
alami yang tepat dari resiko logam air dan dioxin. Perusahaan perusahaan
menegaskan mereka tidak memiliki solusi teknis untuk mengatasi polusi secara
kompetitif. Reaksi pemerintah yang seringa kali diawali dengan bencana atau krisis
telah menjadi signifikan pada semua tingkatan. Secara lokal larangan merokok telah
3
berlaku dan peraturan setempat telah diperketat. Peraturan lingkunagn telah
menjadi subjek perjanjian internasional.
1. Sensitifitas Moral
Selama periode tahun 1980an dan 1990an , terdapat peningkatan yang
signifikan dalam sensitifitas diakibatkan oleh kurangnya kejujuran dan perbedaan
dalam perlakuan yang adil keopada individu dan kelompok dalam masyarakat.
Bebrapa kelompok bertanggung jawab untuk kesadaran sosial yang tinggi termasuk
gerakan feminis dan juru bicara bagi orang dengan gangguan mental dan
penyandang cacat untu orang orang pribumi dan minoritas. Untuk beberapa
tingakatan tertentu , masyarakat dipersiapkan untuk memikat kepedulian dari
kelompok kelompok ini akibat dari peristiwa buruk yang membawa kesadaran
bahwa bebrapa kelompok minat khusus pantas didengar, sebagai ahli lingkunagan
pemebela kepentingan konsummen , dan pendukung anti rasialisme (anti-
apartheid). Demikian juga pada sebagian besar periode dari tahun 1960 dan
seterusnya , pendapatan bersih dan dan waktu senggang cukup tinggi untuk
memungkinkan anggota masyarakat focus pada isu isu luar mata pencaharian
produktifnya.
Bukti tekanan public untuk kejujuran lebih dan kesetaraan mudah untuk
diamati. Keinginan untuk mencapai kesetaraan dalam pekerjaan telah menghasilkan
undang undang, peraturan, kepatuhan kondisi dalam kontrak, dan program tindakan
afirmatif dalam perusahaan. Program program kesetaraan upah mulai muncul untuk
menyesuaikan kesenjangan yang ada antara skala gaji untuk pria dan wanita.
Undang undang perlindungan konsumen telah diperketat ketitik bahawa filosofi
lama ‘pembeli waspada’ yang cendrung melindungi perusahaan besar telah
berubah ke vendor waspada yang menguntungkan konsumen secara individu.
Sensitivitas moral juga terlihat pada isu isu internasional dan domestic.
Kampanye untuk memboikot pemebelian dari perusahaan perusahaan yang telibat
dalam penggunaan tenaga kerja anak atau mempekerjakan tenaga kerja dengan
upah yang rendah di negara negara asing memberikan kesaksian yang cukup. Hal
tersebut telah menghasilkan terciptanya kode etik praktik untuk para pemasok dan
4
mekanisme mekanisme untuk memastikan bahwa mereka mematuhi kode tersebut.
Organisasi seperti Social Accountability International dan Accountability telah
mengembangkan kebijakan kebijakan tempat kerja, standar standar , program
pelatihan auditor tempat kerja , dan kerangka kerja laporan.
5
Etika investor berpandangan bahwainvestasi yang mereka lakukan tidak hanya
membuat hasil(penegembalian atau laba) yang memadai, tetapi harus dilakukan
dengan cara yang etis.
6
munculnya tingkat risiko yang kembali pada awalnya, diamana akan bergantung
pada lembaga lembaga manajemen etika perilaku dan tata kelola resim yang baru.
Skandal Keuangan: Jurang Harapan dan Jurang Kredibilitas
Secara lebih luas, penyimpangan keungan yang berkelanjutan telah
menimbulkan krisis keoercayaan terhadap pelaporan dan tata kelola perusahaan.
Kurangnya kredibilitas telah menyebar dari pelayanankeuangan untuk mencakup
bidang lain dari aktivitas perusahaan yang telah dikenal sebagai jurang kredibilitas.
Komite audit dan etika, keduanya dianggotai oleh mayoritas pihak diluar direktur
Tidak ada keraguan bahwa masyarakat telah terkejut, kaget, kecewa, dan hancur
oleh krisis keuangan. Daftar contoh klasik terbaru mencakup: enron, worldcom,
adelphia, tyco, healthsouth, parmalat, royal ahold, barings bank, livent, dan bre-x.
Sebagai akibat dari guncangan yang berulang ulang ini, masyarakat menjadi sinis
terhadap integritas keuangan perusahaan yang begitu banyak, sehingga istilah
jurang harapan yang telah diciptkan untuk menggambarkan oerbedaan antara apa
yang dipikirkan oleh masyarakat tentang apa yang mereka dapatkan dalam laporan
keuangan yang telah diaudit dan apa yang sebenarnya masyarkat dapatkan.
Kemarahan masyarakat akan berulangnya krisis keuanagan di A.S dan Kanada
menciptakan regulasi yang lebih ketat, denda yang lebih tinggi, serta investigasi
terhadap integritas, jemandirian, serta peran profesi akuntansi dan audit: yang
terbaru terhadap eksekutif dan direktur.
7
5. Peningkatan Akuntabilitas yang Diinginkan
Kurangnya kepercayaan dalam proses kegitana perusahaan juga melahirkan
keinginan untuk meningkatkan akuntabilitas pada pihak investor dan terutama oleh
para pemangku kepentingan lainnya. Perusahaan diseluruh dunia telah merespon
dengan menerbitkan informasi lebih lanjut dalam situsWeb mereka dan laporan
bebas tentang kinerja dari Corporate Social responsibility(CSR) mereka, termasuk
subjek/ topik, seperti lingkungan, kesehatan dan keselamatan, filantropi, serta
dampak sosial lainnya. Meskipun beberapa informasi dalam laporan laporan yang
condong kea rah sasaran manajemen, verifikasi eksternal dan reaksi terhadap
informasi yang salah secara berangsur angsur memperbaiki isi informasi yang
terkandung. Tren ini jelas kearah peningkatan laporan nonfinansial, yang sesuai
dengan harapan masyarakat yang terus tumbuh.
8
akuntansi dan audit internasional dibawah naungan International accounting
Standards Boards( IASB) dan International Federation of Accountants (IFAC).
Kreasi mereka International Financial Reporting Standards (IFRS) dan kode etik
untuk akuntan professional merupakan titik focus untuk harmonisasi di seluruh
dunia.
Aspen institute meruapakn contoh sebuah lembaga yang memeberikan wawsan
etika kepemimpinan bagi para pemimpin perusahaan. Keinginan bagi para
pemimpin perusahaan dan pemimpin akademik untuk terlibat dengan lembaga
lembaga tersebut, menunjukan kepentingan dan relevansi dari pekerjaan mereka.
Jurang kredibilitas tidak disukai organisasi organisasi bisnis. Kurangnya
kredibilitas telah meningkatkan peraturan, standart internasional, serta kepentingan
utama dan perubahan besar dalam tata kelola dan praktik praktik manajemen.
9
efisien dan efektif. Jauh lebih efektif untuk berfokus pada penyediaan barang dan
jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat secara efisien, efektif, legal, dan etis
daripada mengadopsi sasaran berisiko tinggi untuk mengasilkan keuntungan
dengan cara apapun.
Untuk alasan ini mandate keuntungan murni bagi perusahaan kemudian
berkembang pada pengekuan ketergantungan bisnis dan masyarakat. Keberhasilan
masa depan akan bergantung pada sejauh mana bisnis dapat menyeimbangkan
keuntungan dan interes pemangku kepentingan lainnya. Hal ini selanjutnaya akan
mustahil untuk di kelola kecuali struktur pelaporan dan tata kelola yang baru
muncul. Jika etika dan tujuan ekonomi tidak dapat diintegrasikan atau
diseimbangkan dengan sukses dan interes dari pemegang saham terus menerus
secara tidak masuk akal mendominasi para pemangku kepentingan, ketegangan
antara pemangku keoentingan bisnis dan masyarakat akan terus tumbuh.
Penilaian keberhasilan masa depan perusahaan akan dilakukan berdasarkan
kerangka kerja berorientasi pemangku kepentingan luas, termasuk apa yang telah
dicapai dan bagaimana mencapainya.
10
mengaudit laporran tersebut memfokuskan loyalitas utama mereka pada
kepentingan umum dan mengadopsi prinsip prinsip seprti kebebasan penilaian,
objektifitas, dan integritas yang melindungi keoentingan umum. Loyalitas keoada
manajemen dan/atau direktur yang dapat menyesatkan karena mereka sering
terbukti sangat mementingkan diri sendiri dan tidak dapat diopercaya. Direktur
yang seharusnya mengatur manajemen sering mengandalkan akuntan professional
untuk memenuhi tanggung jawab fidusia mereka. Konsekuensinya, tanggung jawab
fidusia utama dari akuntan seharusnya kepada masyarakat atau untuk kepentingan
umum. Jika sebaliknya, para pemangku kepentingan dalam masyarakat tidak akan
terpenuhi dan terkredibilitas perusahaan akan terkikis., demikian pula kredibilitas
dan reputasi dari profesi akuntansi.
Reformasi profesi akuntansi sedang berlangsung dalam rangka memperkuat
harapan harapan masyarakat. Dorongan untuk reformasi baru baru ini sementara
dimulai dengan SOX,SEC dan PCAOB di AS telah bergeser ke harmonisasi dengan
standar global yang kerja dibawah naungan IASB dan IFAC.
11
Reorganisasi, pemeberdayaan karyawan, dan penggunaan data elektronik
yang berhubungan, dan
Meningkatkan ketergantungan manajemen pada indikator kinerja
nonkeuangan yang digunakan secara nyata.
Sebagai akibat dari trend an perubahan ini, perusahaan memiliki minat yang
perusahaan mulai memberikan minat yang lebih besar terhadap berapa etisnya
kegiatan mereka, dan bagaimana memastikan bahwa permasalahan etika tidak
terjadi. Hal ini menjadi sebagai bukti bahwa pendekatan tradisional perintah dan
kendali (atas-bawah) tidaklah cukup, dan bahwa organisasi menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk mendorong etika perilaku, buakn
melaksanakannya.
Reaksi awal perusahaan terhadap etika lingkunagn yang lebih menuntut
adalah keinginan untuk mengetahui bagaimana aktiviats etisnya mereka., kemudian
mencoba untuk mengelola tindakan karyawan mereka dengan mengembangkan
kode etik.
Keinginan untuk mengetahui tentang kesesuaian aktivitas mereka menyebabkan
banyak perusahaan melakukan inventarisasi dampak signifikan pada berbagai
aspek masyarakat. Jelaslah bahwa pendekatan inventarisasi dan perbaiki menuju
system diperbaiki untuk mengatur perilaku karyawan: yaitu yang tidak lengkap dan
tidak memberikan panduan etika pada semua atau bahkan sebagian besar masalah
yang dihadapi. Karyawan yang melakukan penyimpanagan baik secara sukarela
atau tidak masih bias mengatakan bahwa tidak ada yang mengatakan kepada saya
untuk tidak melakukan.
Kode etik mudah untuk dikembangkan atau diterimasecara umum sehingga
biasanya harus diasah melalui beberapa revisi. Walaupun kode etik menawarkan
kerangka kerja penting untuk pengambilan keputusan dan kendali karyawan, posisi
perusahaan perusahaan sangat rentan karena produk atau proses produktif yang
ditemukan sejalan dengan kepentingan mereka sehubungan dengan
mengembangkan system informasi perinagtan dini untuk memfasilitasi tindakan
perbaikan yang cepat ketika masalah.
12
Tidak puas untuk mendorong penggunaan etika hanya melalui kode etik,
perusahaan terdepan mencari cara untuk menanamkan etika dalam perusahaan
mereka suatu sitem budaya nilai bersama yang mendorong tindakan untuk
mendorong pertimbangan khusus kode etik dalam penagmbilan keputusan
operasional, pengambilan keputusan strategis dan dalam praktik praktik krisi
manajemen. Mekanisme dikembangkan untuk memastikan bahwa etika prinsip
prinsip yang dipahami, diperkuat, dan tidak hilang dari pandangan.
Selain itu, pada periode 1990an, dapat dipahami bahwa pendekatan pendekatan
manajemen harus mencerminkan akuntabilitas pemangku kepentingan, tidak hanya
pemegang saham. Perusahaan memiliki berbagai pemangku kepentingan dalam
kegitana atau dampak perusahaan.
13
kebijakan, strategi dan kegiatan sebuah perusahaan dalam upaya untuk memastikan
bahwa interes banyak kelompok pemangku kepentingan dihormati, dan bahwa
reputasi perusahaan akan menghasilkan dukungan maksimal.
Singkatnya-terutama mengingat kasus Enron, Artur Andersen Worlcom,
serta kasus-kasus lainya-direktur, eksekutif dan akuntan profesional akan
menemukan bahwa memenuhi harapan para pemangku kepentingan adalah faktor
yang menjadi semakin penting. Hal tersebut akan mengakinbatkan penggalian nilia-
nilai yang menentukan reputasi perusahaan, dan mengelolah nilai-nilai ( tersebut )
sehingga resiko-resiko potensial dapat dihindari dan atau dikurangi secara efektif.
Mengabaikan resiko-resiko etika ini akan membahanyakan nasib perusahaan
seperti kegagalan-kegagalan perusahaan yang ditunjukan sebelumnya.
3. Akuntabilitas
Munculnya interes pemangku kepentingan dan akuntabilitas, serta krisis
keuangan yang menimpa Enron, Artur Andersen, dan WordCom, telah
menngkatkan keinginan untuk membuat laporan ( kinerja perusahaan ) yang lebih
relevan dengan berbagai intres dari pemangku kepentingan. Laporan juga dibuat
lebih transparan dan lebih akurat dibandingkan dengan laporan di masa lalu. Secara
umum, hal tersebut merupakan pangkuan bahwa kekurangan integritas seringkali
ada pada laporan-laporan perusahan karena tidak mencakup beberapa hal atau
permasalahan.
Perbaikan yang diperlukan dalam integritas,transparasi dan akurasi telah
memotivasi diskusi diantara akuntan ( profesional ) untuk mengenai sifat pedoman
yang seharusnya mereka gunakan ungtuk menyusun laporan keuangan-aturan-
aturan atau prinsip-prinsip. Kekurangan integritas, transparasi dan akurasi jelas
terdapt pada laporan keuangan Enron, tetapi laporan itu mungkin telah sesuai
dengan interpretasi berbasis aturan standar akuntansi umum dan defenisi hukum
yang seangat sempit.
Keinginan untuk relevansi telah melahirkan gelombang dalam laporan, terutama
yang bersifat nonfinansial, dfan telah disesuaikan dengan kebutuhan pemangku
kepentingan tertentu.
14
4. Etika Perilaku dan Perkembangan Dalam Etika Bisnis
Dalam menaggapi perubahan yang telah dijelaskan sebelumnya, ada sebuah
minat terbaru mengenai bagaimana filsuf mendefenisiskan bagaimana
etiakaperilaku, dan pelajaran-pelajan yang telah dipelajari selama berabad-abad.
Selain itu, pada tingkat aplikasi yang lebih tinggi, beberapa konsep dan istilah telah
dikembangkan yang memfasilitasi pemahaman akan evolusi yang terjadi dalam
akuntabilitas bisnis dan dalam perbuatan keputusan etika.
15
semua orang. Derjad kebahagiaan dapat dinilai secara fisik dan dan psikologis. Jadi
teori mnunjukan bahwa tujuan bisnis adalah untuk berkontribusi dalam
mningkatkan keuntungan fisik dan dan atau psikologis masyrakat.
Filsuf Amerika, John Rawls, bahwa pendapat masyrakat harus diatur,
sehingga ada distribusi adil atas hak dan manfaat, dan bahwa setiap ketimpangan
harus mnguntungkan semua orang. Hal ini mnunjukan bahwa bisnis bertindak
secara etis ketika mereka tidak memiliki diskriminasi harga dan sistem perekrutan.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika Lingkungan untuk Bisnis, Pertarungan Kredibilitas, Reputasi, dan
Keunggulan Kompetitif ,yaitu merupakan harapan harapan dari sebuah etika dalam
hal untuk lingkungan bisnis, di dalam lingkungan bisnis akan terjadi masalah-
masalah lingkungan yang mngkin terjadi, pertarungan kredibilitas yaitu dalam hal
menjalankan bisnis sebuah perusahaan organisasi harus mempertanggungjawabkan
kredibilitas perusahaannya, reputasi yaitu suatu organisasi yang menjalankan
usahanya harus tetap memperhatikan reputasi dari perusahaan yang bersangkutan
dengan tetap berpegang pada aturan etika dan harapannya, serta pengembangan
perusahaan itu sendiri, keunggulan kompetitif yaitu bagaimana etika
mempengaruhi keunggulan kompetitif, ketika kita menjalankan keunggulan
kompetitif masih tetap memperhatikan etika dan tata kelola yang kita jalankan
dalam menjalankan bisnis kita .
17
DAFTAR PUSTAKA
18